NovelToon NovelToon

Jovita

Chapter 1 (Prolog)

...Cerita ini murni atas pemikiran dan imajinasi aku sendiri....

...Jangan suka banding-bandingin dengan karya orang lain, karena setiap orang punya kekurangan dan kelebihannya, jika tidak suka gak usah di baca. Tapi jangan komentar negatif....

...Intinya saling menghargai ✌️...

...Menerima kritik dan Saran!! 😊...

...Warning 18+...

...Meski ceritanya sudah tamat, mohon dukungannya ya. Like dan komennya. Terima kasih 🙏...

...----------------...

...-Prolog -...

..."Segenggam luka yang tersimpan lama dan keadilan untuk hati yang sudah mati rasa. Akankah luka itu berakhir suka atau berakhir duka? Akankah hati itu kembali menjadi rasa?"...

...🥀🥀🥀🥀...

Plakkk..

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi seorang gadis berambut panjang dan bermata coklat. Dia memegangi pipinya yang terasa panas dan sakit, air mata mengalir deras membasahi pipinya.

Tapi tamparan itu tak sesakit hatinya yang hancur berkeping-keping saat ini.

Seorang pria sangat murka, terlihat dari wajahnya yang memerah dan rahangnya mengeras karena amarah yang memuncak. Dia menatap tajam gadis itu dengan tatapan nyalang.

"Bisa-bisanya kamu lakukan ini!!" pekik pria itu geram. Nafasnya terdengar memburu karena menahan amarah yang hampir membludak.

Gadis itu hanya terdiam sambil menunduk dan menangis. Dadanya terasa sesak dan sakit, rasanya hampir meledak menahan sesak itu.

Pria itu menatap geram pada gadis itu.

"KENAPA? KENAPA KAMU LAKUKAN INI!!" teriak pria itu dan dia hampir menampar gadis itu lagi, tapi seorang wanita segera menahannya.

"Cukup yah. Jangan tampar lagi, kasian yah!" ucap wanita itu sembari terisak.

Wajah pria itu terlihat sangat frustasi, dia mengusap wajahnya kasar. Lalu dia mengepalkan tangannya dengan kuat, dia ingin sekali menghajar gadis itu, tapi dia pun tidak tega melakukannya.

Tiba-tiba gadis itu berlutut di hadapan pria itu.

"Maafin aku yah! Maafin aku!" Isak gadis itu.

Di balik pintu sebuah wajah sedang mengintip dan menangis melihat gadis itu di tampar oleh sang ayah. Dia menangis sesenggukan dan tidak tega melihat gadis itu di tampar dan di marahi.

Dada pria itu terasa sesak dan berat. Tangannya mengepal kuat dia ingin sekali menghajar sesuatu. Akhirnya dia menghajar tembok yang ada di dekatnya untuk melampiaskan amarahnya.

"AAAARGHH.." teriaknya frustasi.

Dia memukul-mukul tembok itu dan berharap bisa melegakan dadanya yang terasa sesak. Tapi yang ada malah semakin sesak dan rasanya hampir meledak.

Gadis itu histeris melihat ayahnya menghantam tembok menggunakan tangannya hingga terluka, dia mendekat dan memeluk kaki pria itu.

"Maafin aku yah. Ayah boleh pukul aku, tapi ayah jangan lukai diri ayah, aku mohon yah!" Isak gadis itu. Hatinya benar-benar sakit melihat kemarahan ayahnya.

Pria itu tak bergeming, dia benar-benar merasakan sesak yang teramat sangat. Tiba-tiba terdengar Isak tangis dari pria itu dan semakin membuat gadis itu terluka.

Wanita itu hanya melihat sambil menangis, melihat anak dan suaminya bertengkar hebat.

Tiba-tiba pria itu memegangi dadanya yang semakin sesak dan malah bertambah sakit, bahkan dia terlihat kesulitan bernafas.

Gadis itu panik melihat ayahnya memegangi dadanya dan kesakitan. Tiba-tiba pria terkulai lemas sambil memegangi dadanya.

"Ayah!!" pekik gadis itu dan wanita itu.

Gadis itu segera memangku kepala ayahnya. Nafas pria itu sudah tersendat-sendat karena sesak.

"Ayah maafin aku ayah!" Isak gadis itu panik dan juga ketakutan.

Pria itu semakin sulit bernafas bahkan matanya membesar dan tiba-tiba dia tidak sadarkan diri.

"Ayah bangun ayah, ayah maafin aku!" Isak gadis itu histeris.

Tangis gadis dan wanita itu pecah, melihat pria itu tak sadarkan diri.

Tak lama seorang gadis kecil muncul dan ikut menangis melihat ayahnya tidak sadarkan diri.

"Ayah!!"

...***...

Ruang ICU.

Gadis itu masih terisak. Dia merasa bersalah karena dia penyebab ayahnya masuk ICU. Air mata tak henti-hentinya mengalir dari pelupuk matanya.

Dia terus mondar mandir di depan ruang ICU. Dia benar-benar sangat mengkhawatirkan keadaan ayahnya, dia berharap ayahnya baik-baik saja.

Ya Tuhan selamatkan ayahku! Batin gadis itu.

Sang ibu sedang menangis sambil mendekap seorang gadis kecil yang juga sedang menangis. Mereka pun sedang duduk menunggu di depan ruang ICU.

Tak lama seorang dokter keluar dari ruang ICU, gadis dan wanita itu langsung menghampiri Dokter.

"Bagaimana keadaan ayah saya dok?" tanya gadis itu cemas.

Raut wajah dokter memancarkan raut sedih dan itu semakin membuat gadis dan wanita itu khawatir.

"Maaf, tapi kami sudah berusaha menyelamatkan pak Gunawan. Tapi nyawa pak Gunawan tidak bisa di selamatkan!"

Duarrr..

Bak tersambar petir mendengar pernyataan dokter. Seketika Isak tangis pecah dari wanita itu, sedangkan gadis itu terkulai lemas dan syok. Dia masih tidak percaya ayahnya sudah tiada.

Bibirnya bergetar, rasanya sulit untuk memecahkan tangisannya. Dadanya semakin terasa sesak dan rasanya ingin meledak.

"A-ayah!!" panggilnya dengan bibir yang bergetar dan masih belum percaya ayahnya sudah tiada.

Air mata mengalir deras membasahi pipinya, sekuat tenaga dia mengeluarkan sesak di dadanya.

"AYAAAAHHH.." teriak gadis itu akhirnya dia bisa mengeluarkan sesak yang bersarang di dadanya.

...***...

Pemakaman sang ayah baru saja di selesaikan, para pelayat satu persatu meninggalkan area pemakaman.

Gadis itu menangis histeris sambil memeluk pusara ayahnya. Dia sangat merasa bersalah karena dialah penyebab kematian ayahnya.

"Maafin aku ayah, maafin aku," Isak gadis itu sambil menatap pusara ayahnya.

...***...

Gadis itu berdiri di sebuah rumah mewah berlantai tiga dengan tatapan kosong. Keadaannya sudah sangat kacau, mata bengkak, wajah pucat dan area mata menghitam, rambut pun acak-acakan. Tak lama seorang satpam menghampirinya.

"Maaf cari siapa?" tanya satpam itu.

"Andra!" jawab gadis itu tanpa menoleh ke arah satpam itu.

"Maaf tapi den Andra dan keluarganya sudah pindah ke luar negri," ucap satpam itu.

Dada gadis itu semakin sesak dan hampir meledak, tangannya mengepal kuat. Dia memejamkan matanya sesaat, lalu dia pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun dan membuat satpam itu terheran-heran.

Gadis itu berjalan gontai di pinggir jalan, dia berjalan dan tidak tau arah dan tujuannya. Air matanya tak berhenti mengalir, pikirannya kacau dan hatinya hancur.

Rasa bersalah menggelayut di hatinya, karena sudah menyebabkan ayahnya meninggal. Rasanya hidup sudah tidak ada artinya lagi untuk dia dan hanya kematian yang dia harapkan sekarang.

Dia berdiri di sebuah jembatan. Dia terdiam dan menatap kosong ke bawah. Terlihat arus deras dari sungai itu terlihat menyeramkan, tapi tidak bagi gadis itu menurutnya itu sangat indah karena itu akan memudahkan dia untuk menyusul ayahnya. Dia tersenyum bahagia seolah akan mengakhiri penderitaannya.

Lalu gadis itu naik ke penyangga jembatan. Setelah itu dia merentangkan tangannya dan menengadahkan wajahnya ke atas. Dia tersenyum dan menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya sebelum dia meninggalkan dunia ini. Dan dia tidak memperdulikan kendaraan yang berlalu lalang di sekitarnya.

"Ayah tunggu aku. Aku akan menyusul mu!" gumam gadis itu.

Lalu dia menatap ke bawah dan tersenyum. Dan dia bersiap untuk terjun ke bawah sana.

...Jangan lupa dukungannya agar aku rajin update 😊😊😊...

...Kasih 👇...

...Like 👍...

...Komen ✍️...

...Vote 🌟...

...Dan tekan Favorit agar bisa tau setiap aku Update 😁...

...Terima kasih 🙏...

Chapter 2

...Welcome to my story'...

.......

.......

..."Salah satu hal terbaik dalam hidup adalah saat kita melihat ke bawah agar kita tau apa artinya itu bersyukur."...

...🥀🥀🥀🥀...

Seorang gadis berambut kuncir kuda, berseragam putih abu-abu sedang mengayuh sepedanya sambil sesekali bersenandung riang.

Dia mengayuh sepeda menuju rumahnya sambil sesekali melirik jalanan yang cukup ramai. Siang itu matahari bersinar dengan teriknya membuat cuaca siang itu sangat panas.

Gadis itu terlihat lelah dan berkeringat karena mengayuh sepeda di tengah teriknya matahari. Namun tidak membuatnya mengeluh apa lagi berputus asa. Dia tetap bersyukur menjalani kehidupannya yang sederhana, dia menikmatinya dengan penuh rasa syukur. Karena dia tau masih banyak orang yang kurang beruntung di luaran sana.

Setelah lumayan lama mengayuh sepedanya dari sekolah menuju rumahnya. Akhirnya dia sampai di istana sederhana yang selalu membuatnya rindu akan kehangatan keluarga yang dia cintai.

Baru saja dia memarkirkan sepedanya di depan rumah. Seorang anak kecil perempuan yang lucu dan imut berlari ke arahnya.

"KAKAK!!" teriaknya sambil berlari ke arah gadis itu.

Gadis yang bernama Jovita Rianne Gunawan itu tersenyum melihat adik kecilnya. Lalu dia mengusap kepala adik kecilnya itu.

"Adek jangan lari-lari nanti jatoh loh," ucap Jovita mengingatkan sang adik.

"Kakak mana lollipop adek?" tanya gadis kecil itu dan tak menggubris ucapan sang kakak.

Jovita menepuk jidatnya. "Ya ampun dek kakak lupa beli," jawabnya dan merasa bersalah.

Gadis kecil itu langsung cemberut dan melipat tangan di dadanya, sambil mendelik sebal pada sang kakak.

Jovita tersenyum melihat raut wajah lucu adiknya yang baru berusia 5 tahun itu. Si comel Jovanka Aurelia Gunawan. Adik kecil yang selalu membuat hari-hari Jovita selalu tersenyum karena tingkah lucunya.

"Maaf ya dek. Adek jangan marah ya sama kakak, kita masih temenan kan?" tanya Jovita mencoba membujuk adiknya itu agar tidak ngambek lagi.

Vanka semakin mematutkan wajahnya sebal. Dia memalingkan wajahnya dari sang kakak dengan posisi yang masih sama dengan melipat tangannya di dada.

"Kita gak temenan lagi!" ketus Vanka.

"Kakak jelek, gak beliin adek lollipop," ujarnya ngambek dan matanya berkaca-kaca mau menangis.

Jovita tersenyum melihat raut wajah lucu adiknya itu yang jika ngambek semakin terlihat lucu dan menggemaskan.

"Bener gak mau lagi temenan sama kakak?" gadis kecil itu menggeleng cepat.

"Ya udah kakak gak jadi kasih lollipopnya!" ucap Jovita sambil mengeluarkan dua buah lollipop.

"Kakak bohong!" ucap gadis itu tanpa menoleh ke sang kakak.

"Bener gak mau?" akhirnya dia pun menoleh, matanya langsung berbinar senang saat melihat lollipop kesukaannya, wajah cemberutnya seketika langsung berubah sumringah.

"Yeeee.." Vanka bersorak gembira karena sang kakak membelikan permen kesukaannya.

"Bilang apa sama kakak?" tanya Jovita.

"Makasih kakak!" jawab gadis kecil itu senang.

Jovita menyodorkan pipinya agar adiknya itu menciumnya, Vanka pun langsung mencium pipi Jovita. Jovita tersenyum dan mengusap kepala Vanka.

"Ya udah, ayo masuk!" Vanka mengangguk sambil mengemut lollipop nya.

Lalu mereka pun masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum.." ucap Jovita.

"Waalaikumsalam.." jawab bu Fira ibu Jovita dan Vanka.

Jovita langsung menyalami ibunya. Bu Fira terlihat sudah rapi dan siap akan pergi.

"Ibu mau kemana?" tanya Jovita.

"Ibu mau ke pasar dulu, soalnya kita dapet orderan banyak buat arisan di rumah temannya bu RT. Kamu di rumah ya jagain adik kamu!" jawab Bu Fira.

"Biar Jovi aja bu yang ke pasar, ibu di rumah aja," ucap Jovita.

"Gak usah kamu kan baru pulang. Pasti capek, biar ibu aja gak apa-apa!" jawab Bu Fira.

"Gak apa-apa bu. Nanti habis makan aku yang ke pasar biar irit ongkos juga, lumayankan!" ucap Jovita.

Bu Fira terdiam untuk sesaat, lalu dia pun mengangguk.

"Ya udah kamu ganti baju dulu terus makan," Jovita mengangguk. Gadis itu bergegas mengganti bajunya, setelah itu langsung makan.

Dia dan ibunya mempunyai usaha kecil-kecilan, lumayan buat menyambung hidup mereka.

Bu Fira jualan Brownies, untuk di jual online dan juga terima pesanan. Kadang ada juga yang pesan buat acara arisan atau acara lainnya.

Semenjak suaminya meninggal, dia harus banting tulang untuk membiayai hidup keluarganya. Untung ada Jovita yang selalu membantunya dalam mengembangkan usahanya, dan akhir-akhir ini bu Fira sering mendapat orderan online dan juga untuk arisan.

Selesai makan, Jovita bersiap berangkat ke pasar untuk membeli bahan-bahan untuk membuat brownies. Dia membereskan sepedanya agar bisa menyimpan barang-barang yang akan di bawanya nanti.

"Bu aku berangkat ya!"

"Iya hati-hati kak!" Jovita mengangguk lalu dia naik ke sepedanya.

"Assalamualaikum.."

"Waalaikumsalam.."

Jovita mengayuh sepedanya meninggalkan rumah. Sepanjang perjalanan dia menyapa dan tersenyum pada orang-orang yang di temuinya.

Sekitar lima belas menit dia sampai di pasar. Jovita langsung melihat list belanjaan yang sudah di tulis oleh ibunya.

Untungnya Jovita sudah terbiasa belanja, jadi tidak sulit untuk dia berbelanja di pasar karena sering ikut ibunya belanja saat hari minggu, dan dia pun sudah tau langganan ibunya berbelanja.

Setelah selesai membeli semua barang yang di butuhkan. Jovita bergegas mengikat box yang berisi barang belanjaannya pada belakang sepedanya. Setelah itu dia mengayuh sepedanya dan segera meninggalkan pasar.

Saat sedang asyik mengayuh sepeda sambil merasakan semilir angin yang menerpa tubuhnya di cuaca terik ini. Tiba-tiba ada mobil yang melaju kencang dan menyenggol sepeda Jovita hingga dia terjatuh dan barang belanjaannya berhamburan keluar.

Jovita kaget dan menatap tajam mobil yang menyenggolnya.

"WOYYY.. BERHENTI LOE!!" teriak Jovita kesal sambil melempar telur ke arah mobil itu dan tepat mengenai kaca mobil belakang.

Mobil itu pun berhenti. Seorang pria muda keluar dari mobil itu, dia sepertinya seumuran dengan Jovita.

Jovita menatap dingin kepada cowok itu. Dia benar-benar kesal karena ulah cowok itu barang belanjaannya berhamburan dan banyak yang rusak.

Cowok itu menghampiri Jovita. Cowok dengan tubuh tinggi, kulitnya putih, matanya jernih tapi tatapannya tajam, hidungnya mancung. Dia terlihat sangat tampan saat menggunakan kaos polos hitam dan jaket kulit hitam dan celana jeans hitam pula, lalu dia membuka kaca mata hitamnya dan menatap tajam Jovita.

"Loe bisa bawa mobil gak! Liat belanjaan gue hancur semua gara-gara loe," pekik Jovita kesal. Dia menatap tajam pria itu, dengan tatapan seperti ingin memangsa.

Cowok itu hanya menatap remeh, dia tersenyum sinis menatap Jovita dan belanjaannya yang berserakan.

"Loe harus ganti rugi dan loe harus minta maaf sama gue!" pekik Jovita semakin kesal melihat cowok itu malah tersenyum.

Cowok itu tersenyum miring dan terlihat tidak perduli. "Minta maaf?" tanya cowok itu sambil menatap dingin Jovita.

Lalu dia mendekatkan wajahnya ke wajah Jovita dan berucap. "Will.. Never!"

Jovita terbelalak mendengar ucapan cowok itu. Dia semakin kesal dan dia langsung menendang tulang betis cowok itu dan membuat cowok itu memekik kesakitan.

"Argghh.. dasar cewek gila?" rintih cowok itu meringis sambil mengusap betisnya yang terasa sangat sakit.

Jovita tersenyum miring. "Minta maaf loe sama gue!!" pekik Jovita.

"Ogah!" balas cowok itu dengan raut yang sangat kesal.

"Loe harus minta maaf sama gue dan ganti rugi!" pekik Jovita geram.

"Will..Never!" pekik cowok itu dan menatap tajam Jovita.

"Dasar gila!" Lalu dia meninggalkan Jovita begitu saja.

"LOE YANG GILA, JANGAN KABUR LOE. LOE HARUS GANTI RUGI!!" teriak Jovita sambil mengejar cowok itu.

Tapi cowok itu tak menggubris. Dia bergegas masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobilnya meninggalkan Jovita.

"AAARGHH.. DASAR COWOK GILA!!" teriak Jovita sambil menghentak-hentakkan kakinya kesal.

Jovita menatap lirih barang belanjaannya yang sudah berserakan dimana-mana. Jovita menghela nafas, dia segera membereskan barang belanjaannya dan bergegas pulang pasti ibunya sudah menunggu di rumah.

...Jangan lupa ya dukungannya untuk menyemangati si penulis, biar update terus 😄...

...Kasih 👇...

...Like 👍...

...Komen ✍️...

...Vote 🌟...

...Terima kasih 🙏...

Chapter 3

...Welcome to my story'...

.......

.......

..."Seburuk apapun masa lalu, jangan pernah di lupakan simpanlah meski itu menyakitkan, karena masa lalu akan menjadi suatu pembelajaran untuk kita, agar kelak di masa depan tidak akan terulang lagi."...

...🥀🥀🥀🥀...

Seorang gadis tergeletak dengan bersimbah darah di kamarnya, dia mencoba bunuh diri dengan menyayat pergelangan tangannya menggunakan cutter.

Tak lama seorang gadis kecil masuk ke dalam kamarnya.

"Kakak di pang-" belum sempat dia melanjutkan ucapannya, gadis kecil itu kaget dan juga syok. Dia langsung berteriak histeris melihat keadaan sang kakak.

"AAAAA.. IBUUUU..." teriak gadis kecil itu.

Tak lama seorang wanita masuk ke dalam kamar karena mendengar teriakan gadis itu. Dia pun kaget dan langsung berteriak histeris melihat gadis itu tergeletak bersimbah darah.

Gadis kecil itu meringkuk ketakutan melihat darah berceceran di lantai dan melihat gadis itu tergeletak tak sadarkan diri.

"Tidak.. tidak... tidak.." Seorang gadis tengah terlelap namun karena mimpi buruknya tidurnya menjadi gelisah, keringat bercucuran membasahi wajahnya.

"Tidak.. tidaaaak.." gadis itu terbangun dari tidurnya dengan nafas yang terengah-engah. Dia menilik ke sekelilingnya lalu dia menyeka keringat yang membasahi wajahnya.

Lalu dia menenangkan dirinya, sudah sekian lama mimpi buruk itu tidak hadir dan sekarang hadir lagi. Gadis itu menetralkan jantungnya yang seperti habis maraton.

Dia melihat jam di nakas, baru jam empat pagi. Gadis itu mengusap wajahnya, setelah mengumpulkan nyawanya yang masih tertinggal di alam mimpi. Dia mengambil ikat rambut dan mengikat rambutnya asal.

Lalu dia beranjak dan ingin mengambil minum, ternyata di dapur ada ibunya yang sedang membereskan pesanan brownies.

"Udah bangun vi?"

"Iya bu!"

Jovita langsung mengambil minum dan meminumnya hingga tenggorokannya merasa lega. Setelah mimpi buruk membuat tenggorokannya terasa kering dan haus.

"Aku bantuin ya bu!" Bu Fira mengangguk.

Jovita membantu memasukkan browniesnya ke dalam box kertas.

"Nanti sebelum berangkat sekolah, tolong anterin ke rumah bu Erina ya kak!" ucap bu Fira.

Jovita mengangguk. "Jauh gak bu rumahnya?" tanya Jovita.

"Ibu juga gak tau, nanti ibu kasih alamatnya," Jovita mengangguk dan melanjutkan mengemas browniesnya.

...***...

Jovita sudah siap dengan seragam putih abu-abunya, tak lupa rambut kuncir kudanya. Dia memang tidak terbiasa jika rambutnya di gerai, karena merasa risih, jadi dia selalu mengikat rambutnya.

Setelah merapikan penampilannya. Jovita bergegas keluar dan membantu ibunya untuk membereskan jualannya.

Jovita mengikat box berisi brownis di sepedanya.

"Kak sarapan dulu!" ucap bu Fira.

Jovita mengangguk dan langsung masuk ke dalam dan sarapan bersama ibu dan adiknya.

Selesai sarapan, Jovita langsung pamit karena takut kesiangan karena dia harus mengantar pesanan dulu.

"Aku berangkat ya bu!" ucap Jovita sambil menyalami ibunya.

"Iya, hati-hati kak!"

"Dadah adek!" ucap Jovita sambil melambaikan tangannya pada adik kecilnya itu.

"Dadah kakak!"

Jovita mengayuh sepedanya dan bergegas karena takut kesiangan. Dia segera mencari alamat pelanggannya itu.

Cukup lama Jovita mencari dan dia kesulitan mencari alamat rumahnya, setelah bertanya ternyata si pelanggan barunya dari golongan orang kaya.

Jovita sampai menelan ludah melihat rumah mewah bak istana itu. Dia berdiri mematung sambil menatap rumah itu.

Tak lama seorang satpam menghampirinya.

"Cari siapa ya?"

"Apa benar ini rumahnya bu Erina?" tanya Jovita balik.

"Iya betul, ada perlu apa?"

"Ini pak saya mau ngantar pesanan bu Erina," jawab Jovita sambil menunjukkan brownisnya.

"Oh iya, tunggu sebentar!" ucap satpam itu.

Jovita menunggu satpam itu yang kembali masuk ke posnya, mungkin dia ingin memberitahukan majikannya.

Jovita berdiri di depan gerbang sambil menunggu satpam itu. Tiba-tiba pagar rumah itu terbuka sendiri atau otomatis.

Jovita kaget dan takjub melihat kecanggihan rumah itu. Dia melongo melihat pagar itu terbuka sendiri, dia berdecak kagum melihat kecanggihan rumah itu.

Tak lama sebuah mobil mewah keluar dari garasi dan Jovita meminggirkan sepedanya agar tidak menghalangi mobil itu.

Saat mobil itu melewati Jovita tiba-tiba mobil itu berhenti. Lalu kaca mobil terbuka dan menampakan seseorang yang membuat mata Jovita membulat sempurna, bahkan mulutnya menganga saking kagetnya.

"Elo!!" pekik Jovita. Cowok itu turun dari mobil dan menatap tajam Jovita.

"Loe sinting ya, Ikutin gue sampe rumah!" pekik cowok itu kesal.

"Siapa yang ikutin loe, gak usah ge'er," balas Jovita tak kalah kesal.

"Jihhh.. ngeles lagi loe!" Cowok itu mengambil dompetnya lalu mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan.

"Loe butuh duit kan? Nih gue kasih, tapi awas ya loe! Jangan lagi datang ke rumah gue dan ikutin gue!" pekik cowok itu sambil melempar uang itu ke Jovita.

Jovita terbelalak karena di perlakukan seperti itu, dia merasa di rendahkan oleh pria itu. Cowok itu langsung masuk mobil dan melajukan mobilnya meninggalkan Jovita yang sedang kesal.

"WOYYY TUNGGU LOE DASAR COWOK GILA!!" teriak Jovita dan ingin mengejar mobil itu, tapi pak satpam segera memanggilnya. Jovita pun tak jadi mengejar dan menghampiri satpam itu.

"Kamu tunggu sebentar ya, nanti ada yang ngambil pesanannya," ucap satpam itu. Jovita mengangguk.

Jovita benar-benar kesal karena bertemu cowok gila itu. Dia tidak menyangka jika rumah mewah yang ada di hadapannya ini milik cowok gila itu. Kalo dia tau itu rumahnya, dia juga tidak akan mau datang ke sana.

Setelah urusan dengan brownies selesai, Jovita bergegas ke sekolah karena takut kesiangan. Tapi untung saja dia tidak kesiangan, masih ada waktu tujuh menit sebelum bel masuk.

Jovita langsung duduk di kursinya, hatinya masih dongkol karena cowok gila tadi.

"Jangan sampe gue ketemu dia lagi, amit-amit.." ucap Jovita bergidik.

Jovita menelungkupkan kepalanya di meja, sahabatnya Anggika tak tau kemana dia, Jovita belum melihatnya.

Tiba-tiba terdengar suara gaduh di luar kelas, teriakkan histeris para siswi sangat nyaring terdengar. Jovita mengangkat kepalanya, dan beberapa siswi berlarian keluar. Jovita mengernyit heran, ada apa? Kenapa semuanya berlarian? pikirnya.

Dia pun beranjak karena penasaran, Jovita menghampiri kerumunan yang ada didepan ruang guru. Tiba-tiba seseorang menarik tangan Jovita dan membuat Jovita kaget.

"Anggi!" Anggika menyengir.

"Ada apa sih gi? Kok heboh banget!" tanya Jovita penasaran.

"Loe gak tau jov? Sekolah kita kedatangan murid baru, keren abis, ganteng banget Jovita," Jawab Anggika antusias.

"Oh, kirain ada apa?" balas Jovita cuek dan tak perduli. Anggika hanya mendengus sebal melihat sahabatnya bersikap cuek seperti itu.

Dia kembali berbalik dan menuju ke kelasnya, baginya itu tidak penting buat di urusin.

"Loe mau kemana?" tanya Anggika.

"Ke kelas!" jawab Jovita sambil berlalu masuk kelasnya.

Dia kembali duduk dan menelungkupkan wajahnya di meja dan mengabaikan suara berisik dari para siswi yang histeris karena kedatangan murid baru.

"Seganteng apa sih tuh orang? Kok heboh banget," Jovita mengangkat kepalanya sebentar lalu kembali menelungkupkan wajahnya.

Tak lama bel masuk berbunyi, tapi Jovita masih tetap di posisi yang sama. Anggika menyenggol Jovita, tapi Jovita mengabaikannya.

Tak lama guru masuk ke kelas bersama seorang murid baru.

"Pagi anak-anak!" sapa Bu guru.

Jovita pun mengangkat kepalanya dan kali ini dia benar-benar hampir jantungan melihatnya, sampai-sampai dia hampir terjengkang karena kaget. Anggika menatap heran sahabatnya itu.

"Loe kenapa Jov?" bisik Anggika. Jovita hanya membalas dengan gelengan kepalanya.

Jovita menatap tak percaya, jika cowok gila itu murid barunya.

"Sial banget sih gue! Kenapa malah satu sekolah bahkan satu kelas dengan cowok gila itu." batin Jovita kesal.

Jovita menghela nafas panjang dan menundukkan wajahnya. Dia benar-benar kesal sampai ke ubun-ubun.

...Terus dukung ya, biar semangat update nya 😊...

...Kasih 👇...

...Like 👍...

...Komen ✍️...

...Vote 🌟...

...Terima kasih 🙏...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!