Langkah kaki anak laki-laki yang masih berusia satu tahun tersebut terlihat masih belum stabil. Terlihat dia sangat kesusahan saat membawa mainan mobil-mobilannya yang cukup besar untuk ukuran tubuhnya.
"Zee, Sayang, jangan digendong mobil-mobilannya. Nanti berat," kata Gitta, sang mommy.
"Eyat?" anak laki-laki tersebut berbalik sambil menatap wajah sang mommy.
"Iya, berat. Kalau Zee mau main mobil-mobilan, sini Mommy bawakan. Kita main di teras samping, yuk."
Sang anak langsung mengangguk mengiyakan. Dia memberikan mobil-mobilan tersebut kepada sang mommy. Setelah itu, dia mengikuti langkah kaki mommynya menuju teras samping. Mereka bermain mobil-mobilan di sana.
Tak berapa lama kemudian, terdengar sebuah suara memanggil si anak laki-laki tersebut.
"Zee, Sayang?! Mama bawakan ice cream nih. Mau nggak?"
Sang anak laki-laki yang mendengar teriakan mamanya (mama, untuk panggilan nenek) langsung beranjak berdiri. Dia segera mencari keberadaan neneknya tersebut.
"Au kim, Ma!" teriak Zee sambil berjalan cepat.
Grep.
Tubuh bayi laki-laki tersebut langsung menubruk dan memeluk erat sang nenek.
"Au kim Ma," rengek sang anak laki-laki.
"Boleh. Tapi kiss dulu sini. Emuuahh emuuaahhh."
Setelahnya, si anak laki-laki mendapatkan apa yang diinginkannya.
"Dari mana, Mom?" tanya Gitta saat sudah berada di sebelah mommy mertuanya.
"Dari hotel, Sayang. Ken belum pulang?"
"Belum, Mom. Sepertinya ada acara sama daddy hari ini."
"Eh, Ken ikut?" tanya Mommy Retta terkejut. Pasalnya, acara yang diikuti oleh Daddy Vanno hari itu adalah khusus untuk para senior.
"Sepertinya begitu, Mom. Tadi mas Ken bilang jika akan ikut Daddy."
"Tumben Ken mau ikut," jawab mommy sambil mencebikkan bibirnya.
"Memangnya kenapa, Mom?" tanya Gitta penasaran.
"Acara hari ini kan untuk para senior. Jadi, bisa dipastikan yang hadir adalah para senior, alias para pengusaha yang berusia lanjut. Hehehe."
Seketika Gitta terkejut mendengarnya. Tumben sang suami mau ikut acara seperti itu. Belum selesai rasa keterkejutan Gitta, terdengar suara dari arah pintu depan. Ternyata Ken terlihat berjalan memasuki rumah dengan ekspresi wajah di tekuknya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Kenapa wajahnya di tekuk begitu, Mas?" tanya Gitta setelah mengecup tangan sang suami.
Mommy Retta yang bisa menebak ekspresi wajah Ken langsung terkekeh geli.
"Aku dibohongi daddy, Yang. Tadi katanya ada acara pertemuan untuk membahas proyek baru. Eh, nggak taunya acara reuni para kakek-kakek." Kata Ken sambil menggerutu.
Seketika Gitta dan mommy Retta hanya terkekeh geli saat mendengar gerutuan Ken.
Zee yang melihat kedatangan sang daddy langsung beranjak berdiri sambil merentangkan kedua tangannya. Jangan lupakan mulutnya yang sudah belepotan es krim kemana-mana.
"Tedi, ndong."
Seketika Ken langsung meraup sang putra ke dalam gendongannya. Belum sempat Gitta protes karena Ken belum membersihkan diri, sudah terdengar teriakan sang suami.
"Astaga, Zee! Kamu minta gendong Daddy hanya untuk mengusapkan belepotan es krim di wajahmu itu?!" Ken mendelik tajam saat melihat kemeja depannya sudah belepotan es krim sang putra.
Gitta yang melihat hal itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Setelah itu, Gitta langsung meminta Ken memandikan Zee karena hari sudah cukup sore.
Malam itu, setelah makan malam Gitta mengajak sang putra untuk beristirahat. Zee langsung mencari pabrik nutrisinya dan langsung mengenyotnya dengan rakus. Saat itu, Ken tengah membuka laptop dan memeriksa beberapa email sambil duduk di sofa yang berada di dalam kamar.
Zee yang memang belum mengantuk langsung melepaskan mulutnya dari pabrik nutrisi dan berbalik menghadap sang daddy.
"Tedi tak bobo?"
"Sebentar lagi. Zee bobo dulu sama mommy."
"Anti angan pindah, ja?"
Seketika Ken menghembuskan napas beratnya. Dia menoleh ke arah sang putra yang tengah berbaring di atas tempat tidurnya. Ken sangat tahu maksud perkataan Zee. Zee tidak mau dipindahkan ke tempat tidurnya sendiri. Dia ingin tidur dengan sang mommy.
"Iya." Jawab Ken dengan ekspresi datarnya.
Iya tentu saja kamu akan dipindahkan. Mana mungkin orang tua kamu bisa bebas bergulat jika ada kamu di atas ring, Zee. Batin Ken.
•••
Hallo semua. Terima kasih sudah mampir ke cerita ini. Cerita ini merupakan sekuel dari cerita Mendadak Istri. Jadi, jika ada yang belum membaca versi pertamanya, silahkan mampir dulu, agar tidak bingung dengan sifat dan tingkah laku para tokohnya 🤭
Untuk cerita baru ini, othor minta dukungan ya, klik ♥️ (untuk masuk daftar favourite) dan klik 👍 juga buat othor. Dan jangan lupa, klik vote dan komen. Semakin banyak dukungan buat othor, semakin semangat othor upnya. Terima kasih 🤗🤗
Keesokan pagi, Ken sudah bersiap-siap pergi ke kantor. Namun, sang putra masih saja terlihat menggelayuti tubuhnya. Zee benar-benar tidak mau ditinggalkan.
"Zee, Daddy mau kerja dulu. Zee di rumah sama Mommy, ya." Bujuk Gitta dan masih tidak ditanggapi oleh sang putra.
"Indak au. Au tut Tedi."
Gitta yang sudah mengetahui jika Ken harus pergi meeting diluar kantor pun semakin panik.
"Bagaimana ini, Mas? Jika sudah seperti ini, Zee pasti akan nangis kejer nanti."
Ken langsung meraup Zee ke dalam gendongannya. Dia menciumi pipi gembul sang putra sambil berjalan.
"Aku bawa ke rumah mommy dulu. Kamu ada ujian kan hari ini?" Tanya Ken sambil melangkahkan kakinya menuju pintu depan.
"Iya, Mas."
"Ya sudah, kamu ke kampus dulu. Aku titip Zee ke daddy."
"Eh, memangnya tidak apa-apa?" Tanya Gitta sambil mengekori langkah kaki Ken.
"Daddy jadwalnya longgar hari ini. Paling dia hanya memeriksa laporan dari kantor di Dubai. Biar dia sedikit ada kegiatan nanti jika menjaga Zee."
Gitta hanya bisa pasrah sambil menatap kepergian Ken yang sedang berjalan menuju gerbang. Ya, rumah Ken dan orang tuanya hanya berjarak dua rumah. Ken segera berjalan menuju rumah orang tuanya sambil menggendong Zee.
"Au ana?" tanya Zee sambil memeluk erat leher sang daddy.
"Zee mau beli mainan baru nggak?" tawar Ken sambil mengulas senyumannya. Ken yakin jika sang putra pasti akan sangat suka mendengarnya.
Seketika wajah Zee langsung sumringah. Dia menganggukkan kepala dengan antusias. Jangan lupakan air liur yang membasahi bibirnya tersebut. Ken benar-benar dibuat gemas dengan hal itu.
Ken langsung membawa Zee masuk ke dalam rumah orang tuanya. Terdengar suara daddy Vanno dan mommy Retta dari lantai atas. Ken segera membawa Zee untuk menemui kedua orang tuanya tersebut.
"Yang, yakin nggak mau nambah? Ini masih kuat lho. Lihat nih, masih belum mau tidur ini." Kata daddy Vanno dari dalam kamar.
"Nggak mau, Mas. Aku sudah capek. Kamu itu minum apa sih semalam, bisa-bisanya itu si Vj nggak mau tidur semalaman. Kamu kira aku nggak capek?" Kata mommy Retta.
"Nambah sedikit lagi ya, Yang. Sudah pilek ini nih," rengek daddy Vanno.
Ken yang mendengar perdebatan absurd kedua orang tuanya hanya bisa menghembuskan napas beratnya. Dia harus segera menitipkan putranya jika tidak ingin keduluan aktivitas iya-iya mereka.
Ken segera mengetuk pintu kamar orang tuanya dan membukanya langsung. Terlihat Ken dan Zee melongokkan kepalanya ke dalam kamar mommy Retta dan juga daddy Vanno.
Seketika wajah mommy Retta langsung sumringah saat melihat sang cucu.
"Wuuaahhh, ada cucu Mama. Ayo, sini turun dulu." Kata mommy Retta sambil meminta Ken menurunkan putranya.
"Ken titip Zee dulu ya, Mom. Hari ini Ken ada meeting di luar. Gitta juga ada ujian kuliah."
"Gampang, ada daddy kamu. Mommy juga ada janji dengan beberapa orang hari ini. Biar Zee sama daddy kamu. Sekalian biar daddy kamu ada kerjaan."
Daddy Vanno yang mendengar perkataan mommy Retta hanya bisa menghembuskan napas beratnya. Seketika, Zee langsung menghambur memeluk tubuh daddy Vanno.
"Ao beyi ainan, Pa. Ji au beyi obin becal (ayo beli mainan, Pa. Zee mau beli mobil besar)"
Daddy Vanno hanya bisa menatap wajah polos Zee sambil melirik Vj yang masih meronta-ronta. Mommy Retta yang melihat hal itu langsung mencebikkan bibirnya.
"Istirahat dulu, Mas. Sekali-kali jagain cucu, jangan si Vj terus yang dijagain."
"Iya, iya. Tapi nanti aku minta imbalan. Double, Yang." Jawab daddy Vanno sambil meraup Zee ke dalam gendongannya.
"Ccckkk, kamu itu selalu saja cari kesempatan, Mas."
"Hehehe, nggak apa-apa, Yang. Aku kan berusaha kasih kamu cara dapat pahala." Jawab daddy Vanno sambil tersenyum nyengir. Setelahnya, daddy Vanno langsung menggendong Zee dan membawanya keluar kamar. "Ayo Zee, beli mainan. Setelah itu, ikut Papa ke kantor. Okay?"
"Ote!"
Jangan lupa tinggalkan jejak buat othor ya. Kasih jempol dan komen yang banyak. Jangan lupa klik ♥️ buat othor, biar othor tambah semangat upnya. 🤗
Hari itu daddy Vanno membawa Zee ke kantor setelah membeli mainan. Seperti biasa, Zee sudah langsung larut dengan mainan-mainan barunya saat sudah berada di kantor sang kakek.
Dinda, sekretaris daddy Vanno langsung memberikan beberapa laporan yang harus diperiksa oleh daddy Vanno.
"Tolong bacakan jadwalku hari ini," kata daddy Vanno sambil membuka laporan tersebut.
"Baik, Pak. Hari ini tidak ada jadwal meeting. Tapi, nanti siang Mr. Chen akan datang untuk membicarakan proyek yang ada di Lombok, Pak."
Kening daddy Vanno berkerut setelah mendengar perkataan Dinda. Daddy Vanno langsung menoleh menatap sang sekretaris dengan tatapan tajamnya.
"Kamu sudah menyampaikan ke TS jika aku tidak mau bekerja sama dengan mereka, kan?"
"Su-sudah, Pak. Saya juga sudah mengirimkan email langsung kepada sekretaris Mr. Chen, Pak."
"Lalu, kenapa dia masih mau menemuiku? Aku nggak akan mau bekerja sama dengan perusahaan yang sudah bermasalah dengan pemerintah!"
"I-iya, Pak. Saya tidak tahu kenapa Mr. Chen ingin menemui Anda. Beliau memaksa ingin bertemu dengan Anda siang ini," kata Dinda sambil menundukkan wajahnya. Dia benar-benar takut dengan kemarahan atasannya itu.
"Aku tidak peduli! Aku tidak mau menemuinya."
"Baik, Pak. Akan saya sampaikan kepada sekretaris beliau," kata Dinda sambil menundukkan kepalanya. Setelah itu, dia segera pamit untuk kembali ke mejanya.
"Hhhffftt, bisa-bisa aku akan kena serangan jantung jika terus-terusan begini. Tapi, sayang sekali jika aku harus keluar dari perusahaan ini," gumam Dinda sambil kembali melanjutkan pekerjaannya.
Zee yang melihat sekretaris papanya keluar ruangan, langsung berjalan menuju meja sang kakek.
"Pa, Ji antuk. Au bobo," kata Zee sambil menabrakkan tubuhnya pada pangkuan sang kakek.
"Eh, Zee sudah ngantuk? Mau pulang sekarang?"
"Indak au. Au bobo cini."
"Ya sudah, ayo bobo sama Papa," kata daddy Vanno sambil mengangkat Zee ke dalam gendongannya.
Zee langsung mengalungkan kedua tangannya pada leher daddy Vanno. Kepalanya disandarkan pada bahu kiri sang kakek. Dia terlihat sudah sangat mengantuk.
Daddy Vanno langsung mengangkat telepon dan menghubungi Dinda.
"Aku sibuk, jangan diganggu. Aku tidak mau siapapun menggangguku siang ini," kata daddy Vanno. Dia langsung menutup panggilan telepon tersebut tanpa menunggu jawaban dari Dinda.
Setelah itu, daddy langsung membawa Zee ke dalam kamar pribadi yang ada di dalam ruang kerja daddy Vanno. Tak lupa juga, daddy Vanno membuatkan susu untuk sang cucu.
"Keyyon cini Pa," kata Zee sambil menepuk-nepuk tempat tidur di samping kanannya. Zee meminta daddy Vanno untuk menemaninya tidur siang.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, daddy Vanno langsung menggulung lengan kemejanya dan beranjak ke atas tempat tidur. Siang itu, dua laki-laki yang berbeda generasi tersebut tidur siang dengan nyenyaknya.
Selepas makan siang, mommy Retta tiba di kantor daddy Vanno. Dia berjalan menuju ruangan sang suami dengan membawa makan siang. Terlihat Dinda juga baru saja kembali dari makan siangnya.
"Bapak ada, Din?" tanya mommy Retta.
Dinda sedikit bingung bagaimana menjawabnya. Namun, dia segera mengangguk mengiyakan sambil mengulas senyumannya.
"Ad, Bu. Bapak di dalam sejak tadi."
"Belum makan siang?"
"Eh, sepertinya belum, Bu. Tadi, Bapak tidak meminta untuk dipesankan makan siang. Dan juga, Bapak belum terlihat keluar ruangan sejak tadi, Bu."
Mommy Retta langsung menghembuskan napasnya. Dia sudah hafal dengan kelakuan sang suami. Bisa dipastikan, kedua laki-laki tersebut sedang tidur siang.
Mommy Retta langsung beranjak menuju ruangan daddy Vanno. Setelah itu, mommy langsung berjalan menuju kamar yang ada di ujung sebelah kanan ruangan tersebut. Di sana merupakan kamar pribadi daddy Vanno.
Ceklek.
Mommy Retta membuka pintu kamar tersebut. Terlihat dua orang laki-laki beda generasi tengah tidur dengan nyenyaknya. Kaki kiri Zee bahkan sudah nangkring pada leher daddy Vanno. Entah bagaimana caranya mereka selalu bisa tidur nyenyak dimanapun berada.
Mommy Retta langsung berjalan untuk menghampiri daddy Vanno. Dia menggoyangkan lengan sang suami untuk membangunkannya.
"Mas, bangun dulu gih."
"Hhhmmm,"
"Mas, jangan ham hem terus. Bangun dulu, kamu dan Zee belum makan siang."
Seketika daddy Vanno membuka kedua bola matanya dan menyipit menatap wajah mommy Retta.
"Makan kamu dulu boleh, Yang?"
Ini daddy Vanno mengigau atau bagaimana sih? 🤔
Jangan lupa klik ♥️, like dan komen ya. Bantu promote juga cerita ini, terima kasih 🤗
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!