Assalamualaikum, terima kasih karena sudah menyempatkan waktu untuk mampir membaca kisah Yuni dan mas Arya, jangan lupa krisarnya ya 🌷 selamat membaca.
~°°~
Di rumah sakit ini, terlihat dua saudari yang tengah berbincang-bincang, Eca dan Yuni nama kedua wanita itu.
"Yun, sebenarnya ada yang ingin kakak sampaikan." Ucap Eca dengan serius.
"Katakanlah kak, apa yang ingin kamu sampaikan." Ujar Yuni.
Eca meraih tangan adiknya sembari menarik nafas dalam-dalam. Sepertinya apa yang akan di sampaikan sangatlah penting.
"Kakak, ada apa kenapa kakak terlihat begitu gelisah. Katakan saja?" Menyadari situasi itu Yuni menjadi penasaran.
"Maafkan jika apa yang akan aku sampaikan ini agak sedikit keterlaluan, tapi aku sudah memikirkan ini sejak lama." Ucap Eca masih mengumpulkan keberanian.
Yuni mengerutkan keningnya, tidak biasanya dia melihat kakaknya seserius ini. Kira kira apa yang ingin Eca sampaikan.
"Jadi begini Yun, aku mau kamu... Menikah dengan mas Arya."
Sontak Yuni syok mendengar ucapan Eca. Dia yang tadinya tersenyum seketika pudar dan suasananya hening. Sepertinya Yuni masih mencerna apa yang baru saja Eca sampaikan.
"Hah, Kakak bilang apa?" tanya Yuni.
"Aku mau kamu menikah dengan mas Arya." Ucap Eca sekali lagi.
"Apa-apaan ini kak, apakah kakak sudah gila. Itu suamimu bagaimana bisa." Yuni terperanjat dari duduknya dia Syok mendengar kalimat sang kakak.
Sedangkan Eca, matanya sudah berkaca-kaca dia sebenarnya tidak mudah baginya untuk bisa memutuskan hal ini akan tetapi dia merasa ini adalah satu-satunya jalan.
"Tidak kak, kamu pasti bercanda kan. Maksudnya bagaimana bisa kakak memikirkan hal itu, ya ampun." Ujar Yuni menganggap Eca tengah bercanda.
"Aku serius, aku tidak sedang bercanda. Aku memang mau agar kamu menikah dengan mas Arya Yuni, tolong ini permintaan ku." Jawab Eca Dengan serius.
"Iya tapi kenapa kak, ya tuhan. Aku harap ini hanya mimpi." Ujar Yuni tidak terima.
"Itu karena.... Itu karena waktu ku sudah tidak lama lagi Yun." Ujar Eca berderai air mata.
Melihat' Eca menangis tersedu-sedu membuat Yuni ikut bersedih. Dia menatap Eca nanar, masih belum bisa percaya dengan permintaan sang kakak yang ingin agar dia menikahi Arya, kakak iparnya sendiri yang mama itu mustahil untuk iya lakukan.
"Jadi aku memohon padamu, tolong kabulkan permintaan terakhir ku ini. Hanya kamu yang bisa aku percaya." Sekali lagi Eca memohon pada sang adik agar bersedih mengambil permintaannya.
"Tidak kak, aku tidak bisa. Jangan katakan hal yang belum terjadi, aku yakin kamu pasti bisa sembuh jadi tolong jangan putus asa." Yuni mencoba menenangkan Eca.
Eca hanya bisa menangis, berat rasanya ia menerima takdirnya. Namun, penyakit yang ia derita memang sudah sangat mengerrogoti tubuhnya. Sehingga dokter mendiagnosis jika dia sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi.
"Jangan menangis kak, aku yakin pasti akan ada keajaiban dan kakak pasti sembuh." Ujar Yuni Seolah memberikan harapan.
"Tidak Yuni, ini takdirku. Jadi sebelum aku pergi aku ingin menitipkan keluarga ku padamu jadi sekali lagi aku mohon agar kamu mau memenuhi harapan terakhirku ini." Eca menyatukan kedua tangannya agar Yuni setuju.
Yuni dilema, dia bingung harus mengatakan apa pada sang kakak. Satu sisi dia berpikir mustahil jika dia menikahi kakak iparnya, namun di sisi lain dia juga tidak tau bagaimana cara menolak permintaan terakhir kakaknya.
"Aku akan memberikan mu waktu untuk memikirkan ini, tapi aku harap kamu mau." Ujar Eca kini terlihat lebih tenang.
Yuni hany terdiam, pikirannya kacau dan hang bisa melamun menatap Eca. Lalu tiba-tiba suara pintu membuyarkan lamunannya. Dari arah pintu muncul seorang pria tinggi gagah dan terlihat rapi dengan setelan jas yang membuat dirinya semakin tampan. Dia tak lain adalah Arya.
"Selamat siang sayang, bagaimana perasaan mu hari ini?" Tanya Arya yang kini sudah berada di samping istrinya. Dia membungkuk sambil menciumi kening Eca.
"Aku merasa baikan hari ini mas, lagipula di sini ada Yuni jadi aku merasa bahagia." Jawab Eca.
"Tentu, ohh iya Yuni. Terimakasih karena kamu mau meluangkan waktu menjaga Eca di sini. Karena akhir-akhir ini aku sibuk jadi tidak ada waktu untuk istriku." Ucap Arya merasa sangat berterima kasih pada adik iparnya itu.
"Tidak perlu berterimakasih kak, aku adiknya jadi sudah sepantasnya aku membantu merawat kakaku." Jawab Yuni.
Ohh iya sayang, coba kamu lihat apa yang aku bawah untukmu." Arya lalu memberikan sebuah hadia pada istrinya.
"Apa ini mas?" Tanya Eca penasaran karena hadia itu di bungkus menjadi kado.
"Buka saja, aku yakin kamu pasti sangat menyukainya." Arya terlihat excited.
Eca lalu membuka bungkusan kado itu dan ternyata isinya adalah sebab cicin berlian yang Indah. Sejenak ia terkesima memandangi barang mawab itu.
"Mas, ini adalah cicin berlian yang sangat aku inginkan. Mas, terima kasih." Eca lalu memeluk suaminya dengan mata berkaca-kaca.
"Iya sayang sama-sama. Aku harap dengan ini kamu semkin semangat ingin sembuh dan aku janji setelah nanti kamu sembuh aku akan mengajakmu belanja sepuasnya dan kita juga akan liburan." Arya memberi semangat pada istrinya.
Eca yang tadinya merasa senang seketika terlihat murung. Dia memandangi cincin berlian tersebut beberapa saat. Seketika Eca meraih tangan Yuni dan langsung menyematkan cicin itu di jari sang adik.
Arya dan Yuni sontak kaget dengan Eca yang tiba-tiba melakukan hal ini. Yuni terlihat panik dan segera menarik tangan nya. Dari sang kakak.
"Wah sangat indah, ini cocok di jari kamu Yuni. Benarkan mas." ujar Eca memuji.
Tetapi Arya tidak beraksi apa-apa selain masih kaget dengan tindakan Eca. Lalu Yuni, dia segera melepaskan cincin itu dan mengembalikannya ke Eca lagi.
Suasana kembali hening dan canggung, Yuni salah tingkah atas tindakan Eca yang tidak terduga. Sungguh dia merasa tidak nyaman pada sang kakak ipar.
"Kenapa di lepas, ini cocok untukmu." Ujar Eca.
"T-tidak kak, aku tidak pantas memakainya lagi pula ini hadiah dari kak Arya untukmu." ujar Yuni gugup.
Eca menatap suaminya yang masih terlihat kebingungan. Tidak di pungkiri saat ini Arya merasa agak kecewa dengan sikap istrinya
"Mas, bagaimana kalau hadia ini untuk Yuni saja. Bukan aku menolak tapi aku rasa sudah tidak pantas memakainya." ujar Eca pada sang suami.
Eca lalu memperlihatkan jari jemarinya yang terlihat kering kerontang sehingga membuat Arya menjadi sedih seketika.
"Ya tuhan, apa yang kakak lakukan. Ini tidak benar sebaiknya aku keluar dari sini." Batin Yuni bergegas pergi.
"Yuni, mau kemana. Aku mohon kamu tetap di sini. sudah saatnya aku akan menyampaikan pada Arya." Eca menghentikan Yuni untuk pergi.
"Sayang, ada apa ini, apa yang ingin kamu sampaikan?" tanya Arya kebingungan.
"Mas, apakah kamu mencintaiku? Eca justru bertanya balik.
"Yah, aku sangat mencintaimu kenapa tiba-tiba kamu bertanya begitu, ada apa ini sebenarnya."
"jika seperti itu, mau kah kamu mengabulkan permintaanku."
"kakak!"
Yuni bereaksi, dia menatap Eca sembari menggelengkan kepala memohon agar Eca tidak melakukannya.
"Permintaan... Yah tentu sayang, aku pasti akan memberikan apa yang kamu inginkan, katakan saja." ujar Arya tanpa rasa curiga.
"Mas.... Menikahlah dengan Yuni."
Bersambung...
"Apa, sayang apa yang sedang kau katakan ini. kamu mau aku menikah lagi?"
Arya syok mendengar kalimat yang diucapkan oleh Eca. Dia menatap wajah istrinya dengan serius. Eca lalu menganggukkan kepala mengiyakan pertanyaan suaminya.
"Sayang, kamu bercanda kan. Aku tau ini hanya prank kan, kalian merencanakan ini kan agar aku terkejut." Arya mencoba positif thinking dan menganggap jika saat ini Eca sedang mempermainkannya.
"Hahah... Lihatlah kalian gagal aku sudah menebak rencana kalian. Tapi aku akui aku tadi sempat terkejut sih." Arya mencoba mencairkan suasana.
Tetapi melihat reaksi Eca dan Yuni yang hanya diam membuat perasaan Arya tidak nyaman.
"Sayang, kamu tidak serius kan, ini hanya prank kan?" Arya mencoba memastikan.
"Maafkan aku mas, tapi aku serius dan aku tidak sedang mempermainkan mu." Ujar Eca dengan serius.
Singtt... Telinga Arya seketika berdengung saat Eca kembali mengatakannya. Dia diam membeku menatap wajah istrinya dengan seksama. Eca lalu memejamkan mata sejenak sembari menarik nafas untuk mengendalikan diri agar tidak menangis.
"Sayang, apa ini apa kau sadar dengan apa yang baru saja kau katakan?" perlahan Arya bertanya.
"Iya Mas aku sadar dan aku ingin kau menikah dengan, Yuni." Eca menunduk.
Yuni pun turut memejamkan mata kala Eca menyebut namanya air matanya langsung meleleh saat itu juga.
"Apa!!"
"Apa-apaan Ini, kenapa kamu bisa mengatakan itu!" kemarahannya meledak seketika tidak bisa terima keputusan yang tidak masuk akal ini.
"Mas, aku mohon jangan menolak tadi kau sudah berjanji untuk menuruti semua keinginanku dan inilah yang aku inginkan." Ujat Eca bersih keras.
"Yah, aku memang ingin menuruti keinginan mu, tapi tidak untuk permintaan yang tidak masuk akalmu itu." Arya Frustasi dan berjalan mondar-mandir sambil memijat Pangkal hidungnya. Sedangkan Yuni, hanya diam membisu karena tidak tahu apa yang harus ia perbuat.
"Mas aku mohon dengarkan aku dulu mas Aku..." Ucapannya langsung di potong oleh Arya.
"Tidak, aku tidak bisa memenuhinya, ini salah." Arya dalam kemarahan pergi meninggalkan ruangan itu. Melihat reaksi sang suami, Eca hanya menangis tak berdaya karena sebenarnya dia juga tidak menginginkannya tapi tekatnya sudah bulat.
"Yuni, apa aku salah hiks, ini kan demi kebahagiaan keluargaku, aku hanya ingin setelah kepergianku ada orang yang merawat mereka?" dalam tangisnya Eca bertanya pada adiknya itu.
"Kak, niat kakak tidak salah tapi keputusanmu yang ingin menikahkan aku dengan suamimu yang keliru. Mana Mungkin aku bisa menikah dengan orang yang sudah aku anggap seperti ayahku sendiri." Ucap Yuni mengutarakan pendapatnya.
Tidak ada kata yang di ucapkan oleh Eca sampai tiba tiba saja dadanya terasa sesak dan nafas tidak teratur dan kesulitan bernafas. Yuni langsung panik melihat keadaan Eca, dia pun langsung memencet tombol darurat yang ada di ruang itu untuk memanggil dokter, dan tak lama kemudian dokter datang dengan tergesa-gesa.
"D-dokter, apa yang terjadi pada Kakak saya?" Yuni bertanya dengan panik.
Tapi dokter tidak mengatakan apa-apa karena sibuk menangani pasien. Yuni merasa takut jika terjadi sesuatu yang tidak di inginkan, air matanya semakin deras bercucur menunggu hasil dari dokter. Lima menit berselang dokter akhirnya berhasil menangkan Eca, setelah kepanikan tadi dokter kini terlihat lega karena pasien baik-baik saja.
"Dokter, bagaimana keadaannya?" tanya Yuni cemas
"Saat ini pasien baik baik saja, yang menyebabkan dia seperti itu karena terlalu banyak pikiran hingga drop. Sesak nafasnya itu adalah efek dari penyakitnya yang semakin para saya sarankan agar pasien menjalankan pengobatan di rumah sakit yang lebih canggih agar pasien bisa di selamatkan." jelas sang dokter.
"Alhamdulillah, baik dokter kami akan mengusahakan nya segera." Yuni merasa agak lega. Walupun tidak menutupi rasa risaunya tentang kondisi sang kakak yang semakin hari semakin buruk.
"Baiklah kalau begitu, saya permisi dulu jika ada apa-apa segera beritahu kami." ujar sang dokter berlalu pergi.
****
Di sisi lain, Arya pergi meninggalkan rumah sakit dengan mengendarai mobilnya dia begitu marah dan terus membayangkan ucapan istrinya tadi. Karena emosi, dia menyetir dengan kecepatan tinggi untung saja kala itu jalan sepi tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang. Tak berapa lama, dia menghentikan mobilnya di suatu tempat yang sepi untuk menenangkan dirinya.
"Kenapa harus seperti ini....!"
"Kenapa kau melakukan ini Ca, bisa bisanya kau meminta ku menikahi Yuni, adikmu sendiri." Arya menetaskan air sambil memukul mukul besi hingga tanpa sadar tangannya terluka.
Cukup lama Arya berdiam diri di sana untuk menjernihkan pikiran serta melampiaskan kemarahannya, pada saat dia sedang melamun menatap hamparan lautan yang luas tiba tiba ponselnya berdering.
Ia lalu merogoh kantong celananya untuk mengambil benda pipih itu dari dalam sana, dan tanpa melihat orang yang menghubunginya dia langsung saja menjawab panggilan itu.
"Halo!" Ucapnya dengan nada datar. Berbeda saat dia diam kala mendengar Suara yang familiar dari seberang telepon itu. kemudian beberapa detik berselang wajah berbuah tegang dan matanya membulat sempurna.
bersambung... kira kira siapa yang menelpon Arya, hingga membuatnya syok kala mendengar suara dari si penelpon. Dan bagaimana selanjutnya apakah Arya akan menerima permintaan sang istri atau justru menolaknya.
"Halo ayah, ini Eva. Sekarang aku sedang dalam perjalanan pulang." Ternyata orang yang menelponnya adalah putrinya sendiri, seketika Arya terkejut.
"K-kau pulang, kenapa tidak mengabari ayah terlebih dahulu?" Arya merasa tegang dan langsung memarahinya
Eva tak bergeming, dia terkejut atas reaksi sang ayah. Panggilan itu hening beberapa saat sampai akhirnya Arya kembali berkata.
"Baiklah, ayah akan menjemputmu di terminal." Ucap Arya, kemudian mematikan telponnya.
****
"Apa yang terjadi kenapa ayah marah jika aku pulang, apakah dia lupa ini tentang liburku. Bukanya Setiap semester berakhir ayah sudah tahu aku akan pulang kerumah?" Eva bergumam merasa heran. Lalu tiba-tiba bus itu berhenti untuk mengambil penumpang. Ditengah lamunannya Eva terkejut saat ada yang menyapanya.
"Bukannya kau Eva, putrinya pak Arya dan Bu Eca?" tanya seorang wanita paruh baya yang duduk di sampingnya, wanita itu adalah penumpang yang baru saja naik.
Eva melirik sambil tersenyum sembari menjawab pertanyaan si wanita.
"Iya Bu, kok ibu bisa tahu orang tua saya?" sedikit penasaran Eva bertanya bagaimana bisa ibu itu mengenalinya.
"Ehh kamu lupa sama saya, saya Bu Susan tetangga kamu." Jawab si wanita yang ternyata tetangganya. Eva mengerutkan kening sambil mengingat-ingat.
"Ohh Bu Susan, ibunya Wati ya." ucap Eva.
"Iya benar Sekali." jawab Bu Susan merasa senang karena akhirnya Eva mengenalnya.
"Ya ampun bu, maafkan saya karena tidak mengenali mu tadi." Eva merasa malu sendiri karena bisa bisanya dia lupa dengan tetangganya padahal setiap liburan dia akan sering berkunjung ke rumah Bu Susan, karena dia dan Anaknya yaitu Wati berteman sejak kecil.
"Iya ndak apa-apa, oh iya tumben kamu pulang naik bus apa ayah mu tidak jemput?" Tanya Bu Susan karena sebagian tetangga yang cukup dekat dengan keluarga Eva dia tahu tentang keluarga itu.
"Iya bu, saya juga heran kenapa cuti kali ini ayah tidak datang menjemput ku. Karena itu aku memutuskan untuk pulang naik bus sebab aku takut tinggal di asrama seorang diri karena teman-temanku sudah pulang kampung semua." jelas Eva pada Bu Susan.
"Howala nak mungkin ayahmu sibuk kerja dan jaga ibumu di rumah sakit." Ucap Bu Susan, yang membuat Eva terkejut.
"Ibu masuk rumah sakit lagi bukannya dia sudah keluar yah bu?" Tanya Eva heran pasalnya yang di ketahui jika ibunya sudah keluar dari rumah sakit tiga bulan lalu.
"Lah ndak loh bu Eca belum pernah pulang kerumah sejak dia masuk rumah sakit. Bahkan beberapa hari yang lalu saya sempat menjenguk dan terkejut melihat kondisinya. Bu Eca terlihat sangat kurus, kata dokter dia menderita penyakit... penyakit apa yah ibu lupa mirip kimia kimia gitu deh." Jelas Bu Susan.
"Leukimia?" dengan suara yang bergetar Eva membenarkan ucapan Bu Susan.
"Nah itu dia leukimia... leukimia itu apa, Nak?" karena tidak paham apa itu leukimia, Bu Susan bertanya.
"Leukimia itu penyakit berbahaya bu, itu sejenis kangker darah karena tubuh penderitanya banyak memproses sel darah putih atau abnormal. Penyakit itu sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa, penyakit ini juga dapat menyebabkan masalah serius pada tubuh seperti anemia, pendarahan, infeksi Bahakan kematian." Sela salah satu penumpang yang sedari tadi mendengar perbincangan antara Eva dan Bu Susan, sepertinya dia seorang perawat.
Eva tidak dapat lagi menahan air matanya dia
benar-benar hancur mengetahui bahwa ibunya ternyata sakit parah. Sedangkan bu Susan, setelah mendengar penjelasan penumpang itu membuatnya terkejut. Dia merasa bersalah karena membuat gadis itu menangis.
"Eva maafkan ibu nak, ibu tidak bermaksud membuatmu menangis seperti ini." Bu Susan kemudian memeluk Eva merasa menyesal.
Sepanjang perjalanan Eva terus terisak namun dengan suara yang lirih. Bu Susan dengan setia menenangkannya sepanjang perjalanan itu juga. Rasa bersalah di benaknya tak kunjung hilang.
***
Akhirnya bus yang mereka tumpangi tiba di terminal. Di mana Arya sedari tadi menunggu kedatangan putrinya.
"Eva, kita sudah tiba di terminal, Nak. Ayo turun." Bu Susan dengan lembutnya memberi tahu pada Eva. Eva hanya mengangguk kemudian turun dari bus.
"Eva, apa ada orang yang menjemputmu jika tidak mari ikut ibu?" Tanya Bu Susan.
"Ada kok Bu, terima kasih kata Ayah di akan menjemput ku di sini." jawab Eva.
"Eva!" Arya lalu memanggil nama putrinya.
Eva yang mendengar suara sang Ayah seketika berbalik namun hanya menatapnya tanpa ekspresi yang kini berjalan ke arahnya.
"Ehh pak Arya!" sapa Bu Susan pada Arya.
"Bu Susan, kok bisa bersama Eva?" Tanya Arya.
"Iya mas, tadi saya bertemu dia di dalam bus." Jawab Bu Susan.
"Ohh Seperti itu syukurlah kalau begitu saya pikir Eva sendiri jadi saya khawatir dari tadi, tapi untungnya dia bertemu ibu." Ucap Arya merasa lega.
"Ohh iya Kalau begitu saya duluan ya pak Arya, Eva. Itu sudah ada suami saya yang jemput." sebelum pergi bu Susan terlebih dahulu pamit.
"Silahkan bu." Ucap Arya. Setelah itu Bu Susan meninggal mereka berdua.
***
"Ayo ke mobil sekarang." Ajak Arya sambil menenteng tas putrinya. Eva hanya mengangguk dan mengikuti ayahnya menuju mobil.
Dalam perjalanan Eva hanya diam menatap tangan ayahnya yang terluka. Melihat Putrinya yang sedari tadi belum mengucap sepatah katapun membuat Arya sedikit heran.
"Ada apa nak, ayah perhatian dari tadi kamu diam saja?" Arya kemudian berinisiatif bertanya pada putrinya.
"Kenapa tangan ayah berdarah?" bukannya menjawab Eva justru bertanya balik. Arya terkejut dia lupa membalut lukanya tadi.
"Ohh ini tadi ayah tidak sengaja tekena benda tajam saat di terminal." Arya menjawabnya dengan berbohong. Eva diam ia lalu menetap sang ayah hingga membuat Arya bingung dengan sikap anaknya
"Yah, bagaimana kondisi ibu?" pertanyaan yang Eva lontarkan, lantas membuat Arya terkejut.
"Ibu baik-baik saja, kok kamu bertanya seperti itu?" dengan heran Arya kemudian menanyakan alasan mengapa Eva justru bertanya demikian. Eva mengalihkan pandangannya ke sisi lain lalu kembali berkata.
"Kenapa Ayah bohong pada Eva?" Pertanyaan ini makin membuat Arya terkejut.
"Maksud kamu?"
"Ayah bilang Kalau ibu sudah keluar dari rumah sakit tiga bulan yang lalu tapi nyatanya ibu selama ini masih di rawat di sana dan mengidap leukimia."
Tittt... sontak Arya menghentikan mobilnya secara mendadak dia syok dengan apa yang baru saja ia dengarkan dari Putrinya.
"Dari mana kau tahu jika ibumu menderita penyakit itu?" Tanya Arya pada putrinya.
Eva yang sedari tadi menangis sudah tidak bisa mengatakan apa apa, dia sangat hancur mengetahui kebenaran ini di tambah lagi orang tuanya berbohong padanya. Arya yang melihatnya pun langsung meraih Eva dan langsung menariknya kedalam pelukannya.
bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!