NovelToon NovelToon

Jodoh Ku Sang Duda

tragedi kecelakaan

Pada siang hari, sebuah mobil truk melaju dari arah perkebunan kelapa sawit milik salah satu seorang yang berada di dalam mobil truk tersebut.

Jalanan yang di lintasi mobil truk tersebut akses nya cukup minim namun masih bisa dilalui dua arah maka dari itu masing-masing dari pengendara yang melintasi jalanan tersebut harus ekstra hati-hati.

Di tengah perjalanan rupanya mobil truk tersebut dihentikan oleh beberapa warga yang telah berkerumun.

"Pak stop! Stop...." Pinta salah satu seorang pria paruh baya sambil melambaikan tangannya menandakan aba-aba membutuhkan pertolongan.

"Ada apa ini kenapa mobil kita diberhentikan?" Tanya Henry heran.

"Saya juga tidak tahu Tuan, tapi sepertinya di depan sedang terjadi kecelakaan," jawab supir Henry dengan menduga.

"Baiklah kalau begitu biar saya yang tangani," Henry pun turun dari dalam mobil truk.

"Maaf, Pak. Ada apa ini kok terlihat nya seperti ramai-ramai dan kenapa Bapak memberhentikan mobil truk saya," tanya henry penasaran.

"Maaf Tuan jika perjalanan anda terganggu dan terhalang oleh kami, ada mobil terperosok ke danau kami sudah menolong semua korban yang berada di dalam mobil tersebut," perjelas salah satu saksi mata.

"Lalu apakah kalian sudah menelpon ambulance?"

"Kami sudah menelpon ambulans 30 menit yang lalu namun sampai sekarang tak kunjung datang, dan sedari tadi kami disini tidak ada satupun mobil yang lewat untuk meminta bantuan. Jika tuan berkenan bisakah tuan menolong para korban tersebut dengan mobil truk anda untuk dibawa ke rumah sakit segera mungkin," ujar nya dengan memohon belas kasih.

"Tapi mobil saya ini mobil truk, lagi pula baru selesai digunakan pada angkutan kelapa sawit," Henry mau saja membantu nya, namun rasanya sangat tidak etis membantu korban dengan menggunakan mobil nya.

"Itu tidak masalah tuan yang terpenting kita harus menolong korban terlebih dahulu."

"Baiklah, kalau begitu izinkan saya untuk ikut membantu nya," Henry segera mempersilahkan nya. Ia pun tidak keberatan mobil truk nya dipakai untuk menolong korban kecelakaan tersebut.

Beberapa warga tersebut mulai menggotong para korban kecelakaan dengan hati-hati untuk dibawa ke rumah sakit dengan menggunakan mobil truk milik Henry, tak lupa sekitar 5 orang saksi mata ikut menangani korban tersebut.

Setelah di perintah oleh Henry, supir pribadi nya pun kembali melajukan mobil truk nya. Karena ini keadaan darurat ia pun menancap gas cukup cepat namun tetap hati-hati.

•••

•••

15 menit mereka sudah sampai di rumah sakit, tak lupa Henry melapor pada penjaga rumah sakit untuk segera diberi pertolongan secara cepat kepada korban.

Tak lama kemudian, sekitar ada 10 perawat rumah sakit berhamburan keluar sambil membawa 4 buah brankar, kemudian korban pun ditangani diruang UGD.

"Tolong segera ditangani mereka Sus, mereka ini adalah korban kecelakaan," ucap Henry dengan panik.

"Baik, Tuan. Kami akan menolong semaksimal mungkin dan semampu kami silahkan Tuan tunggu diruang tunggu yang telah disediakan," balas salah satu Suster sambil menutup pintu dengan rapat.

Henry serta supir nya menunggu di ruang tunggu, begitu juga dengan 5 orang saksi ikut menunggu bersamaan dengan nya.

Di saat mereka sedang menunggu keadaan korban, tiba-tiba datanglah 3 orang polisi dan langsung menghampiri mereka lalu menanyakan perihal tentang kejadian tersebut. 5 orang saksi dimintai keterangan mengenai kronologi kecelakaan tersebut untuk dijelaskan di kantor polisi, Henry dan sopirnya pun diminta untuk menjaga keadaan pasien atau korban guna untuk memberi keterangan lebih lanjut kepada pihak berwajib.

Kini tinggal lah Henry dan supir nya yang masih menunggu di rumah sakit.

"Tuan gimana ini pasti jadi panjang urusan nya," supir Henry terlihat panik serta ketakutan.

"Sudah kau jangan takut kita ini menolong korban dan hanya di mintai keterangan tidak akan mempengaruhi dengan hukum," jawab Henry berusaha menenangkan.

Hampir 1 jam mereka menunggu di ruang UGD, beberapa suster keluar dari ruangan tersebut. Sambil mendorong masing-masing brankar terdapat 3 orang yang di tutupi kain pada seluruh permukaan tubuh nya.

"Dokter, para korban ini ingin dibawa kemana? Dan kenapa tubuh mereka di tutupi kain putih?" beruntun pertanyaan dari Henry yang bangun dari duduknya.

"Tiga korban ini akan kami bawa ke kamar jenazah karena mereka tidak tertolong," jawab sang dokter.

"Ya Tuhan....." Ucap Henry penuh prihatin.

"Apakah anda penanggung jawab para korban ini?" Tanya dokter pada Henry.

"Ya, Dok. Saya lah penanggung jawab mereka," balas Henry agak ragu.

"Kalau begitu nanti saya akan meminta keterangan kepada anda sekaligus memberitahukan perkembangan pasien, karena masih ada satu korban yang selamat dan setelah 30 menit kami akan membawa nya keruang perawatan."

"Syukurlah. Baiklah! Dok silahkan lanjutkan aktivitas nya."

Dokter pun pergi menuju kamar jenazah bersama beberapa suster didepan nya.

"Jadi ada 1 korban yang selamat, Tuan?" Tanya pria bernama Joni, yang tak lain supir henry.

"Iya."

"Lalu bagaimana untuk selanjutnya?"

"Kita tetap harus mengikuti perkembangan pasien yang selamat karena kalau bukan kita yang menolong nya siapa lagi!"

Joni pun mencerna perkataan Henry, dan rupa nya Henry sudah siap terlibat semua ini karena bagaimanapun ia sudah terlanjur menolong nya. Dan ini tidak membuat diri nya keberatan karena ia benar-benar tulus ingin menolong nya.

Setelah pasien dibawa keruang perawatan kemudian pasien di pindahkan ke kamar inap, karena kondisi nya sudah stabil hanya saja perlu istirahat dan belum sadarkan diri.

Henry dan Joni sudah di mintai keterangan oleh dokter ia pun meminta izin kepada dokter untuk melihat 3 korban di ruang jenazah.

Mereka sempat terkejut, ternyata yang meninggal sepasang suami istri dan anak laki-laki berusia 8 tahun Henry dan Joni pun terlihat sedih.

Setelah itu mereka memasuki kamar inap yang telah ditempati korban.

Rupanya korban tersebut berjenis kelamin perempuan kira nya usia 22 tahun.

"Ternyata dia masih muda," ucap Joni menatap gadis tersebut.

"Sungguh malang nasib nya," Henry turut prihatin.

"Joni lebih baik kau pulang lah dulu dan biarkan aku disini menemani pasien ini," sambung nya lagi.

"Tapi tuan saya tidak enak meninggalkan anda sendirian disini," Joni menolak.

"Sudah Ini perintah. Saya merasa tidak keberatan dan sekalian kamu urus laporan mengenai pekerjaan hari ini."

"Baik, Tuan. Saya permisi dulu," mau tidak mau akhirnya Joni menuruti kemauan Henry.

Joni pamit dari hadapan nya, kini Henry tertinggal sendirian bersama pasien yang dirasanya sangat asing karena sama sekali ia tak mengenalinya.

Jangan tinggalkan aku

"Ayah, Ibu, Adik, kalian mau kemana sih kelihatan nya buru-buru sekali," tanya Renata kesemua Anggota keluarga nya.

"Kita mau pergi jalan-jalan sayang," perjelas Ayah dan Ibu nya.

"Kok kalian ga bilang-bilang sama aku sih kalau ingin jalan-jalan," Renata terlihat cemberut.

"Kak Renata di rumah saja Ayah dan Ibu tidak mengizinkan Kakak ikut bersama kami" sambung sang adik.

"Huh! Kalian jahat," Renata terlihat kecewa.

"Ayo Ayah, Tony, kita harus segera berangkat karena hari sudah mulai mendung" ajak sang Bunda tanpa mengajak Renata.

Ayah dan Tony adik Renata beranjak masuk kedalam mobil dengan terburu-buru.

"Lho... lho... Kalian benar-benar tidak ingin mengajak ku," protes Renata pada nya karena merasa tidak terima.

"Perjalanan kita kali ini sangat jauh sayang. Sebaiknya kamu dirumah saja," ucap sang ayah dengan begitu tenang.

"Justru karena perjalanan kalian jauh makanya Renata ingin ikut bersama kalian," rengek nya.

"Maaf sayang tidak bisa Ayah, Ibu serta Adikmu kali ini tidak mengizinkan mu pergi bersama kami," jelas sang Ayah tak enak hati pada Renata.

"Kalian jahat, Renata tidak boleh ikut mentang-mentang aku sudah besar," ucap nya dengan kesal.

Ayah Renata meninggalkan nya begitu saja tanpa mempedulikan sikap Renata yang terlanjur kecewa, ia pun segera masuk kedalam mobil untuk melaju perjalanan nya.

"Bye-bye, Renata!" Ayah, Ibu serta adik Renata yang berada didalam mobil menoleh ke arah Renata sambil melambaikan tangan mereka masing-masing tak lupa senyum mereka pun turut melengkapi.

Seketika tangis Renata pecah, entah karena hal apa pada hari itu Renata ingin sekali ikut dengan mereka. Namun sayang nya orangtuanya tak mengizinkan Renata untuk ikut bersamanya.

Renata berlari sekencang mungkin mengejar laju mobil yang di kendarai ayah nya, namun sayang nya mobil yang mereka tumpangi cukup kencang dan Renata pun menyerah untuk mengejar mereka.

"Ayah, Ibu, Adik, Renata ingin ikut bersama kalian," Renata menangis.

Kembali disebuah ruang inap pasien, terlihat Renata sedang terbaring sambil mengigau rupa nya kejadian tersebut hanyalah mimpi baginya. Ya, dia lah salah satu korban selamat dari tragedi kecelakaan tersebut.

Henry mengetahui Renata telah sadar dan segera memanggil dokter untuk memeriksa keadaan nya.

Tak butuh waktu lama dokter pun datang.

Segera memeriksa kondisi pasien dengan mata yang masih tertutup serta masih menyebutkan satu persatu nama keluarganya yang keluar dari mulut nya itu.

"Gimana keadaan pasien, Dokter?" Tanya Henry merasa khawatir.

"Seperti nya pasien mengalami shock atas kejadian yang ia alami. Maka dari itu saya menyuntikkan obat penenang kepada pasien," balas nya sambil menyuntikkan cairan obat penenang pada salah satu lengan nya.

Kini Renata sudah tidak mengigau lagi, dan segera tertidur setelah dimasukan cairan bening dari dalam suntikan tersebut.

"Anda tidak perlu khawatir. Obat tersebut sudah berkerja dan menenangkan pasien, jika anda melihat pasien sudah bangun dari tidur nya segera beritahukan kami," perintah sang dokter kepada Henry.

"Baik, Dok. Terimakasih."

Dokter serta 2 orang perawat meninggalkan ruangan tersebut.

Henry mengamati wajah Renata dengan seksama penuh prihatin.

"Apa dia tadi mengigau sambil menyebut nama keluarga nya. Atau jangan-jangan mereka yang berada diruang jenazah itu adalah keluarga dari gadis ini?" Henry bertanya-tanya pada diri sendiri.

"Jika itu keluarga nya malang sekali nasib gadis ini. Masih muda sudah ditinggalkan keluarga nya. Aku benar-benar harus menolong nya," Henry tampak kasihan kepada Renata.

Esok hari nya Henry berada dirumahnya, terlihat ia sedang memeriksa laporan hasil perkebunan kelapa sawit milik nya.

Tiba-tiba handphone nya berdering, rupa nya itu dari pihak rumah sakit yang memberitahukan keadaan pasien. Karena sedari awal ia bersedia bertanggung jawab atas segalanya.

Setelah menyelesaikan percakapan melalui telepon, Henry segera berangkat menuju rumah sakit dengan mengendarai mobilnya. Tak lupa ia meminta Joni untuk mengurus laporan nya untuk sementara waktu.

Setiba dirumah sakit langkah kaki nya melaju menuju ruangan Renata, ketika ia melintasi kamar jenazah terdengar tangisan seorang gadis. Karena rasa penasaran nya, ia pun melihat kejadian tersebut.

Rupa nya yang menangis itu adalah Renata ia merasa kaget serta tak percaya bahwa keluarga nya telah tiada.

Beberapa para perawat serta dokter berusaha menenangkan nya, namun sepertinya Renata masih belum terima atas yang menimpa diri nya, ia pun menangis sejadi-jadinya.

"Ayah, Ibu, Tony kalian tidak bisa meninggalkan ku sendirian hiks... Hiks... Hiks..."

Di sela-sela kejadian tersebut Henry sudah bersama para perawat sekaligus dokter yang serta ikut serta menenangkan Renata.

"Hai, tenang lah!" Ucap Henry dengan lembut sambil mengusap punggung Renata.

"Tega sekali kalian meninggal kan ku sendirian hiks...hiks...hiks..." Renata yang masih menangis.

"Aku tidak punya siapa-siapa lagi selain kalian hiks....hiks...hiks..."

Gadis itu memang bukan siapa-siapa baginya.

Henry ikut merasakan kesedihan pada gadis tersebut. Karena gadis itu sempat berkata tidak punya siapa-siapa lagi. Maka ia pun berencana dengan mengajak gadis tersebut untuk ikut bersama dengan nya, jika memang keadaan gadis tersebut sudah sembuh total dan merasa tidak keberatan dengan tawaran nya.

Rasa sesak di dada karena sudah terlanjur meluapkan tangisnya, seketika membuat Renata tak sadarkan diri. Kini para staf rumah sakit berhamburan memberikan pertolongan pada nya termasuk Henry yang ikut serta membantunya.

Ketika Renata sudah dibawa ke ruangan nya yang sudah terpasang selang infus pada bagian tangannya. Kini tibalah Henry di ruangan dokter yang menangani renata, terlihat mereka sedang serius membicarakan sesuatu mengenai keadaan Renata.

"Ada yang harus saya jelaskan kepada anda mengenai keadaan pasien tersebut," sang dokter memberitahu akan sesuatu terhadap nya.

"Mengenai hal apa itu, Dok?" Tanya henry penasaran.

"Sepertinya keadaan pasien ini sangat rumit. Ia mengalami syok berat hingga trauma maka dari itu kami menyarankan untuk ditindak di poli psikologi."

"Kira-kira itu membutuhkan waktu berapa lama, Dok?" Henry bertanya lagi.

"Kurang lebih sekitar 1 minggu," balas sang dokter.

"Baiklah, Dok. Kalau seperti itu lakukanlah yang terbaik untuk pasien. Saya akan bertanggung jawab untuk semua ini."

Tak lama kemudian Henry keluar dari ruangan dokter yang menangani Renata. Kemudian ia melanjutkan langkah kakinya menuju ke ruangan Renata, dari luar jendela henry melihat Renata yang sedang terbaring lemah.

***

Hari berganti hari Henry tetap menemani renata di rumah sakit ia pun selalu memantau perkembangan nya selama berada di rumah sakit. Namun sudah tiga hari ini renata masih belum membuka mulut kepada Henry. Karena bagi renata ia masih menganggap Henry sebagai orang asing. Begitu pula dengan Henry masih belum mengetahui identitas Renata berupa nama maupun usia dirinya.

Esok harinya Henry datang kembali ke rumah sakit. Dari seberang arah ia melihat Renata sedang duduk di kursi roda sambil ditemani seorang perawat di sebuah taman rumah sakit.

Henry pun menghampiri mereka dan mulai bertanya kepada perawat tersebut mengenai keadaan Renata.

"Kenapa dibawa keluar ruangan, Sus. Apakah pasien sudah baikan?" Tanya Henry pada Suster.

"Untuk saat ini keadaannya sudah cukup membaik, namun ia masih belum banyak bicara mungkin setelah kejadian tersebut ia masih merasa shock."

"Oh begitu rupanya. Bisakah saya yang menemani pasien ini, Suster. Karena saya tidak ingin merepotkan Anda, lagi pula sayalah yang berhak menjaganya sebagai penanggung jawabnya," pinta Henry padanya.

"Tentu saja boleh jika anda tidak keberatan, Tuan. Kalau begitu saya pamit dari hadapan anda."

"Terima kasih, Sus."

Perawat itu pun pergi dari hadapan mereka, kini tinggal lah henry dan renata yang berada di taman tersebut.

"Maaf kalau boleh tahu Paman siapa?" Tiba-tiba pertanyaan itu terlontar dari mulut renata.

Ya, Renata menyebutnya paman karena ia menduga bahwa usia Henry sama seperti mendiang Ayahnya.

Perlu diketahui bahwasanya usia Henry saat ini sudah memasuki 45 tahun, namun biarpun begitu pesona Henry masih terlihat berkharisma.

Paman Henry

"Saya adalah orang yang membawa anda ke rumah sakit ini, Nona," balas Henry sambil menatap wajah renata yang terlihat kacau.

"Terima kasih Paman sudah membawa saya ke sini," ucapnya sedikit nada lemas.

"Sama-sama," balas Henry dengan sedikit senyum.

"Kalau boleh tahu siapa nama Nona?"

"Panggil saja aku Renata."

"Hem... Renata nama yang bagus. Kira-kira berapa usiamu?"

"Usiaku saat ini menginjak 22 tahun, lalu nama Paman siapa?"

"Namaku Henry."

"Bolehkah aku memanggilmu paman Henry?"

"Tentu saja boleh Renata," balas Henry dengan tersenyum di bibir.

Tiba-tiba wajah Renata kembali terlihat sedih, Henry pun mengetahui nya dan mulai bertanya kepada nya.

"Ada apa dengan wajahmu dan kenapa terlihat sedih seperti itu?"

"Aku masih belum terima sepeninggal Ayahku, Ibuku serta Adikku, Paman kenapa mereka pergi secepat itu meninggalkan ku sendirian di dunia ini!" Ratap Renata dan tak kuasa menahan kesedihannya membuat tangis nya pecah dihadapan Henry.

Henry turut prihatin dan merasa iba kepada Renata, ia pun berusaha menenangkan dirinya kembali.

Entah karena merasa berduka, Henry yang tadi nya dibelakang Renata kini memeluk Renata dengan haru. Renata pun tidak keberatan dipeluk oleh nya karena terlanjur tak ada bahu untuk ia bersandar selain Henry di hadapan nya.

"Paman mengerti tentang kesedihan yang kamu alami saat ini," Henry menenangkan dengan cara mengelus punggung Renata, tak ada maksud apapun ia hanya sekedar meredakan kesedihan Renata.

"Cuma mereka yang aku miliki di dunia ini, paman. hiks... Hiks... Hiks... Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi!" Renata menitikkan air matanya.

"Paman turut berduka cita atas yang menimpa mu. Kamu tak usah khawatir, jika kamu tidak keberatan kamu bisa tinggal bersama dengan Paman. Kebetulan dirumah ku hanya ada diriku saja serta ada asisten rumah tangga yang selalu membantu keperluan ku," pinta Henry pada Renata seraya menawarkan.

Renata melepas pelukan nya dari Henry dan terdiam sejenak.

"Kau tak perlu takut Paman ini bukan lah orang jahat," ucap Henry meyakinkan Renata.

"Terimakasih Paman atas semua bantuan mu," Renata mulai mengusap pipi nya yang basah karena air mata.

Henry cukup tenang karena Renata sudah tidak bersedih lagi. Akhirnya ia pun meminta kepada Renata untuk segera masuk ke ruangan nya, karena hari sudah sore dan udara tidak bagus untuk masa pemulihan nya.

Sesampai nya di ruangan Renata, Henry membantu nya untuk membaringkan tubuh nya di atas brankar.

"Sebaiknya kamu istirahat lah dahulu dan tenangkan pikiran mu, jika kamu perlu bantuan bisa panggil saja Paman, dan Paman akan duduk di sofa sana sambil menemani mu," Henry nampak nya sudah perhatian terhadap Renata.

"Terimakasih, Paman. Maaf sudah merepotkan mu," balas Renata yang tak enak hati.

"Tenang saja Paman merasa tidak di repot kan oleh mu," seru nya dengan mengembangkan senyum.

**

**

Satu minggu sudah Renata berada dirumah sakit kini keadaan nya sudah cukup membaik baik fisik maupun mental.

Renata pun sudah di perbolehkan pulang oleh dokter yang menangani nya.

Di sela kesibukan pekerjaan nya Henry tetap menyisihkan waktu untuk sekedar mengunjungi Renata. Ia sama sekali tidak terbebani dengan ada nya persoalan itu.

Tepat hari ini, Henry membawa Renata untuk tinggal bersama dirumah nya. Awalnya Renata menolak karena takut merepotkan Henry, namun karena Henry tahu Renata sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini maka ia memutuskan untuk tinggal bersama dengannya. Karena dirinya masih belum berani pulang kerumah nya, akhirnya Renata menerima tawaran dari Henry.

Di tengah perjalanan Henry menelepon asisten rumah tangga nya untuk segera membereskan dan menyiapkan kamar untuk Renata.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!