NovelToon NovelToon

Akhir Kisah Kasih

Permata Kasih Ayudia

"Hai perkenalkan nama aku Permata Kasih Ayudia, usiaku saat ini 15 tahun, hampir semua memanggilku Kasih. Hari ini hari pertamaku menginjakkan kaki di bangku SMA dan Alhamdulillahnya aku masuk ke salah satu SMA favorit Ibu kota, SMA Tunas Harapan Bangsa SMA nya kaum jetset yaa meskipun melalui beasiswa karena anak kayak aku gak mungkin mampu bisa masuk ke sekolah ini kalo bukan karena beasiswa, tapi tetep aku bersyukur banget bisa bersekolah di sini. Cita-citaku ingin menjadi seorang Dokter Spesialis Jantung, maka dari itu aku rajin sekali belajar agar aku bisa menggapai cita-citaku itu. Dan masuknya aku ke SMA Tunas Harapan Bangsa adalah gerbang awal aku mulai meniti mimpiku ini, karena aku akan bekerja keras, belajar dengan rajin agar aku bisa menjadi lulusan terbaik dan bisa kuliah di universitas terbaik melalui jalur undangan, Amin..Doakan ya!".

***

"Kasih, waktunya sarapan Sayang. Ayo cepat nanti kamu terlambat!" Teriak Bude Ranti.

"Iya Bude, Kasih turun. Sebentar lagi sisiran!" Sahut Kasih yang tengah mematutkan diri sekali lagi di cermin, memastikan bahwa dirinya telah rapi.

Ya, Kasih gadis belia yang cantik itu semenjak lulus sekolah dasar ia memang tinggal bersama Budenya dikarenakan kedua orang tua Kasih yang telah tiada sejak kelas enam sekolah dasar.

Bunda Kasih lebih dahulu menghadap Sang Pencipta karena sakit, tak berselang lama sang ayah menyusul mungkin karena larut dalam kesedihan yang mendalam atas kehilangan sang istri.

Kasih anak satu-satunya, hingga ketika kedua orang tua Kasih meninggal Kakak dari Sang ayah memutuskan untuk merawat sang keponakan.

Ranti, Bude dari Kasih memboyongnya dari Jogja ke Jakarta ketika ia telah lulus sekolah dasar.

Ia dengan tulus merawat gadis cantik yatim piatu itu, beruntung Kasih anak yang penurut dan tidak rewel juga tidak menyusahkan bahkan Kasih juga termasuk anak yang rajin membantu.

Dan yang membuat Ranti sangat, sangat bersyukur adalah Kasih dianugerahi kecerdasan yang luar biasa, hingga ia sedikit terbantu ketika tidak perlu mengeluarkan biaya sekolah Kasih, karena Kasih selalu mendapatkan beasiswa.

"Cieee, Kasih~an jadi anak SMA sekarang, SMA nya para anak high class lagi. Moga lo dapet jodoh salah satu anak konglomerat di sana!" Ledek Sadewa, anak dari Ranti.

"Dihhh, ngedoainnya mah jangan begitu Mas Dewa. Mas Dewa tuh kudunya ngedoain Kasih biar Kasih lulus dengan nilai terbaik terus kuliah di universitas terbaik pilihan Kasih dan Kasih bisa menggapai cita-cita Kasih. Gitu!" Gerutu Kasih dengan bibir yang mengerucut yang membuatnya justru semakin menggemaskan.

"Iya, iya gue ngedoainnya juga begitu. Cuma kalo dipikir-pikir bukannya bagusan kalo gue ngedoain elo dapet jodoh salah satu anak orang kaya di sana, supaya lo gak pusing-pusing ngejar beasiswa buat kuliah elo, suruh aja laki lo biayain kuliah lo. Iya kan?" Ledek Dewa lagi.

"Apaan sih Mas Dewa, rese deh. Kasih gak mau nikah muda, Kasih mau jadi Dokter Spesialis Jantung dulu!" Geram Kasih, kemudian menyendokan nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Udah Dewa, makan sarapan kamu jangan godain Kasih terus!" Gertak Ranti yang jengah dengan kelakuan sang anak yang begitu senang menggoda keponakannya.

"Ibu ini nyebelin deh kalo bikin nasi goreng pasti enggak pedes. Eneg tau Bu!" Keluh Dewa.

"Kamu kan tau Wa kalo Kasih enggak suka pedes, lagian kan Ibu udah siapin sambel terasi kemasan. Kamu campur aja ke nasi goreng kamu!" Sahut Ranti.

"Sambel kemasan gak enak Bu, rasanya jadi ngaco kalo dicampur!" Dewa semakin mengeluh.

"Ya berarti makan aja yang ada atau besok kamu bikin sarapan kamu sendiri aja. Jangan banyak ngeluh!" Kesal Ranti membuat Kasih tertawa melihat ketidakberdayaan Kakak sepupunya itu.

"Ini yang anak kandung Ibu sebenernya aku apa si Kasih~an sih Bu? Kok aku ngerasa kayak anak tiri Ibu malahan?" Gerutu Dewa membuat Kasih justru terbahak-bahak.

"Seneng lu!" Dewa langsung mendorong dahi Kasih dengan ujung jari telunjuknya saat ditertawai oleh gadis cantik itu.

"Asal noyor aja Mas Dewa ihh, aset penting ini!" Keluh Kasih kesal sambil memegang dahinya.

"Aset penting, aset penting. Ada aset yang jauh lebih penting yang seharusnya lo tonjolin dinimbang kepintaran otak lu sebagai perempuan!" Kasih dibuat mengernyitkan dahinya bingung mendengar ucapan Kakak sepupunya itu.

"Aset apa? Otak aku udah yang paling penting ini!" Sahut Kasih bangga.

"Tuh, dada lo terlalu rata sebagai perempuan! Buat apa otak pinter, tapi aset penting perempuan gak menonjol gitu!" Ledek Dewa membuat Kasih mendelikkan matanya tajam.

"MASSSSS DEWAAAAAAA, MESSSSUUUMMM IHHH..!" Teriak Kasih memukulkan sendoknya ke kepala Kakak sepupunya yang super jahil itu, sedangkan si pembuat onar tertawa terbahak-bahak karena telah berhasil membuat korbannya kesal.

***

Dewa membantu membukakan helm yang dikenakan oleh Kasih karena entah mengapa Kasih selalu saja kesulitan membuka atau memasangkan tali helm di bawah dagunya.

"Nanti pulang tunggu gue jemput ya, hari ini mata kuliah gue cuma satu jadi kemungkinan gue kuliah gak sampe siang. Lo semangat sekolahnya ya, mereka itu anak-anak kalangan berada pasti bakal agak resek sama anak-anak beasiswa macem elo. Cuekin aja, enggak usah terlalu kenal sama mereka, kalo mereka macem-macem dan keterlaluan balas aja, tapi kalo gak keterlaluan mah lo cuekin aja. Pokoknya sebisa mungkin lo jangan terlalu banyak berinteraksi sama mereka!" Dewa begitu menasehati adik sepupunya yang terlihat gugup.

"Aku gugup banget Mas..!" Ucap Kasih dengan wajah pucat.

"Enggak usah gugup, inget cita-cita elo yang mau jadi Dokter Spesialis Jantung. Dari sinilah awal tergapainya mimpi lo, semangat okay!" Kembali Dewa menyemangati adik sepupunya tersebut.

Kasih pun menganggukkan kepalanya mendengar nasehat Dewa, ia kemudian mencium punggung tangan Kakak sepupunya tersebut.

Saat Kasih mulai berjalan hendak masuk ke dalam sekolahnya, ia justru berbalik kembali ke arah Dewa membuat Dewa yang tengah memasang helmnya mengernyitkan dahinya bingung.

"Mas Dewa, emhh.. Aku minta maaf ya Mas selama aku tinggal di rumah Bude, Mas harus ngikutin selera sarapan aku yang ngebuat Mas Dewa eneg!" Ucap Kasih setelah berhadapan lagi dengan Dewa.

Mendengar ucapan Kasih seketika membuat Dewa terbahak-bahak.

"Gue kira lo mau minta kekuatan ke gue lagi buat masuk ke sekolahan elit enoh, malah ngomongin hal gak berfaedah macem gini!".

"Lo jangan baper sama omongan gue tadi, di kampus banyak cewek-cewek yang ngejar gue. Mereka bakal dengan suka rela neraktir gue makan, jadi kalo gue gak berselera sarapan di rumah di kampus gue tinggal nunjuk cewek buat neraktir gue sarapan!" Lanjut Dewa dengan kepercayaan diri yang melampaui batas.

"Idihhh, jadi cowok gak bermodal aja bangga!" Cibir Kasih menatap geli Sadewa.

"Ehhh, songong lu yakk. Bukannya gak bermodal, ini lah salah satu keistimewaan berparas tampan cewek-cewek dateng dengan suka rela ke gue, ngasih apa aja ke gue, apalagi cuma sekedar sarapan, makan siang, makan malem. Mereka gue makan pun, rela!" Bangga Dewa, membuat Kasih menatap jijik padanya.

Tanpa mau membalas ucapan nyeleh Kakak sepupunya, Kasih memilih ngeloyor pergi membuat Dewa tertawa melihat tingkah adik sepupunya tersebut.

"Kasih, kasih...!" Ucap Dewa menggelengkan kepalanya kemudian mulai menyetarter motor sportnya untuk meninggalkan sekolah Kasih menuju ke kampusnya.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Hai-hai semua, ini karya kedua aku yang aku harapkan lebih baik dari karya pertama aku. Semoga terhibur ya readers tersayang semua dan aku harap kalian enggak pelit buat meninggalkan jejak like, komen dan vote nya. Aku berterima kasih banget kalo kalian mendukungku melalui like, komen dan vote kalian biar aku semakin semangat menulis.

Enjoy yaaaaa, happy reading 😘😘😘

Memandang Takjub

Kasih melangkahkan kakinya dengan jantung berdegup kencang, namun bersamaan dengan itu ia juga memandang takjub sekolah yang akan ia tempati tiga tahun kedepan.

Ia melangkahkan kaki sambil terus berdecak kagum melihat betapa megah dan asrinya sekolahnya ini, hingga tanpa sengaja ia menabrak tubuh jangkung siswa laki-laki yang sepertinya Kakak kelasnya karena siswa siswi seangkatannya masih mengenakan seragam SMP.

"Maaf Kak, saya gak sengaja!" Ucap Kasih bangkit dari lantai, karena saat bertabrakan justru tubuh Kasihlah yang terhempas ke lantai.

"Makanya kalo jalan lihat ke depan, jangan meleng!" Hardik sang siswa laki-laki ketus.

"Iya Kak maaf, aku tadi terlalu mengagumi sekolah ini jadi gak fokus!" Ucap Kasih sekali lagi penuh sesal.

"Kenapa? Baru lihat sekolah se elit ini? Emang elo sekolah dimana sebelumnya? Di dusun apa di pelosok hutan?" Ledek siswa bernama Genta merendahkannya.

"Sombong amat nih cowok, sayang banget padahal ganteng!" Batin Kasih menatap tak suka ke arah cowok jangkung tersebut.

"Begini ya Kak Yang-An, aku kan udah minta maaf jadi boleh kan sekarang aku permisi, gak perlu mleber kemana-mana toh tadi aku yang jatuh, sedang Kakak nggeser aja enggak!" Sinis Kasih.

"Yang-An?" Tanya Genta bingung dengan nama yang disematkan oleh gadis cantik bertubuh mungil di hadapannya itu.

"Iya Yang-An nama belakang Kakak..!" Jawab Kasih cuek.

"Ehh lo dari SMP mana sih? Kok bisa-bisa nya lo masuk sini! Lo gak bisa baca apa name tag gue, mana ada tertulis Yang-An di sini?" Ketus Genta menunjuk-nunjuk ke arah name tagnya.

"Ada, sambungin aja sama Nama depan Kakak. Udah yaa, aku mau permisi dulu mau cari kelas aku!" Sahut Kasih tidak memperdulikan tatapan tajam Genta dan kawan-kawannya, terlebih kawan wanitanya yang begitu sinis menatap Kasih.

"Genta Yang-An.. Emhh.. Gentayangan! Sialan tuh cewek!" Umpat Genta ketika menyadari ledekan yang disematkan oleh Kasih.

Sedang Kasih yang sudah berjalan menjauhi genk Genta tertawa puas karena sudah berhasil membuat cowok jangkung itu kesal.

Dan tanpa ada yang menyadari seorang siswa cowok salah satu anggota genk Genta mengulum senyum dengan tingkah berani siswi baru tersebut.

***

"Ini sih bener-bener kelas Sultan, bagus banget!" Kasih semakin berdecak kagum ketika sampai di kelasnya.

Kasih meskipun berasal dari keluarga sederhana, kecantikannya tak kalah dengan para siswi yang selalu bersentuhan dengan perawatan kecantikan salon.

Hingga tak seorang pun menyadari jika Kasih hanyalah siswa yang mendapatkan beasiswa dan untuk saat ini Kasih masih menerima sapaan ramah dari teman sekelasnya.

"Kamu dari SMP mana?" Tanya seorang siswi cantik bermata sipit.

"Oohh, aku dari SMPN 1 Jakarta!" Jawab Kasih ramah.

"SMP Negeri?" Tanya siswi itu lagi.

"Iya. Ada masalah?" Kasih dibuat bingung dengan ekspresi terkejut gadis yang menyapanya ini.

"Enggak, heran aja kok bisa masuk ke sini?" Kasih bisa melihat tatapan mulai merendahkannya.

"Aku masuk dari jalur undangan ke sini, aku dapet beasiswa!" Jawab Kasih tetap tenang.

"Jalur undangan? Berarti kamu siswa berprestasi dong?" Tanya gadis itu dengan tatapan tak percaya.

"Lulusan terbaik pertama se Jakarta!" Jawab Kasih bangga.

"Wahhh keren. Tapi sayang di sini kamu tetep dianggap sebagai anak terpinggirkan kalo kamu cuma anak yang dapat beasiswa aja!" Ucap gadis itu lagi.

"Aku di sini mau nuntut ilmu bukan mau gabung sama anak-anak kaum jetset, jadi aku gak masalah kalo aku dipinggirkan sama mereka-mereka!" Sahut Kasih masih dengan tersenyum ramah.

"Okeh, nama gue Evelyn. Biar makin akrab gak perlu aku-kamu gak masalahkan?" Ucap Evelyn dengan nada menyenangkan.

"Gue Kasih, salam kenal semoga kita cocok dan bisa berteman ya" Sahut Kasih menyambut uluran tangan Evelyn.

Dan obrolan mereka pun mengalir dengan begitu menyenangkan. Meskipun sempat kesal dengan sikap Evelyn tadi tapi ternyata setelah mengobrol lama Evelyn termasuk anak yang menyenangkan dan tidak sombong sama sekali.

Mereka berdua pun mengikuti kegiatan orientasi selalu bersama, meskipun beberapa anak juga ikut bergabung untuk berkenalan dengan Kasih dan Evelyn namun ada juga yang mundur pelan ketika tau jika Kasih bukan dari kalangan berada.

Tapi Kasih tak ambil pusing sama sekali, karena ia memang tidak memfokuskan diri untuk menjalin perteman dengan para anak-anak kaya di sekolah ini.

Ia patut bersyukur karena meskipun banyak dari teman sekelasnya enggan berteman dengannya, tetapi kini ia telah mempunyai tiga orang yang mau berteman dengannya tulus meskipun tau jika Kasih bukanlah dari kaum jetset.

Kini ia sudah akrab dengan Evelyn, Rania dan Axel. Axel meskipun tampan tapi sikap dan sifatnya sangat lembut dan gemulai bahkan melebihi dirinya. Walaupun begitu Axel benar-benar tipe teman yang menyenangkan dan sangat menghibur dengan tingkah konyolnya.

***

Pada saat jam istirahan, Kasih harus rela tidak bergabung untuk pertama kalinya beristirahat bersama ketiga temannya, karena ia harus menghadap guru di ruang guru. Tak hanya Kasih tetapi semua anak-anak yang masuk ke SMA Tunas Harapan Bangsa melalui beasiswa.

"Ehh Udik, berhenti lo!" Teriak seseorang ketika ia hendak pergi ke ruang guru untuk memenuhi panggilan.

Betapa terkejutnya ia ketika mendapati cowok jangkung yang pagi tadi ia tabrak. Awalnya ia ingin berlari menghindari cowok ganteng tapi mengesalkan tersebut, namun rasa penasarannya terhadap apa yang diinginkan cowok itu darinya, membuatnya menghentikan langkahnya untuk menunggu cowok itu menghampirnya.

"Ada apa ya?" Tanya Kasih berusaha setenang mungkin menghadapi Kakak kelas yang ia telah buat kesal itu.

"Lo itu anak baru, tapi berani juga ya hah? Lo gak tau gue ini siapa? Bahkan anak kelas 12 aja gak ada yang berani sama gue, sedangkan elo belum juga pake seragam sekolah ini udah sok jagoan!" Geram Genta ketika sudah berdiri berhadapan dengan Kasih.

"Aku bukan sok jagoan atau gimana, kayaknya Kakak deh yang sok jagoan. Mentang-mentang Kakak di sini lebih senior dari aku, jadi mau neken aku gini!" Sahut Kasih berani.

"Luar biasa keberanian lo udik, gue jadi penasaran lo anak siapa? Perusahaan bokap lo apa?" Ucap Genta penasaran.

"Perusahaan? Perusahaan apa?" Tanya Kasih bingung.

"Perusahaan Papa lo lah? Melihat keberanian lo sama gue, gue yakin Papa lo salah satu pemilik perusahaan yang bonafit di negeri ini, ya kan?" Genta begitu mempertegas ucapannya sambil terus menatap tajam manik indah milik Kasih.

"Oohh tentu dong, denger baik-baik nih ya buat Kak Yang-An perusahaan Papa gue apa biar kalian juga gak sembarangan lagi sama gue!" Ucap Kasih menantang.

"Catet baik-baik dan inget, nama perusahaan Papa gue adalah " PT. Maju-Mundur Kena"!" Lanjut Kasih kemudian terbahak-bahak sendiri dan berusaha meninggalkan cowok jangkung nan tampan yang untuk kedua kalinya telah ia buat merah padam wajahnya akibat kesal dengan ulahnya.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Horror

Akibat meladeni Kakak kelas tampan yang menyebalkan membuat Kasih terlambat menghadap guru yang memanggilnya dan tak terelakan lagi ia langsung kena omel sang guru.

"Dari mana sih kamu, teman kamu yang lain udah dari tadi menghadap saya, kenapa kamu baru datang?" Gertak guru wanita bernama Nadine tersebut.

"Maaf Bu..!" Sahut Kasih tertunduk.

"Gara-gara cowok horor itu gue jadi kena damprat!" Gerutu Kasih dalam hati, bersamaan dengan sudut matanya yang menangkap bayangan tubuh cowok paling menyebalkan menurutnya tengah berbicara dengan guru laki-laki yang duduk di sebelah guru perempuan yang memandangnya kesal.

"Jangan panggil saya Ibu, panggil saya Miss Nadine!" Gertak guru cantik itu lagi membuat Kasih bertambah gugup.

"Maaf Bu, ehh maksud saya Miss..!" Sahut Kasih.

"Untuk yang lain silahkan boleh keluar!" Perintah Nadine pada ke empat siswa-siswi yang juga mendapatkan beasiswa seperti dirinya.

"Lihatkan, gara-gara kamu saya harus mengulang penjelasan tentang aturan bersekolah di sini terlebih aturan untuk para siswa penerima beasiswa seperti kamu. Kamu kemana sih bisa sampe terlambat datang!" Kesal Nadine menatap tajam ke arah Kasih.

Kasih sempat melirik ke arah Genta yang seakan menertawai dirinya.

"Maaf Bu, ehh.. Miss maksud saya. Saya telat sampe sini karena baru aja ngalamin kejadian horror di lorong sekolah yang menuju ke sini Miss!" Jawab Kasih membuat Nadine, guru sebelah Nadine yang sedang berbicara dengan Genta bahkan juga Genta langsung memusatkan perhatiannya ke arah Kasih.

"Horror? Horror gimana? Gak mungkinlah!" Meski mencoba menyangkal ucapan Kasih, tetapi Nadine terlihat penasaran dan bergidik ngeri.

"Saya juga enggak nyangka Miss, sekolahan sekeren ini, sebagus ini, se elit ini bisa ngalamin kejadian horror!" Selama berbicara Kasih pun memasang wajah tak percaya serta ketakutan.

"Emang kamu ngalamin kejadian apa?" Tanya Nadine penasaran.

"Tadi tuh pas saya lagi buru-buru jalan ke sini, saya kayak ada yang ngikutin Miss! Saya tengok ke kanan, ke kiri, ke belakang bahkan ke atas gak ada siapa-siapa. Terus__" Kasih sempat menjeda ucapannya untuk membuat para pendengarnya penasaran.

"Terus..?" Tanya ketiga orang tersebut serempak, Kasih mati-mati an menahan tawanya ketika melihat mimik penasaran para pendengarnya terlebih Genta.

"Terus karena enggak ada siapa-siapa, yaa saya jalan lagi dong. Tapi tiba-tiba__!" Lagi Kasih menjeda ceritanya untuk membuat semua penasaran.

"Tiba-tiba...?" Tanya mereka bertiga lagi serempak.

"Tiba-tiba badan saya kayak ada yang ngedorong sampe terhempas ke dinding Miss, bahkan nih yaa pas saya ngerasa kayak ada yang mepet badan saya sampe saya enggak bisa bergerak!" Jawab Kasih membuat para pendengarnya mengernyitkan dahi antara bingung dan penasaran.

"Masa sih?" Tanya Nadine heran.

"Beneran Miss! Nah gak lama saya denger nih Miss sayup-sayup suara cowok yang gak kelihatan wujudnya, dia bilang gini..!" Dan untuk kesekian kalinya Kasih berhasil membuat ketiganya penasaran karena Kasih kembali menjeda ceritanya.

"Bilang apa?" Tanya mereka bertiga lagi serempak.

"Eh Udik, papa lo punya perusahaan apa sampe lo berani sama gue?" Sontak jawaban Kasih yang menirukan ucapan Genta membuat Genta mendelikan matanya.

"Kok aneh? Apa maksudnya makhluk kasad mata itu ngomong begitu ke kamu?".

"Saya juga aneh Bu, ehh Miss. Tapi saya yakin banget hantu yang gentayangan itu pasti waktu hidup tukang bully orang, tukang pamer kekayaan, suka pamer kekuasaan terus neken orang lain yang gak punya apa-apa!" Sindir Kasih, membuat Genta semakin mengeraskan rahangnya juga wajah yang merah padam menahan kekesalan.

"Brengsek, sialan..!" Maki Genta melemparkan tumpukan kertas yang tadi diberikan oleh guru laki-laki lawan bicaranya tadi di atas meja sang guru.

"Ehh Kak Yang-An, maksud aku Kak Genta. Gak sopan banget kamu itu di depan guru ngeluarin umpatan kotor, mana maen lempar-lempar gitu lagi!" Hardik Kasih kesal, sedang kedua guru dihadapannya ternganga melihat keberanian Kasih yang memarahi Genta.

"Kak Genta tuh sekolah di sekolahan yang bagus, masa gak ngerti tata krama sama guru. Mereka itu orang tua kita selama kita di sekolah dan udah se__" ucapan Kasih terpaksa terpotong di udara ketika Nadine memberikan kode padanya.

"Sssttttt... Udah Kasih udah!".

"Tapi kan Miss?" Kasih seperti belum puas menasehati Genta akan kelakuannya.

"Kamu ke sini kan saya panggil karena ada beberapa yang mau saya jelasin tentang aturan sekolah di sini, terlebih untuk siswa yang mendapatkan beasiswa di sekolah ini!" Tegas Nadine memandang tak enak ke arah Genta.

Kasih sempat dibuat bingung ketika melihat gelagat dari kedua guru dihadapannya yang seakan begitu takut bersinggungan dengan Genta.

"Oh iya Miss, maaf. Kalo begitu saya siap mendengarkannya Miss Nadine..!" Sahut Kasih mencoba tak peduli dengan kebingungannya.

Akhirnya Nadine pun memberikan pengarahan-pengarahan tentang aturan di sekolah tersebut, begitu pula Genta yang kembali fokus pada guru laki-laki dihadapannya.

Hingga ketika suasana kembali berisik ketika Nadine memberikan selembaran berisikan pembayaran seragam dan buku-buku yang akan digunakan oleh Kasih membuat memekik kaget melihat nominal rupiah di selembaran tersebut.

"10 juta??" Sontakak pekikan Kasih kembali menajadikannya pusat perhatian.

"Iya Kasih, dan maaf tidak bisa dicicil. Kamu harus segera melunasinya sebelum kegiatan belajar mengajar benar-benar dimulai.

"Seragam dan buku sampe 10 juta Miss? Mahal sekali..!" Keluh Kasih tak percaya.

"Iya, buku dan seragam tidak masuk dalam beasiswa jadi kamu harus membayarkannya!" Nadine terlihat iba memperhatikan raut wajah pucat Kasih.

"Baik Miss Nadine, terima kasih. Kalo begitu saya permisi!" Ucap Kasih pada Nadine kemudian melangkahkan kakinya gontai.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!