NovelToon NovelToon

Cinta Yang Sempurna

Bab 1~ (Awal Mula Sebuah Luka)

HALO! AKU KEMBALI DENGAN CERITA BARU. AKU HARAP KALIAN SUKA DENGAN CERITA INI, JANGAN LUPA LIKE, VOTE, KOMENTAR, FAVORITKAN CERITA INI DAN BERI BINTANG LIMA YA. SEMOGA KALIAN BETAH SAMA CERITA AKU INI. YANG SUDAH BACA CERITA 'MY POSESIF BOS' PASTI TAHU KAN SIAPA TOKOH DI CERITA INI!

YOK RAMAIKAN YA!

...Happy reading...

***

Dimas yang saat ini masih remaja menatap kedua orang tuanya dengan bingung, sakit, dan takut. Semua rasa itu selalu membelenggu hari-harinya yang masih seorang pelajar menengah pertama. Kebahagiaan keluarganya runtuh setelah setiap hari ia mendengar suara teriakan kedua orang tuanya yang saling menyalahkan satu sama lain dan tak ada yang mau mengalah. Selalu berakhir dengan pertengkaran yang sangat mengerikan hingga semua barang di rumah mereka hancur dan berhamburan di lantai. Saat itu Dimas hanya bisa menenangkan sang adik yang selalu menangis setelah mereka melihat kedua orang tuanya bertengkar bahkan hingga menampar dan memukul satu sama lain.

"Ini salah kamu, Mas! Kamu selalu sibuk dengan pekerjaan kamu, aku sebagai istri juga butuh kamu, Mas. Selain uang aku juga butuh kehadiran kamu di rumah. Bukan bekerja dan terus bekerja!" teriak Amanda dengan menggebu.

Prang....

"Aku bekerja demi kamu, Dimas, dan Jelita. Kamu paham gak sih? Semua kebutuhan kalian harus aku penuhi! Aku gak mau kalian bertiga kekurangan materi!" ucap Dero dengan tajam.

"Kami memang mendapatkan uang dari kamu dengan sangat berlimpah tetapi kami juga butuh kasih sayang dari kamu! Jadi, jangan salahkan aku jika aku mencari kehangatan dari pria lain selain kamu!" teriak Amanda dengan emosi.

"Dasar *******! Sia-sia aku bekerja pagi hingga malam jika kamu saja tidak bisa menghargaiku! Sekarang katakan dengan jujur Jelita anakku atau anak pria itu?" teriak Dero penuh emosi. Tangan hendak menampar Amanda tetapi tertahan saat melihat Dimas dan Jelita di sudut ruangan dengan saling memeluk. Karena Dero sudah mencurigai Amanda sejak lama tetapi ia tetap harus percaya dengan istrinya karena mereka saling mencintainya. Namun, cinta itu dengan mudah dimusnahkan oleh Amanda.

"Jelita anakku dengan Frendy," jawab Amanda dengan tenang dan tak ada raut penyesalan di sana yang semakin membuat Dero murka mendengar pengakuan Amanda kepadanya.

Deg...

Dimas yang saat itu mendengar ucapan mamanya, langsung melepaskan pelukannya kepada Jelita.

"Kak, aku takut!" ucap Jelita dengan gemetar. Dimas tak bergeming, terlalu sakit hatinya mendengar ucapan mamanya. Walaupun ia masih remaja, Dimas sangat mengerti arti ucapan mamanya yang mengatakan jika Jelita bukan anak papanya seperti dirinya.

"Kurang aj*r! Kamu sudah berselingkuh di belakang aku selama itu Amanda! Sekarang aku talak kamu dan keluar dari rumah ini sekarang juga, aku tidak mau melihat wajah murahan kamu di rumah ini!" teriak Dero dengan penuh emosi.

Plak...

"KELUAR SEKARANG JUGA DAN BAWA ANAK HARAM ITU PERGI DARI RUMAH INI!" teriak Dero penuh emosi dengan penampar Amanda dengan kuat hingga pipinya berbekas tamparan berwarna merah.

"Baik! Aku akan keluar dari rumah ini. Aku juga tidak sudi berlama-lama di rumah ini. Kita akan segera bertemu di pengadilan Dero dan aku menuntut hak warisan darimu!" ucap Amanda dengan tenang memegang pipinya yang terasa panas.

Ia begitu muak dengan Dero, walaupun di dalam hati kecilnya masih tertinggal rasa cintanya untuk Dero karena sudah 18 tahun mereka bersama melalui suka dan duka bersama tetapi semakin perusahaan Dero mengalami peningkatan yang cukup pesat suaminya tersebut sering melupakannya, pergi pagi dan pulang pagi kembali membuat Amanda merasa kesepian, ia tidak butuh uang Dero, ia juga butuh kasih sayang dan perhatian Dero. Hingga Frendy datang menawarkan kehangatan yang Dero tidak bisa berikan sama sekali untuknya, Frendy adalah sahabat Amanda yang saat itu sudah menduda hingga terjadi hubungan terlarang di antara mereka bahkan sampai melahirkan Jelita, gadis cantik yang saat ini meringkuk ketakutan, kenyataan jika ia bukan anak kandung papanya membuat Jelita takut Dero akan membenci.

Amanda pergi dari rumah tanpa membawa Jelita. Entah apa yang ia pikirkan hingga meninggalkan Jelita begitu saja bersama dengan Dero dan Dimas. Yang ada di pikirannya pergi jauh dari hadapan lelaki yang membuatnya muak selama ini.

"Mama, Jelita ikut!" teriak Jelita dengan meraung. Namun, Amanda sama sekali tak mendengarnya hingga anak kecil berusia 8 tahun itu hanya bisa menangis tanpa ada yang menenangkannya.

Dero dan Dimas menatap Jelita dengan dingin. Kasih sayang mereka seakan musnah begitu saja saat mengetahui kenyataan jika Jelita bukanlah anggota dari keluarga mereka. Dimas membenci wajah adiknya yang sangat mirip dengan mamanya dan juga Frendy.

"Puas kamu anak haram! Gara-gara kamu mama dan papaku pisah!" teriak Dimas remaja berusia 13 tahun itu. Sikap lembut, dan perhatiannya tergantian dengan tatapan benci pada Jelita.

"Pa, Jelita takut!" gumam Jelita dengan lirih. "Papa dan kak Dimas gak boleh membenci Jelita!" ucap Jelita memohon pikiran kecilnya kalut sekarang ia takut orang yang sangat ia cintai membenci dirinya saat ini. Jelita juga tidak mau menjadi anak haram! Itulah yang ia pikirkan sekarang karena teman sekelasnya selalu diolok-olok dengan kata anak haram. Awalnya Jelita tak mengerti namun sekarang ia paham walau tak sepenuhnya.

"Jangan panggil saya dengan sebutan papa karena kamu bukan anak saya!" ucap Dero dengan tajam.

Jelita menangis dengan sesugukan, ia tidak tahu letak kesalahannya apa! Salahkah ia dilahirkan di dunia ini? Tuhan, Jelita ingin keluarganya seperti dulu kembali.

"Jangan memperlihatkan wajah kamu di depan aku dan papa! Gara-gara kamu, aku gak punya mama lagi! Mama lebih memilih pergi sama papa kamu! Aku benci mama dan kamu!" teriak Dimas meninggalkan Jelita yang ingin memeluknya.

Dero juga meninggalkan Jelita begitu saja. Terbesit rasa kasihan di hatinya melihat Jelita menangis di hadapannya, anak yang saat dulu sangat ia manja dan apapun yang Jelita inginkan selalu ia belikan walaupun ia jarang berada di rumah, nyatanya bukan anak kandungnya membuat Dero merasa sakit hati.

****

Dimas membuang buku pelajarannya dengan kasar begitu saja di lantai. Remaja berusia 13 tahun itu merasa hidupnya sudah hancur. Kebahagiaan hidupnya tak bertahan lama karena sebuah perselingkuhan yang mamanya lakukan, Dimas muak dengan yang namanya perempuan! Ia membenci ibunya dan juga Jelita, gara-gara kedua perempuan itu semua impiannya berantakan.

"Dimas benci Mama! Dimas benci Jelita!" teriak Dimas dengan murka.

Kenyataan pahit dan menjadi anak broken home mengubah kehidupan Dimas seluruhnya, ia benar-benar membenci wanita! Dan melahirkan sosok baru Dimas yang sangat mengerikan.

Bab 2~ (Luka Menganga)

...Happy reading...

****

Dimas menatap adiknya dengan datar setelah sebulan orang tuanya bercerai, Dimas benar-benar mengabaikan Jelita dan tak menganggap Jelita itu adiknya bahkan keberadaannya juga seperti hantu yang tak terlihat di rumahnya. Begitu pun dengan Dero, lelaki itu semakin sibuk dengan pekerjaannya bahkan tak memperhatikan Dimas, jika Jelita ia tak ingin bertemu dengan anak itu hingga Diro lebih menyibukkan diri di kantornya.

Jelita menatap sendu kakaknya, wajahnya menunduk dengan bersamaan jatuhnya air mata yang sejak tadi ia tahan. Tak ingin menangis tetapi tetap saja air matanya jatuh dengan derasnya, ia ingin ikut mamanya tetapi sang mama saja sudah tidak peduli lagi dengannya. Lalu apa yang harus anak berusia 8 tahun itu lakukan? Hidupnya sudah sangat menyakitkan di usianya yang masih sangat kecil.

Dimas keluar dari rumahnya begitu saja, rasa pengap saat berada di rumah membuat Dimas tak betah di rumah yang dulu membawa keceriaan untuknya dan Jelita.

"Dimas!" teriak anak seusia Dimas dengan lantang. Biasanya Dimas akan bahagia menyambut kedatangan gadis gendut itu karena gadis itu sangat lucu walau tubuhnya gendut, Arieska selalu membuat Dimas bahagia. Tetapi tidak untuk sekarang Dimas tak lagi suka dengan yang namanya wanita di hidupnya semua wanita hanya bisa menorehkan luka di hatinya. Karena mama kandungnya Dimas menganggap semua wanita adalah sama.

"Lo masih sedih ya?" tanya Arieska dengan sendu. "Gue bisa membantu menghilangkan kesedihan lo, Dim! Sekarang lo harus semangat! Masih ada gue sebagai sahabat lo di sini," ucap Arieska dengan tulus tetapi Dimas sama sekali tidak mengubrisnya, ia menatap Arieska dengan datar.

"DIAM LO! JANGAN PERNAH DATANG KE RUMAH GUE LAGI! SEKARANG KITA BUKAN SAHABAT!" teriak Dimas dengan keras. Permasalahan keluarganya membuat Dimas melampiaskan amarahnya ke Arieska karena ia sudah tidak tahu harus marah kepada siapa lagi, hidupnya terlalu muak untuk dilanjutkan.

Deg...

Hati Arieska seperti di tikam ribuan jarum karena baru kali ini ia dibentak oleh Dimas. Biasanya Dimas sangat lembut kepadanya.

Bukan sahabat?

Mengapa kata itu sangat sakit saat didengar telinganya?

"K-kenapa?" tanya Arieska dengan terbata, ia sedang berusaha tidak menangis di hadapan Dimas.

"Gue gak butuh sahabat apalagi cewek gendut dan jelek seperti lo!" ucap Dimas dengan tajam.

Brak....

Dimas lebih memilih masuk ke dalam rumahnya, ia membanting pintu dengan keras membuat gadis itu terkejut. Arieska menatap pintu rumah Dimas yang sudah tertutup dengan perasaan hampa dan penuh tanda tanya di hatinya.

Apa salahnya?

Kenapa Dimas tak mau bersahabat lagi dengannya?

"Kak!" panggil Jelita dengan lirih membuat Arieska tersentak dan langsung menghampiri Jelita yang sudah ia anggap adiknya sendiri.

"Kenapa, Dek?" tanya Arieska dengan lembut.

"Maafkan semua kesalahan kak Dimas ya. Kak Dimas jadi begitu karena mama dan aku," gumam Jelita dengan sedih. "Seharusnya aku tidak lahir ke dunia ini, Kak! Kelahiran aku adalah sebuah kesalahan dan dosa yang dilakukan mama. Benar kata papa aku adalah anak pembawa sial dalam hidupnya dan hidup kak Dimas," gumam Jelita dengan memainkan jemarinya, jujur saja ia sangat merasa takut sekarang. Masih diperbolehkan tinggal di rumah ini dan makan dengan layak membuat Jelita bersyukur.

"Ini bukan kesalahan kamu, Dek. Walaupun kamu bukan anak kandung om Dero tetapi kamu tetap anak kandung tante Amanda dan kamu dengan Dimas tetap saudara. Jangan sedih lagi ya, kamu masih punya Kakak," ucap Arieska dengan lirih.

Jelita berusaha tersenyum, ia memeluk Arieska dengan erat. Air matanya tidak bisa keluar lagi untuk saat ini. Hatinya terlalu sakit untuk menerima hidupnya yang sudah berantakan sejak kecil.

Untung masih ada Arieska yang menyayanginya karena sejujurnya ia tidak tahu harus berbuat apa. Untuk menyusul mamanya juga ia tidak bisa karena Jelita tidak tahu keberadaan mamanya tersebut di mana. Rumah yang dulu penuh kebahagiaan kini terasa menghimpit dadanya sehingga Jelita kecil selalu tidur dengan ketakutan tetapi tidak ada satu orang pun yang menemaninya. Luka dihati dirinya dan Dimas mungkin sama besarnya, luka itu sudah menganga karena sebuah kesalahan mamanya.

*****

Jelita keluar dari rumahnya untuk bermain. Tak ada lagi yang peduli jika ia keluar terlalu jauh dari rumahnya, biasanya Dimas akan selalu menemaninya. Tetapi sekarang tak ada satu pun orang yang peduli dengannya.

Kaki kecilnya berjalan tak tentu arah hingga ia tak sadar sudah berada di jalan raya. Kakinya sudah sangat sakit untuk melangkah. Dari arah depan sudah ada mobil yang melaju kencang bukannya takut Jelita malah diam mematung berharap mobil itu akan menabraknya dengan kencang hingga meremukkan tubuhnya. Tetapi tubuhnya sama sekali tidak tertabrak, mobil mewah itu berhenti di depannya.

"Kalau mau mati jangan menabrakkan diri di mobil mewah ayah aku!" ucap seorang anak remaja berusia 15 tahun dengan kesal.

"Rasyid, gak boleh gitu, Nak!" tegur Gladis dengan lembut.

"Gadis kecil itu mau mati, Bun!" timpal Rasyad dengan datar membela kembarannya.

"Bun, anak itu pingsan!" ucap Nathan dengan panik.

"Bawa ke rumah sakit, Yah!" ucap Gladis tak kalah panik.

Rasyad mendengkus tak suka melihat sang bunda yang sangat perhatian dengan gadis asing yang hampir tertabrak mobil ayahnya. Tetapi Rasyad yang tak banyak bicara seperti Nathan hanya diam dan tak sedikit pun membantu atau melihat gadis itu.

"Merepotkan!" gumam Rasyad di dalam hatinya, ia hanya melirik sekilas melalui ekor matanya jika Jelita di bawa masuk oleh sang ayah ke dalam mobil mereka.

*****

Ramein yuk cerita baru aku biar semakin semangat buat update lagi nih.

Jangan lupa like, vote, komentar dan favoritkan cerita ini juga bintang 5-nya jangan lupa yak.

Bab 3~ (Pergaulan Yang Salah)

...Happy reading...

****

"Sejak kapan lo merokok?" tanya Elang dengan tajam. Elang Mahendra adalah sahabat Dimas sejak masa taman kanak-kanak, mereka tampak akrab walau Elang terlihat dingin dan pendiam.

"Gue pusing!" jawab Dimas dengan tenang. Asap mengepul keluar dari mulutnya ketika sebatang rokok ia hisap.

"Pusing gak harus menghisap asap seperti itu!" ucap Elang dengan tajam. "Lo masih SMP dan bisa-bisanya lo merokok! Kalau ketahuan orang tua lo, gue gak mau bantu apapun!" ucap Elang dengan santai.

"Santai aja! Orang tua gue gak akan peduli tentang kehidupan gue. Mau gue mati sekali pun mereka gak akan peduli!" ucap Dimas seperti tidak ada beban padahal di hatinya sudah menumpuk jutaan beban yang membuat Dimas tidak bisa berpikir dengan jernih. Yang awalnya ia anti dengan rokok, kini Dimas bisa menghabiskan satu bungkus rokok dalam sehari.

"Nilai lo kenapa bisa hancur? Biasanya gue dan lo adalah saingan terberat di kelas," ucap Elang yang tak mau membahas kedua orang tua Dimas karena ia dapat mengetahui Dimas tidak nyaman membahas mereka.

"Gue capek jadi orang pintar tapi gak ada yang peduli tentang nilai gue. Tenang aja sekarang lo gak ada saingan lagi," ucap Dimas.

"Uhuk...uhuk... Jauhkan rokok itu dari gue!" ucap Elang dengan tajam. "Gue tahu permasalahan keluarga lo tapi gak harus membuat lo jadi seperti ini. Perjalanan hidup lo masih panjang, Dim. Ada Jelita yang juga butuh dukungan dari lo," ucap Elang dengan bijak.

"Dia bukan adik gue!" ucap Dimas dengan tajam. Ia membuang putung rokoknya dengan kasar lalu menginjaknya dengan sepatu sekolah yang ia pakai.

"Dia adek lo! Lahir dari rahim yang sama seperti lo!" ujar Elang dengan tajam. "Awas ketahuan guru BP!" ucap Elang dengan datar. Lalu ia meninggalkan Dimas yang terkekeh. Ketahuan pun tak masalah bagi Dimas dengan begitu ada yang memperhatikan dirinya bukan? Ah... Malang sekali nasibnya yang membutuhkan perhatian dari orang lain.

Dimas sampai lupa jika Jelita tak pulang semalaman. Bahkan ia sama sekali tidak peduli jika gadis kecil itu tidak pulang sama sekali. Masa bodoh dengan keadaan gadis kecil yang dulu sangat ia sayangi itu.

"DIMAS ANGGARA, IKUT KE RUANGAN SAYA SEKARANG!"

Dimas tersenyum puas melihat kemarahan guru BP yang berada di depannya.

"Oke, Bu!" jawab Dimas dengan santai membuat guru bernama Sri tersebut kembali merasa kesal. Sebulan ini Dimas selalu saja berbuat onar dan sering kali keluar masuk ruang BP. Kemana Dimas yang baik, pintar dan patuh itu?

****

"Siapa namamu, Nak?" tanya Gladis dengan lembut. Sejak semalam gadis kecil ini pingsan dengan suhu tubuh yang sangat panas hingga Gladis dan Nathan membawanya ke rumah sakit tetapi kata dokter tidak perlu di rawat inap sehingga Gladis membawa Jelita pulang ke rumahnya.

Jelita menatap sekelilingnya yang terasa sangat asing baginya. "Ini dimana?" tanya Jelita dengan lirih.

"Kuburan!" jawab Rasyad dengan datar. Anak berusia 15 tahun itu sama sekali tak menatap Jelita, ia sibuk dengan bukunya. Gara-gara Jelita ia tidak sekolah karena kedua orang tuanya sibuk mengurus Jelita.

Jelita terdiam dengan menunduk sedih. Gladis yang mendengar suara ketus dari Rasyad hanya bisa menghela napasnya dengan dalam karena Rasyad sama seperti Nathan, sangat dingin dan susah tersentuh. Masih ingatkan kalian bagaimana Gladis dari kecil mengejar Nathan hingga berani mencium Nathan saat ulang tahunnya dulu? Rasanya jika mengingat itu Gladis merasa malu sekarang padahal dulu urat malunya sudah putus!

"Rasyad yang sopan, Nak!" tegur Gladis membuat Rasyad terdiam.

"Siapa nama kamu, Nak?" tanya Gladis sekali lagi.

"J-jelita, Tante," gumam Jelita dengan pelan.

"Nama yang cantik seperti orangnya. Kamu semalam demam dan kami tidak tahu rumah kamu di mana. Sekarang boleh kasih tahu rumah kamu di mana pasti kedua orang tua kamu cemas mencarimu, Nak!" ucap Gladis dengan lembut.

Jelita terdiam. Mama dan papanya cemas mencarinya? Sampai dunia kiamat pun mereka tidak akan cemas dan peduli kepadanya.

"Kok diam?" tanya Gladis dengan pelan.

"Bisu!" ucap Rasyad dengan tajam.

"Rasyad!"

"Iya maaf, Bun," ucap Rasyad dengan datar.

Gladis menghela napasnya dengan perlahan. "Keluar dari kamar ini dan bermainlah dengan Rasyid dan Erina di bawah. Kamu membuat Jelita takut," ucap Gladis dengan pelan.

Tanpa ekspresi apapun Rasyad keluar dari kamar tamu yang di tempati Jelita meninggalkan gadis kecil itu dan bundanya.

"Kamu bisa cerita sekarang. Kak Rasyad sudah keluar," ucap Gladis dengan lembut.

Jelita terdiam tetapi matanya berkaca-kaca, ia tak tahu harus berkata apa kepada wanita yang sebaya dengan ibunya ini. "P-apa dan mama gak akan cari Jelita," gumam Jelita dengan sedih.

Awalnya Gladis merasa terkejut tetapi dengan cepat kemudian ia memeluk Jelita. Tanpa berkata pun Gladis tahu seperti apa permasalahan keluarga Jelita. "Pasti mereka sedih Jelita. Tak ada orang tua yang tak mencemaskan keadaan anaknya. Begitu pun dengan kedua orang tua kamu," ucap Glasis dengan lembut.

"Apa benar Tante? Tapi mengapa mama Jelita gak pernah pulang untuk menjemput Jelita. Papa bilang Jelita bukan anaknya. Jelita anak haram dari mama, papa bukan papa kandung Jelita. Padahal Jelita sayang mereka. Anak haram itu apa Tante? Jelita sering dengar dari teman-teman sekolah tetapi Jelita gak paham apa yang mereka maksud," ucap Jelita dengan sedih.

Tes...

Gladis meneteskan air matanya, tetapi ia buru-buru menyekanya dengan cepat agar tidak ketahuan Jelita. Gadis yang mungkin se-usia dengan anak bungsunya ini terlihat sangat malang sekali.

"Kamu bisa anggap Tante ini mama kamu, Nak. Panggil Tante dengan sebutan Bunda," ucap Gladis dengan lirih.

"Apa boleh begitu?" tanya Jelita dengan takut.

"Boleh! Sekarang Tante dan om adalah orang tua angkat kamu dan anak-anak bunda adalah kakak kamu!" ucap Gladis dengan tegas.

Haruskah Jelita bahagia dengan kata-kata Gladis atau merasa sedih karena orang lain lebih peduli kepadanya dari pada keluarganya sendiri?

Mengapa rasanya sangat menyesakkan sekali! Tiba-tiba ia merasa rindu dengan sang mama yang sudah sebulan tidak ia jumpai sama sekali. Mamanya seakan ditelan bumi.

*****

Gimana dengan part ini?

Kasihan Jelita dan Dimas jadi korban keegoisan orang tuanya.

Ramein part ini ya dengan like, vote, komentar, dan favoritkan cerita ini serta bintang 5 nya ya!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!