NovelToon NovelToon

(Love Hurts!) Trapped By Mr. Mafia

Bloody Cake

Bagi pembaca baru di sarankan membaca novel sebelum nya dengan judul :

(Psycho CEO) When the devil falls in love dari season 2 di mulai eps 177!!!

Saran yah😉 kalau mau baca ke season ini langsung juga gak apa-apa✌️✌️✌️

Happy Reading ♥️♥️♥️

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Aroma hangat dan manis menyelimuti sebuah rumah, asap mengepul dengan memperlihatkan kabut putih nya dari cake yang baru saja di keluarkan dari panggangan.

"Pah, ambil cream nya." ucap seorang wanita pada suami nya.

Wanita yang memiliki paras cantik, sikap yang lembut dan penuh kasih sayang itu merias cake ulang tahun putra nya yang ke sepuluh.

Agatha Cleo nama chef pastry yang terkenal karna semua makanan buatan nya yang banyak di gemari orang-orang.

"Papah beli robot yang kemarin dia mau," ucap pria itu sembari membungkus mainan mahal tersebut.

Reyhan Cowell Dachinko yang saat ini menjabat sebagai jaksa penuntut dan di kenal sebagai jaksa yang tak bisa menerima suap dari petinggi mana pun untuk menutup kasus nya.

Ponsel Reyhan berbunyi, ia pun segera mengangkat nya dan menerima telpon yang masuk ke dalam ponsel nya, wajah pria itu berubah seketika begitu mendengar jawaban di telpon nya.

"Siapa Pah?" tanya Agatha pada suami nya.

"Bukan apa-apa, Xavier kapan pulang?" jawab Reyhan mengalihkan pembicaraan.

"Jam tujuh nanti, dia hari ini ada les tambahan." ucap Agatha sembari melihat jam yang menunjukkan pukul 05.13 Pm.

Pria itu pun tersenyum sembari menepuk pundak istri nya sekilas dan beranjak pergi.

"Rey..." ucap nya memanggil nama suami nya hingga membuat pria itu menoleh pada nya, "Kau tak bisa berhenti saja? Jangan mengacaukan orang-orang yang berada di atas kita."

"Kau mau aku membiarkan mereka? Karna mereka berkuasa?" tanya pria itu yang tak mengerti jalan pikiran sang istri.

"Kau melakukan nya sungguh karna keadilan? Atau karna ambisi? Xavier terus pindah sekolah karna kau menyinggung orang lain, dan sekarang kau juga sedang melakukan nya kan?" tanya sang istri yang enggan terkena masalah lagi.

Pria itu diam tak menjawab dan membuang pandangan mata nya.

"Kasus apa? Penghindaran pajak? Penggelapan dana? Pembunuhan? Pelecehan? Sekarang apa lagi? Setidak nya pikirkan putra mu! Keluarga mu!" ucap Agatha sekali lagi.

"Aku keluar sebentar, kabari kalau Xavier sudah pulang." ucap nya tak menghiraukan rasa khawatir sang istri.

Ia tak tau jika raut wajah khawatir dan mata kegelisahan itu adalah hal yang terakhir ia lihat dari istri nya.

Setelah Reyhan pergi, tak lama satu jam kemudian bel rumah tersebut pun berbunyi, Agatha yang sudah selesai merias cake nya agar di sukai putra nya pun bergegas melihat siapa yang datang.

"Siapa?" tanya wanita itu sembari melihat yang datang ke rumah.

Ia melihat beberapa orang tak di kenal di depan pintu nya dari kamera bel yang ia pasang.

"Apa benar ini rumah Reyhan Cowell Dachinko?" tanya pria tersebut memastikan.

"Ada keperluan apa?" tanya Agatha yang enggan membuka pintu karna orang-orang di depan rumah nya juga tak menjawab pertanyaan nya.

Brak!

Suara gebrakan membuat wanita itu terkejut seketika dan memundurkan langkah nya, ia pun segera berusaha menelpon suami nya karna hanya itu yang berada dalam pikiran nya.

Pintu rumah nya mulai terbuka dengan sendiri nya, ia tak tau apa yang mereka lakukan hingga dapat membobol rumah itu tanpa suara yang besar.

"Ka-kalian siapa?!" ucap Agatha bergetar menatap pria-pria tegap yang memasuki rumah nya.

"Mana data yang di simpan suami mu?" tanya pria bermasker hitam tersebut.

"Data? Aku tak tau apapun!" jawab Agatha bergetar karna ia memang tak tau menahu tentang apa yang sedang di bicarakan.

Bugh!

Satu pukulan kuat melayang di wajah cantik wanita itu hingga membuat Agatha tersungkur ke lantai.

Akh!

Pekik nya saat rambut nya di tarik dengan kuat hingga membuat wajah nya mengandah.

"Kalau begitu cari!" ucap pria tersebut dan mengisyaratkan pada teman-teman nya yang lain guna menggeledah rumah wanita itu.

Brak! Prang!

Suara gaduh begitu terdengar karna para pria asing mencari tanpa sopan santun dan kasar.

"Tidak ada," ucap salah satu bawahan pria itu.

"Kau tak tau dimana?" tanya dengan suara halus pada wanita yang sudah menangis gemetaran itu.

Pria itu pun menuntun Agatha agar ke kamar nya dan mencari data yang ia inginkan, namun tetap saja nihil karna Agatha sama sekali tak tau apapun yang di maksud dengan pria yang menyodorkan pistol di balik kepala nya.

"Dasar wanita tidak berguna!" ucap nya geram sembari memukul wanita cantik itu.

Ia kesal jika tak menemukan data yang sedang di cari atasan nya.

Buagh! Bugh! Prang!

Tendangan, pukulan, tamparan dan bahkan kepala wanita itu di hantam kan ke dinding beberapa kali hingga membuat cairan merah kental itu terus mengalir keluar.

Brak!

Reyhan segera kembali begitu mendapat telpon sang istri, tak lupa pula ia menelpon polisi agar segera datang memberi bantuan.

"Agatha?!" panggil nya dan langsung masuk melihat seluruh rumah nya berantakan.

Srek!

Suara seretan terdengar jelas di telinga pria itu saat ia melihat sang istri di seret menggunakan rambut dengan sekujur tubuh yang terluka.

Bahkan darah wanita itu membuat jejak di lantai saat tubuh nya di seret.

"Ini istri mu! Sekarang berikan data nya!" ucap pria tersebut sembari melemparkan wanita dengan tubuh terluka dan penuh darah tersebut.

Reyhan terkejut, mata sayu istrinya yang meringis menahan sakit luar biasa kini tengah menatap nya, ia memeluk sang istri dengan tangan gemetar.

"Data apa? Akan ku berikan, setelah itu pergi!" ucap nya yang tak sanggup melihat sang istri penuh dengan luka tersebut.

Reyhan tau, walaupun ia memberikan data yang di minta mungkin ia dan sang istri tetap saja di bunuh.

Namun saat melihat istrinya dalam kondisi seperti itu ia tak bisa berfikir jernih dan berharap penuh agar polisi bisa cepat datang.

Pria tersebut pun tersenyum dan mengatakan data apa yang ia inginkan.

"Ini," ucap nya sembari memberikan flashdisk yang akan menghapus data nya sendiri dalam 2 menit jika di masukan kode tertentu sebagai sandi nya, "Sandi nya 0000." ucap Reyhan memberi tau.

Pria tersebut pun tersenyum dan mengeluarkan pistol nya.

DOR!!!

Satu tembakan tepat melayang di kepala pria itu seketika, darah yang kemudian menyiprat hingga mengenai cake yang memiliki warna putih tersebut hingga seperti selai strawberry yang menjadi hiasan tambahan.

Reyhan terjatuh, tebakan nya benar jika ia akan tetap di bunuh, mata nya menadah melihat air mata sang istri yang jatuh di wajah berlumuran darah tersebut.

Agatha menangis lirih di suara lemah nya melihat sang suami terbunuh tepat di depan nya. Para pria itu pun segera memeriksa data yang di berikan Reyhan.

Data yang berisi tentang korupsi para petinggi serta penggelapan dana yang mencapai hingga ratusan juta dolar di dalam nya.

"Potong kepala nya," ucap pria tersebut agar mengisyaratkan memotong kepala jaksa angkuh itu agar memperlihatkan akhir tragis karna menyinggung tuan nya.

Crass!! Crass!!

Bawahan pria tersebut mengambil pisau daging dan langsung memotong serta memenggal kepala pria tersebut.

"Data nya hilang sendiri!" ucap pria lain nya saat data yang baru saja terbuka terhapus seketika dalam 2 menit.

"Sial! Kita di tipu!" umpat nya kesal.

...

Sementara itu anak lelaki yang penuh dengan hati hangat dan senyuman cerah itu, begitu bersemangat kembali ke rumah nya.

Xavier Haider Dachinko nama lengkap anak lelaki yang penuh dengan senyuman cerah dan selalu bersikap baik dan patuh.

Ia sangat senang karna hari ini adalah hari ulang tahun nya dan sang ayah berjanji akan memberikan robot yang ia inginkan sebagai hadiah.

Mata nya menatap bingung melihat rumah nya yang di penuhi mobil asing saat ia memasuki pagar halaman nya.

Ia pun membuka pintu nya dan melihat barang-barang yang begitu berserakan serta darah yang menyiprat ke segala sisi.

Mata nya semakin terbelalak saat melihat sang ibu bersimbah darah di depan nya, "Mamah!" panggil nya seketika dan menghampiri sang ibu.

"La..ri..." ucap Agatha dengan lemah menyuruh putra pergi sedangkan para pria asing itu sedang mengacak tempat flashdisk dimana Reyhan mengambil data.

Bocah lelaki itu tak mengerti apapun, ia hanya bisa menangis ketakutan sembari memeluk sang ibu dan berusaha membawa keluar agar bisa mendapat pertolongan.

"Uhh..." ucap nya sekuat tenaga memapah tubuh sang ibu agar bisa keluar dari rumah nya karna ia tau saat ini adalah keadaan yang berbahaya.

DOR!!!

Anak lelaki tersebut tersentak, darah yang keluar dari tubuh sang ibu memucrat mengenai wajah nya saat suara tembakan tersebut berbunyi dengan nyaring.

"Mamah!" ucap nya terkejut saat tubuhnya dan tubuh sang ibu terjatuh ketika peluru mengenai tubuh wanita tersebut.

"Ada tikus kecil rupa nya...

Kau tau dimana data nya?" tanya pria tersebut mendekati anak lelaki yang sedang ketakutan tersebut dan menangis tersedu melihat kematian sang ibu yang di depan mata.

Anak lelaki itu menatap dengan mata takut, amarah yang memuncak menatap ke arah pembunuh ibunya.

Plak!

Satu tamparan kuat mengenai nya hingga membuat anak tersebut tersungkur.

"Berani sekali bocah seperti mu menatap ku begitu!" ucap nya kesal karna tatapan yang bagi nya tak mengenakan tersebut.

...****************...

Hai Para readers othor👋👋👋

Readers when the devil falls in love yang baca ke sini berarti lagi kangen Mbk Louise sama babang James ama babang brondong nya mbk Louise si Zayn donk wkwk🤣

Ini dimulai dari flashback dulu yah, gak lama-lama tapi buat gambaran aja karna othor pernah bilang kalau si James nya "Mati berulang kali" makanya dia jadi bandar kejahatan awkwko😈😈

Dan ini tuh perjalanan nya.

Kalo kalian mau nya : "Lah padahal kan mau ke temu Louise langsung!"

Louise juga bakal muncul di flashback karna semua nya terajut satu, dan juga ada bakal ada flashback Hazel dan Alyss sedikit karna kan mereka masih idup waktu anak nya remaja👌👌

Yang pembaca baru nikmati alur aja yah, jangan hiraukan ocehan othor🤣🤣

Pembaca lama da tau kalo othor nya suka ngoceh🤣🤣

Happy Reading readers ter luv othor♥️♥️♥️

Jangan lupa dukungan nya yah😘😘😘

Hak asuh

Aroma anyir darah tercium dengan jelas memenuhi rumah tersebut, cake serta hadiah yang sudah di siapkan kini hancur di hiasi bercak merah yang terdapat di dalam nya.

Suara tawa yang terdengar lirih, benda-benda yang berjatuhan terdengar sayup di telinga anak lelaki tersebut.

"Aku mau bertemu orang tua ku..." tangis seorang anak berumur 10 tahun yang meringkuk dengan bersimbah darah dan penuh luka saat orang asing bertopeng itu menyiksa habis-habisan namun tak membunuh nya.

"Hey nak…

Kau tak lihat ibu sudah mati tadi? Dia kan mati di depan mata mu!" jawab salah seorang pria bertopeng yang tertawa geli setelah membunuh ibu anak tersebut.

Setelah membunuh sang ibu para pria yang memakai penutup di wajah nya itu mengambil Agatha dan memindahkan nya ke dekat Reyhan.

"Papah ku mana? Huhuhu...

Kalian jahat! Papah ku bakal hukum kalian!" tangis anak itu dengan suara lemah saat tubuh nya sudah tak berdaya.

"Hukum apa? Mentang-mentang punya ayah jaksa sok sekali! Bawa kepala pria sialan itu!" perintah pria bertopeng pada rekan nya itu.

Tak lama kemudian sebuah kepala yang sangat ia kenal pun di lempar padanya.

"Huaa..." tangis nya yang terdengar pilu walau dengan suara yang lemah.

Kepala sang ayah yang di lempar padanya tanpa tubuh dan memiliki bekas peluru di dahi nya sontak mengejutkan anak itu.

"Bukan Papah...

Aku mau ketemu papah..." tangis nya lagi memohon hingga berusaha merangkak dengan tubuh yang tergeletak lemas bersimbah darah ke kaki para pria bertopeng itu.

"Akh!" pekik nya langsung saat tangan nya diinjak dengan keras ketika ia berusaha memohon.

"Itu ayah mu bodoh! Kau mau bertemu kan?! Sekarang dimana datanya?!" tanya pria itu memaksa pada bocah malang itu.

"Mau ketemu Papah..." tangis nya yang masih tak mempercayai jika sang ayah telah di bunuh.

"Pukul lagi!" perintah salah satu pria bertopeng tersebut.

BUAK! BUK! BUAK!

Pukulan yang terus dilayangkan dengan keras ke tubuh kecil nya secara berulang menggunakan balok kayu, tongkat bisbol dan tongkat golf hingga darah yang terus membanjiri lantai rumah yang sudah sangat berantakan itu.

Sedangkan bocah itu terus meringkuk menahan sakit yang luar biasa dan teramat sangat sembari sesekali melihat ke kepala sang ayah yang berada di depan mata nya tanpa tubuh.

Tak lama kemudian suara sirine dari mobil polisi terdengar dan membuat para pengacau itu terkejut.

Mereka pun dengan cepat pergi, karna tau akan ada yang melindungi pekerjaan mereka.

Anak lelaki bernama Xavier itu hanya bisa memejamkan mata nya perlahan, berharap jika semua kejadian buruk yang tiba-tiba ini hanyalah mimpi belaka.

Ulang tahun yang sudah ia nantikan sejak lama tak akan menjadi hari tragedi nya hingga membuat nya tak ingin merayakan nya lagi.

......................

Berita tentang pembantaian sadis keluarga jaksa pun mulai menyebar bagaikan virus yang dengan cepat terdapat di mana saja.

Berita yang cukup menggemparkan karna cara kematian yang terlihat sangat brutal dan mengenaskan, yang hanya menyisakan satu putra tunggal nya yang kini masih kritis dan tak sadar setelah penganiyaan.

Pria yang tengah melihat berita tersebut dari layar I pad mengeluarkan smirk nya, ia memang tak peduli dengan keluarga lain selain keluarga nya sendiri.

"Kau yang membunuh mereka?" tanya sekertaris pria itu karna melihat smirk yang di wajah atasan nya.

"Bukan," jawab nya nya singkat.

Pria dingin dari luar namun memiliki hati iblis di dalam nya, pria yang bisa melakukan apapun untuk wanita nya dan memiliki kekuasaan penuh serta otak yang mumpuni sehingga apapun yang ia lakukan selalu memiliki jalan mulus.

Pemilik dari JBS grup seutuh nya setelah membunuh sang ayah sendiri, Hazel Rai pria yang bahkan tak bisa di sentuh hati nya kecuali oleh si penakluk.

"Tapi bukan nya dia jaksa yang menyinggung tentang pembelian manusia yang kita lakukan?" tanya teman sekaligus sekertaris pria itu sekali lagi.

"Coba ulangi yang baru kau katakan?" tanya Hazel sembari menjentikkan jemari nya.

Sekertaris pria itu bingung mendengar ucapan teman sekaligus atasan nya namun ia tetao mengulangi apa yang ia katakan, "Bukan nya dia jaksa-"

"Itu dia! Kau tau dia jaksa kan? Masyarakat akan lebih memperhatikan kasus nya. Lagi pula bukan aku yang membunuh mereka." balas pria itu.

"Kalau aku pasti sudah mengeluarkan mata nya, mencincang anggota badan nya, lalu menarik usus nya keluar bersama organ dalam nya, tapi aku sudah janji tak akan membunuh orang lain lagi." sambung nya dengan mata berapi namun ia ingat sudah membuat janji pada sang istri tak akan membunuh orang lain lagi.

"Kalau begitu, yang di lakukan JBS farmasi apa?" ucap Rian si sekertaris sekaligus teman pria itu dengan menghela nafas mengingat eksperimen manusia yang memakan banyak korban jiwa.

"Yang membunuh mereka kan bukan aku, profesor dan para ilmuwan itu yang melakukan nya." ucap Hazel sekali lagi dengan enteng dan berlalu pergi.

Sekertaris pria itu diam sesaat dan kembali menatap teman nya, "Ini memang bukan kau?" tanya nya sekali lagi.

"Bukan! Aku tidak membunuh mereka dan tidak memberikan perintah pembunuhan sama sekali! Sekali lagi kau tanya akan potong lidah sekalian gaji mu!" jawab Hazel dengan dingin dan menajamkan mata nya karna ia tak suka di tanya berulang.

"Karna kalau kau terlibat mungkin ini akan menjadi masalah besar karna dia pernah berusaha mencari tau tentang pembelian manusia yang kita lakukan," ucap Rian dengan lirih.

"Aku tak sebodoh itu," jawab Hazel singkat dan ingin langsung kembali ke kediaman nya.

Karna anak-anak nya sedang menginap di rumah sang mertua membuat nya memiliki waktu bebas bersama sang istri sebelum dua kembar nakal itu kembali dan mengacaukan malam nya.

......................

3 Minggu kemudian.

Anak lelaki itu mulai tersadar, samar ia dengar tentang perdebatan beberapa orang yang akan menjadi wali nya sementara dan membicarakan tentang asuransi diri nya yang sudah di siapkan oleh orang tua nya.

Mamah...

Papah...

Batin nya yang sangat ingin bertemu orang tua nya.

...

Setelah dua hari.

"Hua...

Huhu..." tangis nya pecah di depan makam orang tua nya yang sudah selesai melakukan pemakaman saat ia sedang kritis dan tak sadar selama beberapa minggu.

"Mamah, Papah jangan tinggalin Xavier...

Xavier mau ikut, jangan di dalam sana...

Huhuhu..." tangis nya pilu karna tak sanggup di tinggal kedua orang tua nya sekaligus.

"Sekarang kau tinggal bersama kami, aku paman mu dan dia bibi mu." ucap seorang pria pada Xavier ketika bocah itu belum selesai melihat kedua orang tua nya yang sudah tak ada di dunia ini lagi.

"Mau sama paman Robert..." ucap nya lirih karna tak ingin mengikuti pria asing yang menjadi paman nya.

Pria itu melihat ke arah istri nya dengan memberikan kode mata, ia harus cepat mengambil keponakan nya sebelum adik dari istri kakak nya datang dan ingin mengambil hak asuh, hal ini semata-mata ia lakukan demi uang asuransi yang mengikuti anak malang itu.

Xavier diam sejenak ia masih sangat merasa asing dengan dua orang yang mengaku sebagai sanak saudara nya secara tiba-tiba.

"Aku adalah adik ayah mu, jadi aku paman mu..." ucap pria itu sekali lagi, "Kau ikut dengan kami yah..." sambung nya membujuk anak malang itu.

Xavier mengangguk, ia meraih tangan yang salah yang sedang di ulurkan pada nya dan saat ini.

Escape!

Dua bulan kemudian.

Brak!

Suara gaduh yang terdengar keras di rumah tersebut memenuhi setiap sudut yang menjadi saksi bisu atas kekerasan yang terjadi pada anak lelaki berumur 10 tahun tersebut.

"Siapa kau berani memukul putra ku?!" marah seorang wanita sembari menendang dan memukuli anak lelaki tersebut.

Sedangkan anak lelaki itu terus meringkuk melindungi mainan robot nya yang menjadi hadiah terakhir dari sang Ayah telah rusak karna ulah sepupu nya.

"Xavier gak salah! Gerall yang salah!" teriak nya membela diri di tengah pukulan yang membabi buta hingga membuat seluruh tubuh nya lebam membiru dengan sempurna.

Wanita yang tengah menyiksa anak lelaki tersebut adalah Risya, bibi yang merupakan adik ipar dari Ayah anak itu.

Ia maupun suami nya bergegas mengambil hak asuh Xavier hanya untuk mengambil uang asuransi yang melekat pada anak malang itu.

Mereka bahkan memindahkan anak dengan segudang prestasi itu ke sekolah biasa dan tak memenuhi semua kebutuhan nya termasuk pendidikan atau hanya sekedar makanan.

Setelah puas memukul keponakan nya ia pun berhenti dan meninggalkan anak tersebut di gudang kumuh nan gelap itu.

"Xavier kangen Papah...

Huhu..

Kangen Mamah..." tangis nya kecil dengan segugukan sembari memeluk mainan robot yang telah rusak tersebut.

"Na-nanti kalau Xavier udah besar, Xavier yang bakal hukum mereka...

Polisi nya juga, om jaksa yang jahat juga..." ucap nya di sela tangis lirih nya.

Ia pun meringkuk diatas karpet tipis yang menjadi alas tidur nya.

Pikiran yang masih polos dengan ingin membalas semua yang terjadi pada nya sesuai hukum yang berlaku.

Xavier kecil masih berharap dan memegang prinsip nya,

Aku akan jadi jaksa seperti Papah dan menghukum orang jahat!

Itulah yang masih terlintas di kepala nya dan masih tertanam di dalam dirinya.

Flashback on.

Ruang sidang yang banyak menarik perhatian publik itu membuat masyarakat menanti kasus dan keputusan selanjutnya.

"Bukan! Bukan dia yang di bunuh Mamah Papah!" teriak Xavier kencang saat para polisi, jaksa, dan hakim membawa tersangka yang berbeda dengan yang di kenali nya.

Ia terus berkoar dan berteriak untuk keadilan nya, namun nihil. Tak ada satupun yang menerima pernyataan nya.

Alasan pertama karna ia masih kecil dan kesaksian nya di anggap tak kuat, dan alasan kedua karna psikis nya yang terguncang karna peristiwa mengenaskan itu hingga mendapat surat pernyataan jika ia sempat mengalami penyakit mental.

Hukum pun berjalan dengan prosedur nya menggunakan tersangka kambing hitam, tersangka kambing hitam itu di tuntut atas kejatahan perampokan hingga pembunuhan.

Dan Xavier lah yang paling tau jika rumah nya tak di rampok saat itu namun para pembantai itu mencari sesuatu dan membunuh kedua orang tua nya yang bukan berniat mencuri apapun di rumah nya.

Namun tak ada satupun yang mendengarkan jeritan pilu anak lelaki itu saat ia membutuhkan keadilan untuk dirinya dan keluarga nya.

Flashback off.

......................

Dua minggu kemudian.

Robert terus berusaha mencari cara agar dapat menghubungi keponakan kecil nya setelah dibawa oleh keluarga kakak ipar nya.

Namun ia tak mendapat kabar sedikit pun dan mengira jika keponakan nya baik-baik saja.

...

Prang!

Satu lemparan piring berisi nasi melayang di kepala anak lelaki itu.

"Makan di dapur!" hardik Risya tanpa merasa bersalah pada keponakan nya.

Padahal ia adalah orang paling tak pantas memperlakukan anak malang itu karna sebenarnya ia dan keluarga nya lah yang menumpang hidup dengan uang asuransi yang harus nya menjadi milik keponakan nya.

Xavier tak lagi menangis, ia mengutip nasi yang tumpah di lantai dan kembali meletakkan ke piring nya, ia pun berjalan ke dapur dan membiarkan paman, bibi, serta sepupu nya makan bersama di ruang makan sedang ia memakan sisa makanan dari keluarga paman nya.

Nasi kotor yang terasa bergerigi serta mulai basi itu ia masukkan ke dalam mulut nya, ia berusaha tak menangis namun bulir bening nya terus jatuh di setiap suapan nasi yang masuk ke dalam mulut nya.

Xavier anak kuat! Papah gak ngajarin Xavier jadi lemah!

Batin berusaha kuat padahal ia seharusnya masih memiliki kehidupan nya yang indah seperti anak lain nya.

...

Pukul 01.24 am

Dini hari itu Xavier tak dapat tidur, ia ingin kabur dan menemui paman Robert nya, ia ingin bisa kembali bersekolah lagi karna paman dan bibi yang mengurusnya saat ini mulai tak membolehkan nya sekolah dan di suruh melakukan pekerjaan rumah tangga.

Ia pun beranjak dari gudang kumuh dan mengendap ke kamar paman nya, ia ingin kabur namun ia butuh uang untuk menjalankan misi nya hingga sampai kerumah paman Robert nya.

Duk!

Kaki nya tersandung saat selesai mengambil uang paman nya, walaupun jika di telaah lagi itu adalah uang nya karna memang seharusnya ia yang mendapatkan nya sejak awal.

"Dasar anak sialan! Sudah berani mencuri!" ucap sang paman saat melihat bocah itu mengambil uang dari dompet nya.

Xavier terperanjat, ia segera berlari dan membuka jendela, tubuh nya masih kecil sehingga ia bisa lolos dari jendela tersebut.

Langkah nya tergesa dengan deru nafas yang tak beraturan membelah malam yang gelap gulita.

Jantung nya berdetak cepat, dengan kaki yang berlari sekuat tenaga menghindari tangkapan sang paman.

Pandangan nya terbatas di tengah gelapnya malam hingga membuat nya memasuki semak belukar dan duduk bersembunyi di dalam nya.

Ia berkeringat dengan menggenggam erat uang yang ia pegang dan jantung yang tak henti nya berdegup kencang.

Melihat sang paman yang kebingungan dan pada akhirnya memilih untuk pergi kembali ke rumah nya membuat Xavier bernafas lega.

Ia pun berjalan mendatangi stasiun bus dengan langkah tertatih tanpa alas kaki, tubuh yang terluka serta pakaian yang kumuh karna paman dan bibi nya tak pernah mengurusnya layak nya manusia.

......................

Stasiun xx.

Setelah sampai di stasiun yang sudah tutup ia pun mendapat penolakan dari penjaga stasiun karna mengiri jika adalah pengemis.

"Aku bukan pengemis! Aku mau pesan tiket! Aku juga punya uang!" teriak nya sembari menunjukkan uang di genggaman nya.

Penjaga tersebut pun mengernyit, dan mulai bertanya, "Di mana orang tua mu?" tanya penjaga tersebut.

Xavier menunduk, ia juga ingin orang tua nya namun ia tak bisa lagi bertemu dengan mereka.

"Tidak punya..." jawab nya lirih.

"Kau tak punya wali?" tanya penjaga itu.

Mendengar kata 'wali' membuat Xavier langsung menggeleng kuat, ia tau jika wali nya adalah paman dan bibi nya yang jahat.

"Aku mau ke rumah paman Robert, tapi aku gak ingat nomor nya..." ucap nya meraih tangan penjaga stasiun tersebut.

"Sekarang sudah tak ada lagi bus, besok akan ada lagi mulai jam 7 pagi," jawab penjaga tersebut. " Kau perlu polisi?" sambung nya melihat tubuh penuh luka tersebut.

Xavier menggeleng dan penjaga tersebut pun akhirnya membiarkan anak itu menginap di pos penjaga nya serta memberi kan susu hangat hingga pagi datang dan dapat memesan tiket.

......................

Rumah Robert.

Wanita itu tergesa berlari ke arah pintu rumah nya begitu mendengar bel yang terus dinyalakan tanpa henti.

Ia membuka pintu nya dan mata berwarna coklat itu langsung terperanjat kaget melihat apa yang di depan nya.

"Astaga! Xavier!" ucap nya terkejut melihat kondisi anak lelaki di depan nya.

Greb!

Ia langsung memeluk anak tersebut tanpa pikir panjang dan melihat ke arah nya dengan mata lekat yang penuh khawatir.

"Kenapa bisa seperti ini?!" tanya nya dengan panik.

"Bi-bibi...

Huhu..." anak lelaki itu tak bisa menyembunyikan air mata nya antara lega dan senang akhirnya ia sekarang terbebas dari penderitaan paman dan bibi jahat nya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!