NovelToon NovelToon

Hug Me, Please

#1 Prolog

Bandara internasional Soekarno Hatta..

Kenalkan namaku Stevany Aurelli (20th) seorang ibu tunggal dengan bayi lelaki berumur dua bulan.

Suatu hari lelaki brengsek itu dengan mudahnya mengambil hatiku.

Aku hamil namun ia enggan untuk bertanggung jawab.

Aku yatim piatu.

Sejak kecelakaan maut yang merenggut nyawa kedua orang tuaku.Aku tumbuh besar di panti asuhan sampai lulus sma.Tak sekalipun ada yang berniat untuk mengadopsi.

 

 

 

 

 

 

**

 

 

 

 

 

 

Aku baru saja mengirim pesan pada Melani,wanita berumur tiga puluhan yang sekarang mengasuh anakku.Aku tak pernah tahu mengapa ia begitu baik pada aku dan anakku.Mungkin alasannya karena mereka belum dikaruniai anak sejak delapan tahun pernikahan.

Isi pesan..

"Titip Matthew mbak"

Tulisku

"Tenang aja,mbak pasti jagain anak kamu"

"Aku pamit dulu mbak" aku mengakhiri pesanku.

Entah apa yang ada dipikiranku.Mengapa aku bisa setega itu meninggalkan anakku pada orang yang baru aku kenal selama satu tahun lebih.

Melihat kebaikannya membuatku sedikit lega untuk mencari kerja di negara lain.

"Perhatian.Penerbangan dengan tujuan Singapura..."

Lamunanku segera tersadar.

Tak butuh waktu lama pesawat sudah mendarat di bandara internasional Changi Singapura.

Mataku mengedar kesemua orang yang mengangkat papan bertuliskan nama nama.

"Stavany Aurelli-Indonesia-20th" lengkap sekali batinku saat melihat papan yang diangkat tinggi tinggi.

"Permisi" sapaku pada pria paruh baya

"Stevany?" tanyanyanya memastikan.Aku hanya mengangguk pelan.

"Panggil saja paman Teo" ia mengulurkan tangannya

"Salam kenal paman" ucapku menyalami tangannya.

"Mari paman bantu" ia membawakan satu koperku.Aku membuntutinya dari belakang menuju mobil sedan yang sudah terparkir di luar bandara.

Mobil terus melaju membawa kami menuju ke Nassim Road.

Ini rumahnya??

Rumah satu lantai dengan kaca yang banyak mendominasi di lantai bawah.

Jangan pikir aku adalah tamu dirumah itu.Bukan.Bukan sama sekali.Aku hanya seorang pelayan yang akan bekerja disana.

"Marry" panggil Teo

"Ya" seorang wanita paruh baya datang tergesa gesa

"Kau sudah datang?" ia menyapaku dengan senyuman hangat

"Ia pelayan dirumah ini Eva,ia juga istriku"

"Mari kuantar ke kamar"

Marry lalu membawaku menuju kamar di bagian belakang rumah.Cukup besar untuk ukuran kamar pelayan.Ditambah ada ac dan kamar mandi didalam.

Ia menjelaskan tentang segala hal padaku.Mulai jam lima pagi aku harus sudah bangun dan mulai membereskan rumah.Lalu jam enam Marry akan datang bersama dengan Teo karena mereka tidak tinggal disini.Dan jam sembilan malam aku sudah boleh beristirahat.Ia mengatakan segala hal yang boleh dan tidak dilakukan.Jam berapa tuan berangkat dan pulang.Apa yang disukai dan tidak.Serta masih banyak hal lainnya.

"Kami pulang dulu Eva.Kau hati-hati dirumah jangan lupa mengunci semua pintu"

"Baik bibi"

Kurapikan pakaianku kedalam lemari.Sebelum akhirnya mandi untuk menghilangkan keringat yang menempel pada kulitku.

Aku sedikit bergidik.

Sepi sekali karena seorang diri dirumah sebesar ini.

Paginya tepat jam lima pagi aku bangun dan membersihkan rumah.Marry datang telat karena mobil mereka kehabisan bensi saat dijalan.

Kudengar Marry terus menggerutu pada Teo karena kelalaiannya.

"Untung saja tidak ada tuan jika ia dirumah apa yang akan terjadi" ocehannya terhenti saat melihat aku tengah mengepel lantai.

"Selamat pagi bibi paman"

"Pagi sayang" jawab Marry

Ia lalu membantuku membersihkan dilantai bawah.

Astaga.Seperti tidak ada habisnya membersihkan rumah ini berdua saja.

Ada tiga kamar dirumah ini.Dua kamar di lantai atas lalu satu kamar tamu di lantai bawah.Kamarku tentu saja tidak termasuk dalam hitungan.

Selesai juga pekerjaan hari ini.

Kami bertiga duduk ditaman belakang rumah.Bercerita tentang banyak hal.Sampai suatu pertanyaan yang membuatku terdiam cukup lama.

Marry bertanya tentang kehidupanku.

Tanpa sungkan kuceritakan semua padanya.

Air mata Marry dan Teo mengalir diakhir ceritaku.

Membuatku tak kuasa menahan air mata yang selama ini selalu kutahan.

Mereka berdua lantas memelukku.

#2 Kesalahan Pertama

Pelukan mereka membuatku merasa mendapatkan sebuah keluarga.

Tenang rasanya.

Jam sebelas malam akhirnya mereka pulang.Lelah menemaniku menangis selama beberapa jam.

Dua hari..

Tiga hari..

Dua minggu pun berlalu begitu cepat rasanya.

Aku masih terus menjaga komunikasi dengan Melani.Menanyakan kabar anakku.

Krekkk..

Aku mendengar pintu depan terbuka.

Posisiku yang berada didapur membuatku bisa mendengar samar samar.

Tak..

Tak..

Tak..

Siapa?malam malam begini?

Penyusup?

Segera kuambil panci yang tergantung didapur.

Aku berjalan mengendap endap keluar dari pintu dapur.

Gelap.

Aku memang sengaja mematikan lampu depan.

Tak ada siapapun?

Jangan bilang itu hantu.

Aku menoleh ke tangga yang menuju lantai atas.Kudapati sosok lelaki tegap hendak menuju lantai atas.

Plaaakkkkk...

Kupukul kepalanya sekuat tenaga dengan panci yang kujadikan senjata.

"Mati kau!" ucapku lantang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

*Kendrick Emery River

Gelap?

Tumben Marry mematikan lampu depan.

Sudahlah itu tidak penting.Aku sangat lelah hari ini.Pekerjaanku selesai tidak sesuai rencana.

Tak..

Tak..

Kulangkankan kaki menuju tangga.Baru saja hendak menginjakkan kaki ditangga kurasa ada seseorang berjalan dibelakangku.

Plaaakkkkk...

"Mati kau!" suara yang begitu berapi api

"Argghhhhh" erangku saat sebuah benda dipukulkan mengenai dahiku

"Siapa kau" samar kulihat wajahnya yang tengah panik.

Cetrek..

Tanganku meraba stop kontak lampu tepat disebelahku.

"Kau siapa?" tanyaku balik dengan tatapan tajam

"Aku pelayan dirumah ini.Jangan kau pikir aku takut pada penyusup sepertimu?" ancamnya yang masih mengarahkan panci kedepan mukaku

"Hahahahaha" tawaku membuatnya sedikit terkejut

"Penyusup?Kau tidak tahu siapa aku?" pertanyaanku membuatnya berfikir keras

"Tuan?" mukanya lebih panik dari yang sebelumnya.Kikuk dan malu serta ditambah rasa bersalah yang terpampang jelas.

"Maaf tuan saya tidak tahu jika itu anda.Saya pikir pengusup" ia mengucapkan itu dengan cepat

"Aww" aku memegangi dahiku

"Apa itu sakit tuan?" tanyanya polos

"Apa kau menggunakan seluruh tenagamu?" tanyaku dengan nada kesal.Bagaimana tidak kesal.Aku adalah tuan rumah disini tapi pelayanku memukul kepalaku dengan panci.

"Maaf tuan" ia menundukkan kepalanya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

*Stevany Aurelli

Astaga.Musibah apa ini?baru pertama kali bertemu tuan rumah tapi aku sudah membuat kesalahan fatal dengan memukulnya.

Musnah sudah mata pencaharianku.Sepertinya aku akan dipecat.

"Maaf tuan" aku menundukkan kepala merasa awan hitam tengah berada tepat diatas kepalaku.

"Ambilkan aku obat" perintahnya.Secepat mungkin aku berlau meninggalkannya yang masih saja memegangi dahi.

Kubawakan obat dan kompres es untuk mengurangi bengkaknya.

"Pelan pelan" ucapnya saat kutempelkan kompres es dikepalanya.

Bencana.Sepertinya hidupku akan berakhir dipenjara karena kasus penyerangan.

"Jadi kau pelayan itu?"

"Iya tuan" aku mengangguk sesopan mungkin tanpa memandang wajahnya.

Bagaimana aku berani menatapnya dalam keadaan seperti sekarang.Dalam kondisi normal saja aku tidak berani membalas tatapannya.Tatapannya begitu tajam seperti mata elang.Membuat bulu kudukku merinding saat bertemu matanya.

"Siapa namamu?"

"Eva tuan"

"Apakah ada uang dibawah meja?"

"Apa?" pertanyaan macam apa ini

"Jangan menunduk terus"

"Saya..saya tidak berani untuk melihat tuan.Itu tidak sopan" semoga ucapanku tidak membuatnya salah paham

"Ckk" decaknya

"Saya siap jika tuan hendak memecat saya" ucapku ditengah berbagai pikiran yang berkecamuk

"Lupakan"

"Iya?"

"Anggap saja itu kecelakaan" tambahnya.Seperti disiram sebaskom air es.Uratku yang sedari tadi tegang berangsur normal.

"Terimakasih tuan" kuucapkan itu berulang kali

"Sampai kapan kau akan berterima kasih.Ambilkan aku air dingin"

Selamat.Selamat.Kupikir hidupku akan berakhir dipenjara.

Setelah meneguk habis satu gelas air dingin Ken beranjak menuju kamarnya dilantai atas.

Aku menarik selimut menutupi setengah badanku.

Hari yang menegangkan.

Mimpi itu datang lagi.Bayangan masalalu yang menyakitkan terus saja terulang setiap malamnya.Bagaimana bisa aku lupa.Mungkin seumur hidup aku tidak akan pernah bisa memaafkan lelaki brengsek itu.

#3 Senyuman

Kringgggg..

Alarm membangunkanku..

Kusibak selimut.Melangkah kekamar mandi untuk mandi sebelum memulai pekerjaan.

Pekerjaan kumulai dari mengelap berbagai vas guci dan barang lainnya.

"Pagi bibi paman" ucapku menyambut kedatangan mereka

"Pagi" bibi lalu membatuku membersihkan rumah seperti biasa

Tak..

Tak..

Ken menuruni tangga menuju dapur.Ia membuka kulkas lalu mengambil jus jeruk dari sana.

"Astaga" Marry kaget saat melihat dahi tuannya sedikit membiru

"Apa yang terjadi tuan?" tanya Marry panik

"Ada sedikit insiden semalam" jawabnya tanpa memberi penjelasan

Sepeninggalnya Ken.Marry menanyakan hal itu padaku.Marry menutup mulutnya dengan tangan saat mendengar bagian dimana aku memukul kepala majikanku dengan panci.Aku hanya tersenyum kaku menaggapi keterkejutannya.

"Jadi begitu bi" ucapku diakhir cerita

"Ya ampun Eva" mungkin ia tidak bisa mengucapkan hal lain lagi

"Maaf bi"

"Sudahlah.Berterima kasihlah pada kebaikan tuan dengan bekerja yang giat"

"Siap" aku mengepalkan kedua tanganku menunjukkan semangatku yang berkobar.

Demi Matthew aku harus bisa menghasilkan uang banyak.

"Bibi masak apa hari ini?" tanyaku disela sela bibi memilih bahan didalam kulkas

"Spagetti kesukaan tuan"

"Biar aku bantu bi"

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

*Kendrick Emery River

Kulihat ia tengah membantu Marry didapur.Ia terus tersenyum ditengah kegiatan memasak.

Tapi entahlah.Rasanya senyuman itu hanya topeng belaka.Karena saat melihat kedua matanya seperti ada guratan guratan kesedihan yang begitu memilukan.

Astaga.Sejak kapan aku menjadi begitu perhatian dengan pelayan dirumahku.

Kulangkahkan kaki menuju taman disebelah rumah.Mengamati ikan ikan yang sibuk berenang kesana kemari.

"Sarapan sudah siap tuan" ucapannya membuatku mengalihkan pandanganku dari kolam ikan.

"Hmmm"

"Jangan lupa siapkan baju kerjaku"

"Tapi.." aku menatap lurus tepat kematanya

"Baik tuan" ia lalu pergi meninggalkan aku yang masih duduk dibangku

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

*Author POV

Eva lalu berjalan menju kamar Ken untuk mengambil kemeja yang tersusun rapi diruang ganti.Ia mengambil kemeja warna navy dengan setelan jas berwarna hitam pekat.Tangannya beralih membuka laci tempat penyimpanan dasi yang tersusun rapi.Jam tangan merek Rolex keluaran terbaru.Lengkap dengan sepatu dan ikat pinggang yang sudah tersusun diatas meja kaca.

Eva segera pamit meninggalkan Ken yang bersiap mandi.

Astaga.

Jantung Eva hampir copot saat melihat Ken bertelanjang dada.

Eva segera sadar lalu meneruskan langkahnya.

"Pagi pagi udah dapet shock terapi" Eva mengelus dadanya saat menutup pintu kamar Ken.

Postur Ken begitu sempurna.Ia memiliki wajah blasteran Singapura dan Belanda.Matanya berwarna abu terang menuruni mata ayahnya.Tingginya seratus delapan puluh lima dengan badan yang tegap.Dada bidang ditambah enam kotak pada perutnya.Warna kulit putih.Sempurna sudah dengan kekayaan dan ketenaran yang ia miliki.

"Lumayan juga seleranya" Ken bergumam melihat setelan pilihan Eva pagi ini.

Ia tidak menemukan Eva mulai dari makan hingga selesai.

Tiba diperusahaan River Group.

Perusahaan yang bergerak diberbagai bidang.Mulai dari medis,perhotelan dan properti.Namun yang sering ia tangani langsung adalah bidang properti.Selebihnya ia hanya beberapa kali mengecek yang lainnyya.

"Selamat pagi pak" sapaan yang ia terima selama menjejakkan kaki di perusahaannya.

Ken adalah pemegang saham terbesar sebanyak empat puluh lima persen.Membuat dirinya menjadi orang yang paling berkuasa dengan jabatannya sebagai ceo.

"Selamat pagi pak" sapa Mei Qing yang segera bangkit dari kursinya

"Pagi" langkahnya terhenti sejenak sebelum memasuki ruang kerjanya

"Bawakan aku laporan selama kepergianku"

"Baik pak" Mei Qing lalu mengikuti Ken membawa beberapa dokumen yang tersusun rapi

"Taruh dimeja" titah Ken

Ia melihat foto diponselnya yang ia terima saat melakukan perjalanan bisnis.

Brakk..

Ia membanting ponsel kesudut ruangan.

Mei Qing buru buru masuk saat mendengar kegaduhan itu.

"Belikan aku ponsel baru"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!