Satu minggu sudah acara haflah dan imtihan di Ponpes C terlewati. Santri putra maupun putri mulai bergegas mengepaki barang-barang nya untuk bersiap pulang.
"Yaa akhirnya liburan tiba" sumeringah Alwiyah.
Memang dia yang paling kocak di pondok nya, maklum ia di masukan ke pondok waktu baru keluar SD, masih sangat kecil jadi pas liburan tiba ia yang paling semangat.
"Mba minta no hp nya dong" rengek Alwiyah pada Haniyah. Ya memang kebiasaan anak pondok pas liburan tiba sebelum pulang pasti saling minta no hp, biar bisa komunikasi selama liburan.
Jemputan pun tiba, Haniyah bergegas pamit pada Ummy (yang punya pondok) dan teman-teman nya yang tinggal beberapa orang karna memang separuh nya sudah pulang.
Abah Haniyah muncul berjalan di iringi Irfan, kebetulan sepupu nya juga mondok di sana jadi jika pulang bisa barengan dengan resiko Irfan harus lebih awal berangkat, karna pada peraturan nya santri putra pulang 1 hari setelah santri putri.
"Wihhhh, nona makin berisi. Kenyang mie lo ya" ledek Irfan.
"Ck, kaga lah. Ente yang overdosis mie" decik Haniyah sambil mentoyor kepala Irfan. Memang mereka berdua jika di dekatkan bak tom and jerry.
"Eh ada yang nanyain lu tuh" ucap Irfan.
"Siapa?" tanya Niyah penasaran
"Zein, waahhh lu ada apa-apa ya sama dia?" tuduh Irfan.
"Dihh enggak lah" bantah Haniyah.
"Harat (bohong) ente" ucap Irfan tak percaya.
"Ckk, sakarep mu" decak Haniyah kesal.
*****
Sesampai nya di rumah ia bergegas menghampiri Ibu nya yg memang sudah menunggu kepulangan Haniyah dan Irfan.
"Assalamu'alaikum bu" mencium tangan ibu nya
"Wa'alaikum salam nak. sehat kamu nak?" sambil mengelus kepala anak nya.
"Alhamdulillah sehat bu" tersenyum manja di pelukan ibu nya.
"Ya udah sana gih beresin dulu barang-barang bawaan kamu" suruh Bu Lina.
"Iya bu" Haniyah bergegas menuju kamar utama, di mana kamar yang ia tempati selama ini dan sudah ia tinggalkan beberapa waktu.
Bruuggg..
Haniyah menghempaskan dirinya ke atas kasur. Merasakan nyaman nya tempat tidur yang sudah lama tak ia tempati.
"Hhh kangen banget tidur di kamar" ucap Haniyah seraya mengusap-ngusap kasur nya dan tak terasa ia memejamkan matanya hingga terlelap tidur.
*****
tok.. tok.. tok..
"Niyah bangun nak, makan dulu nanti keburu malem" panggil Bu Lina dari luar kamar.
"Iya bu bentar" Haniyah mengambil kerudungnya dan asal melilitkan ke kepalanya.
"Waahhh enak-enak nih bu menu nya" ucap Haniyah dengan mata yang berbinar, seolah ingin menerkam menu yang ada di hadapan nya.
"Iya sengaja ibu masakin kesukaan kamu buat nyambut kamu, ibu tau jarang banget kan di pondok kamu makan menu kesukaan kamu" jelas Bu Lina.
"Hehee iya bu" kekeh Haniyah.
Jelas, di pesantren menu sangat seadanya dan penuh kesederhanaan, namun bila di nikmati bersama rasa nya tetap nikmat. Bagaimana kita mensyukuri nya.
"Ya udah panggilin Irfan gih, suruh makan bareng!" titah Bu Lina.
Sedikit cerita Irfan sedari kecil tinggal bersama Haniyah dan kedua orang tuanya karna Ibu Irfan sudah lama meninggal dan ayah nya menikah lagi. Ayah Irfan adalah adik Abah nya Haniyah maka dari itu mereka tak sungkan dan selalu bercanda.
Dor.. dor.. dor..
"Woy buka, ayo makan" teriak Haniyah.
Irfan mengucek-ngucek matanya sambil membuka pintu.
"Pelan napa, kek rois ngebangunin sholat subuh aje" gerutu Irfan.
"Sono gih cuci muka terus makan" suruh Haniyah
"Iye bentar ah" timpal Irfan.
***
Selesai makan Haniyah membereskan meja dan mencuci piring kotor bekas mereka makan. Haniyah bergegas masuk ke kamar dan merebahkan tubuhnya di atas kasur, di raihnya ponsel yang ada di samping nya.
Mulai membuka satu persatu chat grup teman-teman pondok nya. Awal nya bertanya kabar, bilang saling kangen padahal baru aja pulang yang akhirnya ngerumpi. Sungguh konyol, tapi itulah kenyataan nya. Di pondok mereka terkadang bersitegang tapi saat liburan mereka saling rindu.
Bukan nya tak mau berbaur di grup dengan teman pondok nya tapi kadang di grup ia terlalu risih, hanya sering di liat tak menghiraukan nya, hanya sesekali ia nimbrung ngobrol di chat.
Haniyah memang terkenal seseorang yang terkesan cuek, namun jika sudah akrap maka kejahilan nya bisa muncul begitu saja.
Hari semakin malam tapi mata Niyah enggan untuk memejam walau sebentar efek tadi siang tidur nih gumam nya.
Dia mencoba membuka salah satu akun media sosialnya yg sudah lama tak pernah ia buka, Instagram. Ya karna peraturan pondok nya melarang setiap santri membawa hp. Hanya sesekali bisa bermain hp tatkala wali santri membesuk, itupun sembunyi-sembunyi takut ketauan pengurus.
Ia mencoba membuka Dm di ig nya, begitu banyak yg bertanya kemana ia selama ini karna bukan kenapa sejujurnya ia di masukan ke pondok karna dulu kenakalan nya yg tak bisa di toleransi menurut ke 2 orang tuanya, padahal hanya Niyah sering bawa motor sama teman-temannya dan pulang ketika hari mulai petang.
Hai. Assalamu'alaikum Mba
Niyah hanya membaca pesan itu tanpa membalas nya
Niyah kembali menscroll foto-foto di instagram nya, mengenang masa-masa saat ia sekolah, saat belum di masukan ke pondok. Main sepuasnya dengan teman-temanya, meskipun hanya di rumah temannya sekedar ngerumpi dan makan-makan ia selalu kebablasan sampai lupa waktu main telah usai.
Ia pun berinisiatif untuk mengajak teman-temannya kumpul mumpung lagi liburan fikirnya.
"Heyy.. kumpul yuk! Mumpung lagi liburan" tak lupa emoji senyum ia sematkan di ujung pesannya
"Eh kamu pulang kapan? Hayu hayu, aku rindu padamu beb" girang Dina, gaya bicaranya memang seperti itu gak jaim.
"Weehhh Umi pulang dari pondok gaes, serbuuu" timpal Alvin, grup chat nya memang bukan hanya perempuan ada teman lelakinya juga tapi mereka tau batasan, sebatas teman.
"Hayu ngumpul dimana?" balas Citra.
"Di rumah kamu aja yu Ni!" ajak Dina.
"Hayu siap, bawa makanan ya! hahaha"
Mereka pun mengakhiri percakapan di chat grupnya. Ia melihat notifikasi di layar hp nya, ternyata masih dengan akun yg sama yg tadi men.Dm nya
kok ga di bales mba?
Siapa sih ni orang? gumamnya dalam hati
Wa'alaikum salam, siapa ya? balas Niyah
Ini Zein mba
Apa mungkin ini orang yg di maksud Irfan? gumamnya lagi.
Ohh Zein mana ya? balasnya penasaran
Ini loh, ana yang suka ngepel di aula mesjid
Oh iya
Dari situ Zein sering menghubungi Haniiyah meskipun cuma sekedar bertanya sedang apa. Haniyah pun menanggapinya dengan memberi syarat asal tak membocorkan pada yang lain sekalipun temannya di pondok kalau sering bertanya kabar, apalagi sama pengurus bisa-bisa ia nanti di ta'jir (hukum) sholat muthlaq 40 rokaat dan sholawat 50 ribu kali.
Sebenarnya bukan hanya Haniyah yg suka chat dengan santri putra, ada anak lain pun yang sama dengan nya tapi seperti itu mereka menutupinya.
***
Zein POV
Sebenarnya ana suka sama kamu Haniyah. Apalah daya hanya bisa memendam perasaan ini. Entah sejak kapan perasaan ini timbul yang jelas ketika pertama kali ana ngelihat kamu ketika mengantarkan tepak makan santri putra, aku berpapasan denganmu jantungku berdebar berbeda dari biasanya.
Aku mencari tau tentang mu karna bagiku kamu asing, karna akupun tau siapa-siapa saja anak putri meskipun tak pernah berpapasan secara langsung tapi ia sering melihatnya entah ketika pulang setoran hafalan ataupun saat membersihkan halaman.
Jawabannya terdapat pada Irfan, ya sepupu kamu yg tak lain teman baik ku. Ku titipkan salam padanya untuk mu.
***
Maaf kalo banyak typo, bahasanya kaku ataupun yg lainnya🙏 baru pertama kali bikin ginian🤭
minta saran nya, jangan lupa like and komen ya
Pagi-pagi sekali Haniyah sudah bangun dan kemudian membereskan rumah setelah sholat subuh. Seperti yg telah di sepakati tadi malam teman-temannya akan berkumpul di rumahnya.
"pagi-pagi udah beres aja nak" seraya menghampiri Haniyah yang tengah menyapu
"he iya bu hari in teman-teman mau main ke sini"
"oh ya sudah ibu tnggal dulu ya" Lina tersenyum dan meninggalkan Niyah
Jam menunjukan pukul 9 berarti teman-temanya sebentar lagi datang.
Tok tok tok
Dina pun masuk tanpa di persilahkan, memang kebiasaannya sudah tak sungkan keluar masuk rumah Haniyah.
"loh yg lainnya mana?" tanya Haniyah
"nanti mereka nyusul beb" duduk di sofa dan meletakan tas di samping nya
Tak lama teman yang lainnya pun datang, jadilah rumah ramai dengan candaan mereka, sesekali melontarkan cibiran yang bernotasi candaan.
Haniyah memang selalu dekat dengan teman-temanya di rumah mau itu perempuan maupun laki-laki, dulu sering ia bersandar ke punduk laki-laki kadang pula pahanya di pake bantal oleh temen lelaki nya. Tapi sekarang ia merasa sungkan, hanya pukulan di punggung yang bisa ia lakukan. Entahlah, setelah orang tua memasukan ia ke pondok rasa nya untuk bersikap berlebihan dengan lawab jenis jadi canggung.
Hari mulai sore, teman-temanya mulai pamit untuk pulang. Haniyah pun mengantarkan mereka ke depan gerbang dan terakhir dia berpelukan dengan Dina, cipika cipiki saling peluk. Memang dina selalu bertingkah konyol dan manja pada semua temannya.
Haniyah pun beranjak ke kamarnya, merebahkan tubuhnya di atas kasur, meraih ponsel yang sedari pagi tak ia sentuh. Haniyah terkejut banyak sekali notifikasi pesan yg masuk ke ponselnya yang kesemua nya dari Zein.
Zein meminta nomor Haniyah, spontan Niyah bingung untuk memberinya atau tidak. Akhirnya Niyah pun memeberikan nomornya setelah Zein berjanji takkan bilang pada siapapun kalo Zein suka chat sama Niyah.
"Assalamu'alaikum"
"wa'alaikum salam" jawab Niyah
"kef hal?" tanya Zein
"alhamdulillah bekher, antum?" tanya Niyah kembali
"alhamdulillah bekher juga"
"lagi apa nih, ganggu gak?" tanya Zein
"biasa aja, lagi siap-siap nih bentar lagi adzan magrib" jawab nya ketus
"oh iya ya, ya udah aku tutup dulu ya nanti di sambung lagi, assalamu'alaikum" mematikan telponnya
"hemm bener juga kata anak-anak dia cantik tapi ketus hahaa" Zein tertawa sendiri di kamarnya
"wa- hmm belum juga di jawab udah di matiin, dasar rejal aneh" Haniyah menggerutu kesal
Adzab magrib pun berkumandang, Haniyah yang sebelumnya sudah berwudhu langsung memakai mukenanya kebetulan hari ini ia akan sholat berjamaah dengan Abah dan ibu nya, tak lupa juga Irfan.
Selesai sholat magrib Haniyah belum beranjak pergi meninggalkan tempat sholat, Abah Niyah memulai percakapan.
"gimana Ni di pondok?" tanya Abah.
"alhamdulillah aman terkendali Abah, setoran lancar nilai bagus" pedenya
"kamu Irfan?" menoleh bertanya pada Irfan
"mmm.. ohh ya aman juga Ami (panggilan untuk adik/kaka dari ayah) lancar selancar jalan tol" jawabnya sambil ngekek
"bagus kalo begitu, awas ya jangan main-main, ngaji yg bener jangan dulu pacaran"
Degg..
Haniyah terperanjat dengan ucapan Abahnya, lalu memberikan senyuman pada Abahnya. Haniyah pun pamit pada Abahnya untuk kembali ke kamar
Masuk ke kamar dan melepaskan mukenanya, ia melihat ada panggilan masuk ke ponselnya, ternyata dari Zein lagi.
Malam itu, Zein kembali bertanya sekedar basa basi lalu bercerita kesana kemari bertukar cerita tentang santri putra dan putri di pondoknya. Sesekali Haniyah tertawa mendengar cerita Zein.
"Lama-lama jadi deket gini ya, ga canggung lagi padahal baru kenal" gumamnya dalam hati
^^^
maaf kalo banyak typo dan bahasanya kaku, masih pemula🙏
jangan lupa like dan komenya ya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!