NovelToon NovelToon

Gadis Cantik Kesayangan Bos Dingin

Mia

Mia,

Di sebuah rumah yang megah dan mewah, di penuhi banyak canda tawa dan juga para pekerja yang lalu lalang mengurus tiap pekerjaan mereka. Keluarga atmaja, keluarga tersohor dan terkenal di mana mana. Atmaja memiliki 2 orang anak, satu orang putra dan satu orang putri yang selalu tampil menawan di luar rumah dan juga di media.

Istrinya yang tak lagi muda tapi juga tak terlihat menua, mengikuti tiap gaya dan beragam mode yang sedang viral di media. Nyonya Atmaja adalah ibu ibu sosialita dan di kagumi semua perkumpulan arisan elit di lingkungannya. Bahkan hamper semua baju sepatu hingga tas nya menjadi perbincangan netizen karena harga yang tak biasa yang selalu melekat pada tubuhnya.

Atmaja memiliki seorang adik perempuan yang sudah lama meninggal, akhirnya seluruh harta warisan keluarganya jatuh ketangannya.. dengan syarat, putri dari adiknya atau lebih tepatnya keponakannya menjadi tanggung jawab dari Atmaja.

Mia, perempuan cantik tapi selalu tampil sederhana. Dia begitu penurut dan tau diri. Dia sudah lama tinggal di rumah besar ilik pamannya. Semenjak mama dan papa nya yang lebih dulu berpulang.. meninggalkan dirinya sendirian, dengan harapan anak mereka ini akan hidup engan baik jika berada dalam keluarga yang berkecukupan.

Awalnya, mia di terima dengan baik di keluarga atmaja, semua kebutuhannya terpenuhi juga dia tidur di kamar yang tak kalah besar di banding sepupunya.

Tapi itu tak berlangsung lama, setelah pengacara keluarga mengurus semua berkas dan juga dengan polosnya mia membuukan tanda tangan pada berkas yang bahkan saat itu dia tidak ketahui apa isinya.. semua berubah.

Pamannya yang biasanya begitu ramah dan perhatian, berubah. Tak ada lagi pertanyaan atau kekhawatiran. Bibi nya juga sama.. bahkan sepupunya Bella, dulu bella masih mau bermain dengan mia, tapi tidak untuk sekarang. Janganan bermain.. menyapa pun tidak.

Yang tidak jauh berbeda hanya para pekerja di rumah besar ini saja, para bibi dan pekerja lain begitu iba akan nasib perempuan cantik dan ramah itu.

Satu lagi, pria yang bisa di kataan pengecut. Karena dia juga ikut membentengi dirinya padahal dalam hati dia tidak mau menjauhi sepupunya. Dia adalah Rian. Sepupu mia dan anak sulung Atmaja. Rian menyayangi mia dan bella. Tapi sepertinya bella adalah orang yang pencemburu dan suka iri, bella tak terima jika kakaknya lebih dekat dengan mia dari pada nya. Maka dia meminta pada mama atau nyonya Atmaja supaya kak rian juga tak menemani mia.

“Miaaaa” teriakan cukup keras terdengar di ruang tamu.

“Iya kak” jawab mia berjalan cepat dari arah dapur. Karena sekarang kamarnya juga di pindah, dari kamar besar menjadi kamar kecil di pojokan.. dekat dengan kamar para bibi.

“Udah berapa kali aku bilang, jangan sekali kali memanggilku dengan sebutan menjijikkan itu! Aku bukan kakakmu! “ bentak bella kesal membuat mia hanya menunduk sedih. Entah sudah berapa kali dia menerima penolakan seperti ini.

“Beresin semua, jangan sampai lecet.. aku kasih tau mama tau rasa” bella selalu memperlakukan mia bak seorang pembantu. Menyuruh ini dan itu. Tak jarang bibi juga ingin menggantikan nona mia.. tapi bella akan memarahi mereka semua. Akhirnya mia dengan sabar menerima semua perlakuan keluarga pamannya itu.

Keseharian mia dan keluarga kaya yang terkenal kaya dan baik citranya tapi tak seperti kenyataan di dalamnya. Mereka tak lain adalah pemeran handal, dibalik riasan mewah dan pakaian mahal di tubuh mereka.. keluarga Atmaja adalah keluarga kejam yang hanya menginginkan harta. Bahkan ikatan darah dan keluarga mereka sisihkan demi warisan semata.

Kenapa mia tidak keluar dari sana?

Sudah pernah. Pernah suatu kali, mia meminta hidup mandiri.. karena dia begitu tak tahan di perlakukan bak babu dan di rendahkan di depan teman teman bella. Tapi pamannya menolak.. karena tentu saja akan tercium oleh media. Bisa bahaya jika mia embocorkan kelakuan mereka. Makanya paman dan bibi nya tetap memaksa mia di sana.. sebagai babu bukan keponakan.

“Pa.. beneran?” kesal bella saat mereka sedang duduk bersama di ruang tengah.

“Keanap harus di sana pa, bella malu” tambah bella merengek pada orangtuanya.

“ jangan ada yang membantah. Kalian mau media melihat papa sama mama membedakan mia dengan kalian?” jelas atmaja tegas.

Iya hari ini, adalah tahun pertama mia akan menjadi salah satu mahasiswi salah satu Universitas swasta yang terkenal dengan besaran biaya kuliahnya.

Atmaja juga tak rela jika keponakannya harus menuntut ilmu di sana, tapi tidak ada pilihan. Biar saja.. ponakannya kuliah di sana hitung hitung sebagai ganti dari warisan yang dia rebut secara paksa.

Nyonya atmaja atau nyonya Lia, memang tak begitu menyukai mia. Tapi dia juga sepakat dengan suaminya. Maka mama lia tetap membujuk putri kesayangannya supaya tak mempersulit keadaan ini.

Sedangkan di sudut sofa lain, pria tampan yang tak banyak bicara.. dia hanya mendengar saja, taka da nuatan menyela atau menolak. Dia adalah Rian.. dia kasihan akan nasib sepupunya tapi dia juga tak punya kekuatan untuk melawan.

Rian bisa menangkap tatapan sendu dan miris dari mata mia, tapi dia pura pura acuh dan tak peduli, karena kalau sampai dia mengasihani dan membantu mia, maka bella akan lebih geram dan lebih keras pada mia. Sungguh pengecut bukan?

Mia sejak menandatangni berkas pengalihan warisan, dia lebih banyaak diam. Dia tak peduli akan semua hitung hitungan berapa persen itu.. bisa makan dan punya tempat tinggal saja sudah lumayan.. apalagi dia juga masih di perbolehkan untk kuliah, walaupun sebenarnya setelah pulang kuliah dia akan jaddi babu lagi di rumah bagian belakang.

Mia?

Mia tak sekalipun membenci paman nya.. dulu pamannya begitu baik, tapi entah karena hasutan istri atau putrinya, paman jadi ikut berubah dan acuh dengannya. Padahal paman satu satu nya keluarga yang dia kenal di dunia ini sebagai saudara mendiang mama nya.

Di kamar mia.

“mama..” gumam mia memeluk figura kecil yang selalu dia peluk sebelum tidur.

Itu adalah figura foto mendiang sang mama. Mia akan mencari kekuatan lewat foto kecil itu. Bahkan karena taka da satu pun yang bisa dia andalkan untuk tempat bersandar dan berbagi beban, mia lebih memilih bercerita pada foto di pelukannya.

“Mama apa kabar? Mia capek ma..” gumamnya menahan isak tertahan.

“Ma.. mia sebentar lagi akan jadi mahasiswi.. apa mama bangga? Mia sebenarnya capek ma. Tapi pasti mama dan papa akan sedih kalau mia menyerah kan?”

“Ma.. mia tidak tau apa mia masih kuat kedepannya. Tapi mia akan berusaha.. jangan marah ya ma kalau nanti mia tak mampu lagi bertahan di sini”

Sampai matanya terasa berat, mia tertidur sambil meringkuk di kasur yang tak lagi empuk. Dia tertidur dengan banyak pikiran dan beban di benaknya.

BERSAMBUNG….

Ini karya kedua aku. semoga kalian suka ya.. ayo tinggalkan jejak di bawah gaes

KULIAH

Mia begitu semangat memulai hari sebagai mahasiswi jurusan Bisnis.

Bella adalah seniornya, tepatnya 1 tahun di atasnya.. sedangkan kak rian terpaut 2 tahun dengan nya.

Dengan penampilan yang tidak begitu mencolok tapi rapi dan bersih.. mia berharap masa muda nya di kampus akan berwarna.. setidaknya mengurangi sakit saat di rumah paman Atmaja.

Atmaja menyiapkan mobil untuk mia juga.. jaga jaga supaya media tidak mengendus kebusukan mereka.

Tapi bella makin geram karna bisa bisa nya sepupu nya itu mendapat fasilitas seperti dirinya. dia tidak mau.

"Selamat datang adik.." ucap bella dengan senyum devil penuh rencana. Mia tak banyak merespon, karna salah sedikit saja dia akan di marahi oleh bella.

"Kalau papa tetap membuat kamu di dekat kami, maka aku akan membuatmu tak tahan berada di sini" batin bella menyeringai. dia keluar dari mobil mewah berjalan begitu anggun melewati tiap mata yang menatapnya penuh puja.

"Bell.."

"Siapa itu tadi di mobil lo?" teman teman bella mulai menanyakan perihal wajah polos yang keluar dari mobil bella.

"Sepupu gue.. papa sama mama gue yang rawat, soalnya kasihan udah yatim piatu" jelas bella licik.

"Wah.. baik banget sih keluarga lo bell.. salut gue"

Bella seakan mendapat ide baru untuk mengerjai mia. sepertinya akan menyenangkan mengerjai mia di kampus dan di rumah. dia berjalan masuk setelah banyak bisik bisik yang memuji keluarganya.

.

.

.

Mia melangkahkan kaki nya menuju gedung besar itu. ada beberapa pasang mata yang menyelidik ke arahnya.. dengan bisik bisik yang tak di hiraukan oleh mia.

"Kok dia keluar dari mobil Bella atmaja?"

"Iya.. siapa ya?"

"Adiknya kali.."

"Huust atmaja hanya punya 2 anak"

"Anak angkat paling"

"Heh.. kalian lupa berita tentang sepupu bella dan rian yang di pungut oleh keluarga atmaja"

"...."

Mia berjalan berusaha menepis semua yang dia rasa tidak perlu. dia kesini ingin belajar.. dia memiliki cita cita supaya bisa keluar dari keluarga paman nya.

Mia menyusuri gedung fakultas nya.. setelah mendapat ruangan, dia berjalan tanpa berusaha menjadi sorotan. dia masuk ke dalam kelas dan melilih duduk di kursi pojok yang tidak begitu ramai.

Mia ingin kehidupan kuliahnya lebih tenang.. dia tidak ingin memiliki musuh, tak ingin berharap dapat sahabat baik juga. cukup dulu saat SMA dia gagal menjaga sahabatnya.

Iya.

Saat SMA dia memiliki satu orang sahabat perempuan, dari keluarga sederhana.. tapi loyal dan ceria.

Tapi, itu tak bertahan lama.. karna sepupunya.. bella, menghadang sahabatnya yang tak tau apa apa. Walaupun bella tak melukai fisik sahabatnya.

Tapi mia memilih menghindar, dia tidak mau sahabat dan keluarga nya mendapat masalah hanya karna berteman dengannya.

Maka saat ini mia tak menginginkan hal lebih. cukup tak di ganggu saja sudah lebih baik untuknya. dia memikirkan banyak hal yang bahkan tidak pernah di bayangkan oleh keluarga pamannya. dia memiliki rencana besar di depan mata. dia diam untuk sekarang. tapi nanti? kita lihat saja.

.

.

Hari hari berlalu, mia tak mengalami kesulitan saat di bangku perkuliahan. walaupun di rumah paman nya dia tetap menerima perlakuan tak menyenangkan dari bella dan nyonya lia.

Bella yang tak bisa melihat mia baik baik saja sedang menyusun rencana. rasanya ada yang kurang jika tidak mengganggu mia barang sedetik saja.

Di kampus.

Mia rian dan bella datang tidak bersamaan.. karena jam mata kuliah mereka juga berbeda.

Dugh..

"Eh.."

mia terpekik kaget saat tiba tiba di sampingnya bella terjatuh padahal tidak menyentuh apa apa.

"Hiks hiks.." mia semakin bingung melihat bella menangis padahal tidak terjadi apa apa. mia ingin membantu bella, tapi.

Mia tersadar saat mereka berada di kerumunan kampus. ada banyak pasang mata yang melihat mereka. jika di lihat sekilas saat ini, bella seakan sedang di bully oleh mia.. dan itu semua rencana busuk bella.

"Kak.. ayo bangun" mia dengan pelan menyodorkan tangannya.

Tapi dengan liciknya bella seakan membuat mia mendorongnya jatuh ke bawah. semua mata sedang menonton dan merekam kejadian baru ini.

"Hiks hiks.. aku tidak akan merepotkanmu, jangan dorong aku hiks" dengan akting totalitas, bella mampu membuat orang orang menghujat mia.. bahkan bella semakin gencar ber akting saat mahasiswa mengeluarkan ponsel mereka.

Bella berdiri dengan pelan dan jangan lupa wajah polos seakan akan jadi korban. dia berjalan pelan. pura pura kesakitan menuju kelasnya. meninggalkan mia dengan banyak kutukan dan makian di sekelilingnya.

Mia..

Dia melihat dan mendengar semua cemooh yang datang padanya pagi ini. bisa di pastikan bahwa dia akan jadi bulan bulanan mahasiswa beberapa minggu ini.

Mia tersadar, pantas saja jatuhnya bella tadi begitu estetik dan pas di tengah kerumunan. ternyata sepupu nya itu masih ingin melihatnya menderita.

"Ayo mia.. kita semangat" gumam mia dalam hati menepis pandangan tak suka dari orang orang.

*

*

*

Mia mengalami banyak hal buruk di lingkungan kampus.

hal itu tak lepas dari hasutan bella. teman teman bella bahkan tak segan merundung mia di kamar mandi.

Bahkan artikel di media kampus pernah viral dengan foto mia dan bella. tentu saja judulnya menyudutkan mia.

Sudah banyak berita miring tentang mia di kampus, dan dia tidak berusaha mengklarifikasi. karna hasilnya akan percuma.

bella selalu membalikkan fakta. seakan akan mia lah orang jahat nya.

Di gedung fakultas yang berbeda.

Rian tak bisa menutup mata dan telinga. berita tentang bella dan mia menjadi perbincangan teman teman nya.

"Rian.."

"Ih gila banget tuh sepupu kalian.."

"Kasian banget bella, kok kalian mau sih mengurus anak tidak tau terima kasih begitu"

Sungut sungut dan ejekan datang ke telinga rian.

tapi rian tak menggubrisnya. biarkan saja, adiknya itu memang sangat mirip dengan mama. mereka punya sifat iri dan keras kepala yang sama.

Tanpa sepengetahuan siapapun, rian melihat sepupunya.. apakah dia baik baik saja.

Bahkan mia selalu tersenyum ramah kepada mereka semua yang sudah memojokkan dan menghujat nya. entah terbuat dari mana hati mia.

Citra mia begitu buruk, tak ada yang mau berteman dengannya. bahkan ada dosen dengan terang terangan menunjukkan ketidak sukaannya pada mia.. tentu saja. karna Keluarga atmaja adalah orang yang berpengaruh di kampus ini.

Mia bodo amat, sudah terlanjur basah.. dia ingin menyebur sekalian.

Mia berencana untuk mencari kesibukan selain di kampus dan rumah atmaja. dia ingin mencari kerja parttime atau magang.. jika dia di terima.

Di rumah.

"Paman.." ujar mia pelan

"Hem" dengan tak berselera atmaja menanggapi mia.

"Aku ingin magang 2 minggu lagi. supaya tidak terlalu jauh.. apakah aku boleh mencari kos kosan murah dekat jalan X?"

Atmaja, rian, bella dan lia langsung mendongak dengan pikiran yang berbeda.

Bella dan mama lia tentu tak setuju, ngapain anak pungut itu magang.. tugasnya di rumah adalah membantu para pembantu di sini.

Atmaja berfikir dan menimbang nimbang. walaupun dia gila harta tapi dia tak sekejam lia dan bella yang melakukan kekerasan fisik pada mia.

"Dia pasti ingin bebas dari sini pa" sahut bella mengadu domba

"Dia pasti keberatan membantu bella dan mama di sini" tambah bella berusaha mengompori.

"Kheem."

"Dengar, saya izinkan untuk magang tapi tetap dari rumah ini. apa kamu ingin nama keluarga Atmaja buruk di luar sana!" tegas atmaja menatap mia

"Tapi pam.."

"tetap di rumah ini atau tidak sama sekali"

mia akhirnya mengalah.. syukur syukur di beri izin. tak apalah jaraknya cukup jauh.

"Permisi paman" sopan mia undur diri dari sana.. dia melihat bella dan lia tersenyum puas. sedangkan pria pengecut di sofa seberang tak banyak bicara.

Mia tau rian tidak membencinya.. tapi mia juga tak membutuhkan tatapan kasihan itu. lebih baik rian ikut membencinya daripada setengah setengah begitu.

BERSAMBUNG..

Magang

Mia menjalani hari hari nya seperti biasa. tak ada satu orang pun di kampus yang menemaninya. terang saja.. siapa yang tidak mengenal Bella atmaja.. putri orang kaya di kota ini. jadi para mahasiswa tidak ingin mencari gara gara dengan bella, aatu tamat sudah riwayat mereka.

Mia juga tak mau berharap banyak. Selama dia tidak merugikan orang lain.. dia bisa bertahan, toh perlakuan bella seperti itu bukan hal baru lagi baginya. jadi yasudahlah.

Mia mengikuti mata kuliah seperti biasa, tak ingin mendominasi.. tak ingin mencolok. jika ada kegiatan kampus dia memilih tidak ikut terlibat. dia hanya jadi penonton saja.

Apalagi yang membuat mia semakin tak tertarik di kampus adalah teman teman bella malah lebih berani padanya.

Mia memang tak melawan, tapi untuk melindungi diri dia lebih memilih menghindar.

.

.

.

"Nona mia?" panggil salah satu resepsionis di perusahaan besar yang ada di kota ini.

"Saya buk" mia berdiri

"Berkasnya sudah saya terima. Nanti langsung melapor ke bagian HRD untuk jobdesk kalian.. " pegawai kantoran yang sudah terlihat dewasa itu mengarahkan mia dan satu orang perempuan yang juga mendaftar magang di sana.

"Terima kasih bu" jawab mia dan kei sama sama.

Keisya, panggilannya kei. dia adalah gadis yang ceria dan mudah bergaul. dia mendekati mai terlebih dahulu.. tapi mia menanggapi hanya seperlunya saja.. mereka hanya berkenalan singkat saja tadi.

"Mia.. kita di bagian yang sama" sahut kei semangat. dia berusaha mencari obrolan walaupun tidak tau bagaimana sifat mia.

"Iya kei" jawab mia tersenyum

Setelah mereka keluar dari ruang HRD, dan mendapatkan kontrak magang juga name tag perusahaan, mia dan kei keluar menuju ruangan mereka di bagian pemasaran.

"Mia.. nanti kita saling membantu yaa" ujar kei ramah

"Iya kei.. semangat hari pertama" jawab mia ramah.

Seperti karyawan magang biasanya. mereka banyak di suruh membantu pekerjaan para pegawai di sana. dari mencetak laporan, foto copy, print dan hal hal lainnya. memang melelahkan.. tapi mia tampak semangat menekuni pekerjaan ini.

Mia merasa lebih semangat jika di kantor di banding saat di rumah atau di kampus. saat di kantor dia melakukan tugasnya dan tak mendapat perlakuan kasar dari sepupunya dan tekanan batin.

apalagi dengan gerakan mia yang begitu cekatan dan gampang menangkap, membuat beberapa karyawan begitu senang akan kehadiran mia di sana.

"Mia mau kemana?" kei mendongak saat melihat mia ingin beranjak.

"Aku mau ke toilet dulu ya kei" kei mengangguk dan kembali melanjutksn pekerjaannya.

Mia berjalan menuju toilet ingin menuntaskan hajatnya segera.

"Aaah.. leganya" mia bergumam sambil merapikan pakaiannya di depan kaca. dia tersenyum menyemangati diri sendiri.. berusaha menutupi begitu banyak beban dan sakit di dalam hati nya.

Tak

tak

tak.

Mia berjalan sambil merapikan kemejanya, tak melihat ada satu orang pria tegap yang berjalan dari arah toilet pria.

mereka berdua sama sama tidak memperhatikan sekeliling.

Dugh!

"Ah.. maaf tuan, permisi " mia menunduk dengan sopan. dia tidak begitu mengenal siapa pria yang baru saja dia tabrak itu.

Melihat pria itu tidak menjawab sama sekali, mia pamit dengan sopan dan berlalu menuju ruangannya. dia pikir bahwa pria barusan adalah salah satu karyawan di kantor ini.

Pria itu tak menjawab mia. dia berlalu menuju lantai atas tempat presdir berada.

dia adalah anak tunggal dari pemilik perusahaan ini.

Siapa yang tidak mengenal Wiraguna?

Pemilik rumah sakit dan sekolah swasta terkenal di beberapa kota.

Beliau memiliki satu orang anak yang tidak pernah mau tampil di media, tak ingin menjadi sorotan. Bahkan sudah berulang kali Wira meminta putranya mengambil alih semua tugas di perusahaan, naas nya hanya penolakan yang dia terima.

Pria tampan dan muda yang sangat misterius itu adalah Edward Wiraguna. Lebih suka merintis usaha sendiri dari pada berada di balik bayang bayang orang tuanya.

apalagi edward sejak kecil lebih sering bersama nenek dan kakeknya. jadi edward dan orangtuanya cukup jarang bersama.

"Tuan muda" rey yang menunggu di depan ruangan presdir menyambut bos muda nya.

"Di mana pria tua itu rey" ujar edward

"Tuan ada di dalam tuan, silahkan.." rey membukakan pintu untuk bos nya.

"Kheem" dengan malas edward masuk dan duduk di sofa tanpa di persilahkan oleh sang empu.

"Kirain sudah lupa kamu ed, kalau masih punya papa dan mama" sindir tuan wira pada putranya.

"Kalau tidak di paksa kakek juga mending aku di perusahaanku" jawab edward tak kalah sinis.

Tuan wira yang tak lagi muda hanya menghela nafas kasar. Itu memang kesalahannya dulu.. mementingkan perusahaan di banding anaknya. makanya sampai sekarang edward lebih mendengar kakek nya dari pada papa nya.

"Ed.."

tua wira berjalan menuju sofa di dekat anaknya. dengan wajah penuh wibawa.. dia terlihat sendu di hadapan anaknya. Rasa penyesalan banyak tergambar di sana.

"Papa sudah semakin tua.. kapan kamu mau menggantikan papa?" lagi dan lagi, tuan wira mengatakan tawaran ini pada edward.

Edward sudah menduga ini, karna bukan hanya sekali dua kali tuan wira menyampaikan ini padanya.. walaupun selalu dia tolak.

"Sudah saat nya kamu gantiin papa dan juga membangun keluargamu sendiri" tambah tuan wira saat melihat edward tak merespon apa apa.

"Aku juga punya perusahaanku sendiri.. dan"

"masalah Perusahaan ini nanti aku putuskan" tambah edward dengan datar. toh tak ada salahnya dia mengambil alih perusahaan ini. dia tidak punya saudara lain yang akan di warisi selain diri nya.

"Lalu kapan kamu menikah?"

edward langsung mendelik tak suka dengan pertanyaan papa nya. dia kesal tiap kali membicarakan pernikahan dengan orang tuanya.

Sudah berapa kali edward menahan emosi saat mama dan papa nya berusaha menjodohkan edward dengan putri kolega bisnis nya.

Edward dengan tegas selalu menolak, biar saja dianggap tak sopan.. dia tidak ingin di jodohkan.. dia akan menikahi gadis yang menggetarkan hatinya nanti. bukan perempuan perempuan pertukaran bisnis apalagi yang hanya menyukai hartanya.

"Oiya. kalau papa sama mama masih menjodoh jodohkan aku dengan perempuan perempuan wajah belang lagi, edward tidak akan meneruskan perusahaan ini. Perusahaanku bahkan berlipat lipat lebih besar dari ini" ujar edward tegas.

Dia bisa menerima saat di paksa menggantikan papa nya yang sudah tak se kuat dulu lagi. tapi kalau urusan perjodohan dengan rekan bisnis.. edward sangat membencinya.

"Huuuh.. baiklah papa tak akan memaksa" desah tuan wira setengah lega. yang penting sekarang edward mau menggantikanya..

"Kamu sudah ketemu mama?" tuan wira berusaha mencairkan suasana.. mereka jarang berbincang bincang hal ringan begini.

"Nanti, jemput nenek dulu" jawab edward seadanya.. dia memang akan ke rumah orangtuanya nanti, bersama neneknya juga.

"Apa kalian menginap?" tanya tuan wira penuh harap

"Tidak" jawan edward tegas. membuat tuan wira mendesah kecewa

Seandainya waktu bisa di putar kembali, dia ingin anaknya bertumbuh dalam pelukannya. andai saja..

ah andai saja..

putra tunggal nya ini segera menikah dan meberinya cucu cucu yang lucu, pasti runah tak akan sepi.

Itu hanya ada di angan angan tuan wira. karena edward pasti lebih memilih tinggal sendiri atau tidak tinggal di rumah nenek dan kakeknya.

"Tapi ed, bukankah jarak apartemenmu ke kantor nanti akan jauh? kenapa tidak berangkat dari rumah saja?" tawar tuan wira masih berusaha bernegosiasi. sedangkan edward hanya tersenyum sinis. baru sekarang papa nya menyadari kekosongan setelah puluhan tahun membiarkan edward hidup bersama kakek dan neneknya.

"Sepertinya sudah. aku mau ke perusahaanku dulu.." edward berdiri hendak keluar.

"Nanti papa tunggu di rumah.. kita makan malam bersama" ujar tuan wira lembut. dia tau putranya mendengarnya.

Edward berhenti sejenak tapi tidak menoleh. dia melanjutkan langkahnya keluar dari perusahaan papanya. menuju perusahaannya yang ada di kota yang sama tapi jaraknya cukup jauh.

"kita ke kantor rey"

"Baik tuan" rey mengikuti edward memasuki lift menuju parkiran. tak ada pembicaraan di dalam lift.. terasa hening.

tapi itu sudah hal biasa.. karna rey juga sangat pendiam. jadi mereka adalah perpaduan yang klop.

BERSAMBUNG....

"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!