NovelToon NovelToon

Terpaksa Menjadi Janda

Episode 1

"Kamu dari mana." Tanya Rina kepada suaminya.

"Aku baru pulang kerja, kenapa kau mengintrogasi ku"? Sahut Rio dengan kesal.

"Apa itu Benar?" Tanya Rina lagi dengan raut wajah penuh curiga.

"Kenapa kau terus mencurigaiku?" Suami pulang kerja bukannya kau menyediakan makanan malah bertanya seperti itu." "Sudah aku cape, aku mau mandi dulu lalu istirahat tidur." Sahut Rio sambil membuka baju lalu bergegas masuk ke kamar mandi.

Dengan wajah muram Rina pun melangkahkan kakinya ke dapur. Lalu dia mengambil gelas dan membuatkan secangkir teh hangat untuk Rio suaminya.

Prank... (Rina menjatuhkan gelas yang berisi teh hangat lalu mengenai kakinya yang putih mulus itu).

"Aduh... sakit sekali". Rintihan Rina sambil meringis kesakitan.

Rio yang mendengar rintihan Rina bergegas keluar dari kamar mandi dan melihat keadaan di dapur. "Sedang apa kau di situ? kurang kerjaan saja? Tanyanya lagi sambil melirik ke arah Rina.

Mendengar pertanyaan Rio tadi, membuat Rina semakin kesal. "Sudah tau orang lagi kesakitan, bukannya ditolong malah diejek." (Sahut Rina dalam hati).

Hari pun sudah malam mereka akhirnya tertidur dengan pulas. Tiba-tiba terdengar suara bunyi telpon genggam, tak lain adalah suara telpon genggam dari Rio. Rio pun terbangun dari tidurnya dan mengangkat ponselnya. Telpon itu berasal dari seorang gadis yang sudah lama dipacari oleh Rio tanpa sepengetahuan istrinya. Mereka asyik berbincang-bincang di tengah keheningan malam. Mereka membicarakan tentang rencana perjalanan mereka ke luar kota untuk bertamasya. Tanpa memikirkan perasaan dari masing-masing pasangan mereka.

"Kamu belum tidur." Tanya Rina sambil menarik selimut. "Belum, ada tugas kantor yang harus aku kerjakan." Jawab Rio dengan santainya. "Oh, jangan terlalu larut, nanti kamu bisa sakit." Tanyanya lagi. "Iya, sebentar lagi juga aku tidur." Sahut Rio lagi. Setelah Rina kembali tertidur mereka pun mulai berkomunikasi kembali.

Hampir jam dua pagi mereka menghabiskan waktu mereka melalui telpon. Sampai akhirnya Rio tertidur sambil menggenggam ponsel di tangannya.

Pagi harinya Rina pun bangun dari tidurnya seperti biasa ia melanjutkan rutinitasnya sebagai seorang istri dan ibu dari dua anaknya yang masih kecil-kecil. Ia membersihkan lantai dan mencuci pakaian serta dapurnya yang masih kotor bekas pecahan gelas semalam.

Setelah pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga selesai, lalu ia membangunkan suami dan anak-anaknya.

"Daffa, ayo bangun. Hari sudah siang, kamu harus berangkat sekolah."

Teriak Rina sambil membangunkan putranya yang tertidur dengan pulasnya."

"Lima menit lagi mah, aku masih mengantuk." Sahut Daffa sambil menarik kembali selimutnya.

"Nanti kamu terlambat lagi Daffa." Sambungnya lagi.

Sementara itu putri kecilnya yang masih berusia empat tahun menangis karena pakaiannya basah akibat mengompol.

"Sayang, kenapa Kamu mengompol lagi." "Bukankah mamah sudah bilang, kalau kamu mau pipis, kamu bilang jangan diam saja. Rina kembali mengingatkan putri bungsunya yang masih menangis.

Lalu Rina membawa putri bungsunya bergegas ke kamar mandi untuk memandikannya. Setelah memandikan Putri bungsunya, ia pun menyiapkan sarapan pagi.

"Mas, Daffa, kalian belum juga bangun? "

" Kamu tidak kesiangan mas berangkat ke kantor?"

"Daffa, ayo kamu juga bangun, lekas sana mandi. kamu harus berangkat sekolah." Kata Rina sambil mengambilkan seragam sekolah putranya.

Lalu mereka berdua pun bangun dari tidurnya, "Daffa, sana kamu mandi duluan. Nanti mobil jemputanmu keburu datang kamu belum siap." Ucap Rio kepada putranya.

"Baik pah, aku mandi duluan ya..."

Ucap Daffa sambil mengambil handuk lalu mandi.

Setelah semuanya sudah rapi, mereka pun sarapan bersama.

"Pah, nanti belikan aku sepeda baru ya. Sepeda lamamu sudah rusak. Teman-teman aku sepedanya pada bagus-bagus, hanya sepeda aku yang jelek." Pinta Daffa penuh harap.

"Sepeda kamu kan masih bisa digunakan Daffa, tidak usah beli lagi. Keuangan kita tidak banyak, kita harus berhemat jangan boros." Timpal Rina sambil membereskan piring di atas meja makan.

"Belikan saja mah, kasian Daffa sepedanya sudah jelek. Kita kan bisa kredit." Ucap Rio membela putranya.

"Betul mah, belikan aku sepeda baru ya." Sambungnya lagi.

"Kamu selalu memanjakan anak-anakmu mas, kamu sendiri kan tahu keuangan kita tidak banyak. Kita harus berhemat agar bisa memenuhi kebutuhan kita sehari-hari."Ucapnya lagi.

"Kapan lagi sih menyenangkan anak, toh kita kerja juga untuk mereka. Sudah kamu jangan banyak berfikir, rezeki sudah ada yang ngatur." Kata Rio kepada istrinya.

Tiin... tiin ... tiin

Tiba-tiba dari luar terdengar klakson mobil jemputan berbunyi. "Daffa, mobil jemputan mu sudah tiba. Lekas kamu berangkat sekolah."

Perintah ibu kepada Daffa sambil membawakan tasnya ke dalam mobil.

Mah... Pah... aku berangkat dulu ya. Ucap Daffa sambil mencium tangan ayah dan ibunya.

"Hati-hati ya Daffa, kamu belajar yang benar, jangan nakal di sekolah." Kata ibu kepada Daffa.

"Tenang saja mah, aku pasti belajar dengan tekun dan jadi anak yang rajin." Ucap Daffa sambil melambaikan tangannya ke luar jendela mobil.

"Mas... ayo antarkan Diva ke tempat mamahku, lalu ke tempat kerjaku. Nanti aku ada rapat di tempat kerjaku, jadi pulang agak sore. Kalau kamu pulang cepat jemput aku ya mas." Pinta Rina.

"Iya... nanti kalau aku pulang cepat, aku jemput kamu. Ayo kita berangkat, sudah hampir siang."

Ucap Rio sambil menyalakan motornya.

Dalam perjalanan ke rumah orang tua Rina, Rio berkata kepada Rina. "Kamu punya uang ga? Aku pinjam dulu sini, bensin aku sudah habis dan juga nanti buat beli makan siang aku di kantor."

"Tapi mas, uang aku tinggal sedikit. Hanya cukup untuk keperluan transport aku bila kamu tidak bisa jemput aku." Sahut Rina dengan wajah memelas.

"Nanti juga aku gantiin jika ada uang. Memangnya kamu mau aku di rumah aja tidak usah kerja." Rio kembali menegaskan.

"Tapi kamu janji ya, akan gantiin uang transport aku! Aku tidak punya uang lagi soalnya. Kalau kamu tidak ganti aku tidak bisa berangkat kerja." Ucap Rina penuh lirih.

Sesampainya mereka di rumah orang tua Rina, mereka menitipkan putri bungsu mereka ke orang tua Rina untuk dijaga, selama mereka bekerja di luar."

"Bu, aku titip DiVa ya... Nanti siang, sepulang dari kantor aku jemput Diva." Ucap Rina sambil meletakkan perlengkapan Diva di atas kursi.

"Iya... kamu seharusnya tidak usah kerja, kasihan anak-anakmu masih pada kecil. Mereka butuh kasih sayang dari kamu." Ucap ibu kepada Rina.

"Mau bagaimana lagi Bu, keperluan rumah tanggaku sangat banyak, Daffa harus bersekolah, dan biayanya lumayan mahal. Kalau aku tidak kerja, bagaimana bisa aku memenuhi kebutuhan rumah tanggaku Bu." Ucap Rina dengan sedih.

Selingkuh

"Rin, tadi aku melihat suamimu sedang makan di restaurant dengan seorang gadis. Sepertinya masih muda. Apa kamu sudah tahu itu, Rin'?" Tanya Sandra salah satu teman baik Rina di kantor.

"Apa itu benar San? Apakah kamu tidak salah lihat?" Tanya Rina dengan serius sambil memegang kedua pundak Sandra.

"Benar Rin... tadi aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Tuh ada saksinya si Hendra dan si Budi. Benar kan, Bud?" Sandra kembali menegaskan.

Lalu Rina kembali ke tempat duduknya dengan wajah sedih. Dia termenung memikirkan ucapan yang telah disampaikan oleh Sandra.

"Tega kamu mas, mengkhianatiku... Aku sudah melakukan segalanya untukmu. Namun kau berselingkuh di belakangku." Ucap Rina dalam hati.

"Sabar ya Rin... Aku tahu kamu sedih, kamu terluka tapi kamu harus kuat ya Rin. Anak-anak kamu masih pada kecil, butuh perhatian dari kamu. Kamu harus tegar, aku akan selalu ada untukmu." Ucap Sandra menenangkan Rina yang sedang bersedih.

Tet... Tet... Tet...

Suara bel kantor berbunyi. Seluruh karyawan mulai meninggalkan tempat kerja mereka dengan tertib.

Rina yang dari tadi tidak sabar ingin buru-buru pulang ke rumah.

"Teman-teman, maaf aku duluan ya... "Ucap Rina kepada rekan-rekan kerjanya.

"Iya, Rin. Hati-hati di jalannya!" Sahut Hendra dari belakang.

Sebelum pulang ke rumah Rina menjemput anak-anaknya dulu di rumah orang tuanya. Sesampainya di sana Rina langsung membawa mereka pulang ke rumah.

"Bu... aku segera pulang ke rumah. Aku tidak bisa berlama-lama di sini. Mereka langsung aku bawa ya " Ungkap Rina dengan terburu-buru.

"Kenapa Rin, kok buru-buru? Kamu tidak seperti biasanya. Kamu tidak makan dulu? Ibu sudah memasak banyak makanan di dapur." Tanya ibu dengan penasaran.

"Tidak usah Bu, nanti saja di rumah aku makannya. Sekarang aku masih sangat kenyang." Ucapnya lagi.

"Sepertinya kamu lagi ada masalah ya Rin, Cerita sama ibu. Mungkin ibu bisa membantu kamu." Terang ibu.

Permisi...

Apa benar ini ibu Rina yang tadi pesan ojek? Tanya tukang ojek kepada Rina.

"Iya bang, tadi saya yang pesan ojek. Sebentar ya bang saya ambil barang-barangnya dulu." Jawab Rina.

Lalu ibu mengantarkan mereka naik ojek. "Kalian hati-hati ya, Rin" Saran Ibu kepada Rina dan anak-anaknya. Setelah mereka pulang ke rumah diantar oleh ojek online. Rita lalu menidurkan putrinya yang sudah mengantuk. Sementara itu Daffa pergi ke luar bermain bersama teman-temannya di dekat rumah.

Pada saat yang sama, Rio suami Rina yang sedang makan bareng bersama teman wanitanya terlihat asyik bergandengan tangan ke luar dari restauran. Mereka berencana untuk menghabiskan malam mingguan dengan berwisata ke luar kota. Namun, sebelum berangkat ke luar kota. Rio menelpon istrinya bahwa malam ini ia tidak pulang ke rumah dengan alasan ada lembur dai kantor.

Dengan rasa curiga, Rina lalu menelpon sahabat baik dari suaminya dan menanyakan apakah malam ini ada lembur di kantor? Ternyata jawaban dari sahabat suaminya itu benar. Suaminya tidak lembur di kantor.

Rina lalu menelpon suaminya, ternyata nomor handphone suaminya tidak aktif. Rina mulai kesal lalu menangis sejadi-jadinya dengan mengunci pintu kamarnya.

"Kenapa kamu tega mas? Kenapa kamu bohongi aku lagi? Apa salahku padamu selama ini? Kenapa kamu selingkuh?" gumam Rina dalam hati.

"Mah aku lapar, aku mau makan. Mamah masak apa?" Tanya Daffa sambil menyingkap tutup Magicom yang ada di dapur.

"Maafkan mamah ya sayang, mamah belum masak. Mamah masak dulu ya." Ucap Rina sambil memeluk putranya.

Setelah selesai memasak di dapur, Rina menyuapi anak-anaknya makan. Lalu setelahnya memandikan mereka.

Keesokan harinya, Rio pulang ke rumah tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Kamu masak apa mah? aku lapar ingin makan." Tanya Rio ke istrinya.

"Memangnya kantor tidak menyiapkan makan malam?" Tanya balik Rina.

"Menyiapkan sih, tapi semalam aku tidak makan, akhirnya sekarang aku lapar." Terangnya lagi.

"Kenapa kamu membohongiku mas, ke mana saja kamu semalam? kamu tidak lembur di kantor kan?" Ucapnya lagi.

"Kamu kata siapa? aku memang lembur kok."

Rio menyangkal.

"Kamu ga usah bohong mas, aku tahu kok. Aku telpon temanmu ternyata memang benar di kantor tidak ada karyawan yang lembur." Sambung Rina.

"Sudahlah aku capek, malas aku berdebat denganmu." Sahut Rio sambil melepaskan jaketnya. Lalu ia membaringkan tubuhnya di atas kasur.

"Dari dulu sampai sekarang memang kamu tidak pernah berubah mas. Selalu saja menyakitiku. Memang apa salahku, kenapa kamu tega sih seperti ini, selalu saja menyakiti hati dan perasaanku. Bila diajak bicara sengaja pura-pura tidur." Keluh Rina dengan kesal.

Rio yang pura-pura tidur, bangkit dari tidurnya lalu ia mengelitiki Rina yang sedang menggerutu dan menggombalinya lagi. Rina yang awalnya marah akhirnya memaafkan Rio yang sudah membuatnya kecewa.

"Mas, kamu jangan mengkhianati aku ya! aku memaafkan mu tapi kamu harus berjanji untuk tidak mengulanginya lagi." Pinta Rina.

Beberapa bulan kemudian Rina sudah melupakan kejadian itu, dan biasa beraktivitas seperti sedia kala.

"Rin, Minggu besok kita liburan yuk! Anak-anak juga pastinya senang bisa liburan ke tempat wisata." Ajak Rio.

"Liburan ke mana mas? memangnya kamu ada uang?" Tanya Rina sambil melipatkan pakaian yang sudah menumpuk.

"Ada, tenang aja." Rio kembali menjawab

"Tapi jalan-jalan ke mana ya?" Tanyanya lagi.

"Ya kamu tanya dulu aja anak-anak, liburannya mau pergi ke mana." usul Rina.

"Oh ya, anak-anak pergi ke mana? dari tadi aku belum lihat mereka." Tanya Rio sambil menyingkap tirai kamar.

"Rio ada les di sekolahnya. Sedangkan Diva diajak main oleh teman-temannya. Tuh di rumah sebelah." Tunjuk Rina.

"Ya, nanti kalau mereka sudah pulang kita tanya mereka. Mereka mau liburannya ke mana. Oh ya, temanku juga mengajak kita jalan-jalan. Apa sekalian kita liburan bareng mereka, Rin?" Rio kembali bertanya.

"Teman kamu yang mana? yang waktu itu pernah datang ke rumah?" Tanya Rina sambil memikirkan wajahnya.

"Iya, kamu benar. Teman aku yang waktu itu pernah datang ke rumah. Istrinya juga mengajak kita jalan-jalan. Katanya dia bosan di rumah terus." Ujarnya.

"Ya sudah, nanti aku akan persiapkan barang apa saja yang harus kita bawa." Ucap Rina penuh ceria.

Tak lama kemudian Daffa tiba di rumah. Lalu mengucapkan salam kepada kedua orang tuanya. Ibunya sangat senang melihat perubahan pada diri Daffa. Awalnya Daffa anak yang pemalu dan penakut. Tapi sekarang tidak lagi, ia justru menjadi anak yang pemberani. Bahkan ia ditunjuk sebagai ketua kelas.

Ipar Julid

Selang berapa hari. Semenjak Rio dan Rina mulai merasakan sedikit kebahagian. Rumah tangga mereka diuji dengan kehadiran adik ipar Rina, yang tak lain adik kandungnya Rio yang bernama Ira dan Salsa. Mereka mulai mengusik rumah tangga Rio dan Rina. Keduanya selalu meminta uang kepada Rio dengan alasan untuk keperluan orang tua mereka.

Seperti yang kita ketahui, rumah tangga Rio dan Rina serba kekurangan. Mereka berdua bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, anak-anak dan membayar kontrakan. Tetapi Ira dan Salsa selalu saja menelpon Rio meminta dikirimi uang. Padahal untuk memenuhi kebutuhan mereka saja masih kekurangan. Hal ini yang menyebabkan Rio dan Rina mulai bertengkar.

Pasalnya Rio sangat sayang kepada adik-adiknya, Rio selalu memanjakan mereka. Padahal mereka berdua sudah cukup dewasa. Dan seharusnya mereka sudah bisa bekerja sendiri tidak tergantung sama kakaknya Rio.

Tetapi kenyataannya berbeda.

Keesokan harinya, karena handphone Rio bermasalah sehingga adik-adiknya datang ke rumah, menanyakan keberadaan Rio.

"Tok... tok... tok..."

suara pintu diketuk

"Ya tunggu sebentar," teriak Rina dari dapur.

Rina membuka pintu dan melihat kedua adik iparnya datang ke rumah. Rina sangat terkejut lalu bertanya kepada mereka "ada apa ya? kenapa kalian ke mari?" Tanya Rina menaruh curiga.

"Kami datang ke mari mencari kakak kami. Dia sudah seminggu tidak datang ke rumah mamah. Kami ingin meminta uang, karena kami belum pada makan." Jawab mereka dengan sinis.

"Bukankah kalian sudah dewasa, sudah seharusnya kalian bekerja tidak bergantung sama suami saya." Rina kembali menegaskan. Mereka berdua tampak tidak senang mendengar ucapan Rina, seraya berkata: "Memangnya kami tidak boleh meminta uang sama kakak kami sendiri? Kenapa kamu larang, kami berhak kok." Ucap mereka dengan nada sinis.

"Meminta sih boleh, tapi tidak terlalu sering. Memangnya kalian tahu, kita juga masih serba kekurangan. Makanya aku saja bekerja di luar karena kebutuhan yang masih belum mencukupi. Ucap Rina.

"Itu urusan kalian, mana kami tahu, kalian punya uang atau tidak. Kami minta hak kami kok. Kenapa kamu yang rese? Ucapnya lagi masih dengan nada sinis.

"Kalian memang tidak tahu diri ya, tidak mau usaha hanya bisa meminta. Memangnya aku ini pohon duit kalian apa? Asal kalian tahu ya, setiap kalian minta uang ke kakak kalian bila ia tidak ada uang, kakak kalian mintanya ke aku. Jadi tolong kalian jangan selalu meminta. Cobalah mandiri." Rina kembali mengingatkan adik iparnya.

Akhirnya, dengan perasaan kesal mereka berdua pergi meninggalkan Rina yang sedikit emosi. Mereka mengancam akan mengadukannya ke kakak mereka. Setelah bertemu nanti.

Keesokan harinya lagi-lagi adik iparnya kembali menelpon Rio dan meminta untuk dikirimi uang. Tentunya Rina merasa kesal, ia saja meminta uang kepada suaminya untuk membayar listrik saja tidak diberikan. Sedangkan untuk adiknya selalu ada. Hal inilah yang memicu pertengkaran rumah tangga mereka.

"Mas, aku minta uang untuk bayar listrik saja tidak kamu berikan. Kamu selalu bilang tidak punya uang. Tetapi untuk adikmu selalu ada. Mereka kan sudah dewasa, sudah seharusnya mereka bekerja sendiri. Kita juga masih serba kekurangan, tetapi kamu selalu saja memanjakan adik-adikmu." Ucap Rina dengan sedikit kesal.

"Sudah kamu tidak usah ikut campur. Sampai kapanpun mereka tetap adik kandungku." Bentak Rio kepada Rina.

Dengan menangis Rina berlari masuk ke kamar. Pengorbanannya selama ini tidak dihargai. Ia merasa kecewa dengan suaminya. Ia harus bekerja keras mengurus anak, pekerjaan rumah bahkan ia juga harus bekerja di luar sana dan menitipkan anak-anaknya ke neneknya demi memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka.

Dialah yang harus berjuang sendiri menjadi tulang punggung untuk anak-anaknya. Sementara Rio, memang dia bekerja namun ia tidak pernah memberikan gajinya ke Rina. Semua kebutuhan Rina semua yang menanggung.

"Mah, aku minta uang jajan. Teman-teman aku semua pada jajan." Pinta Daffa sambil menadahkan tangannya. Rina merasa iba dan kasihan dengan anak-anaknya. Dia kurang memperhatikan kedua anaknya. Sehingga anaknya kurang mendapatkan kasih sayang darinya. Setiap hari dia harus pergi ke kantor. Bahkan di hari libur sekalipun dia selalu lembur dan pulangnya dia harus merapihkan rumah yang seperti kapal pecah, sehingga ia tak punya waktu untuk bercengkrama dengan kedua anaknya. Ia pernah berpikir untuk menggunakan jasa asisten rumah tangga. Namun ia mengurungkan niatnya, karena gaji yang diperolehnya tidak mencukupi untuk itu. Ia pernah mendiskusikan dengan suaminya akan keinginannya untuk berhenti dari pekerjaannya. Tapi suaminya tidak mengizinkan dengan alasan kebutuhan rumah tangga mereka sangat banyak. Ia tidak bisa bekerja sendirian.

"Mas, aku kasihan dengan anak-anak. Mereka kurang terurus. Aku sibuk kerja, makannya tidak terkontrol sehingga mereka sangat kurus. Aku berhenti saja ya dari tempat pekerjaan aku?" Pinta Rina sambil memandang kedua anaknya yang masih kecil-kecil.

"Sudah kamu bekerja saja, kebutuhan kita banyak. Memangnya aku sanggup bekerja sendirian." Sahut Rio yang sedang asyik bermain ponselnya. Rina kembali berkata "kamu tidak pernah memberi aku uang mas, aku juga ingin seperti istri orang- orang. Mereka selalu dinafkahi oleh suaminya."

"Kamu kan pegang uang, lagian gaji aku juga sudah habis buat aku beli rokok, beli bensin dan beli makan di tempat kerja. Sudah kamu tidak usah bawel. Kalau aku ada uang juga aku kasih ke kamu. Sekarang aku lapar, ambilkan sana makanan. Dari tadi kamu ngoceh mulu." Ujar Rio lagi.

Sambil menggerutu Rina melangkah ke dapur untuk mengambilkan sepiring makanan dan segelas air untuk suaminya.

"Ini mas makanannya, cuma ini yang kita punya." Ucap Rina sambil menyodorkan sepiring nasi ke tangan suaminya. "Beras di dapur juga sudah habis, sepulang kerja nanti kamu beli beras ya dan telur." Ucapnya lagi.

"Beli saja sana pakai uang kamu dulu, nanti aku ganti. Uangku tidak cukup." Sambung Rio yang asyik makan.

"Mah, aku minta uang jajan lagi dong. Aku ingin membeli susu kotak." Pinta Daffa lagi sambil mengajak temannya.

"Tuh kan mas, anak kita bentar-bentar minta jajan. Aku harus gimana?" Tanya Rina lagi.

"Ya, kamu kasihlah, masa sama anak sendiri pelit. Kamu kerja kan buat mereka, memang buat siapa lagi." Sahut Rio.

"Iya aku tahu, aku kerja buat mereka juga. Tapi uang aku kan sedikit, kamu tidak pernah memberiku uang." Ucap Rina lagi.

"Mah, cepetan teman-teman aku sudah menunggu." Pinta Daffa lagi.

"Sudah kamu kasih buruan, kasihan Daffa dari tadi sudah nungguin belum kamu kasih juga." Kata Rio lagi.

"Ini uang jajan kamu Daffa. Nanti, tidak usah minta uang jajan lagi ya!" Kata ibu kepada Daffa sambil memberikan selembar uang lima ribu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!