NovelToon NovelToon

Menikah Dengan Pacar Sahabatku

1. Truth or Dare

Malam sudah larut, tetapi tidak menghalangi sekumpulan remaja yang kini tengah asik bermain permainan truth or dare, permainan yang sudah menjadi kebiasaan saat mereka berkumpul.

Dyu memutar botol air mineral sisa minum tadi, semuanya tampak fokus memperhatikan botol itu berputar semakin lambat hingga berhenti di hadapan salah satu dari mereka, membuat mereka bersorak.

"KENZIO!" seru mereka heboh.

"Truth or dare?" tanya Dyu selaku yang memutar botol.

"Truth dong, biar gentle," jawab Zio santai.

"Em.. Kalo Lo disuruh milih, lo milih Zia apa Sherena?" mendengar pertanyaan tersebut Zio tampak berpikir.

"Berat bro, dua-duanya gue sayang," jawab Zio.

"Sher masa lo mau diduain Zio si?" goda Galen. Ketua geng Atlansa yang memiliki tujuh anggota inti dan sekitar 250 anggota.

"Zia kembaran dia b e g o!" tukas Sherena menjitak kepala Galen. Sangat tidak sopan memang!

"Untuk sekarang gue pilih Zia, soalnya Sherena belum kasih gue kepastian." Sorakan heboh semakin terdengar menggoda Sherena yang sampai sekarang belum menerima cinta Zio.

Botol kembali diputar oleh Zio dan berhenti menghadap Ayra, pacar dari Zidan.

"Truth," ucap Ayra cari aman, karena dipermainan sebelumnya dia memilih dare, dan tantangannya membuat ia harus merelakan uang jajannya dipotong sebulan karena memotong bulu kucing kesayangan asisten pribadi kesayangan mamanya.

"Cari aman lo, Curang!" timpal Dyu, disambut gelak tawa semuanya.

"Okee, gue harap lo ngga salah pilih truth. Sejak kapan dan sebesar apa lo cinta Zidan?" tanya Zio menaik turunkan alisnya. Ini sih kesukaannya Zidan, si paling bucin.

"Pegangin Zidan Gal, takutnya terbang," goda Dyu pada Zidan yang duduk diantara Ayra dan Galen.

"Ngga boleh double dong, harus satu pertanyaannya," protes Ayra.

"Itu satu pertanyaan Ay," jawab Zio terkekeh.

"Ay! Ay! ayang lo emang? panggilnya Ra aja kenapa sih," ketus Zidan tidak rela cowok lain memanggil Ay pada Ayra, padahal kan itu namanya. Panggilan Ay itu terasa istimewa dan hanya dirinya yang boleh menggunakan itu.

"Okee, sejak kelas dua SMP waktu pertama kali Zidan nyalonin diri di Atlansa, gue juga sering liat dia waktu ikut Kak Deva ke markas, Kalo besarnya cuma aku sama Tuhan yang tau." Jawaban Ayra sukses membuat Zidan langsung memeluknya dari samping.

Memang diantara semuanya Zidan dan Ayra lah yang paling lama pacaran, hampir 3 tahun.

"Dasar bucin," gerutu Galen, matanya sesekali melirik salah satu cewek diantara mereka. Keyna Athela.

Botol kembali diputar dan berhenti tepat di hadapan Zia, sang pemeran utama cerita ini.

"Truth or dare?"

"Zia pilih Dare deh, dari tadi truth semua," kata Zia. Oke, semoga saja tidak salah pilih.

"Cium Zidan," ucap Ayra membuat semuanya membulatkan matanya tak terkecuali Zidan sendiri.

"Lo gila?" sahut Zio tidak terima, "Nggak! adek gue masih polos, ngga boleh cium-cium."

Zia masih berulang kali mengedipkan matanya dengan cepat, masih kaget dengan tantangan dari Ayra.

"Cium apanya Ra?" tanya Zia polos.

Ayra berdehem melirik Zidan yang menatapnya tajam kemudian kembali menatap Zia,"Terserah kamu," ucapnya.

"Emm... tangannya aja yaa," ucap Zia pelan, namun menggemaskan.

Semuanya mengangguk, Zidan menatap Ayra kemudian menyodorkan tangannya di hadapan Zia untuk dicium. Zidan tersenyum jail sudah tahu sifat pacarnya itu, mana mungkin ia rela pacarnya dipegang cewek lain, apa lagi dicium.

Saat bibir Zia hampir menyentuh punggung tangan Zidan, dengan cepat Ayra menarik tangan sang cowok menjauhkannya dari Zia.

Semua menatapnya dengan tatapan bingung, tetapi tidak dengan Zidan, cowok itu tersenyum puas.

"Jangan! Cuma aku yang boleh cium tangan kamu nanti setelah ijab kabul." Kalimat yang terlontar dari mulut Ayra sukses membuat suasana semakin riuh dengan sorakan menggoda terutama Dyu, lelaki humoris milik Atlansa.

"Dan gas lah, abis dari sini langsung ke KUA."

"Kode keras tuh Dan, Ayra minta dikawinin."

"Nikah dulu baru kawin." seru Zio.

"Emang beda Kak?" tanya Zia dengan polosnya.

M a m p u s.

Semua menahan tawa, kecuali Zio yang ketar-ketir mencari diksi yang sesuai dengan otak kembarannya itu.

"Em...beda Zia, kalo nikah itu yang sama penghulu, kalo kawin yang...." Zio berdehem, bingung melanjutkan perkataannya sendiri, mencoba meminta bantuan, tapi mereka malah sok sibuk sendiri, menghindari tatapan memohonnya.

"Yang apa Kak?" tanya Zia menautkan alisnya bingung.

"e- itu, lanjut yuk!" ucap Zio mengalihkan atensi kembarannya yang sangat polos, malah nyerempet ke b e g o.

Zidan terkekeh,"Besok kalo abis lulus ya," ucapnya mengelus kepala bagian belakang Ayra lembut.

"Ha?" Ayra ngelag sebelum akhirnya menepis tangan Zidan.

"Ngga gitu maksud aku, ya nanti kalo kamu udah kerja, bukan abis lulus langsung nikah," gerutu Ayra fokus pada botol yang akan ia putar lagi.

"KEYNA," seru mereka saat botol berhenti di hadapan gadis berbola mata coklat itu, gadis paling pendiam dan misterius yang selalu menjadi sasaran mereka di permainan ini, tujuannya hanya ingin mengetahui lebih dalam kehidupan gadis itu.

"Truth." Keyna seakan mengerti maksud teman-temannya.

"Siapa anak kecil yang waktu itu panggil lo 'mama'?" tanya Ayra hati-hati.

Keyna mengangguk pelan, mengerti akan semua keingintahuan mereka.

"Anak gue," jawabnya menatap Galen yang juga menatapnya dalam.

"Bapaknya siapa?" tanya Ayra lagi.

"Satu pertanyaan kan?" tanya balik Keyna terkekeh sambil tangannya memutar botol itu kembali.

Terdengar decakan kecewa dari mereka hampir bersamaan, keingintahuan mereka harus tertunda sampai mereka memainkan permainan ini lagi lain waktu.

"Besok harus main truth or dare lagi pokoknya," ucap Ayra yang sudah sangat kepo dengan kehidupan Keyna yang penuh rahasia. Padahal ia adik dari mantannya Keyna tapi kok tidak tahu banyak tentang sahabatnya itu.

Mereka menatap Galen, cowok yang mendapat giliran sekarang, "Dare," jawabnya.

"Udah disetting nih," cetus Zio menaik turunkan alisnya pada Keyna.

Keyna hanya mengedikkan bahunya sambil tersenyum. "Jawab pertanyaan Ayra yang tadi," tantang Keyna.

Galen seketika menegang, pandangannya mengedar pada semua manusia yang berada satu ruangan dengannya. Terlihat muka mereka yang kaget dan bingung.

"Bapak dari anak Keyna siapa?" tanya ulang Ayra setelah memfokuskan dirinya lagi.

"Gue."

Semuanya kembali terdiam, otak mereka masih bekerja mencoba mencerna satu kata yang membuat pikiran mereka bercabang kemana-mana.

"Kalian?" ucap Zidan menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"Kapan buatnya?"

"Umur kita sepantaran loh 17 tahun Key, berarti sekitar umur 15 tahun kalian udah anu?"

"Lo lebih b r e n g s e k dari Dyu ternyata Gal."

Semua geleng-geleng kepala, tidak menyangka diantara mereka ada yang sudah...Ah sudahlah. Kita tidak akan membahas mereka, bukan mereka pemeran utama dalam cerita ini.

"Bentar! otak Zia belum nyampe," ucap Zia mencoba berpikir lebih kritis dengan otak polosnya.

"Buat apa? 15? Anu? Ish... Kalian ngomong apa sih?" kesal Zia menggembungkan pipinya, membuatnya terlihat sangat menggemaskan.

Semua dibuat tertawa dengan tingkah Zia, "Adek lo tuh," ucap Dyu menepuk bahu Zio.

Permainan berlanjut dengan penuh canda tawa, kepolosan Zia, serta kehebohan Dyu. Hingga tanpa mereka sadari malam yang semakin larut, memaksa mereka menyudahi hari indah ini untuk kembali ke rumah masing-masing guna beristirahat.

Zia dan Zio mengantarkan mereka hingga depan rumah, berdiri memperhatikan motor yang satu persatu melenggang meninggalkan rumahnya. Sambil melambaikan tangan pada teman-teman mereka dengan senyum yang tak pernah pudar.

"Masuk Yuk," ajak Zio merangkul pundak adiknya.

Semoga semua akan tetap seperti ini. Semoga!

°°°°

Semoga suka yaa:)♥♥

Jangan lupa tinggalin jejak dengan Like 👍

Kali mau komentar juga boleh hehe...

2. Hari Itu(1)

Sekolah hari ini ramai membicarakan pesta ulang tahun Sherena. Katanya sih pestanya bakal meriah banget, apalagi Sherena ini anak konglomerat.

"Kalian pada dateng kan?" tanya Dyu mengangkat undangan dari Sherena. Mereka berada di kelas dengan suasana kelas yang sepi karena bel pulang sudah berbunyi lima belas menit yang lalu.

"Dateng lah, lumayan makan gratis," jawab Zio, lagian mana mungkin Zio tidak datang, Sherena kan gadis incarannya.

"Yaelah makan gratis apa mau caper sama camer?" goda Zidan menaik turunkan alisnya.

"Kalo bisa dua-duanya kenapa engga," timpal Zio kemudian mereka tertawa.

"Makanannya pasti enak enak, ceweknya juga pasti cantik-cantik." Dyu mengecap lidahnya membayangkan banyak makanan nanti malam.

"Otak lo mah makanan sama cewek doang isinya," sahut Zidan disambut tawa mereka lagi.

"Lo dateng Gal?" tanya Zio pada sang ketua yang sedari tadi belum buka suara.

Galen mengedikkan bahunya," tergantung Keyna."

"Yaelah bucin! Eh tapi ngomong-ngomong pasangan. Galen kan sama Keyna, Zidan sama Ayra, Zio-Sherena, lah gue sama siapa dong?" tanya Dyu menunjuk dirinya sendiri membuat mereka semua terkekeh. Seakan mendapat ide Dyu menatap Zio dengan menaik turunkan alisnya. Zio yang ditatap seperti itu bergidik ngeri.

"Kenapa lo ngeliatin gue kaya gitu?" tanya Zio ngeri.

Dyu berdehem kemudian merangkul pundak sahabatnya itu, Zio semakin bergidik dan menepis rangkulan Dyu, "Apaan sih?" kesalnya.

"Hehe... Boleh dong gue sama Zia?" tanya Dyu sembari cengar cengir tidak jelas.

"Big No! Enak ajaa, adek gue ngga boleh pergi sama cowok sembarangan yaa," ketus Zio.

"Cowok sembarangan nggak tuh," ledek Zidan menertawai Dyu.

"Gue sahabat lo lho Zi, masa lo bilang cowok sembarangan, sungguh tega," ucap Dyu dengan muka yang dibuat sesedih mungkin.

"Pokoknya ngga boleh," tegas Zio yang sangat menjaga kembarannya itu.

Dyu mengerucutkan bibirnya membuat yang lain tertawa puas.

"Biasanya pesta kaya gitu pasti pada bawa pasangan sih," celetuk Zidan yang diangguki semuanya.

"Langit juga kayanya ngga ada pasangan deh, jadi Lo ngga sendirian," ucap Zio menunjuk Dyu.

"Oiya Langit kemana?" tanya Galen yang baru sadar personil mereka kurang satu.

"Perasaan tadi masih ada, kayanya udah pulang duluan." Kepala Zidan celingak-celinguk mencari sosok yang memang tidak ada.

"Akhir-akhir ini Langit ilangan banget," celetuk Dyu.

"Tumben," kata Galen sambil berdiri, mengajak teman-temannya pergi dari kelas, "Ke markas yuk."

##

"Kak Zio lama banget," gerutu gadis cantik itu di parkiran, tepatnya di depan motor-motor besar milik sang kembaran dan teman-temannya.

"Sabar Zi," ucap Keyna terkekeh merasa lucu dengan sahabatnya yang terlihat sangat menggemaskan dengan bibir yang mengerucut dan tangan yang memukuli motor kakaknya pelan.

"Panas, Zia pengin es krim," cicitnya menunduk lesu.

"Mau gue beliin?" tanya Keyna.

Zia menggeleng lucu seperti anak kecil, Keyna selalu gemas dengan semua tingkah Zia, kadang ia heran kenapa ada gadis SMA sepolos dan semenggemaskan ini.

"Itu tuh mereka," ujar Keyna saat melihat orang yang sedari tadi mereka tunggu tengah berjalan beriringan, sesekali mereka tertawa. Mereka itu geng Atlansa, geng yang diketuai oleh Galen yang merupakan kekasih dari Keyna.

"Abang lamaaa," kesal Zia saat Zio sudah dihadapannya dan mengacak rambut Zia gemas.

"Maaf ya, tadi duduk dulu di kelas, nunggu parkiran sepi, tau sendiri kan kalo abang kamu ini kelewat ganteng jadi takut dikerumunin ciwi-ciwi kalo keluar pas masih rame," ujar Zio dengan sikap percaya dirinya yang berlebihan.

"Yaudah yuk pulang," ajak Zio sembari mengambil helm untuk diberikan pada adik kesayangannya itu, tapi Zia menggeleng. "Kenapa?" tanya Zio.

"Mau es krim," cicitnya lirih dengan tangan yang menarik ujung seragam Zio yang berantakan.

"Zio adek lo gue karungin ya, gue bawa pulang. Gila gemes banget siii," ucap Dyu yang melihat interaksi kakak beradik tersebut.

Zio hanya berdecak malas, kemudian kembali menatap sang adik, "Ya udah ayo, tapi jangan banyak banyak."

"Zia penginnya banyak-banyak," balas Zia.

Terpaksa Zio mengangguk supaya cepat selesai, Zia langsung sangat ceria melihat permintaannya dituruti.

"Zia gemes banget, mirip Arin," bisik Keyna ditelinga Galen. Galen tersenyum tipis, ia jadi rindu gadis kecil itu. "Jadi kangen anak kita," ujarnya kemudian.

Hanya Zidan yang tidak berkomentar, dia hanya memperhatikan dengan bibir yang tersenyum manis. Ia akui adik sahabatnya ini sangat menggemaskan.

##

Mentari telah terbenam, tergantikan dengan sang rembulan yang diiringi banyaknya bintang memberi cahaya di langit malam yang gelap.

Malam ini pesta ulang tahun Sherena berlangsung, pestanya memang besar dan yang pasti meriah serta mewah.

"Happy sweet seventeen Sher," ucap Ayra, Keyna dan Zia berbarengan sambil memeluk sahabatnya itu.

"Thanks Guys," balas Sherena dalam pelukan mereka berempat.

"Kalian kesini bareng?" tanya Sherena setelah pelukan mereka terlepas.

"Gue sama Keyna bareng, Zia mah sama Zio," jawab Ayra diangguki semuannya.

"Hallo cantik, selamat ulang tahun ya," ucap Dyu memberikan kado pada Sherena.

"Makasih Dyu," ucap Sherena.

Kemudian sahabat Dyu satu persatu memberikan ucapan serta hadiah untuk Sherena, ada Galen, Zidan dan Langit. Sampai giliran Zio, suasana menjadi hening.

"Sher, maaf ya gue ngga bawa apa apa, gue bingung mau ngasih apa. Semuanya pasti lo udah punya," ucap Zio sedikit gugup, tangannya memggapai jemari Sherena untuk ia genggam.

"Gue mau ngasih yang ngga orang lain kasih ke lo," ujar Zio terlihat semakin gugup, begitu juga dengan Sherena. Jantung mereka sama-sama berdetak lebih kencang.

"Sherena, ini untuk kesekian kali aku bilang ini. Kamu mau jadi pacar aku?" tanya Zio lembut, semua sahabat Zio dan Sherena menyaksikan dalam keheningan. Sampai anggukan Sherena membuat mereka serempak bersorak heboh, begitu juga dengan Zio yang merasa perjuangannya mendapatkan Sherena tidak sia-sia. Zio langsung memeluk Sherena erat, dan dibalas tak kalah erat oleh Sherena.

"Makan-makan tujuh hari tujuh malem dibayarin Zio," seru Dyu heboh.

"Traktir makan di kantin sekolah sama Sherena selama sebulan," timpal Ayra.

Pasangan baru itu tak menghiraukan, mereka sibuk berpelukan guna menyalurkan rasa bahagia mereka.

Semuanya tertawa bahagia malam itu. Tanpa mereka sadari ada hal besar yang akan mengubah tawa mereka.

##

Tampak seorang gadis imut tengah berjalan sempoyongan di parkiran gedung ulang tahun Sherena. Sepertinya ia mabuk, gadis itu bersandar di motor sport kakak kembarnya dengan keadaan menahan pusing di kepalanya.

"Zia lo kenapa?" tanya Dyu yang baru keluar dari gedung.

Zia menggeleng, "Pusing banget, pengen pulang tapi abang masih sama Sherena," ujar Zia tidak terlalu jelas, seperi bergumam.

"Tunggu sebentar," Dyu yang sadar Zia tengah mabuk, berlari kembali kedalam berniat memanggil Zio.

Karena terlalu pusing, penglihatan Zia lama kelamaan memburam sebelum semuanya gelap, dan tubuhnya ambruk di samping motor kakaknya. Zia pingsan.

Dengan cepat seorang yang mengintai sedari tadi membopong tubuh gadis itu untuk dibawa ke mobil hitamnya. Orang itu membawa Zia pergi dari sana dengan kecepatan tinggi.

Tidak lama dari itu Langit keluar dengan memapah Zidan yang juga tengah mabuk. Entah apa yang cowok itu minum, padahal tidak disajikan minuman beralkohol di pesta ini.

Beruntungnya Langit malam ini membawa mobil milik Atlansa, jadi bisa dengan mudah membawa Zidan pulang. Pulang? Dengan kondisi mabuk seperti ini apa tidak akan kena amuk orangtuanya. Langit memikirkan cara lain, setelah mendapat ide ia langsung menjalankan mobilnya.

##

"Zia mana?" tanya Zio pada Dyu kala tidak melihat sosok Zia di parkiran.

"Tadi disini, lo sih kelamaan," jawab Dyu. Dyu dari tadi mencari Zio yang ternyata sedang berbincang dengan orang tua Sherena, jadi Dyu memutuskan menunggu. Setelah 30 menit baru obrolan itu selesai.

"Beneran lo liat Zia mabuk? Emang ada minuman yang bikin mabuk di dalam?" tanya Zio lagi, ia sangat khawatir adiknya itu belum pernah mabuk.

"Beneran. Gue bisa bedain bau parfum bayi Zia sama bau alkohol, Zia juga tadi sempoyongan," jelas Dyu.

Zio jadi khawatir mendengar penjelasan Dyu, dengan cepat ia membuka ponsel untuk mengecek lokasi adiknya sekarang. Zio menyergit setelah menemukan lokasi adiknya.

"Di rumah?" gumam Zio heran, pulang dengan siapa adiknya itu.

°°°°°

Kalau kalian nemu kata yang typo bilang yaa

Kalau suka jangan lupa like yaa👍

3. Hari itu(2)

Setelah mengetahui lokasi sang adik, Zio yang merasa Zia sudah aman di rumah pun memilih kembali masuk ke dalam pesta kekasihnya.

Tanpa sepengetahuan teman-temannya, ternyata Langit membawa Zidan pulang ke rumah Zio, karena ia rasa itu tempat paling aman untuk Zidan sebab orang tua Zio tidak berada di rumah dalam beberapa hari ke depan.

Langit berniat menghubungi Zio setelah Zidan dibawa masuk ke dalam rumah. Kini ia tengah memapah Zidan keluar dari mobilnya.

"Berat banget si lo, kebanyakan dosa kali ya." Langit terus menggerutu saat memapah Zidan yang sudah mabuk berat.

Setelah membuka pintu rumah Zio, kemudian meletakkan tubuh Zidan di sofa ruang tamu, Langit menghela napasnya memperhatikan seisi rumah tersebut, ia tak menemukan satu orang pun.

Langit menepuk dahinya, ia lupa bahwa keluarga Zio tak mempunyai pembantu yang menetap, mereka hanya berangkat pagi dan akan pulang pada sore hari.

Baru akan menghubungi Zio, ponsel Langit tiba-tiba berdering tanda ada yang meneleponnya, Langit mengangkat telepon itu dan seketika raut wajahnya langsung berubah, dengan cepat ia berlari meninggalkan rumah Zio dengan Zidan di dalamnya.

Zidan berjalan sempoyongan menaiki anak tangga, tanpa sadar dan tanpa tau mau kemana. Saat ini ia merasakan panas di tubuhnya, ia ingin mandi.

Saat berjalan di lantai dua, Zidan tidak sengaja melihat pintu kamar Zia yang terbuka sedikit. Entah apa yang ia pikirkan, Zidan malah menghampiri kamar Zia. Entah siapa yang mengantar Zia pulang.

Zidan melihat Zia yang tidur dengan telentang. Zidan menghampiri Zia, dan langsung menind*h tubuh mungil Zia. Tubuhnya terasa sangat panas membuat Zidan membuka semua pakaiannya.

Zia sedikit tersentak karena kaget, namun Zia yang juga dalam keadaan mabuk bukannya memberontak malah mengalungkan tangannya di leher Zidan. Zia tidak terlihat seperti gadis polos seperti biasanya, malah sekarang terlihat sangat menggoda.

Zidan yang sudah sangat mabuk langsung ******* bibir merah muda milik Zia, tidak mendapat penolakan membuat Zidan melanjutkan aksinya membuka satu pakaian Zia. Zia pun menerimanya tanpa memberontak sedikitpun dan mereka melakukan hal yang harusnya tidak mereka lakukan, tanpa mereka sadari. Tubuh mereka tidak dalam kendali mereka masing-masing. Sebuah awal dari penyesalan yang besar.

##

"Zidan sama Langit kemana?" Galen bertanya sebab tak melihat dua temannya itu. Sekarang sudah larut malam, sehingga pestanya sudah tidak seramai tadi.

"Ngga tau tuh, udah pulang kali," jawab Zio yang duduk bersebelahan dengan Sherena. Biasa, pasangan baru ngga mau jauh-jauh.

"Zidan kebawa Langit nih, ilangan terus," celetuk Dyu.

"Eh tapi kalian ngerasa aneh ngga sih belakangan ini sama Langit?" tanya Zio yang diangguki Galen dan Dyu.

"Iya, Langit emang pendiem tapi diemnya akhir-akhir ini kaya beda, kaya lagi nyimpen sesuatu," ujar Galen yang memang memahami semua sifat anggotanya.

"Nah itu, dia juga jarang ke markas, ngilang terus," timpal Dyu kemudian menenggak minuman yang tersedia di meja.

"Lagi PDKT in cewek mungkin," canda Sherena yang sedari tadi diam.

"Sok tau kamu. Langit ngga pernah mau pacaran," ucap Zio menjitak pelan dari kekasihnya itu.

"Yaelah ternyata cowok juga suka ngegibahin temen ya," ujar Ayra yang baru datang bersama Keyna, keduanya baru saja menemui teman SMP mereka yang kebetulan diundang oleh Sherena.

"Udah?" Galen bertanya pada Keyna yang baru duduk di sebelahnya. Keyna mengangguk.

"Zidan mana?" tanya Ayra yang tak melihat kekasihnya.

Semua cowok mengangkat bahunya tanda tak tahu. "Ngga tau, udah pulang mungkin," jawab Zio.

"Zia?"

"Udah pulang," jawab Zio lagi.

"Langit?" tanya Ayra lagi.

"Ck, lo cerewet banget si, ngga sekalian lo tanya semua?" ujar Zio kesal.

"Kan nanya doang," jawab Ayra dengan muka cemberut.

"Langit tadi gue liat mobilnya pergi buru-buru," ungkap Keyna yang tadi sempat keluar dari pesta dan melihat mobil Langit yang pergi dengan kecepatan tinggi.

"Aneh," ucap Ayra merasa ada yang tidak beres. Dia mengambil ponsel di slingbag ya ia bawa. Mencoba menghubungi Zidan, namun tidak diangkat. Ayra jadi khawatir, tak biasanya kekasihnya itu tidak mengangkat panggilannya.

"Angkat Dan," gumamnya sembari terus mencoba menelepon Zidan. Ponsel Zidan aktif tapi tidak diangkat.

Keyna yang melihat raut cemas Ayra mencoba menenangkan dengan mengusap bahu sahabatnya itu, Keyna berkata, "Udah tenang dulu, mungkin lagi di jalan."

Ayra berdecak, menggelengkan kepalanya, Zidan selalu mengangkat teleponnya, walaupun sedang di jalan Zidan akan berhenti dulu. Pikiran Ayra melayang pada kejadian setahun lalu, saat Zidan tidak mengangkat teleponnya dan dia menemukan Zidan sedang mabuk dan dipukuli preman di pinggir jalan.

Ayra menatap Keyna, "Zidan pernah kaya gini cuma pas dia mabuk. Gue takut Zidan kenapa-napa," ucapnya khawatir.

"Ngga akan kaya tahun kemarin Ay, disini engga ada minuman yang bikin mabuk. Iya kan Sher?" ucap Keyna mencoba menenangkan.

"Iya, ngga ada," jawab Sherena.

"Yakin? Kok tadi gue ketemu Zia kaya lagi mabuk, bau alkohol juga," tanya Dyu. Zio pun tiba-tiba kepikiran adiknya itu.

"Iya yakin, kalaupun ada berarti mereka bawa sendiri, orang tua gue ngga ngebolehin ada kaya gitu," jawab Sherena meyakinkan semuanya.

"Lo ngga salah liat Zia mabuk? Yakin itu Zia?" tanya Galen yang merasa aneh.

Dyu mengangguk, "Yakin banget Gal, masa gue ngga ngenalin Zia yang super imut itu sih."

"Masa sih Zia mabuk? Cewek sepolos itu bisa mabuk Zi?" tanya Galen pada Zio, Zio menggeleng, kemudian berkata, "Bahkan dia ngga bisa minum minuman bersoda."

"Darimana lo tau Zia udah pulang?" tanya Galen lagi, cowok itu entah kenapa jadi banyak bertanya. Galen merasa ada yang tidak beres.

"Ck, gue lacak lokasinya. Dari handphone dia sih dia di rumah sekarang," jawab Zio memperlihatkan lokasi Zia di layar ponselnya kepada teman-temannya itu.

Zio itu pelacak yang handal di Atlansa, maka dari itu dengan mudah menemukan lokasi siapapun dengan cepat asalkan ponselnya aktif.

"Lacak lokasi Zidan dong Zi," mohon Ayra yang masih diselimuti rasa khawatir.

"Oke. Bentar," jawab Zio kemudian mengutak-atik ponselnya dengan jemari yang sangat lincah.

Tak seberapa lama, mata Zio melotot setelah menemukan lokasi Zidan.

"Dimana Zi?" tanya Ayra tidak sabar, melihat perubahan ekspresi Zio menambah kekhawatiran gadis itu.

"Di rumah gue?" tanya Zio pada dirinya sendiri.

"Di rumah lo?" tanya Galen.

"Zia," gumam Zio dipenuhi rasa khawatir.

Setelah mengucapkan itu Zio berdiri dan segera berlari keluar tanpa mengucap apapun. Tentu itu membuat semua orang bingung.

"Kenapa sih? Aneh," ujar Dyu.

"Bentar deh. Dyu bilang liat Zia mabuk, terus menurut yang Ayra bilang Zidan juga kemungkinan mabuk," ucap Keyna kemudian matanya melotot menyadari sesuatu.

"Zio bilang Zidan dirumahnya? Jangan bilang..." lanjut Keyna berdiri tiba-tiba.

"Kenapa?" tanya Galen melihat kekasihnya itu panik.

"Ke rumah Zia sekarang," pinta Keyna menarik tangan Galen keluar dari pesta diikuti semuanya yang ikutan panik karena melihat raut wajah Keyna yang begitu cemas, padahal mereka mengenal Keyna adalah sosok yang begitu tenang.

Sedangkan di tempat lain, Zio sudah sampai di rumah dan segera berlari menuju kamar adiknya, pikirannya dipenuhi pikiran negatif yang membuatnya sangat kalut.

Brak!

Dengan brutal ia membuka pintu kamar adiknya hingga menimbulkan bunyi yang keras.

"ZIA!"

**Kalau kalian menemukan kata yang typo bilang ya, aku penulis amatir yang baru memulai belajar menulis, jadi masih banyak kekurangan**.

**Kalau suka jangan lupa like sama komen ya**:)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!