NovelToon NovelToon

Istri Buta Sang Pengacara

PERTEMUAN DALAM TARGET

Malam hari yang begitu gelap hanya diterangi rembulan. Suara petir saling bertautan ditengah derasnya air hujan yang mengalir membasahi bumi. Cuaca buruk itu tidak berpengaruh pada kegiatan yang sering terjadi di Club malam.

Seperti sudah menjadi rutinitas untuk penghuni Club malam terbesar di Jakarta. Club yang begitu terkenal. Hanya kumpula orang-orang yang memiliki banyak uang, orang-orang penguasa, pembisnis, dan para pejabat yang menghabiskan uang mereka untuk bersenang-senang.

Sekedar merefleksikan pikiran setelah penat bekerja atau justru menyalurkan hasrat kepada wanita yang sudah mereka bayar. Suara kerasnya musik didalam Club mampu menyaingi suara hujan deras. Berbeda dengan para Pembisnis yang menikmati minuman mereka ditemani para wanita-wani yang menggoda.

Di beberapa sudut terdapat beberapa pria yang berpakaian hitam seperti seorang Detektip, mereka seperti mencari sasaran.

Ya Detektif dari kepolisian ini sedang menjalankan tugasnya mengincar seorang komplotan narkoba. 5 Dektektif ini yang dipimpin oleh Arkan mulai menjalankan tugasnya.

Ya seperti biasa Arkan akan minum dulu, bersantai mengambil tempat duduk menyandarkan dirinya di sofa. Dia tidak perlu mendatangi para wanita yang menari-nari dengan melekukkan tubuhnya agar dapat menggoda para tamu yang memiliki banyak uang.

Memiliki ketampanan sempurna layaknya seorang dewa, tinggi badan ideal, berkulit putih, paras yang rupawan, wajah yang selalu berkarismatik, sorot mata yang tajam mampu menghipnotis siapa saja.

Apalah kurangnya dari seorang Arkan, selain semua kesempurnaan wajah dan tubuh yang dimilikinya, dia juga ahli dalam berkelahi, apa lagi soal memainkan pistol, siapa yang tidak ingin bersamanya.

Baru meneguk minuman beralkohol itu. 2 wanita sudah menghampirinya dan mulai menggodanya. Ke-2 wanita itu sudah berada di kanan dan kirinya, membelai bidang dada Arkan dan dengan nakal wanita yang sudah frofesional dalam melakukan pekerjaannya mulai menyelipkan tangannya kedalam kaos Arkan.

Arkan sangat berhasrat ingin langsung membawa wanita tersebut kedalam hotel yang berada disebrang Club tersebut, bermain dengan panas bersama wanita adalah hobinya, ya usianya yang masih 25 tahun. Jadi Arkan tidak pernah memikirkan hal jauh, menurutnya itu wajar saja, masih masa kenakalannya.

Tetapi sepertinya atasannya sangat tidak merestuinya malam ini. Pesan yang masuk kedalam ponselnya membuatnya mengendus kesal mengganggu kesenangannya hanya gara-gara orang yang ingin ditangkapnya hari ini.

" Sial," desisnya kesal membaca pesan masuk.

" Target memasuki hotel."

Arkan mengendus kesal dan langsung berdiri, Ke-2 wanita yang merasa mangsa mereka ingin pergi langsung menahan tangan Arkan dengan manja.

" Sayang mau kemana? mari bermain dulu, aku sudah tidak tahan," ucap manja sang wanita yang dipenuhi hasrat itu ingin segera mendapat kepuasan.

" Sabarlah, aku bekerja sebentar," sahut Arkan tersenyum penuh gairah. Arkan bisa saja langsung memangsa ke-2 wanita itu di ranjangnya. Tetapi dia juga tipe laki-laki disiplin dalam bekerja.

" Kerjain aku saja," sahut wanita yang satu lagi yang sudah mabuk parah.

" Sabarlah sayang, aku akan kembali," ucap Arkan memberi harapan dan pergi langsung, membuat ke-2 wanita yang berpenampilan menggoda itu kecewa.

********

Serra sedari tadi di dalam mobilnya sangat kesal, melajukan mobil dengan kecepatan tinggi ditengah hujan deras. Ya kemarahannya di dasari masalah dengan papanya. Dia harus bertengkar lagi dengan papanya gara-gara ibu tirinya yang hanya beda 7 tahun denganya.

Semenjak kehadiran sang ibu tiri beberapa bulan yang lalu, hidup Serra mulai terusik selalu bertengkar dengan papanya. Teman kuliahnya selalu merasa iri dengan kehidupan Serra yang memiliki apa saja, berhubung dia anak semata wayang.

Tetapi semuanya menjadi hancur ketika sang papa memutuskan menikah lagi. Padahal sang mama meninggal sudah 10 tahun lalu saat usianya masih 9 tahun, papanya berjanji kepadanya untuk tidak memiliki wanita lain selain Serra.

Tetapi sejak pertemuan papanya dengan ibu tirinya dengan mudah papanya menikahinya bahkan tanpa sepengetahuannya. Membuat hatinya hancur dan terus ribut dengan papanya.

Serra yang memakai dress peace di atas lututnya, dengan motif bunga-bunga. Kemarahannya bukan hanya pada sang papa yang terus membela ibu tirinya.

Tetapi Serra baru mendapatkan notif dari sepupunya Vira. Memberi informasi bahwa sang kekasih yang sudah 2 tahun berpacaran dengannya sedang bersama wanita lain

Sebenarnya Serra tidak percaya, karena banyak teman kuliahnya yang memang tidak menyukai Serra berpacaran dengan Rangga pria yang 7 tahun lebih tua di atasnya.

Rangga adalah anak seorang pengusaha ternama. Mereka berpacaran sudah 2 tahun. Karena terus merasa berselisih dengan papanya Serra memutuskan untuk menikah muda dengan sang kekasih bulan depan.

Keputusan Serra sangat bertentangan dengan papanya, papanya merasa putrinya masih terlalu muda untuk menikah. Hal itu terus membuat Serra ribut dengan papanya, dan terkadang terbenak dipikirannya untuk lari kawin.

Mobil sport merah milik Serra berhenti di depan Club, Vira sebelumnya sudah memberikan alamat keberadaan sang kekasih kepadanya. Serra yang penasaran ingin memastikan kebenaranya dengan cepat keluar dari menuju Club tersebut.

Saat memasuki Club, Serra mencari-cari dengan gelisah kemana sang kekasih, Serra memang berharap tidak menemukanya. Serra sangat mempercayai Rangga, gosip di kampusnya mengenai Rangga itu hanya karena mereka iri melihat hubungan Serra dan Rangga.

Serra buru-buru berlari mencari cari di koridor Club, meski terlihat santai berusaha tenang sorot mata Serra tidak bisa bohong jika apa yang dikatakan Vira memang benar.

Dengan pandangan tidak fokus Serra terus mencari Rangga dan dengan arah yang berlawanan pria yang memakai pakaian hitam tersebut dengan topi di kepalanya yang sama buru-buru dengannya menyebabkan bahu mereka saling bertabrakan.

" Auuuu," desis suara serak Serra terdengar kesakitan saat Arkan menabraknya. Tubuh gagah Arkan mampu menjatuhkan tubuh mungil Serra kelantai.

" Maaf tidak sengaja," ucap Arkan merasa bersalah ikut berjongkok melihat wanita yang kesakitan itu, wajah Serra ditutupi rambutnya sehingga Arkan tidak bisa melihatnya.

" Apa kamu tidak bisa berjalan pake mata," ucap ketus Serra menatap pria yang menabraknya. Saat Arkan melihat wanita yang menunjukkan wajahnya.

Arkan cukup terkesima melihat kecantikan wanita tersebut Arkan bisa menebak wanita itu habis menangis terlihat dari matanya yang masih merah.

" Maaf," jawab simple Arkan, Serra tidak menggubris ucapannya dan langsung berdiri melanjutkan pencariannya tanpa memperdulikan Arkan yang masih berjongkok mematung, matanya terus memandang punggung wanita itu yang sangat terburu-buru.

" Kamar 808, " terdengar suara dari heansed di telinganya membuat Arkan kembali berdiri dan kembali menjalankan tugasnya.

********

Hotel.

Arkan sudah mulai menulusuri hotel mencari target. Arkan yang berada dikamar 807 sudah mulai menjalankan strateginya. Targetnya hari ini sedang menikmati indahnya bercinta di kamar sebelah. Dengan bodohnya kamar tersebut terdapat alat penyadap yang membuat Arkan harus tahan mendengar suara-suara indah.

" Sial, gila si Roy, pake penyadap segala. Malah gue lagi yang harus di sini," desis Arkan mengutuk temanya yang memang sepertinya sengaja menjebak Arkan yang berada dikamar sebelah.

Roy sangat mengenal bagaimana Arkan. Malam ini adalah malam sial Arkan karena di kerjain Roy. Arkan harus menjadi korbannya mendengarkan suara jeritan sang wanita akibat ulah permainan pria yang menjadi targetnya.

Arkan menepi ke jendela memasukkan peluru ke pistolnya. Sambil menunggu 2 insan itu bercinta, sangat tidak afdol baginya harus menyerang di tengah percintaan, dia selalu memberi sedikit kelonggaran kepada targetnya.

Ketika targetnya selesai menikmati malam panas bersama, barulah Arkan menjalankan tugasnya, ya Arkan memang sangat baik.

Saat memasang peluru di tepi Jendela Arkan menatap kebawah melihat gadis yang ditemuinya tadi di Club, gadis itu berlari ditengah guyuran hujan. Pandangan mata Arkan memang sangat jelas, bisa melihat jelas wajah gadis yang ditabraknya tadi.

Arkan kembali mengalihkan pandangannya dari gadis yang berlari itu dan fokus pada heansed yang ditelinganya takutnya targetnya akan lolos.

Arkan harus bersabar dalam menyerang targetnya, suara jeritan kenikmatan itu masih terus mengusik telinganya, sungguh dia sangat kesal, seharusnya tadi dia yang membuat wanita menjerit kerena permainanya, tetapi sekarang malah dia yang kenak sial.

...Hay para readers jangan lupa....

...😄Follow...

...😄Coment...

...😄Like...

...😄Vote...

...🌹jadiin favorite kalian ya....

...🌹ditunggu komentarnya, kasih saran yang 🌹banyak ya....

...🌹Aku akan up yang banyak kalau kalian terus dukung karya ku🌹...

MELIHAT PERSELINGKUHAN

Serra yang tidak menemukan kekasihnya di Club merasa lega, paling tidak apa yang dikatakan Vira tidak benar. Tetapi saat ingin keluar dari Club Serra bertemu dengan Aldo teman kuliahnya yang mengatakan jika Rangga sedang cek di hotel.

Hati Serra cukup bimbang, apa lagi ini. Kata itu menghampiri pikirannya, Serra pun lagi-lagi ingin membuktikan jika omongan Aldo juga tidak benar.

Dengan keraguan, akhirnya Serra memutuskan menghampiri hotel yang berada di depan Club. Bajunya basah akibat melewati hujan deras padahal jaraknya tidak terlalu jauh dengan Club hanya tinggal menyebrang saja.

Serra menarik napasnya panjang, mencoba tenang dan meyakinkan dirinya, jika temannya salah menilai rangga, setelah mengumpulkan semua keberanian dan akhirnya Serra memasuki hotel bintang 5 tersebut.

Serra kembali menelusuri hotel dengan pakaian yang lumayan basah, bahkan para tamu hotel yang berpapasan dengannya menatapnya aneh. Melihat Serra yang menggigil dengan penuh kecemasan.

Serra berdiri di depan kamar yang dia cari 808 jantungnya mulai berdebar, tangannya dengan ragu mulai memegang kenopi pintu.

Membuka atau tidak, pikiran itu terus melintas dipikirannya.

Serra melepaskan napasnya perlahan dengan kekuatan mental dan penuh keberanian, akhirnya Serra memutuskan membuka pintu yang memang tidak di kunci dan masuk pelan-pelan.

Betapa terkejutnya Serra melihat kekasih tanpa memakai sehelai benangpun sedang menyatukan tubuh dengan wanita yang juga tidak memakai pakaian.

Hatinya seakan tergores tidak percaya dengan apa yang dilihatnya kekasih yang akan menjadi suaminya bulan depan, melakukan hubungan di luar nikah dengan teman kuliahnya.

Kedua pasangan itu masih menikmati percintaan mereka dan Serra masih tetap di posisinya semula diam tanpa berkata apapun, seakan mulutnya tertutup kaku. Padahal dia ingin berteriak melihat pemandangan panas di depan matanya.

Setelah beberapa detik, Rangga akhirnya menyadari jika permainan mereka ada yang menonton dan yang benar saja, Rangga terperanjat kaget melihat Serra mematung.

" Sayang kenapa tidak di lanjutkan," ucap serak Sandara teman bermain Rangga.

" Serra," ucap Rangga, melihat Serra yang sudah dipenuhi Amara, bahkan wajah putih gadis itu sudah memerah menahan amarah yang ingin memaki Rangga.

" Serra," desis kesal Sandra yang tidak menyangka Serra mengetahui perbuatannya dan teman kuliahnya itu.

Dengan cepat Rangga bergeser dari tubuh Sandra dan memakai celana pendek yang berada di atas lantai dan dengan cepat menghampiri Serra.

Serra mengangkat tangannya menyuruh Rangga stop, jangan mendekat kearahnya. Rangga cukup terdiam ditempatnya melihat kemarahan Serra.

" Serra aku bisa menjelaskan," ucap Rangga yang akhirnya menghampiri Serra.

" Serra semua yang kamu lihat tidak seperti apa yang kamu pikirkan, percayalah padaku Serra," lanjut Rangga mencoba mengelak dari perbuatannya

Plakkk satu tamparan keras melayang di pipi rangga, Rangga memegang pipi kirinya yang panas akibat tamparan Serra.

" Kamu pikir aku buta hah! tidak bisa melihat apa yang kamu lakukan ha," teriak Serra.

" Serra tapi semua tidak seperti yang kamu pikirkan, aku tidak sadar Serra aku sedang mabuk Serra," ucap Rangga yang berusaha mengelak.

" Kamu pikir aku bodoh hah, tega ya kamu Rangga melakukan semua ini, kamu tidur dengan teman kuliahku, apa otak kamu tidak berfungsi ha, kita akan menikah tetapi kamu malah menghiyanatiku," teriak Serra tidak habis pikir dengan perbuatan Rangga.

" Serra."

Plakkk tamparan melayang kembali kepipi Rangga.

" Bajingan kamu Rangga," umpat Serra

" Ok, iya aku memang bajingan, aku memang sedang menikmati bercinta dengan sandra, terus apa yang akan kamu lakukan ha, apa sekarang kamu sudah mau melakukannya denganku ha. Serra aku ini laki-laki normal, wajar aku melakukannya dan bukan cuma Sandra. Asal kamu tau saja banyak wanita yang tidur denganku," ucap Rangga seakan membanggakan dirinya.

" Kamu memang benar-benar keterlaluan, kenapa kamu tega melakukan semua itu," teriak Serra.

" Jika kamu bisa memberikan dirimu mungkin aku akan bisa berpikir untuk tidak melakukannya," ucap sinis Rangga.

" Kurang ajar kamu Rangga," umpat Serra semakin geram.

" Kamu selalu menolak jika aku memintanya. Kita pacaran 2 tahun. Tapi aku tidak mendapatkan apapun. Kamu sangat kolot Serra," Arkan memberi jeda pada perkataannya.

" Atau jangan-jangan kamu wanita tidak normal," ucap sinis Rangga menatap tubuh Serra.

Plakkk

Tamparan ke-3 mendarat lagi ke pipi rangga.

" Serraaa," teriak kesal Rangga.

" Bajingan, jaga bicara kamu, aku bisa tidur dengan banyak pria selain dirimu," teriak Sera tidak terima dengan penghinaan Rangga.

Ditengah pertengkaran pasangan kekasih itu ternyata Arkan sudah menyadari ada yang aneh pada penyadap suara itu. Memutuskan untuk langsung menuju kamar target dan ya dia jelas menyaksikan pertengkaran kedua pasangan kekasih. Arkan mengutuk dirinya sendiri tadi habis mendengar suara jeritan percintaan sekarang harus diakhiri dengan pertengkaran.

" Siapa kamu," bentak Rangga yang sadar melihat Arkan yang memutarkan pistolnya dengan santai, yang bersandar di pintu. Serra membalikkan tubuhnya melihat ke arah pintu. Serra yang melihat pria yang memakai topi hitam tersebut berpikir sejenak.

" Bukannya dia yang menabrakku tadi," batin Serra.

Tidak sempat Arkan menjelaskan siapa dirinya. teman- temanya langsung datang memasuki hotel.

" Angkat tangan, tempat ini sudah dikepung," ucap Roy memajukan pistolnya yang diikuti teman-temannya.

" Siapa kalian," teriak Rangga

" Sial ada apa ini, kenapa sekarang ada polisi," desis Sandra mulai kesal.

" Kami dari kepolisian, anda kami tahan atas pemakaian narkoba, ini surat perintahnya," tambah Alex. Tanpa berpikir panjang Alex langsung memasangkan borgol.

" Polisi, kenapa Rangga berurusan dengan polisi," batin Serra bingung melihat kamar hotel yang dipenuhi polisi.

" Lepaskan saya, saya tidak bersalah," bentak Rangga tidak terima.

" Silahkan dibicarakan di kantor polisi," sahut Roy.

" Kalian tidak bisa membawa saya, saya akan hubungi pengacara saya," bentak Rangga, mencoba memberontak.

" Bicarakan di kantor polisi," ucap Alex dan langsung mendorong paksa Rangga keluar dari hotel hanya dengan celana pendek saja.

Serra bingung dan tidak menyangka jika Rangga seorang pemakai. Bukan hanya Rangga, polisi tersebut juga menunggu Sandara yang sedang berganti pakaian di dalam kamar mandi. Setelah Sandra keluar dari kamar mandi Sandra langsung di bawa polisi.

Serra menatap sinis Sandra yang bercinta dengan kekasihnya. Beberapa polisi masih memeriksa kamar hotel.

" Nona kamu juga harus iku kami," ucap Roy pada Serra yang masih bingung.

" Saya tidak ada urusan dengan semua ini, saya juga baru tiba di sini," ucap Serra mengatakan yang sebenarnya dia justru merasa terjebak berada di dalam posisi ini.

" Nanti bisa di jelaskan di kantor polisi, sekarang sebaiknya nona ikut kami," sahut Roy

" Kamu tidak bisa membawa saya, saya tidak tau apa-apa," Serra mencoba memberontak saat Roy memegang tangannya.

Arkan yang melihat kegaduhan tersebut mendekati Serra dan Roy, Arkan menggelengkan kepalanya pada Roy seakan memberikan kode kepada Roy. Bahwa biar dia saja mengurus wanita itu.

Roy yang mengertipun melepaskan tanganya dari Serra, dan kembali menjalankan tugasnya memeriksa kembali kamar hotel tersebut.

Arkan membawa Serra kekamar 807. Arkan duduk di atas ranjang dengan santai dan masih memutar-mutarkan pistolnya. Sementara Serra berdiri di depan Arkan.

" Kenapa kau membawa ku kemari?" tanya Serra gugup, yang melihat Arkan terlihat santai sementara dia sungguh lelah dengan kejadian ini tubuhnya juga lumayan menggigil karena kehujanan.

" Ikut lah kekantor polisi," ucap Arkan menatap Serra.

" Aku tidak bersalah, untuk apa aku iku," jawab ketus Sera.

Mengajak tidur

" Semua akan terbukti di kantor polisi, keteranganmu akan di terima dicatat di kantor polisi, jadi ikutlah denganku," ucap Arkan mencoba menjelaskan, memang Arkan juga tau jika Serra memang baru tiba di lokasi kejadian.

Tetapi tidak mungkin juga dia meloloskan Serra. Pasti atasannya berpikir dia tidak bejus bekerja, dan entah kenapa Arkan harus repot-repot membujuk Serra untuk ikut dengannya kekantor polisi, padahal dia bisa saja memaksa Serra.

Serra berpikir sejenak, bisa-bisa dia terlibat urusan kekasih. Sudahlah menemukan sang kekasih selingkuh, sang kekasih malah menghinanya dengan mengatakan dirinya tidak normal.

" Aku tidak punya waktu untukmu, ikut kekantor polisi sebelum aku memaksamu," ucap Arkan tegas.

" Baiklah aku akan ikut, tapi ada syaratnya," ucap Sera membuat Arkan menaikkan alisnya, bisa-bisanya wanita itu malah memberinya syarat.

" Syarat, aku tidak punya alasan memberimu syarat," ucap Arkan melihat Sera tajam, " tapi, baiklah paling tidak aku bisa mendengar syarat yang kau ajukan, apa syaratnya?" Tanya Arkan tajam.

" Tidur dengan ku," jawab Serra membuat Arkan terkejut mendengar wanita itu menyuruhnya untuk tidur denganya. Arkan membuang napasnya kasar mendengar pernyataan wanita yang berdiri di depanya.

" Apa aku tidak salah dengar," tanya Arkan sinis

" Aku akan ikut kekantor polisi, tetapi sebelum itu tidur denganku," Serra mengulangi sekali lagi. Arkan berdiri dan mengitari tubuh Serra, seakan mengintai tubuh indah Serra yang mulai terlihat karena bajunya yang basah.

" Hmmmmm..... Aku sudah banyak menemui wanita seperti mu, setelah melihat kekasihnya bercinta dengan wanita lain, maka dia juga akan melakukannya. Sekedar hanya menunjukkan kepada kekasihnya kalau dia lebih ahli dalam bercinta dengan pasangan lain," ucap Arkan yang memang beberapa wanita yang pernah tidurnya pasti kebanyakan wanita sakit hati.

" Jangan samakan aku dengan mereka," ucap Serra kesal, karena menurutnya itu sama saja dia seperti Sandra teman yang tidur dengan kekasihnya tadi. Sandra memang jika sedang patah hati akan meluapkan sakit hatinya untuk hal yang menyakannya. Seperti yang dilakukannya tadi dipuaskan di atas ranjang tanpa ingin tau pasangannya sudah memiliki kekasih atau belum.

" Tidak sama, semua wanita itu sama, memang ada wanita yang masih original di jaman sekarang, aku sudah berpengalaman menemui wanita sepertimu," tegas Arkan sekali lagi.

" Aku tidak butuh pengalamanmu, aku hanya ingin kau tidur dengan ku malam ini, setelah itu aku akan bersedia ikut dengan mu kekantor polisi," tegas Serra sekali lagi, Pikirannya memang sudah tidak berfungsi, terlalu banyak beban yang dipikirkannya meski dia tau akibat dari perbuatannya nanti.

" Pikirkan lagi kata-kata mu jangan karena sakit hati kau menyuruh orang untuk menidurimu," saran Arkan, sebenarnya siapa juga yang tidak ingin menikmati tubuh indah Serra, jujur hasrat Arkan memuncak saat mendengar permintaan wanita itu.

Bahkan Arkan sempat berimajinasi liar tentang wanita itu di atas ranjang, pakaian dalam Serra juga sangat jelas terlihat akibat bajunya yang basah. Serra terdiam sejenak seakan memikirkan saran dari Arkan.

" Aku tidak butuh saran mu. Aku sudah memikirkannya. Jadi tidurlah denganku," ucap Serra lagi yakin dengan keputusannya.

Entah sudah berapa kali dia meminta hal itu pada Arkan, pada laki-laki yang baru ditemuinya, bahkan namanya saja Serra tidak tau.

Arkan menatap sinis Serra berharap wanita di depanya sadar. Serra tidaklah mabuk dia hanya sakit hati. Arkan sungguh frustasi menurutnya wanita dihadapanya benar-benar sudah gila.

Dia malah minta ditiduri agar mengikuti kekantor polisi memberikan keterangan. Seharusnya Arkan lah yang meminta syarat itu. Untuk bercinta dengan wanita itu asal tidak kekantor polisi.

Mungkin lebih masuk akal lagi. Tetapi permintaan Serra merugikan Serra sendiri, sudalah ditiduri dan harus ikut kekantor polisi lagi.

Arkan berpikir mungkin wanita ini memang sudah kehilangan akalnya. Dia jelas mendengar pertengkarannya dengan kekasihnya, dan malah mengambil tindakan bodoh, ya dipikirannya wanita itu sangat menyedihkan.

Serra sebenarnya juga sangat gugup dia hanya berusaha tenang supaya dia bisa membuktikan kepada kekasih kalau dia bukan wanita kolot.

" Kenapa kamu diam," tanya Serra yang tidak mendapat kepastian.

" Kamu yakin, kamu harus tau aku bermain sangat lama jika di atas ranjang," ucap intens Arkan menatap tajam Serra.

" Jangan hanya bicara lakukan jika itu benar," tantang Serra.

Sungguh Arkan tidak percaya wanita ini benar- benar mengujinya, bahkan berani menantangnya dalam urusan ranjang. Arkan membuang napasnya kasar.

"Hhhh.... Aku hanya ingin kau berfikir jernih, agar tidak menyesal," ucap Arkan lagi yang terus mengingatkan Serra.

" Dasar payah, jika tidak ingin tidur dengan ku maka katakan dari awal, jangan membuang waktuku. Aku akan mencari pria lain, tunggulah aku, aku tidak akan kabur, aku akan kekantor polisi,Jika sudah ada yang meniduriku," ucapnya berbalik arah menuju pintu.

Arkan membuang napasnya kasar tidak percaya dengan wanita itu yang mungkin dia benar akan melakukannya.

Mengingat disebrang hotel terdapat Club, jika Serra hanya berdiri saja mungkin banyak laki-laki hidung belang akan langsung menerkamnya tanpa Serra minta.

Arkan seakan diuji, bisa-bisanya dia melepaskan barang bagus, dia sungguh frustasi. Arkan beranjak dari tempat tidur dan mengejar Serra yang hampir membuka pintu.

" Auuuuu," lirih Serra saat Arkan menghimpit tubuhnya kepintu.

" Kamu yakin ingin melakukannya," tanya Arkan sekali lagi menatap penuh arti, Serra membalas tatapan Arkan. Sungguh aliran darah Arkan naik, akan permintaan Serra, hasratnya justru semakin memuncak.

" Iya."

" Baiklah, kamu akan menyesal karena menantang ku, jangan menguji keperkasaan ku," ucap Arkan serak. Serra mendorong tubuh Arkan. sehingga laki-laki itu bergeser.

" Aku sudah katakan jangan hanya berbicara." ucap Serra membuka blejear nya sehingga memperlihatkan kulit putihnya, Arkan yang hanya melihat sebagian tubuh Serra sudah menelan salavinanya. Serra dengan santainya berjalan keatas ranjang dan merebahkan dirinya.

Arkan menyunggingkan senyumnya tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, wanita itu memang benar-benar menyerahkan dirinya.

" Kenapa kamu belum melakukannya, jangan membuang waktuku," ucap Serra yang melihat Arkan masih mematung berdiri.

Arkan frustasi melihat Serra, Arkan membuka topinya dan melemparnya asal. dengan langkah pelan menghampiri Serra yang benar-benar kehilangan akalnya. Arkan membuka kaosnya secara perlahan dan menaiki ranjang menghimpit tubuh Serra.

Jantung Serra berdenyut kencang saat pria yang tidak dikenalnya itu sudah di atas tubuhnya dan tidak menggunakan pakaiannya lagi.

Serra yang merasa malu melihat tubuh Arkan memalingkan wajahnya ini pertama kali untuknya melihat pria tanpa pakaian. Arkan tersenyum dan memegang dagu lancip Serra, membuat mata Serra sejajar dengannya.

Arkan menatap mata yang mencerminkan ketakutan tetapi juga keinginan.

" Tatap aku, aku tidak suka jika melakukan hubungan tanpa melihat orangnya," ucap serak Arkan penuh hasrat membuat Serra gugup dan menatap Arkan dengan mencoba tenang.

Perlahan tangan Arkan meyusup kepunggung Serra. Serra bisa merasakan kalau resleting dressnya sudah ditarik kebawah, tubuhnya merinding saat jari Arkan menyentuh kulit punggungnya.

"Sebelum aku menidurimu ada hal yang harus aku ingatkan kepadamu," Arkan menghentikan kalimatnya menatap intens Serra.

" Apa," tanya Serra.

" Aku tidak ingin ada hubungan setelah ini, aku tidak akan bertanggung jawab atas apapun yang terjadi, meski aku tidak akan membuatmu hamil. Jika permainan ini berakhir maka urusan kita juga berakhir," ucap Arkan membuat Serra mengendus.

" Siapa juga yang ingin berhubungan dengan mu," jawab ketus Sera.

" Baiklah," Arkan mulai melakukan pekerjaannya mungkin tadi dia tidak jadi bersenang-senang dengan dua wanita yang berada di Club tersebut, tetapi justru nasib baik kembali kepadanya.

Tidak satu incipun tubuh Serra terlewatkan olehnya, dia terus dengan lembut memberi tanda kepemilikan di sana. Serra juga tidak tau sejak kapan dia tidak memakai pakaian.

Karena menikmati sentuhan pemanasan yang di berikan Arkan dia tidak sadar jika dia dan Arkan memang tidak memakai sehelai benangpun dan hanya ditutupi selimut putih.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!