NovelToon NovelToon

Pacar Adopsi

PATUHI KAMI !!

Seorang gadis menatap penuh kagum pada sebuah bangunan bercat putih dan hijau, Ia menghirup nafas dalam dalam.

"Bau hari baru !!" gumamnya menyunggingkan senyuman. Kacamata baca berbingkai bulat bertengger manis di hidungnya, yang bak perosotan anak TK. Sekalipun penampilannya seperti anak cupu yang baru matang dari oven, semua itu tak menutupi wajah cantik berpipi kemerahan alami ini. Cantik natural membuatnya tak perlu mengeluarkan biaya berlebih untuk membeli berbagai make up penunjang kata cantik. Justru, ia tutupi semua itu dengan penampilan ala kadarnya dan tak pernah macam macam, definisi anak muda yang tak tersentuh virus cabe cabean.

Gadis cantik itu adalah siswa didik baru di sebuah SMA favorit di kota ini, kalo orang orang menyebutnya dengan sebutan junior.

"Brummm...brummm....!!" deru berat mesin motor ber CC besar ini di gas, membuat gadis berkucir dua ini terkejut bukan main.

"Minggir !!! oyyy !! dah bosen idup loe!!" pekik seseorang di belakang gadis ini membentak. Suara tegas dan cool nya menggema di telinga si gadis. Kaki jenjang itu menggeser posisinya.

Ia berbalik dan menoleh, tatapan mereka bertemu saling tak suka. Sekelompok siswa senior datang mengendarai motor gedenya. Helm fullface tak menutupi alis tebal menukik bak elang yang sedang lapar.

"Dih !! songong banget, mentang mentang senior, baru punya motor aja bangga ! gue aja yang jemputannya banyak berjejer di jalan raya biasa aja !!" omel gadis manis itu, sambil mencebik kesal.

"Beuhh ditabok Tuhan tau rasa loe, motor juga paling dibeliin bapak loe!!" sungguh gadis ini sangat kesal, hingga ia menghentak hentak jalanan yang ia pijaki. Jika bukan senior dan ia junior mungkin batu di depannya sudah ia lempar kuat kuat pada laki laki itu.

Mata bulat nan indahnya melihat sekelompok siswa itu berhenti di parkiran, seketika mereka jadi sorotan hampir satu antero sekolah khususnya kaum hawa. Memang seperti ini hukum alamnya, ada beberapa manusia dengan kadar materi yang berlimpah, tampang dan penampilan yang diatas rata rata, selalu berada diatas piramida warga sekolah. Sedangkan siswa macam dirinya yang uang saku saja hanya sanggup membeli keripik dan teh seduh saja, berada di urutan paling alas.

"Hemmm, anak tajir ! biasanya yang kalangan borju gitu tuh yang sok dan paling meraja. Gue mesti jaga jarak sama yang begitu, biar hidup gue aman damai sentosa lancar jaya !!" Semua kata ia sematkan di dalam sanubari agar tidak pernah memiliki urusan dengan beberapa kategori siswa di sekolah ini.

Langkahnya pasti untuk menggapai masa depan yang gemilang di depan sana,

"Hemm bismillah, ayo Caramel kamu pasti bisa !!" ucapnya bermonolog memberi afirmasi positif untuk dirinya sendiri.

"Hey !! kamu murid baru yang pake kacamata !!!" ucap seorang siswa laki laki tampan memanggil Caramel. Dilihat dari tampilan dan name tagnya ia adalah panitia anggota OSIS.

Caramel segera berlari, mengikuti arahan panitia sambil membenarkan tata letak kacamatanya yang tidak akan mungkin merosot karena tertahan hidung. Ia bergabung dengan peserta didik baru yang lain di lapang.

"Caramel Violin Paramitha, nama yang bagus !!" lirihnya melihat papan nama di seragam putih birunya. Tapi sedetik kemudian ia tertawa melihat name tag yang menggantung di leher gadis ini.

"Si*al gue diketawain," batin Caramel.

.

.

"Udah ganteng, OSIS, berwibawa, baik pula. Yang begini nih yang sayang untuk dilewatkan," gumamnya. Saat melihat cowok berlesung pipi itu sedang menyampaikan sambutannya.

Tapi mata Caramel menangkap pemandangan lain di sebrang lapang, segerombol cowok songong yang ingin sekali Caramel dorong ke kuali yang sedang mendidih mendidihnya ini, tengah duduk bersama genk nya, memperhatikan para peserta didik baru, dengan gaya so cool nya. Pandangannya jelas sangat terlihat jika ia sedang mencari mangsa mangsa baru untuk ia bully. Caramel sontak memalingkan wajahnya saat tatapan mereka bertemu. Takut?? 50 persen perasaan takut memang mendominasi tapi 50 persen lainnya antara ia mempertahankan harga dirinya dan nekat, jika sampai laki laki itu macam macam maka Caramel pun tidak akan diam.

Ayat ayat suci mengatakan berkumpullah dengan orang orang beriman niscaya kamu akan mendapatkan keberkahan dalam hidup, maka itulah yang akan Kara lakukan saat ini. Memilih teman teman yang satu frekuensi dengannya dan menjauhi orang orang yang beda jalur hidup dengannya.

"Wah bro selamat ! sepertinya anak anak kelas X sekarang lumayan cantik cantik dan lugu. Dan lihat ! mereka sepertinya selalu memperhatikan loe bro !" seru Keanu pada Milo. Keempat siswa kelas XI ini adalah Milo, Keanu, Arial, dan Erwan. Anak badung yang sering bolak balik ruang eksekusi bagi murid murid nakal. Namun, tidak lantas membuat mereka dikeluarkan, terang saja ayah Armilo adalah donatur sekaligus Dewan Komite Sekolah disini.

Tiba tiba tawa Arial pecah mana kala melihat seorang murid baru di depannya dengan name tag nama penyakit Tubberculosis sedang berjalan bebek.

"Ahahaha tuh cewek ngakak sumpah!" ucapnya membuat ketiga temannya melihat ke arah petunjuk Arial. Kedua yang lainnya ikut tertawa.

"Jaman sekarang masih ada ya cewek penampilan old kaya sepeda ontel gitu, namanya itu loh TBC..!!" seru Keanu. Armilo hanya menyunggingkan senyumnya melihat gadis yang tadi bertemu tatap dengannya.

"Langka tuh mestinya di museumin tuh cewek," jawab Erwan.

Armilo mengamati Kara yang sedang dihukum jalan bebek, karena salah membawa barang. Ia menggelengkan kepalanya, apa ia tidak pernah mengenal yang namanya kontak lensa? atau setidaknya apakah ia tidak pernah bercermin sebelum ke sekolah, lihatlah penampilannya. Apa ia hidup di jaman Bung Karno baru saja menjabat menjadi presiden??

"Cocok tuh !" gumam Milo.

"Cocok buat apa Mil ?" tanya Arial.

"Cocok buat dijadiin bahan lelucon, lumayan lah itung itung hiburan baru !! gue udah bosen sama si mata empat, pengen cari mangsa baru !!" jawab Milo.

"Widihhh !! serem kalo babang Milo sudah nyecer target," gidik Keanu.

Baru hari pertama ia masuk, belum genap setengah hari ia menginjakkan kakinya di sekolah, Ia sudah ditiban kesialan. Sepertinya memang hidupnya tak pernah lepas dari bayangan keapesan.

"Baru juga masuk udah ketiban durian runtuh, tapi jatohnya pas di kaki ! jadinya apes !" gumam kesal Kara. Ia mengipasi wajahnya yang memerah bak lobster yang tengah dikukus, akibat paparan sinar matahari.

Ia selonjorkan kakinya meregangkan otot ototnya agar tidak salah urat. Jangan sampai karena hukuman tadi, ia harus pergi ke tukang pijat dan menghabiskan uang jajannya 3 hari ke depan hanya untuk mensejahterakan tukang pijat, karena keluarganya bukanlah berasal dari keluarga berkecukupan. Cukup membeli berlian 24 karat, cukup membeli angkot dengan kernet kernetnya, atau cukup untuk membeli coklat beserta pabrik pabriknya. Ia hanyalah anak seorang karyawan pabrik biasa dengan ibu seorang guru sekolah SD.

"Tuk !!"

Sebuah bungkusan bekas permen karet mengenai kepala gadis cantik bernama Caramel itu.

"Asshhh !! oyyy !!" Kara tergelonjak dan berdiri dari duduknya. Ia langsung tersentak dan diam melihat 4 orang siswa the most berdiri menghadapnya. Adegan ini pernah ia tonton di serial drama tv China dimana 4 sekawan sedang membully seorang gadis cupu.

"Eh, TBC !! minggir loe !! apa loe ga tau itu daerah terlarang buat siswa biasa kaya loe!!" kata kata pedas itu dengan bebas lewat dari dalam mulut si empunya bernama Arial.

"Oh maaf ka, saya tidak tau. Kalau di sekolah ini ada tempat tempat terlarang untuk di duduki semua orang, setau saya sekolah ini milik umum !" jawab Kara menahan rasa kesal yang sudah menggebu gebu ingin segera pergi ke dukun dan menyantet keempat lelaki songong di depannya. Sebuah kejahatan terselubung yang cukup ampuh untuk melenyapkan manusia dari muka bumi. Namun, si pelakunya jarang masuk bui.

Milo mendekat hingga hanya beberapa centi saja jarak diantara keduanya, membuat Kara memundurkan wajahnya.

"Catat ini, cupu !! selain aturan sekolah ada aturan tidak tertulis lainnya di sekolah ini !!" ucapan dingin sampai sampai Kara menggigil hanya dengan mendengarnya saja.

"Iya, apa ka ?? nanti saya catat di note saya ?" tanya Kara penasaran.

"PATUHI KAMI !!" lirih Milo.

"Hah??!!! muka gi* le!!" jawab Kara.

.

.

.

.

Berlian yang tersembunyi

Keempat pemuda yang sedang berdiri angkuh ini menaikkan alisnya tak percaya, baru kali ini ada siswi yang mengatakan hal seperti itu di depan mereka, terlebih lagi murid baru.

"Maaf..maaf kak, bukan maksud saya kaya gitu. Cuma kaget aja !!" seru Kara, menggelengkan kepalanya.

"Wahhh ! cari penyakit nih anak !" ucap Erwan.

"Maaf kak, saya ga sengaja..mulut saya refleks aja kaget !" Kara menunduk, bukan ia tak berani melawan. Hanya saja ia ingin bersekolah dengan damai disini, uang iuran yang susah payah kedua orangtuanya bayar dengan penuh perjuangan, tak ingin ia gunakan hanya untuk di bully orang.

Milo tak banyak berkata, sedari tadi matanya meneliti penampilan unik Kara, mata bak elang Jawa nya menatap mata indah milik Kara, yang tertutup kaca mata Harry potter.

Tubuh atletis karena seringnya ia berlatih Muay thai, mendekati gadis itu, mempersempit jaraknya dan Kara.

Kara menelan salivanya berat, otak encernya segera mencari ide, bagaimana caranya agar ia bisa keluar dari para singa yang kelaparan ini.

"Selamat siang pak Kepsek !!" Sapa Kara tersenyum menunduk, seketika keempatnya menoleh ke arah belakang. Kesempatan ini tak disia siakan oleh Kara, dengan segera ia menginjak kaki Milo yang berada menghalangi langkahnya untuk kabur.

Grekkk....

"Argghhh !!" pekik Milo, yang refleks memindahkan posisi kakinya dan mengibaskannya.

Dengan penuh ancang ancang Kara, menyeruduk tubuh Milo dan Keanu dengan kekuatan bantengnya.

Brakk....

Mereka terpundur dan Kara pun berlari menghindar.

" Si@lan kita dikibulin tuh cewek !!" pekik Arial.

.

.

"Selamet !!" Kara mengelus elus dadanya. Ia berbalik menoleh ke arah keempat cowok tadi, lalu terkekeh dan menjulurkan lidahnya.

"Permisi ya kak, semoga kita ga ketemu lagi!!" pekik Kara terkekeh melihat wajah meringis Milo,

"Sia*lan tuh cewek !!!" pekik Milo.

"Njirrr sakit dada gue di seruduk, tuh cewek manusia apa banteng??" keluh Keanu memegang dadanya.

"Wahhh, bakal jadi mangsa yang menantang ini ," kekeh Erwan malah tertawa.

Baru kali ini, ada siswi seunik Kara, yang dengan berani nya melawan dan mengibarkan bendera perang dengan Milo. Entah unik, atau terlalu bod*oh...

"Liat aja cewek culun, gue tandain loe," gumam Milo.

"Ahahahaha, siapa tadi namanya? TBC kan?" tanya Arial tertawa.

"Pantes aja badannya kecil kaya ga dikasih makan, rupanya penyakitnya TBC !!"semua sumpah serapah Milo, ditujukan pada gadis yang sudah berani beraninya menginjak kakinya dengan keras, hingga saat ini saja jempolnya masih nyut nyutan. Terbuat dari apakah kaki gadis itu, hingga jempolnya seperti habis terkena pukulan palu.

"Kamvrettt liat aja ntar, mulai detik ini hidup loe ga kan tenang di sekolah ini, bahkan untuk bernafas saja loe akan kesulitan, sampai loe mohon mohon buat bisa lepas dari hukuman gue !!" gumam Milo.

.

.

Kara berdiri di depan gerbang, menunggu angkutan umum yang melintas ke arah kampungnya. Melihat beberapa anak yang sudah mengendarai kendaraannya sendiri, tak lantas membuat gadis manis ini memiliki rasa iri ataupun cemburu. Ia sangat amat bersyukur masih bisa bersekolah dan makan, orangtuanya juga sangat menyayanginya.

Brummmm....

Brummm......

Crattttthh.......

Air kubangan kotor yang menggenang di jalanan depan gerbang sekolah, terciprat tepat di depan gadis ini, sontak Kara tersentak kaget. Seragam putih birunya seketika bernodakan coklat air kubangan, siapa lagi kalau bukan Milo and the genk...

"Shittttt !!" pekik Kara.

"Oyyyy..kotor nih, punya mata ga loe?? atau mata loe, loe gadein buat beli tuh motor ??" pekik kesal Kara.

Milo turun dari motornya. Ia membuka helm full facenya, alis tebal menukik dengan senyuman jahat terlukis di wajah tampannya.

"Apa loe bilang? gadein mata?? sorry mata gue ga bisa liat cewek songong dan jelek kaya loe!!" ucap Milo.

Mulut Kara menganga, siswa yang seperti ini yang harus ia sikat sampai ke akar akarnya, hati, otak dan mulutnya harus ia bersihkan, kalau bisa pake pemutih sekalian.

"Jangankan buat beli motor, beli harga diri loe juga duit gue masih nyisa tujuh turunan!!" ucap Milo. Tak ada kata gentar memberantas penjajah macam Milo. Sudah terlanjur basah bagi Kara, ia sudah terjerembab dalam lembah kebencian pada Milo. Kara benci,, sangat sangat membenci Milo sampai ke anak cucu nya.

"Wajah sih boleh kaya calon penghuni surga, tapi mulut dan sikap loe persis calon penghuni neraka !!" jawab Kara sambil berkacak pinggang.

"Oh terimakasih, loe sudah muji wajah gue, tapi sayangnya gue ga mungkin tertarik dengan cewek seperti loe. Cewek kaya loe itu banyak di emperan pasar !!" Kara semakin membulatkan matanya, mata jernih itu seperti akan melompat dari tempatnya. Jika diukur dengan gelas takar, rasa tak suka Kara pada Milo sudah luber ke luar gelas, sampai sampai bisa membanjiri ruangan tempat gelas itu berada.

"Baru dikasih segitu aja dah bangga!! hey kisanat diatas langit masih ada langit, loe pikir loe ganteng apa? masih gantengan kambing tetangga gue !!" sarkas Kara. Sungguh ingin sekali Milo merobek robek mulut pedas Kara dan memasaknya menjadi seblak, yang sudah membandingkan wajahnya dengan kambing tetangganya, bahkan di bawahnya. Wajah bak dewa Yunani seperti ini sudah terbukti menjadi idaman seluruh penghuni bumi.

Angkutan umum yang ditunggu tunggu oleh Kara sudah ada di depan mata. Kara segera melangkah ke depan. Namun, tangannya di tahan oleh Milo.

"Urusan kita belum selesai," Milo merebut ponsel milik Kara yang dari tadi berada di tangan Kara , hingga membuat si empunya berbalik hendak mengambilnya.

"Balikkin !!!" pekik Kara, tangannya meraih raih udara karena tak sampai. Perbedaan tinggi yang sangat jelas, antara Milo dan Kara.

Milo menghindar memasukkan ponsel Kara ke dalam saku celana kanannya, dan menahan tangan halus Kara yang hendak merebut kembali ponsel miliknya.

"Kalo loe mau nih hape jadul loe balik, loe mesti patuh sama gue. Ikutin semua perintah gue !!" sarkas Milo berlari menjauh menuju motornya terparkir. Merasa tak dapat menyusul Milo yang sudah berhasil mengendarai motornya, Kara berhenti mengejar, ia berteriak frustasi.

"Heh...cowok saravvvvvv, balikkin ponsel gue !!!" pekik Kara berjongkok frustasi.

"Neng, mau naik ga ??" tanya supir angkot.

"Sebentar bang, ponsel saya diambil jambret ," Kara mencebik kesal dan sesenggukan.

"Mana jambretnya neng??" tanya supir angkot.

"Dah pergi !!" Kara sesenggukan. Walaupun ponselnya tidak secanggih ponsel milik teman teman lainnya, tapi melalui ponsel itu Kara bisa berkomunikasi dengan orang orang terdekatnya, dan anak anak yang sampai sekarang les padanya.

"Si@lan tuh cowok, pengen banget gue santet tuh cowok!!"

Baru kali ini Kara mengeluh pada Tuhan, kenapa nasibnya buruk, bisa bertemu dengan manusia blasteran penghuni kerak neraka.

Sudah jatuh tertimpa tangga pula, ungkapan itu yang cocok untuk Kara saat ini, angkot yang rencananya akan dinaiki Kara, pergi begitu saja. Tak mungkin mamang angkot menunggu Kara yang sedang galau dan membuat penumpang lainnya mencebik kesal, hanya untuk selembar uang 5 ribu rupiah.

Alhasil, Kara harus berjalan menuju rumahnya, karena tidak menemukan lagi angkutan yang kosong ke arah rumahnya, ditambah hari yang sudah sore.

Dekil, kumel, seragam yang semrawut, dan wajah yang sudah seperti pabrik minyak dan sarang kuman. Pantas sekali disebut ODGJ (orang dengan gangguan jiwa).

"Assalamualaikum," salamnya.

Hari yang mulai gelap membuat kedua orangtua Kara, sedikit khawatir karena anak sulungnya belum juga pulang.

"Waalaikumsalam, baru pulang nak?" tanya Ayah Kara.

"Iya yah," Kara meraih punggung tangan ayahnya dan mengecupnya.

"Kemana dulu?" tanya ayahnya yang sedang duduk mengelem pinggiran sepatu nya.

"Jebol lagi yah, sepatunya?" tanya Kara.

"Sedikit," jawab ayahnya.

"Kenapa ga beli sih yah?" tanya Kara. Apa segitu mahalnya harga sepatu sampai gaji ayah dan ibunya tak bisa membeli sepasang sepatu untuk ayahnya bekerja. Kara tau ayah dan ibunya memiliki hutang pada pabrik ayahnya bekas pinjaman dana, untuk operasi ibu Kara yang dulu memiliki tumor rahim, hingga rahim ibunya harus diangkat.

"Masih bisa diperbaiki, ko !" senyum hangat dari lelaki paruh baya itu tak pernah hilang dari wajah yang sudah terdapat beberapa kerutan karena kerasnya hidup dan polusi di bumi.

"Ehhh anak ibu baru pulang ??" ibu Kara datang dari dalam rumah membawa camilan kesukaan Kara yaitu bolu kukus.

"Iya bu, "Kara tak mungkin bercerita kalau ia bertemu dan berurusan dengan makhluk asing yang bernama Milo. Apalagi sampai ponselnya di ambil dan ditahan Milo.

"Bu, yah... Kara bersih bersih dulu ya, udah kaya orgil simpang lampu merah nih !!" ucap Kara. Diangguki keduanya.

Beberapa piagam, piala juga medali tertata rapi di rak kamarnya. Kara memang gadis yang cerdas, beberapa lomba dan kejuaraan ia ikuti, kamar bernuansa biru langit terlihat rapi, karena Kara memang terbilang gadis yang rapi.

Kara membuka kacamata bulatnya, dan menyimpan di meja belajar usangnya. Ia berdiri mematut dirinya di cermin, membuka ikatan rambutnya hingga kini rambutnya tergerai sempurna. Hitam legam, sedikit ikal diujung. Boneka barbie porselen, sepertinya cocok disematkan untuk gadis cantik satu ini. Berlian yang tersembunyi, itulah Caramel....

.

.

.

Penderitaan dimulai

Kara mematut dirinya di cermin, mengetatkan ikatan rambutnya yang disisir sangat rapi. Seragam putih abu memang belum ia dapatkan, hari ini MPLS masih hari kedua, ia menghela nafasnya lelah. Rasanya ia tak sanggup untuk datang ke sekolah, mengingat ia akan menjadi sasaran Milo cs.

"Apa gue pura pura sakit aja ya?" tanya nya pada diri sendiri. Ia bolak balik di kamarnya seraya menggigiti ujung ujung kuku tangannya. Seperti tak ada cemilan lain lagi. Otak encernya mendadak oon karena panik, jika ada belati disini, mungkin ia sudah mencoba menusukkannya di bagian perutnya. Daripada harus berurusan dengan Milo cs, kira kira sekitar 3 cm saja agar tak terlalu membahayakan organ yang ada di dalamnya. Meskipun sangat ingin bunuh diri tetapi ia juga memilih milih, seperti apa bunuh diri yang elite. Sakit apa tidak?

"Tapi ponsel gue ??" ia menatap dirinya di cermin serba salah. Apalagi hari ini ia ada jadwal memberikan les tambahan untuk beberapa anak, ia akan membutuhkan ponselnya.

Kakinya menjejak kesal, meraih name tag dan tas selempangnya, walaupun bukan tas baru, tapi masih layak pakai. Sekolah baru bukan berarti semuanya harus baru kan? bukan berarti saat datang ke sekolah mendadak semua yang menempel jadi bau toko.

Sarapan nasi hangat hanya dengan sebutir telur ceplok setengah matang plus kecap kesukaannya, cukup untuk membuat otak encer itu bekerja semestinya. Semoga hari ini bisa se spesial telur yang bentuknya perfect ini. Semoga saja Milo semalam mendapatkan siraman rohani yang membuatnya menjadi insyaf dan baik, untuk mengembalikan ponselnya tanpa embel embel syarat.

"Kara berangkat dulu bu," Kara meraih punggung tangan ibunya dan berangkat bersama ayahnya.

.

.

"Hati hati nak, jangan sampai kamu meninggalkan shalat dzuhur mu!" jika ayah ayah lainnya akan berpesan jangan bandel dan belajarlah yang rajin, tapi tidak dengan ayah Kara.

"Insyaallah yah, ayah hati hati !" ucap Kara.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam,"

Kenapa hari yang cerah ini mendadak jadi hujan petir plus angin topan untuk Kara. Sedikit banyak Kara tau tentang Milo cs dari teman teman baru yang ia dapat kemarin. Walaupun tidak ada teman dekat untuknya, tapi Kara tidak berkecil hati. Ia sadar dengan keadaannya. Rata rata mereka mencari teman dengan penampilan good looking, agara nantinya mereka bisa terlihat di sekolah elite ini. Sebuah pembulshitan yang nyata, tak ada yang benar benar tulus di dunia ini selain kasih sayang orangtua. Dimana makna pancasila yang ia pelajari saat SD mengenai persatuan Indonesia, atau Bhineka Tunggal Ika.

Kara masuk ke dalam kelasnya X 4 , duduk di bangku paling pojok tidak membuatnya berubah menjadi manusia paling bo*doh di kelas ini, mitos yang selalu mengatakan bahwa yang duduk paling belakang selalu yang paling bo*doh. Ia berani bertaruh jika ada olimpiade di sekolahnya ia optimis menang.

Tangannya menangkup dagu di meja, seperti seorang sarjana yang menjadi pengangguran, meratapi nasib ponselnya yang entah bagaimana. Ia tak memperdulikan keriuhan yang terjadi di luar kelasnya. Paling paling teman temannya sedang berghibah ria, pekerjaan emak emak jika sedang kumpul kumpul, dan ia tak mau menjadi tua sebelum waktunya, jika ikutan kegiatan yang satu itu.

Tap tap tap.....

Langkah kaki beberapa orang terdengar mendekat. Jangankan dari dekat dari kejauhan saja bau parfum mahal sudah tercium, tidak ada siswa di kelasnya yang mampu untuk membeli parfum macam ini. Tidak juga dirinya, yang hanya mampu membeli minyak kayu putih dan bedak bayi. Mata Kara mendongak lalu mendapati empat makhluk yang menjadi malaikat mautnya hari ini.

"Heh, culun !!" pekik pemuda yang ada di depannya. Kara memutar bola mata jengah. Ia sangat sangat malas harus berpura pura baik pada senior satu ini.

"Ada apa lagi?" tanya Kara.

"Loe tuh ga ada sopan sopannya sama senior, apalagi sama kita !" bentak Erwan. Wajah tampan mereka menjadi mirip werewolf dimata Kara.

"Iya ka maaf, kaka ada perlu apa sama saya yang hina ini?" tanya Kara. Arial menahan tawanya yang siap siap meledak.

"Loe ga tau siapa kita?" tanya Keanu.

"Manusia kan? atau saya salah? yang jelas kaka bukan Iron man kan?" tanya gadis berbulu mata lentik ini mengedip indah.

Arial sudah tak tahan lagi, tawanya pecah. Ia menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan jawaban yang diberikan Kara. Memang jenius dan kurang waras beda tipis pikirnya. Berani betul gadis ini menantang dan memancing emosi temannya Milo.

Milo mengangkat tangannya yang memegangi ponsel Kara. Sontak tangan Kara langsung meraih ponselnya, namun tidak semudah itu. Milo mengangkat lebih tinggi ponsel Kara.

"Loe harus tebus nih ponsel !" ucapnya.

"Apa ??!" Kara terkejut, barang miliknya sendiri, dia pula lah yang harus menebus. Gaji nya saja sebagai guru les tambahan anak tk dan sd tidak seberapa dan belum turun.

"Kenapa saya harus menebusnya? bukan kah itu ponsel saya?" tanya Kara mendebat.

"Jika saya bilang harus, maka mutlak dilakukan oleh siapapun yang ada disini !" ujarnya dingin. Lihatlah gaya angkuhnya, membuat Kara ingin mendorongnya dari lantai 15.

Ia menghela nafasnya, ia hanya mensugesti dirinya bahwa disini hanya dia yang waras disini. Semua tatapan teman temannya tak dapat menolongnya, mereka hanya merasa kasihan namun tak sedikit pula yang tertawa dan menjadikan ini sebuah tontonan seru.

"Oke, berapa yang kaka minta?" Kara merogoh saku seragamnya yang hanya ada uang selembar 10 ribu pemberian ibunya. Melihat Kara mengeluarkan uang ungunya Milo menyunggingkan senyuman yang merendahkan.

"Hanya ini yang saya punya, tapi jika kaka minta lebih saya usahakan!" jawabnya diplomatis.

"Gue ga mau uang loe, bahkan ponsel loe aja gue ga butuh, paling cuma buat ganjelan pintu," jawab Milo.

Apa gue ga salah denger? dia bilang ga butuh uang dan ga butuh ponsel tapi sampai sekarang ponsel gue aja ditahan, apa orang yang ada di hadapan gue ini sehat? batin Kara bertanya tanya.

"Lalu kaka mau apa?" tanya Kara.

"Karena loe yang nawarin gue mau apa, mumpung gue hari ini lagi baik gue cuma mau loe ngelapin sepatu gue !" jawab Milo.

"Cewek angkuh kaya loe mesti merendah ! biar tau diatas langit masih ada langit," tanbah Milo.

Hah??! Kara menganga. Bila ada seseorang di dunia ini yang ia mau sujud di hadapannya ialah ayah dan ibunya, dan satu lagi ia tak habis pikir dengan si senior otak udang ini, yang angkuh itu dia atau Kara.

"Maaf ka itu bukan merendah tapi merendahkan diri, jika saya harus sujud maka pada kedua orangtualah saya akan melakukannya!" jawab Kara balik menatap tajam Milo.

"Jadi loe nolak?" tanya Milo.

"Iya ! jika memang kaka mau ponsel saya silahkan ambil saja, karena tidak seharga dengan harga diri saya. Hitung hitung saya sedekah pada orang yang membutuhkan," jawab Kara kembali. Keanu tak menyangka baru kali ini ada gadis yang mampu melawan Milo apalagi melawan pesona temannya ini, gadis gadis lainnya justru akan merendahkan dirinya hanya untuk mendapatkan perhatian Milo tapi tidak dengan Kara.

" Ha!! dibilang orang yang membutuhkan loe bro !!" ucap Arial pada Milo. Mata elamg Milo menusuk tepat ke arah mata indah milik Kara. Seperti ada aliran tenaga dalam yang saling bertarung diantara mata mereka, layaknya film film kartun jepang.

Bel berbunyi, pertanda masuk.

"Oke nih gue kembaliin, tapi bukan berarti loe bebas gitu aja. Loe masih hutang sama gue! dan loe harus bayar itu...!" tangan Milo yang berada di saku celananya mengembalikan ponsel Kara denhan melemparnya di meja. Kara menangkapnya.

"Hutang??" tanya Kara.

Milo mengangguk "Jangan pernah lari atau hidup loe ga akan pernah tenang di sekolah ini !!" ucap Milo mendekatkan wajahnya ke depan wajah Kara, bau minyak kayu putih dan bedak bayi masuk ke dalam indra penciuman Milo, wangi yang unik untuk seorang gadis remaja yang sudah mengenal apa itu parfum.

Milo beranjak keluar diikuti ketiga temannya. Mata Kara mengikuti pergerakan Milo dengan tatapan tajam, seraya tangannya mendekap ponsel kesayangannya.

Milo tersenyum smirk, ia sudah mengotak atik ponsel Kara, sungguh mudah karena Kara memakai sandi ponselnya dengan tgl kelahirannya. Setidaknya Milo melihat tgl kelahiran Kara di name tag yang Kara pakai.

Milo tertawa kecil, ia sudah mensave nomor ponsel Kara jika sewaktu waktu ia membutuhkan Kara untuk ia suruh suruh,ia juga melihat wallpaper ponsel Kara yang menunjukkan wajah asli Kara tanpa kacamata dan ikatan gadis desanya.

"Gadis bo*doh !!" gumamnya .

"Mil...loe yakin ngasiin ponselnya si culun gitu aja ?" tanya Erwan yang duduk di kursinya.

"Liat aja gue bakal gimana," ucapnya.

"Suerr, tuh cewek ngakak abis, pake nanya Iron man segala!" Arial kembali tergelak.

"Hati hati loe jangan keterlaluan, nanti kalo tuh cewek kenapa napa kaya kejadian si Gladys, loe sendiri yang nyesel !" Keanu mewanti wanti.

Milo menarik flashback kejadian 2 tahun kebelakang saat dirinya masih senior di SMP, ia pernah membully seorang gadis juga bernama Gladys hingga akhirnya Gladys dan keluarganya menuntut Milo karena tindakannya, namun ujungnya Gladys meminta ingin dijodohkan.

Milo menggeleng "Insyaallah engga !" jawabnya.

Mereka tertawa "yang kaya begini nih preman sekolah tanggung, bully orang tapinya masih inget Allah !" seru Arial dan Erwan.

Milo jadi ingat dengan temannya yang sudah ia anggap seperti abangnga sendiri, "Apa kabar loe, Ram??" batinnya.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!