NovelToon NovelToon

NAGINI, DEWI ULAR

Bab 1. Seribu Tahun Yang Lalu

Malam itu turun hujan dengan derasnya. Disertai, petir yg menyambar-nyambar. Alam tengah mengamuk, menyaksikan pertarungan hidup dan mati seekor siluman ular, Zham dan juga seorang manusia, pawang ular, Baba. Demi, memperebutkan benda pusaka milik Dewi Ular, Nagini yaitu Mani. Benda saktii yang mamu merubah wujud manusia ke wujud siluman ular dengan melakukan ritual tertentu.

Jika, seorang manusia yang memilikya maka keinginannya untuk menjadi siluman ular akan terwujud dengan bantuan Mani milik Dewi Ular tersebut. Sedangkan, bagi Dewi Ular Manni tersebut merupakan sumber kehidupan bagi Dewi Ular sendiri. Tanpa, MAN****I Dewi Ular tidak akan berdaya karena baginya itu adalah nyawanya.

Untuk, itu sebagai seorang dewi ular. Nagini, harus menjaga Mani agar tidak jatuh ke tangan manusia dan menjadikan Mani sebagai alat bagi manusia berhati serakah dan keji seperti Baba untuk berbuat hal yang tidak dibenarkan. Karena, ia tahu untuk apa Baba mengincar benda tersebut. Yakni, ia ingin menunjukkan dialah manusia paling sakti di atas dunia ini. Seakan, dia tidak pernah mendengar kata pepatah bahwa di atas langit masih ada langit.

Agaknya, manusia jumawa satu ini lupa akan pepatah tersebut hingga akhirnya walau pun ia mendapatkan Mani tersebut pada akhirnya sebagai makhluk yg fana dan tidak abadi suatu saat nanti akan kembali kepada sang Pencipta suatu hari nanti.

Dan, saat pertarungan tersebut Zham kalah karena Baba menggunakan serulingnya, yg mengeluarkan suara yg membuat kepala Zham pusing dan terhipnotis hingga akhirnya berubah menjadi seekor ular cobra jantan berwarna coklat muda.

Melihat hal tersebut Nagini panik dan meminta Baba untuk melepas Zham, kekasihnya. Baba, setuju tapi dengan satu syarat Nagini harus menyerahkan Mani kepadanya. Demi, nyawa kekasihnya Nagini setuju menyerahkan Mani kepada Baba. Ia pun mengeluarkan Mani dari dalam tubuhnya. Dengan cara memuntahkannya. Saat Mani dimuntahkan, Mani tersebut mengeluarkan cahaya merah yang menyilaukan mata. Sangat indah sekali sinarnya. Tidak lama kemudian sinarnya meredup bersamaan dengan berpindah tangannya Mani tersebut kepada Baba.

"Aku sudah menyerahkan Mani kepadamu. Sekarang tepati janjimu. Lepaskan, kekasihku Baba? Aku mohon?"

Ucap Nagini dengan pandangan mata yang sendu.

"Melepaskannya? Boleh saja. Ini ambil!"

Ucap Baba sambil melepaskan tubuh ular yang sudah tidak berdaya tersebut ke dalam jurang.

"Tidaaakkk! Baba! Kau sungguh kejam, lihat suatu saat nanti aku akan menghabisi seluruh keturunanmu!"

Ucapnya marah, dan tiba-tiba petir pun menggelegar saat Nagini mengucapkan kata-kata tersebut.

"Cih...mimpi saja. Bagaimana, kau akan menghabisi seluruh keturunanku, sedangkan Mani ada di tanganku? Hahaha....

Ucap Baba sambil tertawa senang dan meninggalkan Nagini dengan perasaan hancur lebur karena ulah Baba yang telah menyakiti Zham, kekasihnya.

Sedangkan, Nagini yang hatinya sudah sangat hancur dan tersayat demikian parah. Ia menangisi keadaan yang telah terjadi. Setelah puas menangis ia kemudian teringat akan Zham yg di lempar ke jurang oleh Baba tadi. Buru-buru, ia berubah menjadi seekor ular cobra betina berwarna hitam pekat. Dan, kemudian ia pergi menyusuri jurang tadi. Ia menajamkan indera penciumannya untuk mencari tubuh Zham kekasihnya. Akhirnya, ia menemukan tubuh kekasihnya tersebut. Tetapi sudah dalam keadaan terluka parah. Lalu, ia merubah kembali bentuk tubuhnya menjadi manusia.

"Zham!"

Teriaknya nyaring memanggil Zham kekasihnya.

"Nagini, sayangku?"

Ucap Zham lirih.

"Zham?"

Ucap Nagini sambil menangis.

"Sayang? Mani milikmu telah berpindah tangan, aku tidak bisa lagi merasakan kekuatannya di dalam dirimu."

Ucap Zham lirih.

"Zham, demi kau aku rela mengorbankan segalanya. Termasuk, Mani milikku."

Ucapnya dengan air mata yang jatuh berderai.

"Tapi, tanpa Mani tersebut kau seperti ular biasa dan saatnya tiba kau akan tiada."

Ucap Zham sambil menyentuh pipi Nagini dengan lembut serta penuh kasih.

"Tidak apa-apa, Zham?"

Ucap Nagini lembut sambil mencium kening Zham, kekasihnya.

"Sebagai seorang Dewi, kau tidak boleh memiliki kekuatan. Bagaimana kau akan melindungi bangsa kita dari kejahatan bangsa siluman lain, sayang? Ini Mani milikku kuberikan kepadamu."

Ucap Zham.

"Tidak, Zham?"

Ucap Nagini menolak Mani pemberian Zham, kekasihnya.

"Kumohon, jangan menolaknya! Ini adalah pemberianku, sebagai tanda cintaku kepadamu, kekasihku."

Ucap Zham sambil memuntahkan Mani dalam bentuk dan warna yang sama persis. Tapi, yang satu ini memiiki kilauan cahaya berwarna putih. Perlahan, Mani tersebut cahayanya meredup saat berpindah tangan. Nagini menerimanya dengan berat hati.

"Sekarang, telanlah! Dan...dengarkan aku, tunggu aku...seribu...tahun...kemudian, aku akan...bereinkarnasi...kembali...untukmu, cintaku...

Ucap Zham sambil menatap mata Nagini yang telah penuh dengan linangan air mata. Lalu, perlahan tangannya lunglai jatuh ke bawah. Betapa, terkejutnya Nagini saat menyadari kekasihnya sudah tiada. Ia pun berteriak memanggil nama kekasihnya.

"Zham...."

Teriaknya lantang dan suaranya menggema di seluruh jurang tersebut.Seakan mengundang seluruh bangsanya datang. Nagini hancur. Nagini tidak berdaya. Nagini sendirian tanpa kekasihnya. Namun, api balas dendam semakin membara di relung hatinya. Ia bersumpah akan menghabisi seluruh keturunannya. Baba yang telah membunuh kekasihnya dengan sangat kejam. Yang telah membuatnya harus menunggu sendirian selama seribu tahun lamanya.

Baba tunggulah akhir hidupmu, ketika aku menemukanmu nanti aku akan memburumu beserta seluruh keluargamu. Dan, tidak ada satu pun yang tersisa. Semuanya akan tiada dengan bisa ku...

Janji balas dendam Nagini dalam hati.

❤❤❤❤❤NAGINI, DEWI ULAR❤❤❤❤❤

Bab 2. NAGINI, Dewi Ular!

Jauh, di dalam pedalaman hutan di pulau Jawa. Sangat jauh dari hingar bingar kehidupan manusia. Berdirilah sebuah kerajaan gaib, tak kasat mata. Kerajaan Ular, yg dipimpin oleh seorang Dewi Ular, Nagini. Eksotika sang Dewi sebagai pimpinan dari bangsa Siluman Ular tersohor sampai jauh ke pelosok negeri. Bahkan, tersohor juga di kalangan manusia, terutama pawang Ular. Bukan hanya nilai kecantikannya, tapi Mani benda pusaka milik sang Dewi Ular sebagai penguasa tertinggi.

Ada dua Mani, milik bangsa Ular. Yakni satu yg bercahaya Merah dan satu lagi yg bercahaya Putih. Mani, yg kuat yg bercahaya merah milik Dewi Ular. Dan, Mani yg bercahaya putih milik Zham, kekasih Nagini. Yang merupakan Pangeran bangsa Siluman Ular. Oleh karena kelicikan seorang manusia berhati jahat Baba. Mengakibatkan kematian Zham dan jatuhnya Mani merah ke tangan pawang ular tersebut. Membuat Nagini menjadi khawatir. Dan, hal tersebut sudah didengar oleh Ibundanya sendiri, Archa Sevadha. Ia mengatakan kepada Nagini agar segera mengambil kembali Mani Merah dari tangan Baba. Sekaligus, membalaskan dendam atas kematian Pangeran Ular.

"Nagini!"

Panggil ibunya.

"Ya, bunda?"

Ucap Nagini santun sambil berjalan mendekati ibunya.

"Kemarilah, bunda ingin berbicara denganmu."

Ucap ibunya dengan raut wajah yang menunjukkan keseriusan.

"Seluruh bangsa ular sudah tahu kalau kau sudah kehilangan Mani merah milikmu...dan, mereka juga sudah tahu tentang kematian Pangeran Ular, Zham."

Ucap ibunya. Mendengar kata-kata tersebut sejenak membuat Nagini terdiam. Kemudian, ia menjawab kata-kata ibunya.

"Lalu, apa yang harus ananda lakukan bunda?"

Ucapnya kemudian.

"Nak...rebut kembali Mani merah tersebut dari tangan Baba...jangan biarkan Mani tersebut jatuh ke tangan Baba."

Ucap ibunya.

"Bunda...aku tahu...dan aku sudah memikirkannya...aku akan mengambil kembali milikku...sekaligus...menghabisi seluruh keturunan Baba!"

Ucap Nagini sambil mengepalkan jari-jari tangannya penuh dengan api dendam yang membara.

"Lalu, bilakah kau akan pergi?"

Ucap ibunya.

"Segera, bunda...ananda mohon restu."

Ucap Nagini sambil menunduk memberikan hormat kepada Archa Sevadha, ibunya.

"Aku merestuimu, putriku...pergilah."

Ucap ibunya.

Maka, setelah ia mendapatkan restu dari ibunya. Nagini segera pergi ke dunia manusia mencari Baba dan keturunannya. Ia mengatupkan kedua tangannya di atas kepala membentuk seperti ular lalu kemudian ia menelungkupkan tubuh dan kepalanya ke tanah. Dan, dalam sekejap ia pun berubah menjadi seekor ular cobra berwarna hitam pekat. Lalu, ia pun segera pergi dari Istana kerajaannya sambil mendesis.

Sshhh...

Sang ibu yang melihat kepergian Nagini menatapnya dengan perasaan lirih. Ia tahu betapa sedih dan hancur perasaan Nagini saat ini. Ia kehilangan Zham dan harus menunggu seribu tahun lagi agar dapat bertemu dengannya. Meski pun, nanti dalam bentuk dan wujud yg berbeda. Tetapi, itulah perjuangan cinta yg harus ia jalani. Nagini, harus menjalani semuanya sendirian saat ini juga.

Saat ia turun ke dunia manusia. Dan, mencoba hidup sebagai manusia biasa. Ia selalu berpindah tempat setiap 30 tahun sekali untuk menghindari kecurigaan penduduk desa atas dirinya. Manusia biasa akan mengalami penuaan saat mencapai usia tua pada saat berumur 30 sampai 40 tahun ke atas. Manusia akan heran, jika melihat dirinya tidak mengalami penuaan usia sedikitpun. Oleh, sebab itu ia menghindar dan selalu berpindah dari satu tempat ke tempat yg lain.

Dengan begitu maka tidak ada satu pun manusia yg mencurigainya sebagai makhluk siluman. Karena, ia selalu bisa menyamar dengan baik. Lalu, sambil menyamar dan berpindah tempat ia pun juga tetap mencari Baba dan keturunannya. Tetapi tidak membuahkan hasil. Sepertinya Baba memang sengaja menghilang agar jejaknya tidak tercium oleh dirinya.

"Sudah sejauh ini aku mencari tetapi...tetap saja aku tidak menemukannya."

Ucap Nagini kesal.

"Sesungguhnya, kemana pawang tersebut pergi?"

Ucapnya lagi. Kemudian, ia kembali menyisir daerah rumah penduduk. Untuk menemukan Baba, tetapi kembai ia tidak dapat menemukannya. Nagini semakin kesal ketika ia tidak dapat menemukan jejak Baba sedikit pun. Lalu, ia merubah dirinya kembali menjadi manusia.

"Ck...sial...aku tidak dapat menemukannya...dasar pawang ular, sialan!"

Ucapnya lagi sambil menendang sebuah batu kecil disana.

Lelah, ia mencari Baba namun tidak menemukannya. Ia pun kembali beristirahat di atas pohon. Ia merayap menyusuri dahan pohon itu dan berdiam di atas sana. Tatapan matanya menerawang jauh melayang menatap langit malam yg kian larut. Ia teringat akan peristiwa itu. Begitu, lama waktu yg dibutuhkan untuk menunggu kembalinya kekasih yg ia cintai.

"Sudah lima ratus tahun berlalu...lalu kini tersisa lima ratus lagi waktu penantianku...Zham...aku rindu kepadamu...aku rindu belaian mesramu...aku rindu ciuman kasih sayangmu...cepatlah kembali, Zham."

Isaknya dengan air mata yang berlinang. Ia semakin tidak dapat memendam rasa kerinduannya terhadap Zham. Penantiannya selama seribu tahun benar-benar sangat panjang dan melelahkan. Rasa rindu tersebut semakin menusuk relung hatinya. Semakin menyiksa hati, jiwa serta perasaannya. Sudah tidak terhitung lagi berapa bulir air mata yang menetes di pelupuk matanya yang indah. Dan, sudah beberapa kali ia mengalami pergantian kulit selama rentang waktu tersebut. Rasanya waktu berputar demikian lambat.

Sehingga, membuatnya merasa kelelahan menunggu masa yang panjang tersebut berakhir. Setiap dentang masa yang berawal setiap harinya serasa menambah kerinduannya kepada kekasihnya. Juga diakhir masa pun membuat dirinya semakin tidak dapat menahan rasa rindu yang semakin berkecamuk di dalam dirinya. Tetapi, walau pun begitu ia tetap menunggu hari tersebut tiba.

Zham aku akan tetap menunggu bila masa tersebut tiba untuk kita berdua...dan aku akan tetap menunggu masa tersebut datang dan menyertai langkah kita berdua...aku tidak akan lelah...aku tidak akan lengah...dan rasa cintaku tidak akan berubah walau kita terpisah satu dengan lainnya...tetapi hatiku hanyalah milikmu seorang selamanya....

❤❤❤NAGINI, DEWI ULAR❤❤❤

Bab 3. Seribu Tahun Kemudian

Seribu tahun kemudian, tahun 2019...

Kehidupan di masa kini sudah semakin maju. Dimana, sudah banyak gedung tinggi bertingkat. Tidak seperti di zaman dahulu semua masih sangat tradisional dan tidak ada gedung bertingkat. Di masa sekarang, semuanya berubah. Dimana-mana, semua segala sesuatunya sangat canggih. Manusia sudah mulai banyak menggunakan transportasi mobil atau kendaraan umum.

Kalau, di zaman dahulu manusia masih naik pedati atau sepeda. Tetapi, sekarang sudah berbeda. Sudah banyak yang menggunakan sepeda motor bila mau pergi kemana pun. Pemandangan seperti ini memang sudah sangat akrab bagi Zham dan Ankara. Dua orang kakak beradik yang masih duduk di bangku kuliah. Mereka kuliah di satu Universitas yang sama.

Tetapi, berbeda jurusan. Zham mengambil jurusan Bahasa. Sedangkan, Ankara mengambil jurusan di bidang Ekonomi. Masing-masing kakak dan beradik ini memiliki kepribadian yg berbeda. Namun, mereka merupakan bintangnya para wanita di kampus tempat mereka menimba ilmu. Terlebih, Ankara dia lebih diidolakan para wanita karena sikap dinginnya kepada wanita tetapi tetap cool dan menarik lawan jenis.

Sedangkan, Zham meski pamornya tidak seperti Ankara tapi dia lebih ramah terhadap yg namanya wanita. Dan, ia sudah memiliki seorang kekasih yang bernama Lovita. Lalu, mereka sebentar lagi akan bertunangan. Tentu saja, kabar ini membuat patah hati semua fans wanita. Dan, saat ini mereka sedang duduk di kantin Universitas Angkasa tersebut.

"Sayang...sebentar lagi kita akan bertunangan...setelah itu kita resmi menikah....kemudian bulan madu."

Ucap Lovita kepada kekasihnya, Zham.

"Iya...sayang?"

Ucap Zham sambil membelai lembut rambut Lovita.

"Rencana kita mau bulan madu kemana, sayang?"

Tanya Lovita kepada Zham.

"Terserah...sayang mau bulan madu kemana."

Balas Zham.

"Mengapa, terserah?"

Tanya Lovita lagi.

"Iya, sayang mau kemana saja aku akan ikut."

Balas Zham sambil mencubit mesra pipi Lovita.

"Hm...sayangku?"

Ucap Lovita malu. Ketika mereka sedang bermesraan tiba-tiba saja seorang lelaki hadir disana dan terlibat dalam percakapan mereka.

"Wow, mesranya."

Ucap seseorang dari arah belakang mereka. Mereka menoleh, ternyata Ankara adik lelaki Zham.

"Oh, kau Ankara."

Ucap Lovita dengan senyum manis.

"Waw...yang sebentar lagi akan bertunangan?"

Ucap Ankara menggoda keduanya sambil menaruh tasnya di atas meja kantin tempat mereka duduk. Zham, yang terkejut melihat Ankara ada disana ia lalu bertanya kepada Ankara apa kuliahnya sudah selesai atau belum.

"Mengapa, kau ada disini...memangnya kuliah mu sudah selesai?"

Tanya Zham kepada Ankara.

"Sudah, kak."

Jawab Ankara.

"Benarkah?"

Tanya Zham lagi.

"Benar, kakak?"

Balas Ankara.

"Kau jangan bohong Ankara...nanti kakak beritahu ibu kalau kau berbohong kepadaku."

Ancam Zham.

"Iya, kakak...aku jujur...aku bolos...karena para wanita tersebut terus mengejarku...aku kesal, kak!"

Ucap Ankara akhirnya jujur.

"Lagi pula, bodoh dipelihara...mengapa tidak menerima cinta salah satu dari mereka...kalau kau menerima cinta salah satu dari mereka...mereka tidak akan mengganggumu lagi, Ankara!"

Ucap Zham kesal.

"Apa! Salah satu dari mereka? Aku tidak mau, kakak?"

Ucap Zham menolak.

"Ck...apa kau masih penasaran dengan wanita dalam mimpimu itu? Ingat, Ankara! Dia tidak nyata! Dia hanya ilusi saja!"

Ucap Zham bertubi-tubi.

"Ck...mengapa kakak berbicara begitu? Aku semakin kesal mendengarnya...lebih baik aku pergi saja...aku akan semakin kesal bila mendengar kakak berbicara hal itu saja."

Ucap Ankara sambil mengambil tasnya. Kemudian, pergi meninggalkan kantin tersebut. Zham yang melihat hal tersebut terlihat kecewa. Ia memanggi-manggil Ankara, namun tidak diindahkan oleh Ankara. Ankara segera berlalu dari tempat tersebut. Menuju area pelataran parkir untuk mengambil sepeda motornya dan segera berlalu.

Akan tetapi, saat ia akan menghidupkan sepeda motornya ia berpapasan dengan seorang wanita yang memiliki bau yang tidak asing bagi dirinya. Ia menoleh tetapi wanita tersebut tidak terlihat lagi. Pergi entah kemana. Ia kebingungan dan mencarinya tetapi tetap saja ia tidak menemukannya. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk tidak ingin tahu dan kemudian kembali ke tempatnya tadi mengambil sepeda motornya lalu segera pergi dari Universitas tersebut.

Ia merasa bosan mendengar kata-kata Zham, kakaknya yang menyuruhnya untuk menerima salah satu dari sekian banyak wanita yang mengejar dirinya. Bukan, Ankara tidak ingin karena ia memang tidak menginginkan salah satu dari sekian wanita-wanita tersebut. Ia hanya ingin sendiri dulu, dan tidak ingin dipusingkan dengan urusan wanita. Karena, baginya yang paling penting ialah kebebasan. Dan, lagi ia sedang menantikan satu sosok wanita yang dapat membuatnya jatuh cinta dan mampu menggetarkan hatinya.

Pengenalan Tokoh dan Karakter

Nama : Nagini (Dewi Ular)

Umur : 2000 tahun

Fisik : Cantik Menawan, Tinggi, Kulit Putih.

Kekuatan : Mampu berubah wujud menjadi siapa pun yg ia mau, Sangat kuat dalam bertarung tapi lemah dalam hal perasaan.

Pusaka : Mani Merah

Anugerah : Intisari Kehidupan

Kekuatan Bertarung : 100

Karakter : Pendendam, Setia terhadap pasangan.

Nama : Ankara

Umur : 22 tahun

Fisik : Tinggi, tampan rupawan, kulit sawo matang, para wanita menjulukinya pangeran es karena sikapnya yg acuh pada wanita.

Kekuatan : ?

Kekuatan Bertarung : 100

Anugerah : -

Karakter : Acuh, sedikit sombong, suka menyendiri.

Nama : Zham

Umur : 24 tahun

Fisik : Tinggi sedang, tampan, Kulit putih.

Kekuatan : Tidak ada

Kekuatan Bertarung : 80

Anugerah : -

Karakter : Ramah, suka senyum, perhatian.

Nama : Lovita

Umur : 23 tahun

Fisik : Cantik dan manja kepada kekasihnya

Kekuatan : Tidak ada

Kekuatan Bertarung : Tidak ada

Anugerah : -

Karakter : Sangat manja dan sedikit centil

❤❤❤NAGINI, DEWI ULAR❤❤❤

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!