NovelToon NovelToon

HUMAN 2075

Prolog

Ketika kata kiamat itu menjadi sebuah permintaan.

Ketika kata berakhir itu menjadi sebuah doa setiap lisan yang berucap saat ibadah.

Saat tak ada bahu yang kokoh untuk bersandar.

Ketika rasa percaya sudah pasti dihianati.

Ketika matahari masih terbit dari Timur tapi angin seakan tak mau berhembus, untuk menyejukkan.

Hujan yang turun hanya turun ke suatu tempat, tanpa meratakan rintikannya.

Ketika hidup menjadi sebuah hukuman dan kematian adalah anugrah.

Saat itu Malaikat turun dan memberikan kematian yang mereka idam-idamkan.

Mati dalam kehidupan, hidup dalam kematian.

2075 BUMI

50 tahun sudah semenjak Virus Danger menyerang Bumi, Virus yang awalnya dibuat untuk senjata perang itu akhirnya sudah memusnahkan setengah dari populasi manusia.

SYPUS perusahan obat-obatan dan juga teknologi. Satu-satunya perusahaan yang dapat bertahan di peliknya suasana wabah.

Dan kini perusahan itu menjadi perusahan yang sangat berkuasa di Bumi ini, mereka membangun kota-kota yang indah dengan benteng dinding yang tinggi hanya untuk orang-orang kaya.

Harga Vaksin yang semakin melambung tinggi membuat para rakyat yang miskin tak bisa membeli Vaksin. Alhasil hidup mereka tak akan lama, jika lama tubuh mereka akan menderita sepanjang sisa hidupnya karena Virus Danger yang mengerogoti tubuh mereka.

Penampakan daerah Malio dan Olio yang tampak berbeda. Kasta yang kembali ke jaman Romawi.

Seberapa keras kau ingin menyeberang, kau tak akan bisa karena arusnya amat sangat deras.

OLIO

Daerah yang mempunyai segalanya. Daerah ini memliliki beberapa linkaran pengaman yang melindungi daerah tersebut dari gangguan dari luar. Karena kemiskinan di daerah Malio yang menghasilkan penjahat-penjahat untuk mencuri Vaksin. Membuat sistem keamanan di daerah Olio menjadi sangat ketat dan susah ditembus.

Tempat yang hanya dihuni oleh 10% dari populasi Bumi saat ini. Semua energi didapat dari tenaga Surya dan Nuklir. Mulai dari pencahayaan sampai kendaraan yang bisa terbang mengandalkan tenaga surya di jaman ini.

MALIO

Daerah miskin ini masih memiliki bangunan dengan gaya tau 2020 dan masih bisa terlihat jelas jika manusia beraktifitas normal seperti biasanya. Semua orang di daerah ini menderita sakit yang disebabkan oleh Virus Danger.

Kebanyakan rakyat jelata yang tinggal di Malio hanya punya usia sepanjang 40 tahun saja. Karena setelah usia itu tubuh manusia sudah tak memproduksi anti bodi lagi.

Angka kelahiran yang semakin menurun dan angka kematian yang tinggi. Begitulah kondisi Bumi di Novel saya ini.

Tapi situasi damai itu berakhir saat korban yang meninggal karena Virus Danger kembali hidup dan menjadi Zombi.

Hampir semua manusia di daerah Malio mati dan dikejar oleh pasukan khusus dari SYPUS.

Zombi-zombi yang bahkan tak takut dengan matahari, Zombi-zombi yang lapar itu terus merajalela meski sudah diberantas habis.

Hingga SYPUS memutuskan untuk meneruskan wacana NASA untuk pindah ke MARS.

Pasukan demi pasukan dikerahkan ke sana, sampai kota bisa dibuat di planet merah itu.

Tapi apakah manusia akan bisa bertahan hidup di MARS.

Lalu apakah manusia yang tak bisa ke MARS bisa hidup normal di Bumi yang sudah hancur.

.

.

Perjalanan panjang yang dipikir hanya sebentar itu membawa Juju ke kondisi 1000 tahun setelah Bumi kacau.

Juju menjadi manusia terakhir yang tersisa di alam semesta ini, apakah dia dapat bertahan di suasana yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya.

2075 BUMI

2075 BUMI

Pingiran kota pemakaman masal

Malam ini angin dingin yang berhembus melalui ranting-ranting yang mengering.

Suara deru mobil-mobil pengangkut masih terdengar meski waktu telah memasuki malam hari.

Dump truk melaju cepat di jalanan aspal itu, hanya debu yang tertinggal di udara. Menyembur, berhamburan mengikis oksigen yang makin menipis.

Sebuah lubang galian besar, di songsong oleh buntut-buntut puluhan dump truk. Sopir segera menaikkan dongkrak mekaniknya dan bak truk pengangkut itu terdorong ke atas dengan sendirinya.

Bokong angkutan berat itu memutahkan buntelan-buntelan plastik putih yang cukup banyak. Padahal semua tau, jika isi dari buntelan plastik yang rapat itu adalah mayat manusia.

Mayat-mayat korban Danger virus, makin hari virus aneh itu makin meresahkan. Kebijakan pemerintah yang mengharuskan tentang vaksinnasi pun juga terasa hanya semakin menjadikan virus Danger itu makin hidup pesat didalam tubuh manusia.

Kuk kuk kukkuk kuk kuk kuk

Suara burung hantu masih bisa didengar malam itu. Angin masih berhembus sama seperti 50 tahun yang lalu, tapi dengan bau obat-obatan yang menyeruak.

Jika dulu kita harus kerumah sakit untuk mencium bau yang khas itu, saat ini kau hanya perlu keluar dari rumah dan menghembuskan napas. Bau disinfektan akan langsung masuk kedalam paru-parumu.

Kebingungan masih terjadi di kalangan masyarakat, kenapa tak hanya manusia yang diserang oleh virus Danger25. Semua mahluk di muka bumi ini juga tak baik-baik saja, semua yang hidup, hewan bahkan tumbuhan ikut mati secara perlahan-lahan.

Populasi manusia menurun derastis secara terus menerus selama 50 tahun terakhir. Membuat persatuan bangsa di dunia mencetusan sebuah wacana untuk pindah ke Mars

SYPUS adalah sebuah perusahaan yang tumbuh pesat setelah wabah terjadi. Perusahaan yang bergelut di bidang obat-obatan dan juga teknologi robotik itu sepertinya adalah harapan satu-satunya di Bumi yang mulai gersang ini.

Perusahaan itu juga mengurus tentang pemakaman masal para korban virus Danger25 yang semakin mendeludak dan tak terkendali.

.

.

.

.

Tak jauh dari tempat itu ada sebuah pos penjagaan, di dalam ruangan yang berukuran 6×6 meter itu dua orang lelaki sedang duduk berhadapan sambil bermain kartu. Dua pria berbeda usia itu tampak sangat akrab meski hanya secangkir kopi instan yang dapat mereka nikmati sembari ngobrol.

"Apa menurut anda, wabah ini akan selesai?" tanya pria pertama yang memakai kaus berwarna merah.

Pria itu terlihat masih sangat muda dan segar, bibirnya masih ke merahan karena pembuluh darahnya belum menua.

Wajahnya oval dengan garis wajah yang tegas. Tapi di usianya yang baru menginjak 23 tahun  dia masih tampak manis.

"Jika memang wabah ini bisa selesai, maka sudah selesai dari jaman dulu!" sahut pria kedua yang sama-sama mengenakan kaus merah.

Tubuh pria berusia 37 tahun ini lebih berisi dan kekar. Meski usianya terbilang tak muda lagi, kerutan sama sekali belum terlihat di wajah pria ke dua itu.

Kaus merah berlambang burung didalam lingkatan itu memang seragam resmi dari perusahaan SYPUS.

"Kenapa aku merasa perusahaan SYPUS itu mencurigakan ya?" ujar pria pertama yang lebih muda.

"Semua orang juga bicara begitu, tapi siapa yang bisa melawan SYPUS???

"Kalau ada yang mau melawan, belom sempat melawan udah mati duluan!" pria ke dua tampaknya lebih tau karena usianya yang sudah cukup dewasa.

"Memang benar Pak! SYPUS udah kayak pemilik Bumi saat ini!" pria pertama itu memang baru masuk kerja hari ini.

Pria muda itu bernama Juju. Dia awalnya malas bekerja untuk SYPUS, tapi tak ada perusahaan lain yang mau menerimanya berkerja. Bahkan lulusan akademi terbaik Kepolisian itu tak diterima di kesatuan Kepolisian. Itu cukup aneh-kan.

Tak aneh, karena sejak awal SYPUS sudah mengincar Juju untuk bekerja di perusahaan mereka. SYPUS hanya memperkerjakan orang-orang terbaik di bidangnya dan Juju yang sudah dipilih pun tak bisa berkutik untuk menolak.

Jika dia menolak maka, dia akan menjadi penganguran selamanya. Tapi apakah tidak aneh jika lulusan terbaik di akademi Kepolisian malah jadi penjaga makam. Ini yang aneh.

Tapi lagi-lagi siapa yang bisa memaksakan kehendak jika sudah direkrut oleh SYPUS, bahkan bernafas saja harus mengikuti aturan yang mereka buat.

"Apa kau sudah bisa cara mengoprasikan senjata ini?" tanya si pria paruh baya itu.

"Bisa Pak, tapi buat apa senjata api laras panjang begini di pemakaman!" omongan Juju benar sekali.

"Kau akan tau sebentar lagi! Kau kuat begadang-kan?" tanya pria paruh baya yang belum diketahui namanya oleh Juju itu.

"Saya sering begadang Pak, karena udah hampir enam bulan nganggur!" ujar Juju.

"Bagus kalau kau kuat. Ayo kita ke atas untuk jaga!" pria paruh baya itu mengajak Juju untuk naik ke tower yang cukup tinggi.

Dua tahun lebih Juju menghabiskan waktunya untuk belajar di Akademi Kepolisian khusus untuk menjadi penembak jitu. Tapi dia malah hanya menjadi penjaga kuburan, apakah di masa lalu untuk menjaga kuburan kau harus lulus sarjana.

Juju yang saat ini berusia 23 tahun itu sama sekali tak tau bagaimana rasanya hidup bebas tanpa virus dan wabah. Sejak lahir dia harus bersahabat dengan mahluk tak kasat mata tapi mematikan itu.

Ini adalah jaman di mana masker udara lebih penting dari pada cangcut, baju plastik lebih mahal dari pada setelan jas. Bahan makanan hanya bisa ditemukan di dalam kaleng, dan tak ada daun warna hijau yang dapat kau lihat di Negara yang awalnya subur ini.

Siapa yang menyangka jika bumi berubah secepat ini. Ulah manusia--kah, atau memang sudah menjadi kehendak Sang Maha Kuasa. Siapa yang peduli lagi tentang siapa yang bersalah, karena mencoba bertahan untuk hidup saja sudah sangat susah.

Jika kaian hidup di jaman ini, kalian akan merasakan bagaimana di suntik setiap bulan. Tak ada waktu untuk takut jarum suntik, karena saat kau keluar dari rahim ibumu sampai kau mati. Kau akan berhadapan dengan vaksinasi rutin.

Jika kau melewatkannya kau akan mati dengan cepat, dan harga untuk sekali vaksin itu bukannya murah. Maka dari itu di bumi ini terbelah bukan karena bencana, tapi karena wabah.Terbelah menjadi tempat tinggal para orang kaya dan para orang miskin.

Ada dinding besar dan tinggi yang menjulang memisahkan kasta itu. Kata-kata itu bukan lagi kiasan seperti di tahun 2020, dinding menjulang itu benar-benar ada dan sangat nyata.

Pemerintah sengaja membangunnya untuk memisahkan orang-orang, agar virus Danger bisa di tangani.

Intinya jika kau tinggal di lingkungan kumuh kau hanya bisa berharap pada kekuatan tubuhmu sendiri. Karena kau tak akan punya cukup uang untuk membeli vaksin, kau bahkan akan kesulitan hanya untuk makan.

Tapi jika kau tinggal di daerah yang di sebut dengan Olio kau pasti orang kaya. Apa pun bisa kau dapatkan di sini, dan Juju saat ini ada di perbatasan antara Olio dan Malio.

__________BERSAMBUNG_________

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN LIKE ❤❤❤

Penjaga Makam

Juju berjalan pelan mengikuti langkah pria paruh baya yang dia perkirakan, menjabat sebagai atasannya itu. Juju merasa sangat aneh karena mereka berdua membawa senjata api khusus yang amat cangih buatan SYPUS, ke atas menara yang tingginya  sekitar 15 meter yang berada di sebelah bagunan  pos penjagaan.

"Kau sudah pernah menembak dengan senjata jenis ini?" tanya atasannya.

"Sudah, di pelatihan, Pak!" kata Juju tampa curiga.

Mungkin senjata ini hanya sebuah pelengkap saja, pelengkap untuk pekerjaannya. Meski pekerjaannya sama sekali tak punya resiko menurut juju.

Sesampainya di atas menara atasan Juju segera membuka koper wadah senjata api cangih itu. Juju pikir senjata itu hanya pelengkap, tapi apa iya harus dirakit juga.

"Cepat rakit senjatamu, sebelum terlambat!" suruh atasannya.

Meski bingung dan tak mengerti Juju menurut saja dengan apa yang diperintahkan oleh atasannya. Juju segera berjongkok di depan koper besar itu dan segera membukanya. Dengan sangat cepat pria muda itu sudah berhasil merakit senjata api itu, bahkan atasannya yang mulai duluan belum selesai.

"Cepat sekali, tak salah aku sudah memilihmu!" kata atasan Juju itu.

Dengan tanpa sopan santun yang memang sudah tak diajarkan lagi di sekolahan jaman ini. Juju mengarahkan moncong senjatanya ke arah atasannya.

"Jangan bilang kita harus menembaki supir dump truk itu!" kata Juju dengan penuh emosi.

Perkataan nyolot Juju malah disambut dengan senyuman bersahabat oleh pria kekar dengan kulit coklat terang itu.

"Tentu tidak...Tugas kita bukan membunuh, tapi mencegah pembunuhan!" kata atasan Juju dengan nada yang jenaka.

"Yang harus kita tembak adalah mahluk-mahluk yang keluar dari dalam tanah!" ujar atasan Juju yang sudah mengarahkan moncong senjata apinya ke arah pemakaman yang luasnya 50 kali luas lapangan sepak bola itu.

Tower di pemakaman masal itu berjumlah enam buah, dan di setiap tower ada dua penembak jitu yang berjaga.

Atasan Juju sudah mulai membidikkan pelurunya padahal para sopir dump truk baru saja pergi dari sana.

Suara tembakan semakin nyaring di telinga Juju dan dia pun segera melihat melalui teropong yang terpasang di senjata apinya. Apa yang sebenarnya mereka tembaki.

Juju melihat sesuatu bergerak di tanah melalui teropongnya, tapi dia tau itu adalah manusia. Dengan kulit pucat dan tubuh yang aneh. Mahluk yang baru saja muncul dari dalam tanah itu tampak seperti hantu di mata Juju.

Karena terpicu rasa takut lelaki muda itu langsung mengarahkan tembakannya ke arah kepala mayat hidup itu, dan mayat itu pun langsung tergeletak tak berdaya. Karena kepalanya pecah.

"Bagus Juju, tembak sebanyak yang kamu bisa!

"Jika mahluk-mahluk ini sampai keluar dari area pemakaman, mereka akan menyerang manusia yang masih hidup!" suruh atasannya.

Juju terdiam sejenak karena ini adalah pertama kalinya dia melihat mayat hidup yang begitu mengerikan.

Tanpa banyak bertanya lagi Juju segera memfokuskan lagi matanya ke lensa pembesar di senjatanya yang mengarah pada area pemakaman. Dia terus membidik mahluk-mahluk yang baru keluar dari dalam kubur itu.

Hingga matahari mulai naik dan keringat sudah mengucur deras membasahi tubuh Juju.

"Hebat kamu Nak!" puji atasan Juju.

"Ayo kita turun dan kumpulkan para zombi itu!" ajak atasan Juju.

Atasannya ternyata cukup ramah. Sangat berbeda dengan senior-seniornya di Akademi Kepolisian yang sok berkuasa dan suka memeperbudak adik kelas mereka.

Juju dan atasannya pun turun, dan di bawah sudah ada dua penembak jitu yang menunggu mereka. Mereka berbadan kekar dan juga tinggi, sangat macho sekali. Juju yang tubuhnya berotot sih tapi kecil, jadi dia agak minder.

"Sebaiknya Tuan di sini saja, biar kami yang membereskan sisanya!" kata salah satu dari mereka.

"Saya juga penasaran, kenapa mayat-mayat itu bisa bangun kembali?

"Jadi saya ingin melihat dengan mata kepala saya sendiri!" ujar atasan Juju.

"Tapi akan sangat berbahaya Tuan, sebaiknya anda di sini saja!" kata pria yang lain.

"Saya akan kesana, jangan melarangku!" pria paruh baya itu sedikit membentak ke arah pria-pria kekar itu.

Langkah mereka berempat perlahan-lahan sampai di tengah pemakaman. Di sana sudah ada beberapa pria yang mengunakan sarung tangan. Mereka dengan tanpa jijik mengumpulkan para mayat-mayat itu menjadi gunung.

"Kamu anak baru jangan diam saja, bantu mereka!" perintah salah satu pria kekar yang tadi bersama Juju. Tak lupa pria yang memerintah Juju memberikan sarung tangan lateks pada Juju.

Setelah memakai sarung tangan lateks tebal itu Juju segera berjalan ke arah mayat-mayat itu. Dilihat dari penampakan tubuh mereka mereka telah dikubur di tanah lebih dari tiga hari. 

Mayat-mayat yang keluar rata-rata kulitnya sudah membusuk dan bahkan ada yang matanya sudah lepas. Belatung dan kawan-kawan juga sudah keluar dari setiap luka busuk di tubuh para mayat itu.

Ini adalah pertama kalinya Juju melihat pemandangan mengerikan seperti ini, tapi dia tak mutah meski perutnya mual.

Saat semua mayat  hampir terkumpul Juju malah melihat sebuah pergerakan di tanah yang baru saja dia pijak. Sebuah tangan yang masih bergerak muncul dari dalam tanah itu.

"Di sini ada yang keluar lagi!" Juju pun berteriak kencang, karena mayat itu mencoba terus merangkak keluar dari dalam tanah yang gersang itu.

Juju terdiam sejenak karena tubuhnya seolah membeku, karena mayat yang saat ini merangkak ke arahnya itu adalah sosok yang amat dia kenal. Zombi itu adalah mayat ibunya yang dinyatakan meninggal seminggu yang lalu.

Tubuh tegap Juju akhirnya melemas dan roboh di atas tanah pemakaman itu.

"Ibu!" panggil Juju.

Tapi mayat hidup itu seakan tak mau mendengar apa yang Juju ucapkan. Mayat hidup ibu Juju itu hanya mendesis dan berusaha keras untuk menyerang Juju.

"Ibu!" Juju kembali memanggil ibunya dengan suara yang amat keras.

Zombi itu mulai mencakar kulit lengan Juju, dan pria muda itu sama sekali tak menghindari serangan dari Zombi ibunya itu.

Wajah ibunya yang membusuk masih bisa dikenali oleh Juju. Anak mana yang tak sedih melihat ibunya yang telah mati, menjadi mahluk mengerikan seperti itu

Jarak ibu dan anak yang sudah berbeda alam itu hanya terpisah alam saja. Kedua mahluk beda alam itu memiliki dua pemikiran berbeda.

Sang anak yang ingin memeluk tubuh ibunya meski sudah membusuk, dan sang ibu yang ingin melahap daging segar di depannya.

Duarrrrrrrr

Duarrrrrrrr

Duarrrrrrrr

Mayat hidup Ibu Juju segera tergeletak mati lagi, karena puluhan tembakan yang menyerang tubuh busuk itu.

"Ibu, kenapa? Kenapa kau?!" ucap Juju.

Lelaki muda itu merangkak ke arah tubuh ibunya yang sudah hancur.

"Ibuuuuuuu, jangan tinggalkan aku. Aku mohon bangunlah lagi!" Juju pun akhirnya terisak keras.

Rasa sakit di hatinya memgalahkan rasa hormatnya pada pekerjaannya pada saat itu.

Ribuan duri seakan menancap bertubi-tubi ke arah dadanya. Juju sangat terguncang dengan apa yang baru saja dia lihat.

.

.

"Kenapa kau menangisi orang yang sudah mati? Kau ini lelaki dan salah satu angota keamanan perusahan SYPUS.

"Kau tak boleh lemah begitu!" nasehat pria berbadan kekar yang mencegah atasnnya untuk pergi ke tengah pemakanan tadi.

"Dia ibuku! Apa jika mayat Ibu anda yang keluar dari tanah, anda akan diam saja?" tanya Juju dengan nada keras.

"Sayangnya aku tak ingat wajah ibuku, jadi meskipun ibuku yang keluar dari tanah aku juga tak faham!" ujar pria itu.

"Cepat mandilah, dan kau bisa pulang!" kata pria yang usianya tal begitu jauh dari Juju itu.

__________BERSAMBUNG_________

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN LIKE ❤❤❤

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!