Matahari masih belum terbit, Yosep dan ibunya sudah bangun untuk memanen padi di sawah. Mereka berdua sudah bersiap ke sawah. Dinginnya udara pagi yang menusuk tak mengendurkan semangat Yosep untuk pergi ke sawah.
"Mi, kalau masih sakit biar aku saja yang pergi ke sawah. Mimi istirahat saja di rumah, nanti aku belikan obat di warung ya mi!" pinta Yosep dengan raut wajah yang sedih.
(note author : kebiasaan orang di Indramayu memanggil kedua orang tua mereka untuk ayah adalah mama, sedangkan ibu adalah mimi).
"Sudah yos, tidak apa-apa mimi masih kuat kok!" bantah ibu Yosep dengan tersenyum, Ibu Yosep tak mau membuat khawatir anak kesayangannya itu.
"Kalau mimi masih merasa sakit, nanti ngomong ya sama Yos. Biar nanti Yos antar pulang ibu ke rumah."
"Ya yos, tenang saja ibu kuat kok. Yos jangan khawatir." ibu Yosep menarik hidung anak kesayangannya itu.
Mereka berdua bergegas pergi ke sawah membawa sabit untuk memanen padi. Mereka memanen padi hanya berdua saja karena sawah ibunya Yosep hanya ukuran 150 meter persegi.
Waktu sudah menunjukan jam 11.30 matahari mulai naik, pemuda dengan tubuh tegap, kulit sawo matang, hidung mancung, mukanya seperti orang arab. Ya itu adalah Yosep sedang mengangkat padi di sawah untuk dikumpulkan.
"Mi, aku mencangkul dulu tempat untuk menaruh padinya ya. Biar enak menaruh tumpukan padinya, tidak roboh nantinya."
"Ya, anaku. Mimi istirahat dulu."
Yosep meninggalkan ibunya yang duduk di bawah pohon beringin besar, wajahnya sedikit pucat. Yosep mencangkul tanah, merapikan akar potongan padi yang masih menjulang, tapi lagi enak-enaknya mencangkul.
"Pletak!" Suara cangkul menghantam batu kecil yang cukup keras. Cangkul milik Yosep patah gagangnya, sedangkan mata cangkul terpotong jadi dua. Yosep memperhatikan cangkulnya lalu meraba tanah, dan menemukan sebuah batu seukuran kelereng berwarna pelangi.
"Batu yang cukup indah, aku bawa pulang saja. Toh, batu ini juga aku yang menemukan. Tapi cangkulnya jadi rusak, aduh sialan gara-gara batu ini. Awas saja kalau batu ini bisa ku jual, akan aku jual ke pasar jatibarang buat menebus ijazahku yang di tahan sekolah." Yosep meracau gak jelas membangunkan ibunya yang sedang tertidur karena kelelahan di bawah pohon beringin.
"Ada apa yos. kamu baik-baik saja kan?" Tanya ibunya Yosep. "Ndak apa-apa mi. Cuma cangkulnya rusak, ini tadi menghantam batu, nanti aku betulkan."
"Ya sudah istirahat dulu, udah mau dzuhur."
"Ya mi."
Yosep bergegas membersihkan diri lalu istirahat di bawah pohon beringin. Setelah satu jam istirahat mereka berdua melanjutkan menggiling padi dengan kayu (kalau di Indramayu namanya digebot). Akhirnya jam 5 mereka berdua selesai, kini Yosep mengangkut padinya menggunakan sepeda. Padi yang didapat totalnya 16 karung padi, dengan total timbangan 800 kilogram atau 8 kwintal.
Suasana agak gelap, semua karung padi sudah dihantarkan masuk rumah oleh Yosep.
"Bu dawi! hari ini ibu sudah panen kan." Tanya juragan Darwin dengan berteriak. juragan Darwin adalah juragan pemilik sawah yang disewa oleh Dawi, ibunya Yosep.
"Ya juragan, sudah. Silahkan jika ingin mengambil sewanya." Jawab Dawi dengan wajah sedikit ketakutan. Juragan Darwin tak segan-segan memukul orang jika kondisi hatinya sedang buruk.
"Aku minta dua kali sewa untuk tahun depannya juga semuanya 7 kwintal."
"Tapi juragan ...," ujar Dawi terpotong
"Sudah, tak ada tapi-tapian," bentak Darwin sambil menampar Dawi. Yosep yang melihat geram dan marah, tangannya sudah mengepal dan siap menghantamkan pukulan pada juragan Darwin. Dawi memegang tangan yosep dan menggelengkan kepala memberi isyarat agar jangan melakukannya.
"Hei kau! Jangan diam saja cepat ambil 14 karung padi, jangan diam saja," bentak Darwin memanggil centengnya untuk mengangkut karung padi milik Dawi.
Yosep kesal dan marah, karena baru saja sawahnya panen sudah di ambil semua oleh juragan Darwin. Padahal Yosep berencana untuk menjual beberapa karung untuk menebus ijazahnya yang masih tertahan di SMK N 1 Lelea.
"Jadi orang miskin sangat menyusahkan selalu ditindas dan dihina. Aku berjanji padamu, mi. Suatu saat hidup kita berubah," batin Yosep.
Juragan Darwin pergi bersama 5 centengnya dan membawa 14 karung milik Dawi. "Ayo Yos, masuk! Kita makan," pinta Dawi dengan lembut, tak terasa air matanya mengalir dan wajahnya semakin pucat.
"Mi, ada apa." Yosep memegang dahi Dawi. "Mimi panas lagi ya, ayo istirahat mi di kamar! Nanti makan dahulu, aku buatkan bubur lalu minum obat ya mi." Yosep memapah Dawi ke kamar tidurnya. Rumah Yosep hanya menggunakan pagar bambu dan beratapkan jerami. Hanya ada dua kamar, yaitu kamar Yosep dan Dawi. Kalau mau mandi mereka mandi di sungai dekat sawah.
Yosep mengambil bubur yang sudah di masaknya dan menyuapkannya pada ibunya dengan lembut, penuh kasih sayang, tak terasa air mata jatuh membasahi pipi Yosep. "Kenapa Yos? kamu kok nangis?" tanya Dawi dengan raut muka khawatir
"Ndak apa-apa mi," Yosep menundukan kepalanya.
"Mimi mengerti, maafkan mimi Yos. Mimi tidak bisa memberikan yang terbaik untukmu, hidup kita susah dan menderita seperti ini. Ijazahmu juga belum di tebus, memang berapa uang yang kamu butuhkan," ujar Dawi sambil menyeka air mata Yosep.
"400.000, mi!"
"Ya sudah, besok kamu jual saja karung padi yang tersisa semuanya ke bos Muhaimin."
"Ya mi. besok aku jual, mimi tidur saja dahulu!" Yosep meminumkan obat ke Dawi lalu menyelimutinya, dan keluar dari kamar Dawi lalu beranjak masuk ke kamar tidurnya sendiri.
Yosep merebahkan tubuhnya di kasur tipis, terbuat dari plastik tebal berisikan kapuk. "Aku sampai lupa benda apa yang aku temukan tadi." Yosep merogoh kantong celananya. "Nanti setelah aku mengambil ijazah di sekolah, aku pergi ke pasar Jatibarang untuk membuat tabungan dan kartu atm. Takut nanti aku sudah kerja ... aku bisa menyimpan uangku di tabungan nanti. Sekalian aku mengecek batu ini di toko perhiasan bernilai, tidak?"
Malam semakin gelap, angin kencang menerpa gubuk Dawi. Yosep yang sedang melihat-lihat batu pelangi itu dan menempatkannya tepat di depan mulutnya, tiba-tiba petir menyambar dan terdengar suaranya sangat keras.
Jdaaar!
"Glek, uhuk,uhuk, uhuk." Yosep terkaget, bola pelangi itu masuk dalam mulutnya dan tertelan. Sehingga membuat Yosep tersedak. "Ah, sial harta berhargaku malah tertelan. Sial! Sial! Sial!" Yosep mengacak-acak rambutnya.
"Tunggu saja besok pas berak, siapa tahu keluar dari perutku ini, benar-benar sial hari ini, hmmm!" Yosep meminum air lalu rebahan lagi dan memejamkan mata, tiba-tiba terdengar suara di kepalanya.
[Telolet]
[Selamat datang di system kekayaan : berkedip]
[System akan memulai penyatuan pada tubuh majikan, di mulai 3... 2... 1...]
[0%]
[20%]
[40%]
[60%]
[80%]
[100%]
[Telolet]
[Penyatuan berhasil. Level majikan : pemula (0/1.000.000).]
[Level konversi pemula setiap kali berkedip di hargai 10 rupiah]
[Cara menaikan level dengan menghabiskan uang. Semakin tinggi level semakin tinggi nilai konversi]
[Selamat berjuang menghabiskan uang].
[Telolet]
[Selamat datang di system kekayaan : berkedip]
[System akan memulai penyatuan pada tubuh majikan, di mulai 3...2...1...]
[0%]
[20%]
[40%]
[60%]
[80%]
[100%]
[Telolet]
[Penyatuan berhasil. Level majikan : pemula (0/1.000.000).]
[Level konversi pemula setiap kali berkedip di hargai 10 rupiah]
[Cara menaikan level dengan menghabiskan uang. Semakin tinggi level semakin tinggi nilai konversi]
[Selamat berjuang menghabiskan uang].
"Sistem?! Apaan tuh?!" Yosep membulatkan mata dan bangun dari posisi tidurnya.
[Sistem adalah suatu program yang membantu majikan memiliki modul kekayaan dengan cara berkedip untuk mendapatkan uang]
"Lalu apa yang saya harus lakukan?"
[Majikan hanya perlu berkedip. System akan memberikan anda sebuah misi juga, baik misi yang langsung sistem berikan atau misi tersembunyi dari sistem]
"Apakah kamu punya nama?"
[sistem tidak punya. Jika majikan mau memberikan nama pada sistem. Sistem senang sekali]
"Aku beri nama Barjo saja, bagaimana?"
[Baiklah sistem menerimanya. Namanya sangat keren sekali, sistem suka]
"Baiklah Jo, terima kasih. Apakah aku perlu membuat atm agar uang yang dihasilkan dari berkedip bisa kamu transfer?"
[Tidak perlu, Barjo sudah memberikan kartu atm untuk majikan. Kartunya berada di dalam saku majikan]
Yosep merogoh sakunya, ternyata ada kartu atm dari bank abc. Tadinya Yosep setelah menebus ijazah, mau ke bank abc untuk membuat tabungan dan kartu atm di sana, besok.
"Oh ... ya ada. Terima kasih jo!"
[Sama-sama majikan. Pemberitahuan ada misi]
[Misi : menyembuhkan sakit ibu majikan.
Hadiah : skill dokter lv 1, uang 10.000.000 dan maputi aksa.
Batas waktu : 1 hari
Clu : buatlah obat penurun panas demam dan tipes dengan obat herbal. Ibu Majikan menderita penyakit demam dan tipes]
"Ah, sial kamu jo. Malam-malam begini malah ada misi, cari dimana obat herbal panas dan demam malam-malam begini. Mana malam jumat kliwon dan bulan purnama lagi nanti banyak hantu berkeliaran."
[Majikan ayam sayur]
[Majikan ayam sayur]
[Majikan ayam sayur]
"Sialan kau jo! Awas saja kau jo aku pites kau jo, berani mengejekku, hmm."
Yosep segera beranjak dari tempat tidurnya, pergi ke kebun di belakang gubuknya. Yosep punya kebun berisikan tanaman herbal, tapi mereka bingung mengelolanya karena tidak punya pengetahuan membuat obat herbal.
"Jo, tanaman herbal untuk demam dan tipes apa?" tanya Yosep yang sedang melihat-lihat tanaman herbal di kebun belakangnya.
[Telolet]
[Biaya pertanyaan 100.000/jawaban]
"Kamu jo benar-benar memerasku. Sudah tahu aku ini miskin, kamu malah memerasku tega kau jo, sial," umpat Yosep dengan raut wajah kesal.
[Majikan bisa berhutang dahulu pada Barjo]
"Baiklah, hutang saja lah!" Yosep melambaikan tangan.
[Memproses jawaban, memotong deposit majikan sebesar Rp.100.000. Pengembalian uang dengan bunga 1000%. Jadi majikan harus mengembalikan uang total Rp. 1.000.000]
Yosep rasanya mau pingsan mendengar suara Barjo, bagaimana tidak hutang 100.000 bayarnya 1 juta. Gila benar-benar sistem gila dan sangat lintah darat.
[Jawaban : ambil jahe, daun sereh dan temulawak serta daun kapuk. Geprek jahe 10 gram dan sereh 10 gram lalu rebus dengan air 2 liter menjadi 1 liter, lalu minumkan pada ibu majikan. Temulawak 20 gram di parut dan beri air hangat 1 gelas, lalu parutan temulawak diperas, saring dan minumkan. Ambil 7 daun lembar daun kapuk diremas lalu masukan dalam air satu gelas, dan saring lalu minumkan.]
"Untuk cara minumnya bagaimana jo? apakah langsung diminum semua?"
[Jawaban membutuhkan 100.000 lagi]
"Aaaaargh, pengen aku tampol lu jo. Masa aku harus berhutang dua juta sama lu jo. Kampret kau jo!" Yosep sangat kesal sampai-sampai mengacak-acak rambutnya. "Baiklah, aku menyerah. Sistem kekayaan apaan yang ada system bangkrut ya."
[Pertama minum perasan air daun kapas biarkan 45 menit. Selanjutnya air rebusan jahe dan sereh. Esok pagi sebelum makan minumlah air rebusan temu ireng sebelum makan]
Yosep dengan wajah cemberut cepat mengambil tanaman herbal di kebun miliknya, sesuai dengan petunjuk Barjo si sistem lintah darat. Lalu memasaknya juga sesuai arahan Barjo Sistem. Suasana malam jumat kliwon yang mencekam tergantikan suara katak dan jangkrik yang begitu ramai.
Setelah selesai memasak tanamah herbal menjadi ramuan herbal. Yosep bergegas masuk ke kamar ibunya, Dawi yang sedang beristirahat. "Mi, bangunlah. Aku membuat ramuan herbal ini khusus buat mimi, agar mimi cepat sembuh."
Yosep membantu Dawi duduk dari tempat tidurnya yang beralaskan tikar pelepah daun kelapa. Yosep mengecek dahulu kondisi perut Ibunya, apakah panas atau tidak. Ternyata sangat panas, lalu Yosep membantu Ibunya untuk meminum air perasan daun kapas.
"Mimi istirahatlah dahulu. 45 menit lagi nanti aku masuk lagi, untuk meminumkan mimi air rebusan air jahe dan sereh."
"Hm." Dawi menganggukan kepala lalu rebahan lagi, Yosep menyelimutinya dengan selimut bekas karung goni (karung kain bekas tepung terigu).
Yosep keluar dari gubuknya dan duduk di kursi rotan depan halaman dengan raut wajah penuh harapan.
"Semoga saja mimi cepat sembuh, biar aku bisa ke sekolah menebus ijazahku yang ditahan karena menunggak pembayaran," batin Yosep.
Suasana pedesaan yang begitu asri di desa Mundakjaya tempat tinggal Yosep dan Dawi saat ini. Malam di penuhi bintang, udara malam yang begitu sejuk dan suara jangkrik membuat susana menjadi damai.
Setelah 45 menit Yosep masuk kembali ke kamar ibunya. Tidak lupa mengecek kondiai perut ibunya, "Syukurlah mi sudah adem perutnya. Mi! Mari minum air rebusan jahe dan sereh dahulu, supaya demam mimi cepat turun."
Yosep meminumkan air rebusan jahe dan sereh pada Dawi. Setelah 10 menit badan Dawi langsung berkeringat dan panas demamnya turun. "Syukurlah badan mimi udah mendingan. Kamu belajar dari mana membuat ramuan seperti itu?"
"Dari buku mi, di perpustakaan sekolah." Yosep menyilangkan telunjuk dan jempol kakinya. Yosep punya kebiasaan seperti itu jika ia sedang berbohong dan hanya Yosep yang tahu kebiasaan itu. Yosep juga bingung jika harus menjelaskan pada Dawi, bahwa pengetahuan membuat ramuan itu dari Barjo sang system. Nanti malah Yosep dikira tidak waras.
Esok paginya...
[Telolet]
[Level : pemula (0/1.000.000)]
[Majikan mendapatkan uang dari berkedip
selama setengah hari Rp. 144.000. Uang sudah ditransfer ke nomor rekening majikan]
[Misi : menyembuhkan ibu Majikan
Hadiah : Skill dokter lv 1 dan uang Rp.10.000.000]
[Saldo : Rp 8.000.000]]
[Selamat berjuang menghabiskan uang majikan]
Yosep seperti biasa pukul 03.50 WIB sudah bangun, melakukan aktivitas pagi berolahraga.
"Ternyata saldo uangku minus di rekening, gara-gara Barjo sialan itu, hmm." Yosep mendengus kesal setelah menerima pemberitahuan System.
Yosep mengecek kondisi ibunya pagi-pagi, dan membantu meminumkan ramuan air perasan temu ireng pada ibunya. setelah pukul 07.00 WIB kondisi Dawi sudah pulih benar, bisa dikatakan sehat walafiat.
[Telolet]
[Selamat majikan telah menyelesaikan misi. Hadiah sudah ditransfer ke nomor rekening majikan. Menghitung pemasangan skill dokter level 1 dan maputi aksa]
[Proses pemasangan skill dokter level 1 selama 1 jam]
[Menghitung mundur mulai 3...2...1...]
Kepala Yosep seperti dimasuki pengetahuan dokter dan bayangan-bayangan pengalaman para dokter. Untung saja proses pemasangannya tidak sakit, seperti dalam novel-novel system yang lain.
[0%]
[20%]
[40%]
[60%]
[80%]
[100%]
[Telolet]
[Selamat majikan telah menyelesaikan misi. Hadiah sudah ditransfer ke nomor rekening majikan. Menghitung pemasangan skill dokter level 1 dan mata byakugan]
[Proses pemasangan skill dokter level 1 dan mata byakugan selama 1 jam]
[Menghitung mundur mulai 3...2...1...]
Kepala Yosep seperti dimasuki pengetahuan dokter dan bayangan-bayangan pengalaman para dokter. Untung saja proses pemasangannya tidak sakit, seperti dalam novel-novel system yang lain.
[Teleloet]
[Proses pemasangan berhasil. Memulai penyatuan mata byakugan]
[0%]
[20%]
[40%]
[60%]
[80%]
[100%]
[Telolet]
[Maputi aksa adalah mata yang bisa menembus apapun, bahkan bisa melihat seluruh molekul dalam alam semesta]
"Wow mata yang sungguh hebat." Yosep melihat pupil matanya di cermin. "Tapi bagaimana nanti aku membuat alasan sama mimi ya?"
[Telolet]
[Majikan bisa menonaktifkan maputi aksa dan mengaktifkannya, cukup dengan mengatakan aktif atau tidak aktif.]
"Terima kasih jo, tumben kamu baik." Yosep terus masih berkaca di cermin, seolah tak percaya dengan apa yang terjadi dengan dirinya sekarang.
[Total pembayaran 100.000 per jawaban]
"Sial kamu jo. Aku kira tak ada bayarannya, hmm." Yosep mendengus kesal dengan Barjo System rentenir yang bikin bangkrut.
[Telolet]
[Misi : tebus ijazah
Hadiah : Motor yamaha R15 dan uang 50.000.000
Waktu : 4 jam
Hukuman : saldo dipotong 100.000.000]
[Terima/tidak]
"Terima jo."
Yosep segera izin ke Dawi untuk pergi ke sekolah untuk menebus ijazah dengan menaiki sepeda, dan mengatakan bahwa Yosep tidak jadi menjual sisa padi yang 2 karung ke haji Muhaemin. "Mi, Yos pergi dahulu!." Yosep mencium tangan Dawi untuk pamit lalu bergegas pergi mengendarai sepeda ontelnya.
Setelah satu jam berkendara sepeda, Yosep sampai di pintu gerbang sekolah. Semua mata memandang dengan tatapan yang merendahkan. Yosep memarkirkan sepeda ontelnya di depan pintu gerbang. "Hei miskin jelek! ngapain kamu kesini? Ini bukan tempat untuk orang miskin kaya kamu," cibir Kartono.
Yosep terus berjalan dengan wajah datar tidak menanggapi cibiran Kartono. Kartono menendang Sepeda ontel Yosep hingga jatuh ke tanah. "Sepeda seperti ini tak pantas berada di sekolah mewah seperti ini."
Ada rasa marah terpampang dari wajah Yosep, namun tetap bersabar menghadapi rundungan Kartono. Kartono dulunya satu kelas dengan Yosep di kejuruan teknik mesin, setelah Kartono lulus langsung di angkat menjadi direktur kejuruan teknik mesin. Karena Ayahnya adalah ketua komite sekolah dan kepala sekolah di SMKN 1 Lelea, keluarga Kartono sangat kaya dan merupakan keluarga nomor tiga terkaya di Indramayu.
Kartono dan teman-temannya sering sekali membuli Yosep. Meskipun Yosep sangat jenius dan jago bela diri, dia tidak pernah membalas bulian Kartono. Yosep berpikir kalau dibalas, takutnya beasiswanya akan dicopot oleh ayah Kartono. Jadi selama 3 tahun Yosep mendiamkannya, sekarang sifat Kartono masih sama setelah 1 tahun tidak bertemu.
Yosep dengan menghela nafas panjang kembali lagi masuk ke sekolah menuju bagian kantor administrasi untuk menebus ijazahnya. Yosep mengetuk pintu kantor Administrasi, "Permisi bu Citra."
"Oh kamu Yos. Kemana aja satu tahun ini, tumben kamu kemari. apa kamu sudah kerja?" Citra sedang merapikan dokumen-dokumen penting sekolah.
"Belum bu. Saya dirumah saja, bantu ibu saya kerja di sawah. Saya kesini mau menebus ijazah sekaligus nyari lowongan kerja bu di sekolah. Siapa tahu ada informasi lowongan kerja di sekolah?" jawab Yosep tersipu malu.
"Ah masa? Kamu kan murid paling jenius di sekolah ini. Mana mungkin belum dapat kerjaan. Silahkan duduk dulu!" Citra mempersilahkan Yosep duduk dengan melambaikan tangannya. "Ibu cari dulu ya semua dokumen kamu."
"Baik bu." Yosep pun duduk sambil *******-***** jarinya karena grogi. Meskipun di sekolah Yosep selalu dihina, dicaci dan dibuli oleh para murid lain, tapi bagi semua guru Yosep adalah anugrah karena murid yang sangat jenius. Setiap kali sekolah mengikuti lomba pasti menjadi juara satu atau dapat medali emas karena menyertakan Yosep.
Namun kehidupannya berbanding terbalik kejeniusannya tak bisa mengubah kemiskinannya. "Ini dokumen kamu." Citra memberikan semua dokumen penting Yosep dari sekolah termasuk ijazah.
"Berapa bu yang saya harus bayar untuk menebus semua dokumen ini? Terakhir kali saya ingat sebelum lulus sekolah biaya pembayarannya 400.000," tanya Yosep.
"Tidak perlu semua dokumen itu sudah di lunasi teman kamu Rany."
"Rany siapa bu? perasaan teman satu kelas angkatan saya, tak ada yang perempuan," tanya Yosep sambil berpikir.
"Ah kamu pura-pura tidak tahu saja. Rany, siswi paling cantik di sekolah ini. Masa kamu tidak tahu, siswa paling jenius ko tidak tahu." Ucap Citra.
Deg!
Jantung Yosep berdetak kencang setele teringat akan Rany Citra Pratama. Bagiamana tidak, Rany adalah cewek yang Yosep sukai sampai sekarang. Namun Yosep sadar diri kalau dirinya orang miskin tak pantas dengan Rany dari keluarga terkaya nomor satu di Indramayu.
"Kenapa ya dia membayar semua tunggakanku?" batin Yosep penuh tanda tanya.
"Terima kasih bu, saya permisi ya bu." Yosep bangkit dan akan meninggalkan ruang TU sekolah namun langkahnya terhenti.
"Oh ya, Rany juga mencarimu. Dia sering kemari mencari informasi tentang kamu, dia bilang sudah mencari ke alamat rumahmu tapi tidak menemukanmu disana," ucap Citra.
"Ya bu. Itu rumah bibi saya, sekarang saya pindah ke rumah saya di desa Mundakjaya. Ngomong-ngomong kenapa Rany membayar semua tunggakanku dan mencariku ya bu?" yanya Yosep.
"Ibu kurang paham, tapi Rany memberi nomornya ke ibu. Jika suatu saat kamu datang ke sekolah, Rany meminta kamu untuk menghubunginya. Ini nomornya tolong dicatat." Citra memberikan nomor Rany dari smartphone miliknya.
"Makasih bu tidak usah. Bukannya saya menolak, tapi saya tidak punya hp bu untuk menghubunginya," tolak Yosep.
"Ya sudah ibu minta alamat kamu yang sekarang saja, bisa kan?" Pinta Citra.
"Bisa bu, saya tuliskan ya." Yosep menuliskan alamatnya pada secarik kertas. "Saya izin pamit ya bu."
"Ya silahkan!" Ucap Citra dengan tersenyum ramah.
"Malang sekali kamu Yos, murid sejenius kamu harus hidup miskin padahal kamu sudah banyak berjasa untuk sekolah ini," batin Citra dengan raut wajah yang sedih.
Yosep keluar dari kantor administrasi sekolah dan pergi ke bagian informasi untuk mencari lowongan kerja.
[Telolet]
[Misi : menebus ijazah.
Status : berhasil.
Hadiah sudah ditransfer ke nomor rekening majikan. Motor Yamaha R15 sudah terparkir di parkiran sekolah dan surat-surat lengkap berada di rumah majikan. Kunci motor berada di saku Majikan]
Telolet]
[Level : pemula (0/1.000.000)]
[Saldo : Rp 57.900.000]]
[Selamat berjuang menghabiskan uang majikan]
"Alhamdulillah misinya ternyata berhasil, makasih jo"
[Sama-sama majikan]
Yosep merogoh sakunya, tenyata kunci motor yamaha R15 sudah berada di dalam saku. Yosep melihat-lihat di majalah dinding untuk mencari informasi lowongan kerja, namun tidak ada satu pun lowongan yang terpampang di sana.
Yosep kembali keluar sekolah untuk melihat sepedanya, ternyata sepedanya sudah dipotong jadi dua. Dan tentu saja Kartono yang melalukannya, bukannya malah marah Yosep malah tertawa. "Hahahaha, semut berganti gajah."
Sepedanya rusak sekarang malah punya motor yang keren. Kartono yang melihatnya menjadi sangat kesal, Kartono berharap Yosep akan kesal dan memukul dirinya. Jadi punya alasan untuk memenjarakan Yosep.
Yosep kembali masuk menuju parkiran motor sekolah, untuk mengambil motornya. Tak ada satupun orang disana yang melihatnya, motor sport berwarna hitam dengan helm hitam sudah berada di tanki motor.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!