Jangan lupa kasih like untuk author yang manis imut kayak marmut biar makin semangat🤭🤭
Follow IG me @Thalindalena
Happy Reading
"Kak apa yang kau lakukan? ARGGGG LEPAS". Citra memberontak di bawah kungkungan Doni yang dalam pengaruh alkohol.
"Kak,aku mohon sadar kak,hiks hiks hiks". Bahkan tangisan Citra terdengar sangat pilu tapi Doni seakan tuli.
"DIAM!!!". Bentak Doni memegang kedua tangan Citra diatas kepala.
"Kak,sakit hiks hiks hiks". Citra sudah kehabisan tenaga untuk melawan kekuatan Doni. Ia hanya bisa pasrah apa yang Doni lakukan kepadanya.
Malam ini Citra kehilangan mahkotanya yang berharga. Dengan tak berperasaan Doni sebagai temannya merenggut hal yang berharga yang selama ini dia jaga.
"Aku kotor dan menjijikan". Citra terus memaki dirinya sendiri.
Lelah menangis kemudian ia terlelap di samping Doni yang sudah lebih dulu terlelap. Sebenarnya ia ingin pulang tapi tubuhnya sangat tidak memungkin kan,apalagi ia merasakan bagian intinya teramat sangat sakit.
🌷🌷🌷🌷
Pagi telah tiba sang mentari telah menunjukan sinarnya. Doni lebih bangun lebih dulu ia memijat pelipisnya yang masih menyisakan pusing karena ia terlalu banyak minum tadi malam.
DEG
Jantung Doni berdetak sangat cepat saat melihat seorang wanita tidur disebelahnya,ia bertanya dalam hati siapa wanita itu?.
Kemudian ia berusaha mengingat kejadian tadi malam,walau ia dalam pengaruh alkohol tapi ia tidak lupa wajah wanita itu.
"Citra". Gumam Doni pelan.
Citra menggeliat dalam tidurnya kemudian ia pun terbangun. Pandangan pertama yang ia lihat adalah wajah Doni yang tengah menatap nya intens.
Citra menangis tanpa suara saat mengingat kejadian tadi malam. Hatinya dan juga tubuhnya merasakan sakit yang sangat luar biasa.
"Citra". Panggil Doni pelan.
"Jangan sentuh aku,bajingan!!!". Menepis tangan Doni yang akan menyentuh lengannya. Citra menatap Doni tajam dengan air mata yang terus berderai.
"Apa yang kau bicarakan? Aku yakin kau juga menikmatinya bukan?. Ucap Doni semakin membuat hati Citra teriris.
"Kau benar-benar brengsek". Teriak Citra kemudian bangun dari tidurnya tidak lupa ia menutupi bagian depannya dengan selimut yang ia kenakan.
"Aku yakin kau sama dengan wanita diluar sana,jangan munafik Citra-"
Plakk
Citra menampar keras wajah Doni hingga sudut bibirnya pecah dan mengeluarkan darah.
Sungguh sakit hati Citra kesuciannya sudah direnggut dan ia juga dikatakan wanita murahan.
"Beraninya kau-" Doni menatap tajam Citra dan sama halnya dengan Citra tak kalah tajam menatap Doni.
"Aku sangat membencimu Doni!!". Hardik Citra.
"Jangan sok suci,kamu sama halnya dengan wanita murahan di luaran sana". Hina Doni. Doni belum sadar jika ia telah melukai Citra dan merenggut kesucian Citra.
Citra tidak mau menanggapinya,ia memilih bangkit dari tempat tidur dan berjalan kekamar mandi dengan tertatih dengan melilitkan selimut di tubuhnya,tidak lupa sebelum itu ia mengambil pakaiannya yang berserak dilantai.
Tak membutuhkan waktu lama Citra sudah keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah lengkap kemudian ia berjalan menuju sofa dan mengambil tasnya.
Doni memperhatikan pergerakan Citra saat jalan tertatih.
"Apa aku terlalu keras tadi malam hingga membuatnya sulit berjalan?. Batin Doni.
Citra tak memperdulikan Doni yang terus menatapnya kemudian ia keluar dari kamar Apartemen itu begitu saja.
Setelah Citra keluar dari kamar,Doni meremas rambutnya kasar. Pandangannya teralihkan saat melihat bercak darah di Sprei berwarna putih itu, kedua matanya membola sempurna.
"Dia masih Virg*in?"
"Imposible!" Karena Doni pikir Citra itu sama dengan wanita diluaran sana,mungkin karena Citra suka keluar masuk Klub malam jadi Doni berpikiran seperti itu. Tapi ternyata dugaannya salah besar. Citra gadis yang masih suci dan dia lah yang merenggut kesuciannya.
"BRENGSEK". Teriak Doni kemudian ia dengan cepat memakai pakaiannya dan mengejar Citra. Ia berharap Citra belum pergi jauh dari sana.
"AH SIAL" Umpatnya saat sudah sampai Lobby Apartemennya,ia tak menemukan Citra. Bahkan dirinya sudah mencari ke basmant,taman dan tempat lainnya. Nihil Citra sudah menghilang.
Doni menyesali perbuatannya. Dia memang pemain wanita tapi dia tidak pernah sekalipun bermain dengan yang masih bersegel.
Doni kembali masuk kamar apartement nya kemudian ia mengambil ponselnya guna menghubungi Citra tapi sayangnya semua akses sudah di Blokir oleh wanita itu.
Doni bergegas mengambil kunci mobil nya dan menuju basmant dan memasuki mobilnya, tujuan Doni sekarang adalah rumah Citra.
Untung saja keadaan lalu lintas lenggang jadi tak perlu waktu lama untuk sampai di Rumah Citra.
Ketika sudah sampai Doni langsung bertanya pada asisten rumah tangga disana.
"Maaf mas Doni,Non Citra dari tadi malam belum pulang sampai sekarang" Ucap Art yang bernama Ratih benar adanya karena memang Citra belum pulang sampai sekarang.
"Kemana ya Bi?"
"Entah mas,ini aja Tuan besar mengerahkan anak buahnya untuk nyari Non Citra,soalnya ponselnya juga tidak bisa dihubungi" Jelas Bi Ratih dengan perasaan cemas.
"Ya udah Bi,makasih" Ucap Doni lalu melenggang pergi.
"Kamu dimana Citra?" Ucap Doni pada dirinya sendiri, saat sudah di dalam mobil. Dia merasa bersalah apa yang telah ia lakukan pada Citra. Dan dia akan bertanggung jawab atas perbuatannya.
Bukankah seharusnya begitu ?. Berani berbuat harus berani bertanggung jawab !.
Ferdi berjalan tergesa dikoridor Rumah sakit. Saat dia tengah metting dengan klien,Ferdi mendapat kabar dari body guardanya jika Citra masuk Rumah sakit.
"Apa yang terjadi ?" Tanya Ferdi pada salah satu Body guardnya saat dia sudah sampai di depan pintu Ruang rawat Citra.
"Maaf Tuan,kami menemukan Non Citra pingsan di depan Apartemen xxx kemudian kami membawanya kesini" Ferdi mengerutkan keningnya saat mendengar penjelasann Bodyguardnya itu,untuk apa Citra berada disana?
Tak ingin berlama-lama Ferdi kemudian masuk kedalam ruangan tersebut. Ferdi menggenggam tangan Citra yang tidak terpasang infus,dia menatap wajah putrinya yang terlihat sangat pucat yang masih memejamkan mata.
"Maaf Tuan bisa bicara sebentar?" Tanya Dokter Pria itu saat sudah masuk kedalam Ruang rawat Citra.
" Iya,Dok " Ucap Ferdi mengangguk.
"Mari ikut saya Tuan" Dokter tersebut mempersilahkan Ferdi keluar lebih dahulu baru lah dia mengikuti nya.
Dokter tersebut menghela nafasnya sejenak sebelum mulai berbicara saat sudah duduk di ruangannya ,begitu juga Ferdi sudah duduk di tempat yang sudah disediakan.
"Begini Tuan,saya ikut prihatin dengan putri Tuan-" belum selesai bicara Ferdi menyela ucapan Dokter.
"Maksud Dokter apa?" Tanya Ferdi dengan perasaan cemas dan juga penasaran.
Jangan lupa Like,komentar dan Vote nya ya readersku tersayang.
Baca juga Novel author yang lain "Perawan Tua Meet Brondong Tajir"
Jangan lupa kasih like untuk author yang manis imut kayak marmut biar makin semangat🤭🤭
Follow IG me @Thalindalena
Happy Reading
"Begini Tuan,saya ikut prihatin dengan putri Tuan-" belum selesai bicara Ferdi menyela ucapan Dokter.
"Maksud Dokter apa?" Tanya Ferdi dengan perasaan cemas dan juga penasaran.
"Putri Tuan mengalami pelecehan ****ual" Dokter itu merasa prihatin dengan kejadian ini.
Emosi Ferdi memuncak bahkan kini matanya merah menahan amarah,Rahang mengeras dan tangannya terkepal kuat ,setelah mendengar penjelasan dari Dokter.
Menyakiti putrinya sama saja mencari mati. Ferdi yang notaben nya adalah mantan Mafia. Ia tidak akan melepas bajingan yang sudah merusak putrinya kesayangannya.
Tak menunggu lama dan tanpa permisi Ferdi meninggal kan ruangan Dokter tersebut kemudian menuju ruang rawat Citra.
Ferdi berjalan tergesa saat sayup-sayup ia mendengar suara Citra yang berteriak histeris.
"AKU KOTOR,AKU WANITA KOTOR,AKU MENJIJIKAN,MINGGIR AKU MAU MATI SAJA". Teriak Citra begitu histeris dan memilukan bahkan Rambutnya ditarik sampai rontok,dan kulit tangan dan kaki nya banyak luka goresan akibat cakaran kukunya sendiri. Tiga perawat wanita yang memeganginya merasa kuwalahan karena Citra terus memberontak.
Terpaksa salah satu perawat mengikat kaki dan tangan Citra di setiap sudut tempat tidur pasien dan juga menyuntikan obat penenang.
Pemandangan yang sangat memilukan bagi orang yang melihatnya,bahkan Ferdi tidak sanggup untuk menahan lajur air matanya.
"Tuan yang sabar" Ucap salah satu body guard merasa sangat iba dengan kondisi Anak majikannya.
"Aku mau kalian mencari bajingan itu dan seret dia ke markas" Titah Ferdi tegas dan penuh penekanan.
"Baik Tuan" Para Body guard menunduk hormat kemudian pergi untuk melakukan tugasnya.
Tak berselang lama Dokter datang untuk memeriksa kondisi Citra yang sudah di berikan obat penenang sebelumnya.
"Tuan,berdasarkan pemeriksaan,putri anda mengalami Depresi dan saya sarankan untuk memindahkan putri anda ke ruma-"
Bugh
Bugh
Belum selesai bicara Dokter tersebut sudah dapat bogem mentah berkali-kali, membuat perawat disana terkejut tapi tidak ada yang berani mendekati atau memisahkan alhasil wajah Dokter tersebut babak belur.
"Kau ingin mengatakan jika putri ku gila ? Hah !!! Dokter macam apa kau ini ?" Sentak Ferdi masih dengan mencengkram kuat kerah Dokter tersebut.
Para perawat sudah sudah gemetar ketakutan saat melihat kemarahan Ferdi orang terkaya nomer satu di Negara tersebut.
"Maaf Tuan" Dokter tersebut meringis kesakitan.
"Bekerjalah dengan benar jika kau tidak ingin kehilangan pekerjaanmu" Ucap Ferdi seraya menepuk kasar pipi Dokter tersebut membuat Dokter itu meringis kesakitan.
"Maaf Tuan,maksud saya tadi lebih baik Tuan memindahkan putri anda ke rumah dan memanggil psikiater" Jelas Dokter tersebut. Tapi sialnya ia belum selesai bicara sudah terkena bogem.
"OH begitu. Sorry" Ucap Ferdi datar tanpa merasa bersalah,seraya menepuk pundak Dokter tersebut.
"Kalian obati dia" Ucap Ferdi pada tiga perawat tersebut.
"Baik Tuan" jawab ketiga perawat itu.
"Dan kau sebutkan Nomer rekening mu" ucap Ferdi menyodorkan Ponselnya pada Doktet tersebut.
"Tidak perlu Tuan saya tidak apa-apa" jawab Dokter sudah tau maksud Ferdi.
"Tidak ada penolakan" Tegas Ferdi dan akhirnya dokter tersebut memberikan nomer rekeningnya.
Kemudian tangan Ferdi berselancar di ponselnya membuka M-banking.
TING
Bunyi notifikasi ponsel Dokter tersebut yang berada dalam kantong Jas kebanggannya kemudian ia merogoh dan membuka ponselnya tersebut.
Matanya membola saat melihat nominal uang yang dikirimkan oleh Ferdi.
Bisa buat beli honda Jazz ini mah. Batin dokter tersebut tersenyum senang.
"Anggap saja itu uang permintaan maafku" Ucap Ferdi terdengar sombong,kemudian Ferdi duduk di kursi di sebelah tempat tidur pasien.
"Terimakasih Tuan terima kasih" Ucap Dokter tersebut tak lupa juga ia menundukan badannya berkali-kali.
🌷🌷🌷🌷🌷
Seperti Apa yang di sarankan oleh dokter,Ferdi membawa Citra pulang dan memanggil psikiater yang terbaik untuk putrinya.
"Sepertinya akan sedikit agak sulit Tuan" ucap psikiater yang bernama Ana.
"Jadi kau sudah menyerah?" Tanya Ferdi dengan sinis.
"AH. Bukan menyerah tapi hanya sedikit sulit" Jawab Ana,menunduk karena Ferdi memberi tatapan mematikannya.
"Aku bayar sepuluh kali lipat jika kau sanggup ! " Ucap Ferdi tegas memberi penawaran pada Ana.
Ana menelan ludahnya kasar saat mendengar bayaran sepuluh kali lipat.
Sepuluh kali lipat? Lumayan rejeki nomplok bisa buat beli rumah dan mobil baru sisanya ditabung. Ambil aja deh heheee. Batin Ana.
"Baik Tuan saya terima" Jawab Ana mantap.
"Good,aku akan transfer setengah nya,sisanya jika kau berhasil menyembuhkan putriku,tapi jika kau gagal habis lah kau" Ucap Ferdi,dengan gerakan memotong leher.
Membuat Ana menelan salivanya kasar.
"Tapi-"
" Kau sudah tidak bisa mundur !! " Ucap Ferdi. "Dan mulai lah bekerja hari ini". Kemudian meninggalkan Ana yang masih duduk di ruang tamu.
"Ah, ya Tuhan bagaimana ini ? Ayo Sofiana kau pasti bisa" Batin nya,menyemangati diri sendiri.
"Mari saya antar ke kamar Nona muda " Suara bariton itu mengejutkan Ana yang tengah melamun.
"OH Astaga,kau mengejutkanku Tuan" Pekik Ana terkejut,menoleh kebelakang matanya terbelalak ia terpesona, ternyata ada sosok tinggi,gagah dan juga tampan.
Membuat jiwa jomblo Ana meronta.
Oh,tampan nya,suami masa depanku. Batin Ana.
"Leon panggil Leo " Ucap nya dingin,kemudian meninggalkan Ana menaiki anak tangga yang masih dengan keterkejutannya.
"HEI. Kau tuli !! " Serunya kepada Ana yang masih berdiam diri ditempat dengan wajah cengok nya.
"I iya " Kemudian gadis itu melangkah kan kakinya menuju Anak tangga dimana Leon menunggunya.
" Stop !! Mundur dua langkah " Seru Leon saat Ana berdiri di samping nya. Seolah dirinya jijik berdekatan dengan Ana.
Dengan cemberut Ana memundurkan langkahnya menuruni tangga.
Tampan,tapi menyebalkan. Gerutu Ana dalam hati.
"Ingat dan dengarkan gadis pendek ! Selama tinggal disini kau harus mematuhi peraturan yang ada disini. Dan satu lagi jangan dekat-dekat dengan ku ! " Ucap Leon penuh penekanan tak lupa sorot matanya yang tajam seolah ingin menguliti lawannya.
"Iya paham Leo " mengangguk patuh diselingi dengan senyumnya yang super manis.
Siapa juga yang mau dekat-dekat manusia macam kamu ! Dasar ge'er mentang-mentang ganteng. Gerutu Ana dalam hati.
Kemudian Leon melangkahkan kakinya lagi diikuti Ana dari belakang.
Ceklek
Leon membuka pintu kamar Citra perlahan.
Terlihat Citra duduk ditepi ranjang tanpa pergerakan sedikit pun
"Kau sudah tau bukan jika Nona mengalami depresi?" Tanya Leon,kemudian diangguki Ana.
Sebagai sesama wanita pasti juga merasakan apa yang dirasakan Citra saat ini.
Ana menatap sendu Citra dari dekat pintu,bahkan ia sampai menitihkan air mata saat melihat kondisi Citra yang sangat kacau.
Tatapan sendu itu tak lepas dari penglihatan Leon. Pria itu yakin jika gadis didepannya ini orang yang tulus dan bisa menyembuhkan Nona muda nya.
"Ehem,kamar mu disana" Ucap Leon dingin, menujuk kamar yang terletak tak jauh dari kamar Citra dengan dagunya dengan angkuh,
Kemudian pria itu pergi meninggalkan Ana yang masih berada dikamar Citra.
Ana berjalan mendekati ranjang dimana Citra duduk disana.
"Nona Citra,Hai selamat siang perkenalkan Saya Sofiana atau Anda bisa memanggil saya Ana" Tidak ada respon dari Citra tapi kemudian Citra berteriak histeris.
Jangan lupa Like,komentar dan Vote nya ya readersku tersayang.
Baca juga Novel author yang lain "Perawan Tua Meet Brondong Tajir".
Jangan lupa kasih like untuk author yang manis imut kayak marmut biar makin semangat🤭🤭
Follow IG me @Thalindalena
Happy Reading
"Nona Citra,Hai selamat siang perkenalkan Saya Sofiana atau Anda bisa memanggil saya Ana" Tidak Ada respon dari Citra tapi kemudian Citra berteriak histeris.
"ARGGGGGGGGGG,AKU KOTOR !! AKU MAU MATI SAJA" Teriak Citra histeris.
"Tenang Nona tenang saya datang kesini untuk membantu Anda " Ana berupaya tenang,kemudian memeluk Citra yang masih histeris hingga memberontak.
"Kumohon tenang Nona,Anda tidak kotor,di dunia ini tidak ada manusia kotor." Ucap Ana menenangkan.
"Tapi aku sudah tidak Suci lagi,hiks" Citra mulai merespon kehadiran Ana.
"Saya tahu nona,tapi anda masih mempunyai kesucian lainnya yaitu hati anda yang begitu suci dan murni" Ucap Ana menenangkan tapi bukannya tenang Citra semakin histeris.
Ferdi dan Leon berlari ke kamar Citra saat mendengar suara teriakan histeris Citra.
"Hei,apa yang kau lakukan !" Sentak Leon,menarik Ana agar menjauhi Citra.
"Maaf Leo,saya hanya berusaha untuk menenangkan Nona Citra" Jawab Ana menunduk karena mendapat tatapan mematikan dari Leon.
Sedangkan Ferdi memeluk putrinya yang masih terisak.
"Papa aku takut,Pa suruh dia keluar" Ucap Citra gemetar ketakutan saat melihat Leon.
"Dengarkan ? Keluar sana" Hardik Leon menuding Ana.
"Leon yang keluar itu kau ! Bukan dia" Ucap Ferdi kesal.
"A aku ?" Menunjuk dirinya sendiri.
"Iya,karena Citra takut melihat pria selain diriku" Ucap Ferdi dingin,ia mengepalkan tangannya erat di balik punggung Citra. Kemudian Leon mengikuti ucapan Ferdi.
"Tuan maafkan saya karena membuat Nona histeris,tapi percayalah Nona akan cepat sembuh " Ucap Ana dengan keyakinannya.
"Hemm" hanya deheman saja Ferdi menjawab Ucapan Ana.
Setelah menenangkan putrinya Ferdi memerintahkan Ana untuk stand by di dekat Citra.
Kemudian pria paruh baya yang penuh dengan karismanya itu melangkah ke ruang kerjanya.
"Jadi bajingan itu sudah di bawa ke markas ?" Ucap Ferdi mengeraskan rahangnya,sudah tidak sabar ia ingin menghabisi bajingan itu.
"Benar uncle" Ucap Leon.
Leon pria berdarah amerika latin itu dari kecil sudah diasuh oleh Ferdi. Leon di adopsi Ferdi dari panti Asuhan Di Negara A.
Hingga kini usianya menginjak 27 tahun.
Leon dipercaya oleh Ferdi menjadi tangan kanan Ferdi dan juga memegang beberapa cabang perusahaaan Ferdy.
"Hem,ayo saatnya kita bermain-main dengan bajingan itu" Ucap Ferdi tersenyum Devil,jiwa iblisnya yang sudah lama tertidur kini bangkit kembali.
Setelah menempuh waktu satu setengah jam akhirnya mereka sampai di Markas. Mereka disambut oleh bebrapa Bodyguard bertubuh tinggi besar dan berbadan kekar.
"Oh jadi ini bajingan itu? " Ferdi melihat Pria yang di ikat di kursi dengan kondisi sudah babak belur dan menunduk.
"Iya Tuan " Jawab salah satu bodyguard disana.
"Leo,berikan senjata itu" Ferdi menengadahkan tangannya.
"Ini Uncle" Leon meletakkan sebuah pisau kecil tapi sangat tajam ke tangan Ferdi.
"Ternyata kau yang berani menyakiti putriku" Hardi Ferdi,bejalan mendekat kemudian mengangkat wajah pria itu yang menunduk.
"KAU !!! " Pekik Ferdi,ia sangat mengenali siapa pria itu yang telah merenggut kesucian putrinya.
"OM,Maaf maafkan aku,aku akan bertanggung jawab" Ucap Doni diselingi dengan desisan keluar dari mulutnya karena merasakan sakit luar bisa di sekujur tubuhnya.
"Maaf ? Apa dengan maaf kau bisa mengembalikan kehormatan putriku ! Asal kau tahu,gara-gara kau putriku trauma dan depresi " Bentak Ferdi penuh amarah.
Hatinya bertambah sangat sakit saat tau yang menyakiti putrinya adalah temannya putrinya sendiri yang sudah sangat ia kenal.
"Aku akan bertanggung jawab Om" Ucap Doni sudah ketakutan karena melihat sisi lain Ferdi dan juga merasa bersalah pada Citra.
"YA ! Benar kau harus bertanggung jawab" Ferdi menancapkan pisau kecil itu dileher Doni,hingga leher Doni mengeluarkan darah.
"Sakit ? " Ferdi tersenyum sinis. " Itu belum seberapa" Kemudian menekan lebih dalam lagi.
"ARGGHHHH" pekik Doni saat merasakan pisau itu semakin dalam menancap dilehernya.
Leon memalingkan wajahnya,ia sudah biasa melihat kekejaman Ferdi.
Bahkan ia pernah melihat Ferdi mencincang habis tubuh lawannya di depan mata nya langsung.
"Aku mohon hentikan Om,jika aku mati siapa yang akan bertanggung jawab jika Citra hamil? " Ucap Doni memohon,nafasnya tercekat saat merasakan Pisau itu masih menancap dilehernya.
Ferdi menghentikan aksinya,yang diucap kan Doni benar. Jika putrinya hamil maka tidak ada siapa pun yang mau menikahi putrinya dan putrinya itu akan di hujat oleh masyarakat.
Ferdi tidak mau itu terjadi,jadi ucapan Doni bisa dipertimbangakan.
Kemudian Ferdi melepaskan Pisau itu,membuat Doni bernafas lega.
"Baik,aku pertimbangkan ucapanmu. Jika kau berani kabur habis kau ditangan ku " Geram Ferdi kemudian menekan luka di leher Doni itu.
"ARGGGHHHH" Teriak Doni kesakitan.
"Bawa dia kerumah sakit dan pastikan kalian mengikutinya ,jangan sampai dia kabur" Ucap Ferdi datar,kemudian bergegas pergi meninggalkan markas dan di ikuti Leon.
"Baik Tuan" Ucap para bodyguard.
Setelah sampai dirumah sakit Doni segera ditangani oleh Dokter,luka dilehernya tidak terlalu parah hanya mendapatkan lima jahitan saja.
"Apakah aku sudah boleh pulang?" Tanya Doni pada salah satu bodyguard. Setelah lukanya sudah di obati.
"Silahkan Tuan" jawab bodyguard itu.
Salah satu diantara mereka mengantarkan Doni sampai apartemennya.
"Hei,Kau tidak pulang?" Tanya Doni pada bodyguard yang ikut masuk kedalam Apartemennya.
"Tidak ! " Ucap Bodyguard itu kemudian mendudukan diri di sofa.
"YA !!! Aku belum mempersilahkan mu duduk ,kenapa kau tak tau malu sekali" protes Doni dengan kesal.
"Saya haus "Jawab Bodyguard tersebut tanpa memperdulikan Kekesalan Doni.
"Ishh,kau benar-benar tidak tau malu ya !" Cibir Doni,walau kesal Doni tetap mengambilkan satu botol Soft drink untuk bodyguar tersebut.
Tak
Doni meletakan sebotol Soft drink dengan kasar diatas meja.
"Minum,setelah itu pergi dari sini" Usir Doni.
"Apakah Tuan Lupa,jika saya bertugas untuk menjaga Tuan agar tidak kabur".
"Ck,aku bukan tahanan,kau mengerti !!" Ucap Doni semakin kesal. " Aku akan bertanggung jawab,karena aku adalah lelaki sejati,jadi kau tidak perlu mengawasiku".
"Mohon maaf permintaan Di tolak !!" Kemudian Bodyguard itu menegak habis minuman itu.
"Saya lapar Tuan" Ucapnya lagi,membuat Doni semakin kesal.
"Di dapur ada mie instan" Ucap Doni datar,kemudian beranjak menuju kamarnya untuk membersihkan diri.
Saat sudah di dalam kamar,Doni menatap nanar Tempat tidur yang menjadi saksi bisu dimana ia merenggut kesucian temannya sendiri.
Penyesalan menyeruak didalam dada,apa lagi ia mendengar sendiri jika Citra mengalami depresi.
"Arggghhhhhh" Doni menarik rambut nya sendiri. Ia mengingat Citra di bawah kungkungannya dengan deraian air mata dan memohon untuk di lepaskan tapi karena Alkohol sudah meracuni otaknya membuatnya tidak bisa berpikir jernih dan ia tidak bisa mengontrol dirinya.
"Berengsek,bajingan !!"
Brak
Dinding beton itu yang tak bersalah pun menjadi sasaran nya. Berulang kali ia meninju dinding itu hingga membuat tangannya remuk dan mengeluarkan darah segar.
Sakit !!!
Tapi rasa sakit ini tidak ada apa-apanya di banding rasa sakit yang di terima oleh Citra.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!