Seorang laki-laki tampan tampak mengendap-endap memasuki sebuah halaman rumah, dia lalu menuju salah satu jendela kamar di rumah tersebut. "Calista, Calista, sayang aku sudah datang, maaf kalau kamu lama nungguin aku..."
"Calista... Calista sayang!"
Beberapa kali laki-laki itu memanggil kekasihnya, namun tak ada jawaban dari dalam kamar yang sudah terlihat gelap. "Ah, sebaiknya aku masuk saja, dia tak menyahut panggilan dariku, aku takut kalau Calista marah padaku," gumamnya dalam hati.
Laki-laki itu, lalu masuk ke dalam kamar, melalui jendela yang tak terkunci dan menghampiri sosok wanita yang tengah tertidur di atas ranjang. "Sayang, maafkan aku, tadi teman-temanku menjebakku agar aku terus party sama mereka, Sayang."
Namun wanita yang dipanggil, tampak masih tidur dengan begitu lelap. Laki-laki yang masih dalam pengaruh magic mushroom itu lalu naik ke atas ranjang, kemudian mendekap tubuh wanita yang ada di sampingnya itu. "Sayang, maafin aku. Aku cinta banget sama kamu, Sayang."
Wanita yang tertidur kini pun mulai terbangun saat merasakan hangatnya deru napas serta dekapan seorang laki-laki di atas ranjangnya. Sontak, dia pun begitu terkejut saat merasakan seorang laki-laki yang kini mendekap tubuhnya. Ya, sosok itu, sosok laki-laki yang cukup dikenalnya, bahkan dari suaranya saja dia sudah mengenal siapa laki-laki itu. Sebenarnya, wanita itu ingin berteriak, namun entah mengapa kerongkongannya seakan tercekat, apalagi saat lidah laki-laki itu mulai mengecup dan meninggalkan jejak saliva di telinga dan tengkuknya.
"I love you, Honey."
DEG
Jantung wanita itu pun seakan berhenti berdetak saat mendengar penuturan dari laki-laki yang masih mendekap erat tubuhnya. Dalam remang bias pantulan cahaya bulan purnama yang masuk melalui celah dinding kamarnya, wajah laki-laki itu pun kini terlihat jelas.
"Kenan," batin wanita itu, tatkala menyadari jika laki-laki yang sedang berada di atas ranjang dengannya adalah Kenan, laki-laki yang amat dia cintai.
"Kamu udah bangun, Sayang? Tahukah kamu kalo aku cinta banget sama kamu?"
"Apa Kenan mencintaiku? Jadi selama ini cintaku tak bertepuk sebelah tangan?" gumam wanita tersebut.
Kenan yang masih dalam pengaruh magic mushroom akibat perbuatan teman-temannya yang sudah mencampur jamur tersebut ke dalam sandwich miliknya lalu mulai mencium bibir wanita yang ada di depannya.
"Sayang, aku cinta sama kamu."
Wajah wanita itu pun merona, dia tak bisa menolak ciuman mesra dari Kenan dan mulai membalas ciumannya. 'Jadi kau juga mencintaiku Kenan?' batin wanita itu dalam hati.
Ci*man yang awalnya hangat kini berubah menjadi ciuman yang penuh d*sahan dan er*ngan. Kenan lalu menci*m leher dan meringsak masuk ke dalam pakaian wanita itu. Kemudian dia mulai memainkan g*nung kembarnya lalu menc*um dan meng*lum hingga membuat wanita itu semakin mend*sah. Des*han itu pun membuat Kenan semakin bernafsu. Kini mereka pun mulai menanggalkan pakaian mereka satu per satu. Wanita itu pun tak bisa menolak saat Kenan memasukkan kejantanannya dan merenggut kesuciannya.
"Kenan, aku mencintaimu."
"Aku juga mencintaimu," ucap Kenan saat berada di puncak kenik*atan.
Kenan yang mulai kelelahan lalu menghempaskan tubuhnya di atas wanita tersebut sambil berbisik. "Aku mencintaimu Calista."
Wanita itu begitu sakit mendengar kata-kata yang diucapkan Kenan. Namun saat itu Kenan tampak begitu lelah, dia hanya bisa menangis mendengar nama kakaknya disebut oleh Kenan.
"Kenan," sahutnya memberanikan diri.
Kenan lalu berdiri, kemudian menyalakan lampu kamar untuk memakai pakaiannya kembali. Namun dia begitu terkejut saat melihat wanita di atas ranjang yang telah bercinta dengannya adalah Olivia bukan Calista. Olivia duduk di atas tempat tidur dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya.
"Tidak... Tidak.." teriak Kenan, lalu tubuhnya pun terjatuh ke lantai melihat kenyataan buruk yang telah diperbuatnya.
Dia lalu menghampiri Olivia yang masih menangis di atas tempat tidur. "Olivia, maafkan aku, tapi berjanjilah padaku untuk merahasiakan semua ini, sebentar lagi aku akan menikah dengan Calista, mengertilah Olive."
"Lalu bagaimana denganku Kenan?”
"Aku tak mencintaimu Olive."
"Tapi mengapa kau melakukan ini semua padaku?"
"Karena kupikir kau adalah Calista!"
Kenan lalu memandang seisi kamar tersebut. "S*i*, aku salah kamar, aku salah masuk ke kamar Olivia!" umpat Kenan.
"Pasti aku telah banyak mengalami halusinasi gara-gara mushroom terkutuk itu," gerutu Kenan sambil mengusap wajahnya dengan kasar.
Olivia menangis tersedu-sedu, hatinya begitu hancur mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Kenan. Dia kemudian mendekati Olivia dan mulai menenangkannya.
"Olive, sungguh maafkan aku, aku tak bermaksud buruk padamu, aku tak sengaja melakukannya Olivia, tolong mengertilah aku, apapun akan kupenuhi agar kau tutup mulut dan mau merahasiakan hal ini pada semua orang."
"Aku tak butuh uangmu Kenan!" jawab Olivia sambil menatap tajam pada Kenan yang semakin membuat Kenan merasa begitu bersalah.
Sementara itu di sebuah kelab malam di sudut kota Jakarta. "CHEERS." Kata beberapa orang laki-laki dan wanita yang asyik bersulang.
"Ayo jangan malu-malu, malam ini kita mabuk sampai pagi wouwwwww!" kata seorang wanita cantik memakai dress berwarna merah. Seorang laki-laki pun mendekat pada wanita tersebut lalu menci*m bibi*nya dengan begitu mesra. "Selamat Ulang Tahun Calista sayang."
"Terimakasih Ramon," jawab Calista.
Sebuah tenda pengantin terpasang dengan begitu kokoh dihiasi dengan dekorasi cantik yang dipenuhi dengan bunga-bunga warna-warni. Sebuah janur pun melengkung tepat di depan tenda menandakan jika rumah tersebut akan melangsungkan proses pernikahan.
Seorang wanita muda tersenyum melihat wajahnya yang kian bertambah cantik dengan sapuan make up pengantin di wajahnya. Bunga melati yang menghiasi kepalanya pun kian menambah sempurna kecantikan yang dimilikinya. 'Akhirnya,' batin wanita itu dalam hati.
"Mba, anak saya sudah selesai dirias? Sebentar lagi akad nikah akan dimulai," tanya seorang wanita paruh baya pada seorang MUA.
"Sudah Bu, silahkan, pengantin sudah siap dibawa ke depan."
"Baik, terimakasih ya Mba."
"Iya Bu, silahkan."
"Ayo sayang, semua orang sudah nungguin kamu."
"Iya Ma."
Sang pengantin lalu digandeng wanita paruh baya tersebut, saat berjalan dengan pelan-pelan karena belum terbiasa memakai jarik, tiba-tiba sebuah suara memanggilnya. "Calista."
"Eh Tante Gisa, kok Tante ga nungguin di depan?"
"Tante ga sabar sayang pengen liat kamu, makanya Tante ke kamarmu. Dan mulai hari ini kamu ga boleh panggil Tante lagi, panggil Mama sayang," balas wanita tersebut sambil mencubit pipi Calista.
"Iya.. Iya Tante, Eh Mama. Hahahaha...."
Mereka lalu tertawa bersama, tanpa mereka sadari, mereka sedang berdiri di depan sebuah kamar. Di dalam kamar tersebut, seorang wanita tampak begitu murung, wajahnya diliputi dengan kesedihan, hatinya pun terasa begitu sakit. Sebuah benda pipih di tangannya dengan dua garis merah benar-benar membuat hatinya begitu hancur. "Tuhan, apa yang harus kulakukan?"
Tiba-tiba suara ketukan membuyarkan lamunannya. "Olive, Olivia, kamu di dalam Nak?"
Olivia lalu menghapuskan air mata yang membasahi pipinya. "Iya Ma, sebentar," jawabnya sambil membetulkan riasan yang sedikit rusak karena air mata yang mengalir di pipinya.
Olivia lalu keluar dari dalam kamar, tampak Calista, Mamanya, dan Tante Gisa tengah berdiri di depan kamarnya. "Olivia sayang, ayo kita ke depan, sebentar lagi ijab qabul dimulai, Nak."
Olivia lalu mengangguk, sekilas dia melirik kepada kakaknya, Calista, namun lirikannya dibalas dengan tatapan tajam. "Ayo sayang."
Akhirnya mereka berempat pun mendekati sebuah meja untuk melangsungkan akad nikah dan mendudukkan Calista di sebelah seorang lelaki tampan yang telah memakai stelan beskap lengkap, Kenan Akmal Suryopranoto.
Calista duduk di samping Kenan, dan mereka berdua tersenyum satu sama lain. Olivia lalu duduk di samping Vina, mamanya. "Lihat Olive, kakakmu sangat serasi bersanding dengan Kenan." Olivia pun tersenyum sambil mengangguk, hatinya terasa begitu perih. Bisik-bisik tamu undangan serta sanak saudara yang memuji keduanya pun semakin membuat hati Olivia terasa begitu sesak.
Saat acara akan akan berlangsung, tiba-tiba Olivia merasa begitu mual, dia lalu meninggalkan tempat duduknya dan pergi ke kamar mandi. "Olive, kamu mau kemana?"
"Ke belakang Ma..."
Vina hanya melihat putri bungsunya sambil menggelengkan kepala. "Lagi ada momen sakral gini kok sempet-sempetnya ke belakang," gerutu Vina
Olivia lalu memuntahkan seluruh isi perutnya hingga dia terasa begitu lemas, saat itu dia merasakan mual kembali yang begitu menyiksanya. Dia lalu memuntahkan butiran-butiran air hingga mulutnya terasa begitu pahit. Dan disaat itu juga Olivia mendengar teriakkan orang-orang berkata "SAH." dengan begitu riuhnya.
Hati Olivia begitu hancur, tubuhnya dia hempaskan ke lantai. Rasa sakit yang dirasakan di dalam hatinya seperti menjalar ke bagian tubuh lainnya, sehingga dia merasa begitu lemas. Air matapun mengalir deras membasahi pipinya. Disaat di luar semua orang bersuka cita, hanya Olivia yang merasa dunianya kini begitu hancur dan gelap.
Tak terasa sudah setengah jam lamanya Olivia menangis di dalam kamar mandi. Tiba-tiba sebuah ketukan mengejutkan lamunannya. "Siapa di dalam? Anak saya sedang ingin buang air?"
"Iya sebentar." jawab Olivia sambil merapikan wajah dan bajunya yang begitu berantakan. Olivia lalu keluar dari kamar mandi. Tampak seorang ibu muda bersama seorang anak laki-laki bule berdiri di depan pintu, anak laki-laki itu lalu masuk ke dalam kamar mandi sementara Ibunya menunggu di luar. Wanita itu lalu mengamati Olivia. "Are you okay?" tanya wanita tersebut. Olivia lalu mengangguk.
"Kenalkan, gue Alena," ujar wanita itu.
"Olivia, saya adiknya Calista."
"Oh, gue sepupu Kenan."
"Sepupu?"
"Ya, dari kecil gue tinggal di Sydney."
"Oh pantes, saya ga pernah lihat kaka."
"Kamu kenapa Olivia, kenapa kamu terlihat berantakan?"
"Gapapa Kak. Permisi, saya ke depan dulu."
"Wait." kata Alena.
Alena lalu menyelipkan sebuah kartu nama di tangan Olivia. "Hubungi aku jika kau memerlukan bantuanku, aku seorang psikolog, sepertinya kamu sedang tidak baik-baik saja Olivia."
Olivia lalu tersenyum sambil mengangguk. "Permisi kak."
Alena menatap Olivia sampai dia menghilang. "Mommy, what you doing?"
"Oh Jason, kamu sudah selesai?"
"Sudah Mom."
"Mom, Jason nemu ini di dalam." kata Jason sambil memberikan sebuah benda pipih pada Alena.
"Jason, ini bukan apa-apa sayang, ini tadi milik Aunty Olivia yang tertinggal, sini berikan pada Mommy, nanti biar Mommy yang kasih ke Aunty." Jason lalu mengangguk.
Olivia lalu menghampiri Mamanya yang kini asyik bersanda gurau dengan Papanya. "Ma..." panggil Olivia.
"Olive, kamu kemana aja sih? Kok tiba-tiba menghilang. Eh, kok penampilan kamu jadi berantakan gini."
"Maaf Ma, tadi Olive ga enak badan, kepala Olive pusing."
"Ya ampun Olive, ya sudah sebentar lagi resepsinya dimulai, kalau acara resepsi sudah selesai dan sudah foto keluarga kamu langsung istirahat saja di kamar sayang."
"Iya Ma."
"Eh lihat itu Calista dan Kenan sudah selesai ganti baju resepsi. Papa, Jeng Gisa, Pak Hamdan, ayo kita harus melangsungkan upacara adat pernikahan."
"Iya jeng, ayo."
"Olive, mama tinggal sebentar ya sayang."
Olivia lalu mengangguk, netranya tak bisa berpaling dari wajah Kenan yang kini terlihat begitu bahagia. 'Kenan, apa kau tahu jika aku sedang mengandung anakmu.' batin Olivia. Air mata pun kembali mengalir deras di pipinya saat melihat Kenan dan Calista tertawa penuh kebahagiaan sambil melangsungkan berbagai upacara adat.
"Hapus air mata kamu," kata seseorang sambil memberikan tissue pada Olivia. "Alena."
Alena lalu tersenyum dan duduk di samping Olivia. "Tanpa kau bercerita, aku tahu semuanya Olivia."
"Apa maksudmu Alena?"
"Kamu sedang mengandung anak dari Kenan kan?"
Olivia begitu terkejut mendengar kata-kata Alena. "Darimana kau tahu? Bahkan aku tak mengatakan pada siapapun apa yang telah terjadi dalam hidupku?"
"Hei, apakah kamu lupa jika aku seorang psikolog?"
Olivia lalu tersenyum."Kamu hebat juga Alena, mungkin kamu tidak hanya berbakat sebagai psikolog, tapi kau juga sangat berbakat menjadi paranormal. Hahahaha..."
Tanpa Olivia sadari dia akhirnya bisa tertawa.
"Akhirnya gue bisa membuatmu tertawa Olive," gumam Alena sambil tersenyum kecut.
Olivia lalu menghentikan tawanya, dia bahkan baru menyadari jika dia sudah tak pernah bisa tertawa dengan begitu lepas sejak kejadian malam itu dimana Kenan telah merenggut kesuciannya.
"Hati-hati sayang," kata seorang wanita paruh baya pada gadisnya.
"Kamu jaga diri ya, kalau ada apa-apa langsung hubungi papa sama mama."
"Iya Pa, Ma, tenang saja."
"Olive." Sebuah suara tiba-tiba mengagetkan mereka.
Calista dan Kenan lalu mendekat pada Olivia. "Ini, suami aku kasih kamu sebagai uang saku, semoga berguna," kata Calista sambil memberikan sebuah cek bertuliskan delapan digit angka dengan tanda tangan Kenan di pojok bawahnya.
"Jadi kamu mau menyogokku Kenan?" batin Olivia.
"Ga usah Kak, lagipula di sana Olivia di sana tinggal sama Kak Alena, saat ini Olivia juga masih memiliki simpanan yang cukup."
"Sombong amat sih, apa salahnya terima pemberian dari kakak iparnya."
Olivia hanya menunduk mendengar kata-kata Calista. "Maaf kak, bukan maksud Olivia menolak pemberian Kak Kenan, tapi..."
"Tapi apa Olive? Dari dulu kau selalu seperti itu, sombong dan besar kepala, mentang-mentang kau memiliki otak yang cerdas kau jadi bisa berbuat semaumu?"
"Calista, kau tak pantas bicara seperti itu pada adikmu."
"Tapi Ma, lihat tuh anak kesayangan Papa sama Mama, selalu aja besar kepala." Kenan lalu menggenggam tangan Calista. "Sudah sayang, hal seperti ini tak perlu diperdebatkan."
"Tapi sayang, Olivia sudah menolak pemberianmu, padahal kamu sudah memberikan angka yang cukup besar padanya, seharusnya dia berterima kasih dengan pemberianmu, buka malah menolaknya!"
Olivia lalu mengambil kertas cek itu kembali. "Baik, akan Olive terima pemberian dari Kak Kenan, terimakasih banyak," kata Olivia. Calista lalu menatap sengit pada Olivia.
TIN TIN TIN
Sebuah klakson mobil berbunyi di depan rumah. "Pa, Ma, Kak Calista, Kak Kenan, Olive pergi dulu ya, kalau sudah sampai nanti Olive kabari."
"Iya Nak."
"Hati-hati Olive," kata Kenan, sedangkan Calista menatap adiknya dengan tatapan tajam.
Kenan lalu menggandeng Calista untuk masuk ke dalam kamar. "Calista sudahlah, kenapa kamu selalu saja berperilaku kasar pada adikmu? Apa kau tidak bisa berdamai dengan dia walau sebentar saja?"
"Tidak Kenan, aku sudah membencinya sejak kami kecil. Kamu tahu sendiri Olivia begitu pintar, dan dia selalu menjadi kesayangan kedua orang tuaku."
"Bukankah kedua orang tuamu tidak pernah membeda-bedakan kalian berdua?"
"Tidak, tapi aku selalu saja kesal pada Olivia karena dia selalu menjadi pusat perhatian di sekolah dan menjadi kebanggaan kedua orang tuaku."
"Calista sayang, sudah buang semua kebencian di hatimu, kamu sudah besar, bersikaplah lebih dewasa," kata Kenan sambil memeluk tubuh istrinya dan mengecup keningnya.
***
Sementara itu, Olivia kini telah ada di dalam pesawat bersama Alena dan Jason putranya. Olivia menatap pemandangan di langit dengan tatapan kosong. "Hei Olive, apa yang kau pikirkan? Apa kau masih memikirkan Kenan?" tanya Alena.
Olivia hanya tersenyum "Aku tak pernah mengerti Alena, kenapa Calista begitu membenciku."
"Membencimu?"
"Ya, padahal aku begitu menyayanginya. Bahkan aku yang menulis semua balasan surat cinta dari Kenan sejak dulu."
"Surat cinta?"
"Ya, Kenan sudah mencintai Calista sejak kami remaja, dan dia selalu mengirimkan surat cinta padanya yang dia masukkan lewat jendela kamar, namun Calista tidak pernah membalasnya, bahkan berniat membuangnya ke tempat sampah. Aku kasihan melihat surat itu terabaikan begitu saja, lantas aku mengambilnya dan mulai membalas surat Kenan sedari dulu."
"Apa isi surat itu Olive?"
"Ungkapan kekaguman Kenan, lebih banyak berisi puisi untuk Calista," kata Olivia sambil tersenyum.
"Jadi ini semua tulisanmu Olive?" kata Alena sambil memperlihatkan beberapa foto surat di ponselnya. Olivia lalu mengangguk. "Oh shittt!"
"Kenapa Alena?"
"Kenan selalu menceritakan padaku jika dia mendapat balasan dari Calista, dia sangat menyukai kata-kata balasan yang kau tuliskan untuknya. Bahkan, akulah yang menyuruh Kenan untuk memiliki hubungan yang serius dengan Calista karena aku melihat ketulusan dalam semua tulisan surat cintanya. Kupikir itu benar-benar balasan dari Calista, maafkan aku Olive aku tak tahu jika yang menulis semua balasan itu adalah kamu."
"Tidak apa Alena, dari dulu Kenan hanya mencintai Calista, aku yang sudah salah sangka dan terlalu banyak berharap pada Kenan."
"Setidaknya jika aku tahu itu surat balasan darimu, aku tidak akan menyuruh Kenan menikahi Calista yang menyebalkan itu!" gerutu Alena.
Sedangkan Olivia hanya tersenyum melihat tingkah Alena, pikirannya kembali melayang mengingat semua masa lalunya dulu.
***
Kenan Akmal Suryopranoto, adalah tetangga baru Olivia dan Calista saat mereka duduk di bangku sekolah menengah atas. Sejak awal pertemuan, Olivia sudah jatuh cinta pada Kenan yang tampan dan begitu terlihat dewasa. Namun, Kenan lebih tertarik pada Calista yang cantik dan menawan dengan postur tubuh yang sangat ideal. Calista memang selalu menjadi dambaan setiap lelaki dimanapun dia berada. Sedangkan Olivia, hanyalah seorang gadis kutu buku yang sehari-hari hanya sibuk dengan berbagai pelajaran dan kegiatan akademik. Meskipun wajah Olivia cantik, tetapi, penampilannya tidaklah semenarik Calista.
Sejak bertemu dengan Calista, Kenan jatuh cinta padanya. Namun, Kenan hanyalah seorang laki-laki pemalu yang hanya bisa mengirimkan surat cinta yang dia selipkan lewat jendela kamar. Calista yang tidak pernah tertarik pada Kenan hanya membiarkan surat itu tergeletak di atas mejanya.
"Kak, kok ada banyak banget surat di meja?" tanya Olivia.
"Oh itu dari tetangga baru di sebelah rumah, kamu masukkan saja surat itu ke tempat sampah Olive, dari kemarin kakak sibuk dan belum sempat membuangnya."
Namun, Olivia mengindahkan perintah Calista. Dia lalu membuka surat itu satu per satu. "Kak, apa kakak tidak pernah membaca surat ini? Lihat kata-katanya sangat indah, bahkan ada beberapa puisi romantis untuk Kak Calista."
"Buang-buang waktu saja Olive, aku tidak suka lelaki yang mengirim surat seperti itu, kuno, dia buka tipeku."
"Bagaimana jika aku yang membalas semua surat ini, Kak?"
"Terserah kamu!" jawab Calista sambil mengikir kuku di jari-jari tangannya, tanpa melirik pada Olivia yang tampak begitu kegirangan.
Tiga tahun lamanya Olivia dan Kenan berkirim surat, hingga menjelang akhir masa kuliah Kenan dan Calista mereka tiba-tiba berpacaran. Olivia begitu terkejut dengan sikap kakaknya yang tiba-tiba berubah begitu saja.
"Kak, kakak sekarang pacaran sama Kak Kenan?"
"Kenapa? Kamu iri?"
"Bukan gitu kak, Olive cuma heran saja. Bukankah dulu kakak tidak pernah menanggapi Kak Kenan, kenapa sekarang tiba-tiba berubah?"
"Halo Olivia, kamu emang bener-bener kudet ya! Apa kamu ga tahu berita dari keluarga Kenan?"
Olivia lalu menggelengkan kepala. "Makanya jangan cuma bisa baca buku dan jurnal ilmiah dong Olive, sekali-kali baca berita nih!" kata Calista sambil menyodorkan berita di sebuah portal online. Olivia sekilas membaca berita tersebut.
"Jadi, sejak dua tahun terakhir perusahaan milik Papa Kenan begitu maju pesat dan sekarang keluarga mereka masuk dalam sepuluh besar keluarga terkaya di Indonesia?"
Calista lalu mengangguk dan tersenyum menyeringai. "Aku juga berterima kasih padamu Olive, karena sudah membalas surat-surat Kenan, dia menyangka aku yang membalas surat-suratnya, itulah alasan kenapa dia sekarang begitu mencintaiku. Hahahaha....."
"Jadi kau mengaku pada Kenan jika kaulah yang membalas surat-surat cinta darinya?"
"Tentu saja, Kenan begitu mencintai orang yang membalas surat-surat darinya, dan dia menganggap itu adalah aku, aku tak mau kehilangan kesempatan begitu saja mendapatkan cinta dari Kenan yang begitu memiliki banyak harta," kata Calista sambil tersenyum kecut.
Dada Olivia begitu bergemuruh mendengar perkataan Calista, dia lalu masuk ke kamar dan menangis sejadi-jadinya. "Kakak kenapa kamu selalu jahat padaku?"
NOTE:
Kalau masih ada yang komen mirip film India Mujhe Dosti Karoge mending di skip aja ga usah baca, saya juga punya pengalaman membalas surat dan menjawab telepon teman saya dari orang yang menyukai dia tapi dia tidak suka, lalu pengalaman pribadi saya apakah juga disamakan dengan film India? 🤨
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!