Penokohan :
Naura Ayu Safitri. Seorang gadis yang pernah tersiksa oleh cinta, cinta kedua orang tua yang menyakitinya, cinta sanak saudara yang mengkhianatinya dan cinta seseorang yang menghilang tiba-tiba menghancurkan semangatnya. Membuat Naura trauma saat bertemu dengan lawan jenis dan juga orang dewasa yang mengerikan, sekelebat bayangan masa lalu menghampirinya, yang tertanam kuat dalam ingatannya, sehingga rasa takut itu mengganggu psikologinya. Naura tidak ingin larut terus menerus, dia mulai bangkit. Gadis berusia 23 tahun itu kini sudah menjadi seorang dokter anak yang kompeten. Anak-anak itu murni, mereka tidak akan menyakiti perasaan yang pada kiprahnya juga murni. Naura menyembuhkan diri dengan itu, melihat kehangatan dan tingkah polos anak kecil membuatnya sedikit percaya dengan cinta. Tapi semuanya tidak semudah membalikan telapak tangan, trauma itu kadang tidak dapat dikontrolnya ketika matanya bertemu dengan lawan jenis dan orang dewasa yang mengerikan itu. Naura masih belum bisa melawan tatapan mata yang jujur, seakan-akan memberitahu sikap asli orang yang ditatapnya itu.
Aydin Ilker Murat. Seorang pria tampan nan menawan, dikelilingi oleh cinta keluarganya. Aydin adalah gambaran seorang anak yang berhasil dididik dengan baik oleh orang tuanya, berkepribadian ramah dan sopan, cerdas dan cekatan, berdarah biru namun tetap rendah hati, dan juga seorang dokter spesialis kanker yang kompeten. Diusianya yang masih muda, 22 tahun dirinya sudah berhasil mendapatkan gelar dokter ahli sehingga menjadi kebanggaan di rumah sakit keluarganya itu. Dirinya memang tidak kekurangan cinta sedikitpun, namun Aydin masih belum pernah mengenal yang namanya jatuh cinta. Aydin tidak mengerti bagaimana perasaan yang seperti itu bisa muncul di hati manusia ?
💞💞💞
Sinopsis
Menyakitkan jika mengingatnya, menyedihkan saat menjalaninya, mengecewakan saat melihatnya, itulah cinta. Mana ada cinta yang semanis madu, hanya ada cinta seperti keripik melinjo keras dan pahit. Itulah pandangan oleh seseorang yang terlalu sering disakiti oleh perasaan, dihancurkan oleh kepercayaan, dan dikhinati oleh rasa cinta, dia tidak percaya dengan ketulusan, hanya ada kepalsuan dan itu memuakkan. Namun sebuah cahaya mendatanginya, memberikan semangat dan sekelebat harapan saat itu…
“Naura ?” ucap anak tersebut memastikan orang dihadapannya ini
“Siapa ? hiks,,, hiksss,,,” Tanyaku tidak mengenali orang yang mengajakku bicara
“Kamu Naurakan ? yang bermain bersamaku saat dipanti asuhan” Tanya anak itu lagi
“Deg !” bayangan itu muncul. Rasa sakit saat dipukuli oleh wanita yang ku anggap ibu, rasa menyalahkan diri karena tidak patuh, rasa yang menyesakkan dada
“Tidak ! aku tidak bermain ke panti asuhan lagi. Aku bukan anak yang nakal, hiks,,,hiks,,,” ucapku sambil menahan sakit diperut, ada perban di kepala menutupi luka yang besar serta beberapa memar nampak di wajahku.
Itu semua kudapatkan dari orang yang ku anggap tulus ternyata palsu, dari seorang yang ku anggap pelindung ternyata penjahat, yang ku panggil ibu ternyata menganggapku barang yang tak laku.
“Hm,,, ini strawberry untuk kamu. Manis ?” ucap anak laki-laki itu sambil tersenyum dia memberikan buah berwarna merah itu padaku, kulihat dia mengunyah buah itu dengan lahap.
“Manis, apa itu manis ?” batinku tidak percaya dengan buah ini bisa memberikan rasa manis
“Rasanya manis, apa kamu tidak memakannya ?” Tanya anak laki-laki itu sambil menatap strawberry yang diberikannya, tatapan tulus yang memintanya untuk juga ikut merasakan manisnya buah itu
“Am…” Aku pun memasukkan buah merah itu kedalam mulutku, apa ini yang disebut manis ? meninggalkan jejak yang menyenangkan, menghangatkan hati saat rasa itu masuk kedalam mulut.
“Manis ?” Tanya anak laki-laki itu lagi tersenyum dengan cerianya
“Hm, iya...” ucapku sambil menaikkan ujung bibirku mengikuti anak tersebut
“Dadah Naura, din kesana ya…” ucap anak tersebut lalu pergi begitu saja
“Dadah” ucapku hanya untuk membalas kata-katanya
“Dia pergi ? dia meninggalkanku ? Apa karena aku tidak membayar kebaikannya ? Haaah, apa yang aku pikirkan ? di dunia ini memang tidak ada orang yang selamanya baik apalagi tulus, tapi rasa manis tadi sedikit menghangatkan” batinku sambil melihat punggug anak laki-laki itu pergi
“Ayo kita pergi Nak !” ajak seseorang yang baru aku kenal
“Tidak ada cinta yang tulus, tidak ada kebaikan yang selamanya ada, aku akan membalas kebaikan orang ini agar dia tidak menginggalkanku” tekadku sambil melihat orang yang menggandeng tanganku saat ini.
.
.
.
Hai guys ✨
Kembali lagi dengan novel author. Cerita ini merupakan sekuel dari karya author sebelumnya yaitu I Want Bunda.
Bercerita tentang Aydin yang kini sudah tumbuh dewasa dan Naura yang sudah author sedikit singgung di novel sebelumnya. Mereka akan sama-sama berjuang mencari jati diri, mengekspresikan jiwa muda mereka dan menemukan jawaban Adakah Cinta ? yang selalu mereka pertanyakan.
So, semoga kalian suka dengan novel ini 🤗
Jangan lupa masukkan favorit, like, and komen guys 🙏
See you next episode ya 😉~~~
"Hmpphhh….” Suara seseorang tertahan
“PLAK ! DIAM !” teriak seseorang setelah menampar pipi anak tersebut
“Hmpphhh,,, hmphhh,,,” anak tersebut terus memberontak karena mulutnya dibekap oleh pria berbadan kekar tersebut
“AKU BILANG DIAM BODOH !” bentak pria itu lagi
“Hiksss,,, hmppphhh !” gadis itu terus memberontak
"Aish ! HANA URUS ANAK NAKAL INI !” kata laki-laki dewasa itu pada seorang wanita yang duduk tak jauh darinya, lalu berhenti membekap mulut anak tersebut
“Hiks,,, hikss,,, bu,,, kita dimana, hiks,,, om itu siapa ?” Tanya seorang anak yang tidak mengerti apa-apa langsung memeluk ibunya yang ada disampingnya
“DIAM ! kamu itu hanya beban !” ucap Hana juga membentak anak perempuan tersebut
“Hiks,,, ibu,,, hiks,,, Ta,, kuut !” rengek anak tersebut ketakutan
“MAKANYA DIAM !” tegas Hana menatap tajam
Saat itu mereka berada disebuah mobil, entah kemana dirinya akan dibawa sebab malam hari membuat penglihatan anak perempuan tersebut samar
“TURUN !” Perintah pria tersebut
Anak perempuan yang patuh itu mengikuti langkah pria tersebut dengan ditarik oleh ibunya, dia memandangi pria bertato dengan pakaian jens didepannya dengan kebingungan. Mereka berjalan masuk kesebuah tempat praktik . Obrolan rahasia terjadi disana, kemudian gadis kecil itu dibawa kesebuah ruangan dan tak lama anak itu tak sadarkan diri.
Setelah beberapa saat gadis itu mengerjapkan matanya, nampak langit-langit putih dilihatnya. Bau obat-obatan tercium, ruangan yang nampak asing baginya. Hanya dirinya, tidak ada orang lain disana.
“Ceklek…” pintu terbuka
“Oh, akhirnya kamu sadar ! bangun dan pergilah dari sini !” ucap sang dokter tersebut
“Ibu,,,, ibuuuu… dimana ibu ?” Tanya anak tersebut gelisah
“HEH ! Aku bilang pergi jangan buat keributan disini !” ucap dokter tersebut sambil menyeret anak perempuan itu keluar ruangan dari pintu belakang sebuah tempat tersebut
“Iiiiibuuu !” teriak anak tersebut
***
“Tininiiiit…. Tininiiit…” jam weker membangunkan seorang gadis dipagi hari
“Hiks,,, hikss,,,” seseorang bangun dari mimpinya dengan sesegukan
“Mimpi itu lagi…” gumam wanita tersebut
“Haaaah, kapan aku sepenuhnya lepas dari masa lalu” gumamnya lalu mematikan weker kemudian mengambil handuknya untuk bergegas mandi dan memulai rutinitasnya
Dia adalah Naura Ayu Safitri, gadis yang akhirnya dapat menata kembali kehidupannya.
17 tahun yang lalu dirinya hanyalah seorang anak buangan yang tidak punya tujuan, tidak punya harapan hidup, terlontang-lanting beberapa hari hidup dijanalanan sambil menahan sakitnya.
Kala itu hujan deras turun, Naura yang berjalan disebuah jalanan sepi tidak sempat berteduh dari hujan. Dia sedang berusaha mencari tempat untuk terlindung dari hujan namun nampak disana hanya ada jalanan kosong.
“Tiiit,,,,tiiit,,,” klaskon sebuah mobil membuatnya sadar dari lamunan
“Nak, kamu mau kemana biar Bapak antar” ucap seorang pria paruh baya yang menurunkan kaca mobilnya
Naura hanya menggeleng, mundur beberapa langkah dan tidak berani menatap orang tersebut.
“Nak, saya bukan orang jahat. Kamu tidak perlu takut” ucap Bapak tersebut
Naura hanya menunduk, tidak merespon apa-apa.
“Nak, hari sedang hujan sebaiknya kamu berteduh” ucap Bapak tersebut turun dari mobil dan membawakan payung agar Naura tidak kehujanan
“Nama saya Dwi Ariyanto, anak-anak biasa panggil saya Prof. Dwi. Apa kamu punya tempat tujuan nak, biar saya antar ?” Tanya Prof. Dwi dengan lembut
Naura hanya menggeleng sambil menunduk dan mundur beberapa langkah, menjaga jarak dari pria tersebut.
“Kalau begitu mau ikut Bapak ? Bapak akan membawa kamu menemui teman sebaya dengan kamu” ucap Prof. Dwi yang merupakan seorang psikolog disalah satu rumah sakit, dia menyadari perilaku aneh anak perempuan ini
“Hm…” Naura hanya merespon begitu dan menggeleng
“Nak coba kamu pikirkan, ketika kamu berada dijalanan sendirian seperti ini akan ada banyak bahaya menghampiri kamu. Tapi jika kamu mau ikut Bapak, kamu masih ada harapan untuk menata masa depan seperti yang kamu inginkan. Jangan membuat hidup menjadi singkat karena kamu tidak mau berpikir panjang Nak” ucap Prof. Dwi memberikan rangsangan agar anak yang ditemuninya ini mau berpikir kedepan
“Ta,,,tapi saya tidak akan bisa hidup, saya sedang sakit,,, hiks…” ucap Naura pesimis sambil memperlihatkan bekas jahitan diperutnya
“Nak, ada banyak orang yang bisa bertahan dengan satu ginjal mereka. Ada banyak orang yang sukses walau hanya punya satu ginjal. Bapak seorang dokter, Ada teman Bapak yang juga kehilangan satu ginjalnya tapi kini dia sudah sukses menggapai impiannya menjadi seorang Profesor ” ucap Prof. Dwi
“Apakah benar ? Naura akan hidup panjang ? ” Tanya Naura mulai percaya dengan kata-kata Prof. Dwi
“Ya Nak Naura, Bapak akan merawat dan membesarkan kamu” jawab Prof. Dwi sambil mengulurkan tangannya ingin mengelus rambut usang anak tersebut, namun Naura malah menghindar
“Baiklah. Bagaiamana ? jadi kamu maukan ikut dengan Bapakkan ?” Tanya Prof. Dwi
“Em” Naura mengangguk, dia tersadar bahwa banyak hal yang harus dia ketahui.
Diusianya yang masih belia di umur 6 tahunnya itu dia dipaksa keadaan untuk tumbuh dewasa agar bisa menghadapi orang-orang kejam itu
Naura akhirnya tersenyum walau masih menunduk, senyum pertama kalinya setelah beberapa hari tertatih-tatih dijalanan. Berusaha terlepas dari kejaran orang-orang yang menatapnya dengan mengerikan, entah mengapa sejak menjadi sebatang kara dirinya semakin takut dikeramaian, dia menghindari keramaian dan tak berani mengangkat kepalanya.
Dan kini, disinilah Naura dirawat oleh orang baik yang mengubah hidupnya.
“Aih, aku melamunkannya lagi” ucap Naura sambil menatap wajahnya dari pantulan kaca
“Aku harus bergegas !” gumam Naura lalu mulai menghidupkan shower dan bersiap untuk pergi bekerja
Gadis yang beranjak dewasa itu kini sudah siap dengan kemeja rapinya. Dia turun dari kamarnya, menyapa orang yang telah menyelamattkan hidupnya.
“Selamat pagi Prof.” sapa Naura saat melihat pria yang sudah berumur itu duduk dimeja makan
“Sudah saya bilang panggil Ayah, kamu jangan ikut-ikutan memanggil saya Prof, hehe” ucap Prof. Dwi mencoba bercanda
“Baik Ayah” jawab Naura sambil menunduk hormat
“Aih, kamu tetap saja kaku seperti biasa. Ya sudah ayo kita makan” ucap Prof. Dwi
Merekapun memulai sarapan, dirumah yang asri itu hanya ditempati oleh 5 orang. Dua orang pembantu dan satu orang satpam yang berjaga diluar, sisanya adalah Naura dan Prof. Dwi. Tidak ada keluarga lain karena Prof. Dwi tidak pernah menikah, dia terlalu sibuk dengan study dan pekerjaanya sehingga dihari tua dia menyesal karena tidak menikmati masa mudanya.
“Bagaimana dengan pekerjaan mu ?” Tanya Prof. Dwi
“Baik Yah” jawab Naura
“Lalu, apakah kamu sudah menemukan orang yang tepat ?” Tanya Prof. Dwi
“Bagaimana jika Naura membantu Ayah menemukan orang yang tepat untuk menemani Ayah ?” Tanya Naura
“Kamu ini selalu saja jika ditanya malah menyakan balik. Ayah ini sudah terlalu tua, mana ada yang mau dengan Ayah. Ayah hanya ingin melihat kamu menikah dan bahagia” ucap Prof. Dwi
“Iya Naura juga ingin melihat Ayah bahagia. Naura sudah selesai sarapan, Naura berangkat dulu Yah” ucap Naura yang sudah selesai dengan sarapannya lalu berdiri
“Tidak mau bareng dengan Ayah ?” tawar Prof. Dwi yang masih bekerja dirumah sakit swasta milik temannya itu
“Naura harus control pasien pagi ini Prof. Naura duluan ya. Cup” Naura menyalimi tangan Prof. Dwi kemudian pergi
.
.
.
Hai guys, gimana kesan kalian dengan episode pertama ini ? tinggalkan komen kalian ya 😁
See you next episode guys 😉~~~
🎶Mimpi adalah kunci
Untuk kita menaklukkan dunia
Beqrlarilah tanpa lelah
Sampai engkau meraihnya…🎶
Seorang anak memainkan gitarnya di perhentian lampu merah. Naura membuka kaca mobilnya agar anak tersebut mendekat, melihat anak kecil yang melawan kerasnya dunia membuat Naya mengingat saat dirinya di jalanan dulu. Jika tidak diselamatkan oleh Prof. Dwi bagiamana hidupnya dia tidak akan mampu memikirkan kemungkinan terburuknya.
“Dek, ini untuk kamu. Jaga diri baik-baik ya” ucap Naura sambil memasukkan uang seratus ribu kedalam kantong kresek anak tersebut
“Terimakasih banyak Kak” ucap anak tersebut tulus
“Hm” Naura tersenyum kemudian menutup kembali kaca jendelanya
Dirinya sangat suka dengan anak kecil, tatapan anak kecil itu tulus dan jujur. Tidak ada rasa takut ketika Naura bermain dan bertatapan dengan mereka dan hal itulah yang membuatnya bisa diterima bekerja sebagai dokter anak di rumah sakit swasta.
Lampu hijau menyala, Naura menginjak pedal gas dengan santai. Jalanan yang sudah biasa dia lalui, pemandangan yang sama setiap harinya, sudah dua tahun dia melalui jalanan yang sama ini. Berkat bantuan Prof. Dwi, Naura berhasil melalui masa sulitnya dan berhasil mendapatkan pekerjaan ini.
Dia menghentikan mobilnya diparkiran rumah sakit dan kemudian menuju ruangannya untuk memakai jas putihnya.
“Pagi Ra, how are you ?” sapa Zahra
“Pagi, baik Jah” jawab Naura singkat
“Jangan Jah dong ra, entar dikira Ijah nama gue” ucap Zahra kesal
“Hm” jawab Naura dingin
“Aih, Masih saja dingin. Coba kalau sama anak kecil, utuu, utuuu, utuuu,,, pasti gitu !” ucap Zahra kesal
“Kamu juga mau ? utuu,,, utuuuu,,, Zahra kecil…” ucap Naura meniru Zahra
“Iiih, bukan gitu maksud gua Ra” ucap Zahra tidak mengerti dengan sikap rekannya ini
“Terus ?” Tanya Naura
“Haiiiih, butuh tenaga nih. Mana makanan, makanan ?” ucap Zahra sambil menjauh dari Naura
“Gue duluan ke kamar pasien Jah” ucap Naura yang sudah siap
“Dibilangan jangan panggil Jah, Zahra Nau, panggil Zahra !” ucap Zahra
“Hm” respon Naura kemudian pergi
Naurapun berjalan di koridor rumah sakit, beberapa orang pasien berpapasan dengan dirinya. Namun Naura tetap memfokuskan pandangannya atau sesekali mengangguk untuk membalas sapaan mereka tanpa memandang mata mereka.
“Pagi Dok” sapa seorang suster
“Pagi” jawab Naura sambil menunduk
“Pagi Dokter Naura” sapa seorang dokter laki-laki yang merupakan rekan kerja Naura
Naura segara menjaga jarak dengan orang tersebut dengan bergerak setenang mungkin, lalu mengangguk sedikit dan kemudian pergi.
“Heh, dikacangin lagi lo bro” ucap rekan dokter tersebut
“Ya namanya juga usaha bro” ucap rekan Naura yang bernama Dokter Ali
“Mau sampai kapan bro, Dokter Naura itu cueknya minta ampun. Mandang ke kita aja enggak, balas sapaan aja Cuma ngangguk gitu, sombih sih makanya jomblo terus” ucap temannya
“Iya juga sih, but it’s oke lah kalau bisa dapetin dia” ucap Dokter Ali kemudian pergi bersama rekannya itu tanpa menyadari jika Naura masih berdiam ditempat tak jauh dari mereka
Naura hanya terdiam mendengar semua itu, memang imagenya dirumah sakit ini tidaklah bagus. Dia dicap sebagai orang yang sombong dan curang karena mendapatkan posisinya saat ini dengan jalur belakang, dimana mereka semua mengira pasti karena ada Prof. Dwi yang mendukung Naura sehingga bisa menjadi dokter tetap dini padahal itu semua hanyalah rumor, Naura bekerja keras dan belajar giat untuk bisa sampai di posisi ini.
Hanya Zahra yang terbilang dekat denganya sebagai rekan kerja. Zahra adalah teman pertama Naura, mereka bertemu saat pertama kali koas disini. Hingga saat ini mereka menjadi dokter tetap disini.
Naura membuka pintu menuju bangsal pasien yang akan dia control keadaanya pagi itu, nampak seorang ibu yang tertidur sambil berduduk disamping anaknya. Naura dengan hati-hati mulai memeriksa keadaan anak tersebut tanpa ingin membangunkan ibunya.
“Astagfirullah, Dok. Kok tidak bersuara” ucap Ibu tersebut kaget saat melihat Naura tiba-tiba sudah berdiri disamping ranjang anaknya
“Maaf, maaf bu. Saya tidak bermaksud mengagetkan ibu” ucap Naura langsung meminta maaf dan menunduk
“He, tidak apa Dok. Saya hanya kaget saja” ucap Ibu anak tersebut tersenyum kikuk melihat perilaku Naura yang meminta maaf
“Terimakasih bu, saya lanjut memeriksa Yuli dulu” ucap Naura kembali memeriksa suhu tubuh dan lainnya
“Ya silahkan” jawab Ibu Yuli
“Halo dek Yuli, maaf ya menganggu tidurnya” sapa Naura saat melihat anak berusia 5 tahun itu membuka matanya
“Doktel Naula. Semalat pagi” sapa Yuli dengan ceria
“Pagi cantik, bagaimana keadaan kamu ? apa ada merasa sakit ?” Tanya Naura lembut
“Tidak ada dok, Yuli sehat kok” jawab anak tersebut
“Waah, Yuli anak yang hebat ya. Pasti rajin minum obat dan patuh dengan saran dokter. Selamat ya, kondisi kamu juga sudah semakin membaik. Mungkin besok kamu sudah bisa pulang” ucap Naura
“Yeeeey, benalkah dok ? Akhilnya Yuli bisa bertemu teman-teman di sekolah lagi” ucap Yuli senang
“Iya sayang, tapi kamu harus tetap hati-hati ya. Jangan jajan sembarang karena pencernaan kamu harus dijaga sayang” nasehat Naura
“Baik Doktel” jawab Yuli
“Apa anak saya sudah boleh pulang Dok ?” Tanya sang Ibu
“Iya Bu, kemungkinan besok Yuli sudah bisa pulang” ucap Naura menatap sang Ibu dengan hati-hati
“Terimakasih-terimakasih Dok” ucap Ibu itu menyalami Naya
“Iya bu, kembali kasih” jawab Naya sedikit terpojok dengan perilaku ibu
“Eh maaf dok jika saya berlebihan” ucap Ibu tersebut segera melepas tangannya saat melihat kondisi Naura yang merasa kurang enak
“Tidak apa bu, Kalau begitu saya permisi untuk control pasien yang lain” ucap Naura berusaha untuk tidak menyinggung ibu tersebut dan tersenyum ramah lalu menatap wajah wanita itu beberapa detik
“Iya dok, silahkan” ucap Ibunya Yuli
“Oh ya jangan lupa sarapan ya sayang dan juga minum obat agar besok bisa langsung pulang” ucap Naya sebelum pergi pada Yuli
“Hm, Baik doktel” jawab Yuli dengan mengangguk pasti
“Dadah…” ucap Naura berlalu sambil melambaikan tangannya, hal itu juga dibalas oleh Yuli sampai Naura terhalang oleh pembatas
“Selamat pagi dek Ami” sapa Naura saat melihat anak lelaki tersebut sudah terbangun dari tidurnya
“Pagi Dokter” sahut Ami
“Pagi Dok” sahut wanita paruh baya yang sedikit berisi ada disana, Naura hanya membalas dengan senyum kepada sang ibu
“Dokter periksa ya ? apakah urin Ami lancar bu ?” Tanya Naura
“Tidak dok, malam tadi Ami masih belum mengeluarkan urin” ucap sang Ibu
“Hm, sepertinya perlu kita ronsen ya bu. Nanti akan saja buatkan jadwal disore ini” ucap Naura sambil mengambil stetoskopnya untuk memeriksa denyut nadi Ami
“Baik dok, terimakasih” ucap sang ibu
“Iya bu. Kalau begitu saya permisi” ucap Naura sambil menunduk
“Iya Dok” jawab si Ibu menatap heran pad Naura
Naurapun berjalan keranjang pasien yang lain, kebetulan dibangsal itu ada 4 pasien sekaligus, jadi Naura mencek keadaan mereka satu persatu.
“Eh bu Yuli, itu si Dokter kok sombong banget ya. Masa pas ngomong gak natap mata kita sih ?” ucap Ibunya Ami pada tetangga disebelahnya
“Ya gitu bu, mungkin dia rishi kali ya sama kita yang golongan bawah ini” ucap ibunya Yuli
“Mungkin kali ya bu, tapi ya karena sikap professional dia ramah sama anak-anak” ucap Ibu Ami
“Ya sepertinya begitu” ucap ibunya Yuli membalas gossip tersebut.
Naura yang mendengar hanya tersenyum, berusaha untuk professional walau hatinya begitu sakit. Ya, dia belum bisa sepenuhnya mengatasi rasa anti sosialnya ini. Namun sedikit demi sedikit rasa takut itu sudah jauh berkurang ketimbang ketika pertama kali dibawa oleh Prof. Dwi ke rumah sakit.
.
.
.
See you next episode ya 😉~~~
Jangan lupa tinggalkan jejak 👣
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!