1. **Menantu Keluarga Wijaya**
Menikah dan menua bersama dengan lelaki yang sangat kita cintai adalah harapan semua wanita. Tidak terkecuali
dengan gadis cantik berusia 18 tahun yang bernama Naomi Akiara.
Bagi Naomi, rasanya masih seperti mimpi ketika matanya terbuka untuk pertama kali di pagi hari, disambut oleh kecupan lembut sang suami yang bernama Gedeon Aiden Wijaya atau biasa dipanggil dengan Deon.
Naomi jatuh cinta pada Deon ketika Deon menyelamatkan dirinya dari sang ayah angkat yang akan menjualnya pada lelaki hidung belang sewaktu masih tinggal di Jerman.
Namun siapa sangka, ternyata Deon adalah kakak kandung dari gadis yang pernah ia tolong saat sesak nafas akibat alergi keju. Hingga hubungan baik mereka pun terjalin. Bahkan orang tua Deon sangat menyayangi Naomi yang latar belakangnya sebagai anak panti asuhan.
“Apa masih sakit?” Tanya Deon dengan lembut membuat lamunan Naomi buyar.
Sebuah anggukan kecil dan diiringi dengan merona-nya wajah cantik tanpa make up itu membuat Deon semakin gemas dan ingin melakukan penyatuan lagi dengan sang istri. Tapi, Deon masih bisa menahan hasratnya setelah semalam menggempur istrinya sampai pagi. Nggak tahu di menit berikutnya, apakah Deon masih bisa menahan hasratnya?
“Kak.. lepasin dong.. aku mau mandi.” Rengek Naomi, tapi Deon masih enggan melepaskan tubuh polos istrinya itu yang hanya dibalut selimut tebal.
Radang Deon ingin menghentikan waktu sebentar saja sebelum benar-benar kembali ke dunia nyata dimana pekerjaan yang menumpuk sudah menunggunya. Dan Deon juga harus segera mengurus masalah surat-surat untuk meresmikan pernikahannya dengan Naomi di mata Negara.
Karena kemarin, Deon menikahi Naomi baru secara agama atau nikah siri. Alasannya adalah seluruh dokumen penting Naomi masih ditangan oleh orang tua angkatnya di Jerman. Dan Papa Arsa masih mengurus kasus tersebut supaya bisa menjebloskan ayah angkat Naomi ke dalam penjara.
Jangan tanya bagaimana Naomi bisa kembali ke tanah air tanpa dokumen-dokumen yang menunjukkan identitasnya, jawabannya adalah karena kekuasan. Ya, kekuasaan yang dimiliki keluarga Wijaya dan dibantu oleh keluarga Bramantya.
Selain itu, status Naomi masih sebagai siswa SMA di sekolah yang merupakan yayasan milik keluarga Bramantya.
Dan lusa adalah acara kelulusan Naomi dan Geva (adik kandung Deon) sehingga dua gadis cantik yang sudah tidak gadis lagi itu akan segera resmi menjadi mantan siswa dan akan berganti menjadi Mahasiswa sekaligus istri sah para pengusaha muda.
Dan Deon akan segera mengurus pernikahannya supaya SAH dimata hukum Negara supaya ayah angkat Naomi tidak bisa berbuat macam-macam lagi dengan Naomi. Deon akan melakukan apapun untuk melindungi Naomi. Sebab, menjebloskan lelaki itu ke dalam penjara cukup sulit. Mereka tidak memiliki bukti yang kuat dan aturan negara maju tersebut berbeda dengan negara berkembang.
"Aku mau mandi kak.." Rengek Naomi lagi.
"Udah begini aja dulu... aku takut kangen kamu kalau jauh-jauh dari kamu." Kata Deon penuh gombalan membuat Naomi terkekeh dengan wajah merona.
"Gombal! orang mau ke kamar mandi doang!" Jawabnya sambil tersenyum mengusap rahang sang suami.
Naomi tidak menyangka jika Deon bisa bersikap sangat manis padanya dan menunjukkan cinta yang teramat besar untuknya. Padahal sebelumnya Deon begitu tergila-gila dengan wanita bernama Renata yang tidak lain adalah sahabatnya semasa sekolah dulu. Sekarang, Deon sudah menjadi miliknya seutuhnya terbukti dari betapa panasnya mereka semalam yang saling memuaskan satu sama lain.
"Kenapa pipi kamu memerah lagi Nom? pasti ingat yang kita lakuin semalam suntuk hingga pagi menjelang ya?" Tanya Deon.
"Eng.. Enggak kok!" Dusta Naomi jadi salah tingkah karena tebakan Deon tidak salah.
"Bohong dosa loh!"
"Ih kak Deon! aku malu...!" Naomi memukul lengan Deon lalu menyembunyikan wajahnya di dada bidang sang suami.
"Ciie malu ciie.. padahal semalam juga udah mulai agresif." Deon semakin melancarkan aksinya untuk menggoda sang istri yang semakin terlihat menggemaskan.
"Kakak.." Rengek Naomi. Deon memeluk Naomi dengan erat.
"Aku sangat suka dengan apa yang kamu lakukan semalam meskipun masih cukup kaku, kamu hanya perlu setiap hari melakukannya... kita mandi bareng yuk!" Ajak Deon.
"Kakak jangan ngomong mesum terus ih!"
"Salah siapa kamu benar-benar bisa membuatku gila!" Kata Deon.
"Katanya kamu tadi mau mandi. Yuk mandi bareng." Ajak Deon lagi.
"Nggak mau.. aku malu!"
"sama suami sendiri malu.. ih.." Ucap Deon sambil terkekeh.
"Namanya malu ya malu kak.. kan belum terbiasa."
"Makanya ayo kita biasakan ya... pokoknya mulai sekarang apa-apa kita harus biasakan berdua ya.. dan kamu gak boleh tinggalin aku, apapun yang terjadi ya.. janji?"
"Tapi lepasin dulu.."
"Nggak akan aku lepaskan!" Kata Deon tiba-tiba mengangkat tubuh Naomi dan
membawanya memasuki kamar mandi. Deon tidak menggubris teriakan sang istri.
Tidak ada kata yang bisa menggambarkan kebahagiaan Naomi pagi ini. Benar kata pepatah, bahwa akan ada pelangi setelah badai datang.
Merasa terbuang sejak bayi karena tinggal di Panti Asuhan, tidak mengenal kedua orang tuanya dan berujung dengan diangkat anak oleh pasangan suami istri tak beradab dan mengajaknya pindah ke Jerman, akhirnya Naomi merasakan hangatnya sebuah keluarga.
Kehangatan keluarga yang hanya bisa Naomi bayangkan saja...
Mama Rachel dan Papa Arsa yang merupakan orang tua Deon, sangat menyayangi Naomi layaknya putri kandungnya sendiri. Begitu juga dengan Geva, sahabat yang kini menjadi adik iparnya itu selalu ada disampingnya selama ini. Tidak lupa juga Bhumi, suami Geva juga bersikap baik padanya padahal Bhumi adalah lelaki yang sangat kaya raya dan terkenal angkuh juga arogan.
“Pengantin baru gitu banget ya wajahnya, keliatan banget habis begadang!” Seru Geva yang merasa bahagia, akhirnya kakaknya bisa move on juga dengan wanita yang bernama Renata, wanita yang selalu mengejar-ngejar Bhumi.
“Pengantin lawas, sirik aja elu!” Ucap Deon memberikan pelototan pada sang adik. Deon sudah tahu isi kepala sang adik yang pasti akan kepo pada kegiatan mereka semalam.
“Biarin!" Geva menjulurkan lidahnya pada sang kakak lalu beralih menatap Naomi, sahabatnya.
"Nom, entar ceritain sama gue gimana kak Deon diatas ranjang ya!”
Pletak!
“Auuu!” Geva mengadu kesakitan saat sang kakak melemparkan isi buah salak tepat mengenai keningnya.
“Yon! Jangan berani-berani nyakitin Geva!” Ucap Bhumi Bramantya pada kakak iparnya yang juga merupakan sahabatnya sejak kecil karena mereka seumuran dan hubungan keluarga Wijaya dan Bramantya sangatlah dekat.
“Salah siapa bini elu otaknya mesum terus.”
"Bini gue juga adek elu, elu kakaknya juga mesum terus!" Jawab Bhumi. Naomi baru tahu, lelaki yang terlihat arogan itu bisa bersikap konyol juga di depan keluarganya.
“Bee… sakit!” Kata Geva dengan nada manja pada sang suami membuat Deon, Naomi dan kedua orang tuanya memutar
bola matanya malas.
“Lebay!” Cibir Deon lagi.
“Bee,,,” Belum juga Geva kembali mengadu pada sang suami, suara mama Rachel sudah menggema.
“Kalian itu ya kerjaannya tiap pagi selalu saja berdebat hal yang gak penting!” Ucap Mama Rachel sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Penting lah ma.. kan menyangkut keharmonisan pasangan suami istri dengan membahas seberapa kuat lelaki memuaskan istrinya.” Sambung Geva.
Mama Rachel hanya menghela nafasnya sebab berdebat dengan Geva hanya akan membuang-buang waktu saja. Terbukti kan, yang lainnya memilih menikmati sarapannya ketimbang menanggapi celoteh Geva.
“Sudah-sudah.. nikmati sarapan kalian.. Naomi, jangan diam saja.. biasanya kamu gak kalah cerewet sama Geva jika menginap disini, kenapa sekarang sudah menjadi bagian keluarga Wijaya justru jadi pendiam begini?” Tanya Mama Rachel pada sang menantu yang sedari tadi terus menunduk.
“Hehe… a.. aku gak enak sama mama, karena gak bantuin mama siapkan sarapan. Aku sebagai anggota baru keluarga ini justru bangun kesiangan. Maafkan aku ya ma, belum bisa menjadi menantu yang baik buat mama.” Ucap Naomi masih menunduk. Coba tadi Deon tidak meminta hak-nya lagi saat di kamar mandi, pasti dia tidak akan merasa bersalah seperti ini.
"Gak masalah sayang... mama ngerti kok". Senyum Mama Rachel membuat hati Naomi menghangat.
“Santai Nom.. santai.. kami tahu kok kalian kenapa telat.” Lagi-lagi suara Geva bagaikan polusi udara di ruang makan keluarga Wijaya. Wajah Naomi kembali memerah.
"Naomi, kapan-kapan kita masak bareng ya.. duh bahagianya mama punya menantu perempuan. Sebab anak perempuan mama gak bisa masak sama sekali." Kata Mama Rachel yang melirik Geva.
Bibir Geva langsung menggerutu, siapa juga yang dari kecil selalu memanjakannya karena sering sakit-sakitan dan hampir beberapa kali hampir meregang nyawa akibat alergi keju.
"Kalau gak bisa memuaskan suami dengan makanan, yang penting bisa memuaskan suami di atas ranjang ma." Bukan Geva namanya jika mau saja kalah.
“Bee.. kalau makan diam.” Tegur Bhumi dengan aura dinginnya itu pada Geva membuat Papa Arsa tersenyum bahagia menatap kedua anaknya sudah memiliki pasangan masing-masing. Pasangan yang memang layak untuk kedua anaknya, Deon dan Geva karena Papa Arsa tidak pernah memandang latar belakang seorang Naomi Akiara.
“Oh ya Yon, Papa baru ingat bahwa tadi manager Mall kita yang ada di Bandung menghubungi Papa dan menyampaikan bahwa ada masalah yang cukup serius di cabang Bandung. Papa minta maaf, bukan berniat mengganggu kebahagiaan kamu sebagai pengantin baru, tapi hanya kamu yang bisa menyelesaikan masalah disana dengan cepat.” Ucap Papa Arsa membuat hati kecil Naomi bersedih. Ya meskipun sebisa mungkin Naomi harus tetap tersenyum karena itu memang tanggung jawab sang suami.
Masak baru jadi pengantin baru harus ditinggal ke luar kota sih?
“Iya pa, itu masalah udah dari kemarin, apa gak bisa ditunda sih pa?” Decak Deon kesal.
"Keadaannya akan semakin parah Yon, Papa gak mau kita mengalami kerugian yang lebih besar lagi. Kamu ajak Naomi aja. Sekalian kalian jalan-jalan berdua.” Saran Papa Arsa membuat hati Naomi tersenyum bahagia bisa jalan-jalan dengan Deon tanpa memikirkan sekolah karena gadis cantik itu tinggal menunggu hari kelulusan saja.
“Yang ada nanti aku malah gak kerja pa! Tapi bisa berhari-hari berada di kamar hotel.” Sambung Deon membuat
Naomi seketika kecewa.
"Sayang, aku harus pergi ke Bandung, aku janji akan segera kembali... kamu gak apa-apa kan aku tinggal sebentar?" Tidak ada jawaban lain yang bisa Naomi berikan selain menyetujui ucapan sang suami.
BERSAMBUNG…
Haiii… ketemu lagi.. terima kasih
atas dukungan kalian sehingga story Naomi rillis di aplikasi biru ini hehehe…
Yang udah baca MGM alias Menikahi
Gadis Menyebalkan, sedikit flashback dulu yaw…. Sabar euy..
2. Kabar Gembira
Kadang hidup yang manusia jalani memang tidak sesuai dengan ekspektasi. Dan ketika hal tersebut terjadi, maka kekecewaan tidak bisa dihindari lagi. Seperti apa yang sedang Noami rasakan saat ini. Gadis cantik berdarah Indo- Jepang itu memiliki ekspektasi yang cukup tinggi setelah dinikahi seorang Gedeon Aiden Wijaya.
Selain Deon adalah lelaki yang ia cintai, Deon juga memiliki keluarga yang sangat menyayanginya meskipun keluarga Deon adalah keluarga konglomerat. Naomi pikir, sebuah ikatan bernama pernikahan itu akan memberikannya banyak waktu berdua bersama sang suami, menikmati momen-momen pacaran yang belum sempat ia lewati dengan baik bersama Deon. Namun nyatanya tidak semua bisa seperti harapan Naomi.
Ternyata orang kaya juga masih sangat sibuk dengan pekerjaannya, waktu masih tinggal di panti dulu, Naomi pikir orang kaya itu bisa seenak dan sesukanya saja. Tapi ternyata ada tanggung jawab yang lebih besar yang di emban demi semuanya tetap berjalan semestinya.
Baru sehari resmi menjadi seorang istri, Naomi sudah ditinggal Deon ke Bandung karena ada pekerjaan yang harus suaminya itu selesaikan. Tepat tengah malam, Deon kembali ke Ibu Kota setelah istrinya terlelap karena kecapean menunggu kepulangan sang suami.
Namun, ada yang berbeda dari sikap Deon pada Naomi pagi itu. Naomi berusaha untuk berpikir positif bahwa suaminya itu hanya kecapean. Hingga siang harinya Deon tiba-tiba harus kembali lagi ke Bandung selama beberapa hari ke depan tanpa banyak basa-basi pada Naomi lebih dulu.
Dan saat ini sudah hari ke-empat Naomi berada jauh dari Deon. Naomi sangat merindukan sang suami meskipun Deon tidak pernah absen sedikitpun untuk menanyakan kabar sang istri dan memberikan perhatian penuh pada Naomi walaupun via telefon. Tapi, semua hal itu nyatanya tidak membuat perasaan kecewa Naomi berkurang.
Jika bisa memilih, rasanya Naomi ingin menjadi wanita egois dengan menahan Deon untuk tetap berada disampingnya atau minimal Deon mau mengajaknya ke Bandung untuk menikmati momen-momen indah sebagai sepasang pengantin baru. Jika diajak ke Bandung, Noami juga janji untuk tidak akan mengganggu pekerjaan suaminya.
Namun, Naomi sadar diri. Dia hanyalah anak panti asuhan yang memiliki latar belakang tidak jelas. Jadi, sudah
untung keluarga Wijaya mau menerimanya dengan baik, lalu kenapa dia masih kurang bersyukur dan banyak maunya?
Memang, masalah di mall baru di kota Kembang yang akan Deon buka akhir bulan ini cukup besar. Dan Deon harus turun tangan langsung mengawasi perkembangan masalah tersebut supaya saat pembukaan nanti segalanya sudah selesai sesuai dengan target yang sudah ia tentukan. Tapi apa harus sesibuk itu?
Naomi semakin mendesah kesal mengingat momen Geva dan Bhumi yang selalu bermesraan secara terang-terangan. Bahkan Geva mengatakan hampir tiap malam mereka menyatukan cinta mereka kecuali lagi tanggal merah. Sedangkan Naomi?
Terakhir kali mereka melakukan hubungan suami istri saat malam pertama setelah SAH menjadi sepasang pengantin baru dan pagi sebelum Deon berangkat ke Bandung. Bukankah biasanya pengantin baru selalu ingin berduaan? tapi mengapa tidak dengan Deon?
Naomi jadi berpikir ulang, sebenarnya mengapa Deon ingin segera menikahinya sih? Kenapa? Apa Deon hanya
merasa kasihan padanya? Apa mungkin seroang Deon beneran cinta dengannya? Naomi mendadak insecure teringat bagaimana anggun dan berkelasnya seorang Renata. Dan hal itu semakin membuat dada Naomi sesak.
Deon mencintainya? Kalau iya, mengapa Deon membiarkan dirinya kesepian beberapa hari ini? Pertanyaan demi pertanyaan terus berputar di kepala Naomi, namun Naomi belum memiliki keberanian mengungkapkan isi hatinya pada Deon.
Naomi hanya bisa menahan sesak dalam dadanya.
Menunggu kepulangan suami yang tanpa kepastian, membuat Naomi merasa sendiri. Terlebih, kedua mertuanya sedang pergi ke luar negeri dan Geva dengan suaminya masih berada di negeri Ginseng. Rumah mewah keluarga Wijaya terasa sangat sepi dan asing untuk Naomi, sehingga Naomi memilih menginap di panti Asuhan tempat ia dibesarkan. Setidaknya disana dia bisa menghabiskan waktu dengan anak-anak supaya rindunya pada Deon tidak kian besar.
Naomi menghela nafasnya,
"Kenapa masih diluar Omi?" Tanya Bu Asih yang merupakan ibu panti. Ibu Asih adalah orang yang merawat Naomi dari bayi dan sangat menyayangi Naomi. Omi adalah panggilan kesayangan untuk Naomi saat tinggal di Panti.
Wanita yang sudah tidak lagi muda dan selalu mengenakan hijab tersebut menyusul Naomi yang duduk di teras panti. Beberapa hari ini Bu Asih melihat Noami nampak murung dan sedih sehingga membuat Bu Asih tidak tega.
"Kenapa aku merasa kak Deon masih jauh dari jangkauan aku ya Bu, padahal status kita udah suami istri? Apa kak Deon masih mencintai wanita lain?" Tanya Naomi menatap langit yang dipenuhi bintang-bintang.
Mendengar pertanyaan Naomi, Bu Asih tersenyum. Memang masih terlalu muda untuk Naomi menikah dan membangun rumah tangga. Terlebih Naomi tidak memiliki orang tua yang bisa membimbingnya dan menyiapkan dirinya untuk menjadi seorang istri yang siap menghadapi segala ujian rumah tangga di lima tahun pertama pernikahan yang katanya waktu yang cukup berat.
"Nak, percaya sama suami kamu. Jangan suka berasumsi sendiri begitu. Ibu kasih tahu ya… tidak ada rumah tangga yang berjalan mulus.
Memang begitu, harus ada banyak kerikil bahkan juga tidak sedikit krikil tajam yang bisa membuat kalian terluka atau saling melukai, tapi nikmati prosesnya.
Selalu percaya dan ingat komitmen awal kalian, juga dewasa. Karena berumah tangga adalah ibadah yang dijalani seumur hidup. Jadi... gak mungkin kan ibadah tanpa ujian?" Kata Bu Asih mengusap lembut rambut Naomi.
"Entahlah Bu, aku merasa ada yang kak Deon tutup-tutupi dari aku. Ada yang aneh dengan sikapnya setelah pulang dari Bandung kemarin meskipun dia setiap saat mengirim pesan dan menelfon aku." Ujar Naomi dengan mata berkaca-kaca.
"Jangan suka berprasangka, tidak baik! tanyakan langsung sama yang bersangkutan. Ayo masuk udah malam.. udara sangat dingin loh, mau hujan.. nanti kamu masuk angin."
"Ibu masuk dulu.. nanti Omi menyusul." Ucap Naomi dengan tatapan yang teramat sendu.
Banyak hal yang sebenarnya mengganjal hati seorang Naomi saat ini selain tentang Deon. Yaitu, kehadiran seorang wanita bernama Ayumi yang tiba-tiba mendatanginya dan mengaku sebagai kakaknya.
Naomi tahu siapa Ayumi, wanita cantik dan berpendidikan tinggi tersebut merupakan teman sekolah Deon. Dan, Naomi juga tahu bahwa sejak masa putih abu-abu, Ayumi cinta sama Deon tapi sayangnya hati Deon terpaku pada sosok Renata.
Apa tujuan Ayumi sebenarnya? Kalau dilihat-lihat memang ada kemiripan antara wajah Naomi dan Ayumi. Kata Ayumi, ayahnya juga ayah Naomi merupakan lelaki keturunan Jepang yang memiliki bisnis properti di berbagai negara. Sedangkan, ibu mereka adalah dua wanita berbeda yang di masa lalu bersahabat. Namun, ibu kandung Ayumi sudah merebut kekasih sahabatnya sendiri yang tidak lain adalah ibu kandung Naomi. Hingga terjadilah pernikahan paksa tersebut dan menghadirkan Ayumi di dunia ini.
Sebuah kisah cinta yang cukup rumit membuat Ibu kandung Ayumi menjadi gila karena cinta ayah Ayumi hanya untuk ibu dari Naomi. Oleh sebab itu, nenek dan kakek Ayumi tidak terima. Mereka memisahkan orang tua Naomi dan membuang Naomi di Panti Asuhan.
Jika ceritanya seperti itu, mengapa Ayumi tidak ikut membenci Naomi? Dan bahkan ingin menjalin hubungan yang baik dengan sang adik dan siap menolong Naomi jika adik perempuannya itu memerlukan bantuan darinya.
30 menit kemudian,
Naomi memejamkan matanya dibarengi dengan air mata yang sudah terjun bebas di pipinya. Dia begitu menghayati musik yang dia dengar dari handset nya. Menikmati hembusan angin di malam yang gelap dan begitu dingin karena cuaca mendung, namun tetap saja tidak sedingin hubungannya dengan Deon. Dan gelapnya malam itu lebih gelap latar belakangnya yang masih penuh tanda tanya.
Tiba-tiba Naomi merasakan sebuah pelukan seseorang dari belakang. Naomi terkejut, namun dia memilih diam setelah menghirup aroma parfum seseorang yang memeluknya, Aroma yang sangat menenangkan hatinya.
"Kenapa masih diluar? nanti kamu sakit." Tanya seseorang yang memeluk Naomi tersebut. Naomi enggan menjawab, gadis yang sudah hilang kegadisannya tersebut memilih menikmati rengkuhan yang secara berlahan mampu mengikis segala kerinduannya.
"Kangen ya sama aku?" Tanya Deon lagi sambil melepas pelukannya pada Naomi dan duduk disamping istri yang juga sangat ia rindukan.
"Katanya cuma sehari kenapa sampai selama ini?" Tanya Noami mengalihkan pandangannya Karena matanya sudah berkaca-kaca melihat kehadiran orang yang sangat dia rindukan.
"Maaf ya istriku, pekerjaanku sangat banyak. Dan aku ingin segera menyelesaikan nya biar gak perlu bolak-balik lagi ke Bandung. Supaya, setelah ini kita punya banyak waktu berdua." Ucap Deon.
"Tapi..."
CUP!
Deon mengecup bibir Naomi secara sekilas dan tersenyum.
"Kamu gak mau mengajak suami kamu masuk? Disini dingin loh!" Tanya Deon pada sang istri yang cemberut. Perut Deon benar-benar kelaparan karena buru-buru ingin segera menemui Naomi sehingga Deon enggan berdebat dengan sang istri karena keterlambatannya untuk pulang.
"Yaudah ayo masuk!"
"Kamu gak mau tanya juga, apakah suami kamu ini udah makan apa belum? ini udah hampir jam 10 malam loh.. suami kamu belum makan." Kata Deon menampilkan wajah sedihnya.
"Salah siapa jadi suami menyebalkan! Yaudah ayo keluar kita cari makanan, disini makanannya udah habis sama anak-anak."
"Sekalian kamu pamit sama Bu Asih ya. Kita pulang ke rumah, aku ingin berduaan sama kamu, dan aku ingin memberikan kamu kabar bahagia." Bisik Deon.
"Ka kabar bahagia? Apa itu?" Tanya Naomi.
"Soal ibu kandung kamu.." Deon mengusap rambut Naomi dengan lembut dan penuh cinta.
"Aku..." Naomi menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, aku sudah menemukannya. Ibu kandung kamu adalah sosok wanita yang sangat baik dan sabar, dan dia tidak pernah menelantarkan kamu. Ada orang yang sengaja ingin membuat keluarga kamu berantakan. Selama ini dia juga berusaha mencari kamu...”
“Jangan bilang selama di Bandung kakak juga sibuk mencari informasi mengenai ibu kandung aku?” Tanya Naomi yang memang pernah mendengar kabar dari Deon jika ibu kandungnya sekarang tinggal di Bandung.
“Tidak percuma kan suami kamu ini bekerja lembur mengurus perusahan ritel terbesar di tanah air sambil mencari keberadaan mertuanya. Meskipun pulang telat, tapi menemukan sesuatu yang akan membuat kamu bahagia." Ucap Deon.
"Kak.." Mata Naomi berkaca-kaca merasa bersalah pada suaminya karena sudah berprasangka buruk.
"Udah jangan cengeng! ayo kita pamit dan cari makan.. "
"Maafin aku udah sempat berpikir yang tidak-tidak kak…Makasih ya kak." Naomi memeluk Deon.
"Aku itu lebih suka kamu panggil mas loh dari pada kakak, huh! dan aku akan melakukan apa saja untuk membuatmu bahagia dan salah satunya adalah segera mengesahkan pernikahan kita secara hukum dan juga mencari keberadaan orang tua kandung kamu." Kata Deon tersenyum sambil mengusap pipi sang istri dengan lembut.
BERSAMBUNG..
TERIMA KASIH ATAS SEGALA DUKUNGAN NYA...
JIKA KALIAN MENGANGGAP NOVEL INI TERLALU BERBELIT-BELIT DI AWAL KARENA KALIAN SUDAH MEMBACA MGM. PLEASE SABAR DULU..
AUTHOR LAGI BELAJAR MENGENAI ALUR CERITA SEBUAH CERITA SERIES YANG SALING BERHUBUNGAN. BIAR GAK DIKATAIN READER LAGI KALAU AKU BELUM PANTAS JADI PENULIS SERIES LAGI HEHEHE ✌️
3. Bertemu Renata
Sebuah kenyataan yang baru ia ketahui membuat hati seorang Gedeon Aiden Wijaya menjadi gusar selama tiga hari belakangan ini. Kepergian Deon ke Bandung dan meninggalkan Naomi sendirian di kediaman orang tuanya ternyata bukan hanya sekedar untuk mengurus masalah pekerjaan yang berada di Kota Kembang tersebut. Melainkan juga untuk mencari keberadaan ibu mertuanya.
Sudah cukup lama Deon membayar orang untuk mencari tahu keberadaan kedua orang tua Naomi sekaligus latar belakang Naomi, bahkan sebelum Deon menikahi Naomi. Semua itu Deon lakukan karena, beberapa waktu lalu ada orang yang mendatangi Naomi dan mengatakan bahwa Naomi adalah anak haram hasil dari perselingkuhan sehingga di buang ke Panti Asuhan. Naomi merasa terganggu dengan hal itu, Dan Deon melakukan itu semua semata-mata hanya ingin membuat hati Naomi tenang ketika memikirkan latar belakangnya. Deon hanya ingin membahagiakan Naomi, wanita yang sudah resmi menjadi istrinya.
Alih-alih bertemu sang ibu mertua setelah mendapat alamat tempat tinggal ibu kandung Naomi dari orang suruhannya, Deon justru kembali bertemu dengan wanita yang merupakan cinta pertamanya dan wanita yang sangat ia hindari setelah berkomitmen untuk menikahi Naomi. Ya, wanita itu tidak lain adalah Renata Wirahman.
Bohong jika Deon berkata bahwa dia sudah melupakan wanita bernama Renata itu sepenuhnya. Karena bagaimana pun juga, kebersamaan Deon dengan Renata tidak hanya terjalin setahun dua tahun meskipun status mereka tidak lebih dari sahabat. Dan tidak Deon pungkiri juga bahwa saat ini nama Renata dihatinya sudah di geser oleh sahabat Geva yang bernama Naomi Akiara.
Move on butuh proses, dan manusia lain hanya bisa protes.
Renata Wirahman, sahabat perempuan Deon satu-satunya sejak duduk di Bangku Sekolah Menengah Atas itu tidak pernah sekalipun mau menanggapi perasaan Deon padanya. Karena, Renata justru jatuh cinta pada sosok lelaki arogan yang bernama Bhumi Bramantya. Lelaki yang saat ini sudah menjadi adik ipar Deon.
Saking cintanya Renata pada Bhumi, Renata yang dari keluarga pengusaha itupun rela menjadi sekertaris Bhumi di Bramantya.Corp. Namun karena tidak kunjung mendapat balasan dari Bhumi dan mengetahui Bhumi justru menikahi wanita lain yang bernama Gevania, Renata pun berulah dan berujung dengan pemecatan. Sejak saat itulah, Renata seakan menghilang bagai di telan Bumi dan tidak menampakkan batang hidungnya lagi.
Jika tidak membutuhkan informasi mengenai ibu mertuanya, tentu Deon akan lebih memilih untuk tidak menerima ajakan Renata untuk bertemu. Pertemuan yang ketiga kalinya selama di Bandung.
Sebab, melihat kondisi Renata yang saat ini benar-benar membuat Deon menyesal atas kejadian malam itu. Apalagi permintaan Renata yang sangat berat untuknya. Deon tidak ingin komitmen yang sudah ia buat dengan Naomi rusak begitu saja karena kesalahan yang ia lakukan semalam.
“Rasanya aku ingin mati Yon! Perutku semakin membesar!” Ujar Renata dengan tubuh yang lebih kurus dari sebelumnya dan perut yang sudah membuncit. Wanita hamil tersebut beberapa kali menyeka air matanya di hadapan Deon yang sedari tadi hanya diam mematung.
“Aku mau kamu mempertanggung jawabkan kesalahan kamu Yon!” Ucap Renata lagi. Deon menelan salivanya.
"Kenapa kamu baru mengatakan kehamilan kamu sekarang Ta? Disaat aku sudah menikahi Naomi." Ucap Deon lirih membayangkan wajah sendu Naomi.
"Aku gak peduli Yon! aku mohon! Nikahin aku! Aku tahu jika di lubuk hatimu yang terdalam, kamu masih mencintaiku Yon!"
“Aku gak bisa ta. Aku gak mungkin menyakiti Naomi, bukankah sudah aku bilang bahwa aku tidak akan sanggup melihat Naomi sedih. Kalau kamu mau, aku dan Naomi akan merawat anak tersebut setelah dia lahir. Kami akan menyayanginya, aku janji itu.”
“Kamu gila yon! Kamu mau memisahkan anak dari ibu kandungnya? Memang kamu pikir enak hidup dengan ibu tiri? Aku sudah merasakan itu Yon meskipun ibu tiri ku juga bersikap baik padaku. Lagi pula kamu sendiri yang sudah berjanji akan bertanggung jawab setelah malam itu jika sampai aku hamil.” Renata nampak terbawa emosi dengan apa yang Deon tawarkan.
Deon hanya diam, kepalanya terasa ingin pecah.
“Aku tahu kamu sangat mengenalku dengan baik Yon, dan tentu kamu juga bisa memprediksi bahwa aku bisa melakukan apa saja pada Ibu Mirna, mertua kamu itu.” Ucap Renata langsung beranjak dari duduknya dan meninggalkan Deon begitu saja.
Kenapa harus seperti ini? Kenapa bisa ibu kandung Naomi bekerja di keluarga Renata bertahun-tahun?
*
Malam harinya setelah mendatangani berkas-berkas sebelum diserahkan kepada pemerintah Kota Bandung mengenai mall yang akan segera di buka, Deon tidak ingin menunda lagi kepulangannya ke Ibu Kota. Deon tidak sabar memberitahu perihal Ibu Mirna pada Naomi dan bagaimana kisah hidup Ibu Mirna berdasarkan cerita dari Renata. Karena ternyata hubungan Renata dengan Ibu Mirna cukuplah dekat.
Tapi, jika membahas persoalan yang sedang Deon alami dengan Renata, sepertinya Deon membutuhkan waktu untuk mengumpulkan keberaniannya menceritakan semuanya pada Naomi. Deon tidak ingin kehilangan Naomi karena gadis yang bertahun-tahun tidak pernah Deon anggap itu, kini sudah memenuhi hati dan pikirannya.
Deon melajukan mobilnya langsung ke Panti Asuhan dimana istrinya berada. Menatap punggung Naomi yang terdiam dalam gelap dan dinginnya malam membuat Deon merasa bersalah sudah meninggalkan wanita yang baru di nikahi-nya itu hingga berhari-hari.
Memeluk Naomi dan melihat tatapan mata Naomi yang penuh cinta terhadapnya, nyatanya membuat hati Deon menjadi jauh lebih tenang. Persetan lah dengan segala ancaman Renata, karena malam ini Deon ingin menghabiskan waktu dengan sang istri untuk mengobati rasa rindunya yang menggebu.
“Kakak mau makan apa?” Tanya Naomi melihat suaminya yang sedari tadi terdiam sambil menyetir mobil. Pasangan pengantin baru itu meninggalkan panti asuhan tepat pukul sepuluh malam setelah berpamitan dengan Bu Asih sang ibu Panti.
“Mau makan kamu boleh?” Tanya Deon sambil tersenyum saat melirik wajah yang istri yang tiba-tiba merona.
“Kakak pikir aku makanan apa!” Jawab Naomi pura-pura tidak mengerti dengan maksud ucapan sang suami.
“Ayolah sayang….. aku sudah empat hari menahannya! Aku lebih baik kelaparan ketimbang aku harus menahan sesuatu yang mendesak sejak bertemu kamu.” Ada perasaan hangat ketika Deon memanggilnya sayang.
“Kak Deon mesum ih!” Pekik Naomi sambil memukul lengan sang suami
Benar saja, Deon langsung membawa mobilnya kembali ke kediaman Wijaya tanpa ada niat sedikitpun untuk berbelok ke restoran cepat saji seperti yang Naomi sarankan tadi. Turun dari mobil, Deon berlari untuk membukakan pintu pada sang istri dan menggendong Naomi secara tiba-tiba hingga Naomi terperanjat karena kaget oleh sikap Deon.
“Kak Deon! Turunin!” Pekik Naomi.
“Kenapa memang?” Tanya Deon dengan tampang tanpa dosa mulai melangkahkan kakinya untuk memasuki kediaman orang tuanya.
“Malu di lihat sama scurity.” Cicit Naomi.
“Ngapain malu, orang kamu juga pakai baju lengkap. Bukannya kemarin kamu mandi bareng sama aku tanpa sehelai benang pun gak ada malu-malunya!” Goda Deon.
“Aaakk kak Deon! Itu beda ceritanya. Aku juga malu tapi kak Deon kan yang membuat aku lupa dengan rasa malu itu.” Ujar Naomi.
"Lupa malu karena teraangsang?" Sebuah pukulan Naomi berikan pada suami yang justru membuat sang suami tertawa terbahak-bahak.
Adegan romantis tersebut membuat scurity yang tadi membukakan pintu menjadi ikutan baper. Begitu juga dengan tiga orang ART di Kediaman Wijaya yang ternyata sedang menonton sinetron di ruang keluarga majikannya. Asisten-asisten rumah tangga tersebut memang di minta Mama Rachel untuk menempati kediaman utama apabila rumah mewah tersebut kosong. Sedangkan rumah para ART ada disamping kediaman utama dan saling terhubung.
“Den Deon sepertinya sudah tidak bisa menunda lagi..”
“Iya, gak sabar di rumah ini ada tangisan bayi.. anak non Geva dan anak non Naomi.. wah pasti nyonya Rachel sangat bahagia.”
“Semoga mereka selalu bahagia.” Ujar para ART itu.
*
Menutup pintu kamarnya menggunakan kaki, Deon segera menyatukan bibirnya ke bibir sang istri tanpa menunggu lagi untuk sampai di atas ranjang. Sebuah ciuman yang terasa sangat lembut Deon berikan pada Naomi hingga ciuman lembut tersebut menjadi semakin dalam sedalam perasaan rindu mereka.
“Aku mau kamu Nom..” Ucap Deon lembut dan kembali menyatukan bibirnya tanpa memberi kesempatan pada sang istri untuk menjawab. Deon yakin bahwa Naomi tidak akan menolaknya. Perlahan, Deon merebahkan tubuh Naomi ke ranjang yang menjadi saksi pergulatan panas sebelumnya.
“Kak. Kunci dulu pintunya.” Ucap Naomi lirih dengan nafas yang tersengal setelah ciuman panjang yang diberikan sang suami.
“Tidak akan ada yang berani mengganggu kita! Lagian di rumah ini hanya ada kita berdua dan para ART dibawah.” Ucap Deon yang enggan beranjak dari atas tubuh Naomi.
“Aku mencintaimu sayang..” Ucap Deon lirih sebelum kembali melancarkan aksinya untuk mencapai sesuatu yang sering disebut orang sebagai surga dunia.
Perlakuan lembut Deon benar-benar memabukkan untuk Naomi hingga sebuah leenguhan dan dessaahan terdengar begitu sexy di telinga Deon saat Deon memainkan dua aset yang memiliki puncak milik sang istri. Hal itu tentu membuat hasrat Deon kian menjadi-jadi.
Deon benar-benar seperti bayi yang kehausan saat menemukan sumber minuman yang dilapisi kulit halus dan sangat menggoda. Deon tidak membiarkan Naomi berhenti sedikitpun untuk mengeraang karena hisapan demi hisapan yang Deon lakukan di puncak gunung tersebut.
Bahkan tangan Deon pun enggan diam dalam satu tempat karena sudah mengabsen setiap inchi tubuh sang istri. Tubuh yang selalu hadir dalam imajinasinya dan mengganggu konsentrasinya saat berada di Bandung selama empat hari kemarin.
“Kaaakkk…” Panggil Naomi lirih yang seakan sudah tidak tahan dengan pemanasan yang Deon lakukan. Deon yang tahu kode sang istri yang menginginkan permainan inti pun segera membuka lapisan terakhir berbentuk segitiga berwarna merah menyala milik Naomi.
“Let’s play baby!” Ujar Deon yang langsung menyatukan miliknya dengan milik Naomi yang masih terasa sangat sempit sekali. Bahkan saking sempitnya, Naomi sampai memekik, mencengkram seprei sambil memejamkan mata untuk menahan rasa perih pada inti tubuhnya. Dan hal itu semakin membuat Deon menggila.
Tiga kali sudah Deon melakukannya hingga tubuh Deon tumbang tepat disamping sang istri. Wajah lelah Deon terukir jelas disana. Naomi segera meraih selimut dan menutupi tubuh polos mereka berdua.
“Kamu pasti kecapean dan kurang tidur ya beberapa hari ini.” Kata Naomi lembut sambil mengusap pipi Deon.
“Maafkan aku yang meninggalkan kamu terlalu lama.” Jawaban Deon justru melenceng dari pertanyaan Naomi, Noami hanya tersenyum. Terlebih saat Deon mengeratkan pelukannya dan mencium pundak Naomi.
“Maafkan aku juga yang sempat berpikir macam-macam, sekarang kita tidur yuk,, biar besok pagi kak Deon fresh kembali.”
“Sebelum tidur, aku mau kamu meminta sesuatu padaku sebagai permintaan maaf ku yang sudah meninggalkan kamu selama empat hari. Aku janji, apapun permintaan kamu akan aku turuti.”
“Cukup jangan pernah kecewakan dan tinggalkan aku untuk wanita lain kak.” Jawab Naomi yang langsung memeluk Deon dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang Deon karena Naomi juga merasa sangat mengantuk dan kecapean.
BERSAMBUNG..
TERIMA KASIH DUKUNGAN KALIAN GENGS....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!