“Pagi kotoran Babi,” itulah sapaan sehari-hari yang didengar oleh Brian dari teman sekelasnya yang bernama John. John merupakan anak laki-laki yang memiliki badan yang atletis dan tinggi sekitar 170cm.
Ayah John merupakan pengusaha sukses di kota Malang dan menjadi donatur terbesar di sekolah mereka.
“Nampaknya hari ini lo cukup sehat, sini uang saku lo,” ucap David sambil menepuk-nepuk kepala Brian dengan tangannya. Anak yang memiliki tinggi 160cm ini merupakan sahabat John dari SMP. Meskipun tidak setinggi John, dia memiliki tubuh yang kekar.
“Jangan gitu Vid, dia kan miskin, hahahaha,” kata pria berkulit gelap dan setinggi 178cm itu. Gory merupakan anak yang memiliki tubuh terbesar di angkatannya. Tidak ada satu murid pun yang berani dengannya.
Semenjak masuk SMA, Brian selalu menjadi bahan perundungan bagi John dan dua temannya itu. Brian hanya bisa diam ketika diperlakukan kasar oleh tiga serangkai itu.
Awalnya mereka bertiga hanya melakukan kejailan kecil. Namun lama kelamaan menjadi lebih ekstrim. Jika Brian tidak melakukan apa yang mereka minta, Brian akan dipukuli hingga babak belur.
Sebenarnya guru-guru di sekolah itu tau apa yang dilakukan John dan kedua temannya. Namun mereka hanya bisa melihat dan tidak berani mengambil tindakan karena posisi ayah John.
Saat jam istirahat sekolah, Brian akan menjadi pesuruh untuk John dan kedua temannya. Dia harus membeli makanan untuk mereka bertiga di kantin. Bahkan jika terlalu lama, mereka akan memukuli Brian.
Saat pulang sekolah, Brian disuruh untuk mengerjakan pekerjaan rumah mereka bertiga.Tetapi jika sampai tulisan dan jawabannya terlihat sama, Brian akan dipukuli lagi. Itulah keseharian Brian di sekolahnya.
Sore itu setelah Brian menyelesaikan pekerjaan rumah John dan kedua temannya, dia bergegas untuk pulang. Namun John mencegahnya, lalu John menyuruh Gory untuk menyeret Brian.
Brian tidak melawan, dia tau kalau itu perbuatan yang sia-sia karena badan Brian tidak sebesar Gory. Dia hanya pria dengan tinggi 166cm dan badan yang kurus.
Gory membawa Brian ke salah satu toilet di sekolah yang jarang dipakai orang. Saat itu Brian tau, dia akan menjadi samsak untuk latihan tinju John.
Benar saja, sesampainya di toilet, John mulai memukul perut Brian. John tidak pernah memukul area wajah, karena akan membekas dan mudah terlihat. John selalu melakukan itu jika dia merasa kesal.
“Dulu memang lo gak separah ini ngejailin gue, tapi lo tau?! Pembalasan itu lebih kejam,” kata John setelah puas melampiaskan kekesalannya kepada Brian.
Melihat handphone Brian yang terjatuh saat John memukulinya, john lalu mengambil handphone Brian, dan menarunya kedalam toilet.
“Hari gini masih pake hape butut,” ucap John sambil mengguyur toilet beserta handphone Brian dengan air. Mendengar ucapan John, David dan Gory pun tertawa.
Setelah mereka bertiga puas merundung Brian, mereka bertiga langsung pergi. Brian saat itu hanya bisa pasrah menerima perlakuan dari ketiga teman sekelasnya itu.
Untuk menenangkan dirinya, Brian tidak langsung pulang ke rumah. Kondisi di tempat dia tinggal saat itu tidak jauh berbeda dari sekolah.
Brian merupakan anak yatim piatu. Orang tuanya meninggal dalam kebakaran di rumahnya tepat saat hari Brian wisuda ketika SMP. Saat ini Brian tinggal bersama keluarga tantenya yang bernama Anita.
Brian pernah menyampaikan ingin pindah dari SMA tersebut karena tidak tahan akan perlakuan John dan kedua temannya, namun tantenya malah memaki dan memukuli dia karena sekolahnya itu merupakan salah satu sekolah terbaik di kota Malang. Tantenya sudah mengeluarkan banyak uang untuk memasukkan Brian ke sana.
Tidak hanya mendapat perlakuan buruk di sekolah, Brian juga mendapatkan perlakuan buruk dari tantenya. Dia dipaksa untuk menjadi pembantu di rumah mereka. Jika Brian melakukan kesalahan sedikit, tantenya langsung memukuli Brian.
Hanya Lisa sepupu Brian yang selalu melindungi Brian dari kekejaman ibunya. Lisa merupakan anak kedua di keluarganya.
Dia merupakan gadis berdarah Sunda dengan paras yang cantik dan memiliki rambut hitam legam yang berkilau. Lisa sudah menganggap Brian sebagai kakaknya sendiri.
Sebenarnya Lisa memiliki seorang kakak berumur dua tahun lebih tua yang bernama Irwan. Namun Irwan selalu bersikap dingin kepada Lisa dan Brian.
Irwan merupakan anak kesayangan ibunya dikarenakan dia merupakan anak yang berprestasi di sekolah.
Sebelum pulang ke rumah, Brian mampir ke taman yang berada di daerah perumahan tantenya. Dia berusaha menenangkan dirinya. Dia selalu membaca ulang catatan sekolahnya untuk mengalihkan pikiran negatifnya.
Saat membaca catatannya, Brian merasakan matanya berat. Apa yang telah dilaluinya hari itu membuat lelah tubuh dan pikirannya. Tanpa sadar Brian sudah kehilangan kesadarannya.
Saat percikan air menyentuh tubuhnya, kesadarannya mulai kembali. Menyadari hari sudah gelap, Brian bergegas menuju rumah tantenya.
Namun saat perjalanan pulang, hujan mulai turun dengan deras dan membuat sebagian tubuhnya basah.
Sesampainya di rumah, tantenya sudah menunggu sembari duduk di kursi teras rumahnya. Di samping tantenya ada koper besar. Melihat itu, Brian mendapat firasat yang buruk.
“Ngapain pulang? Dari tadi dihubungi gak bisa. Kalau gak bisa ikut peraturan di sini, mending minggat aja sekalian!” Bentak tantenya sambil melampiaskan semua emosinya kepada Brian.
Sebenarnya saat itu masih jam tujuh malam, hanya saja Brian tidak bisa dihubungi. Karena sore tadi, ada pengacara sekaligus teman ayah Brian yang ingin melihat keadaan Brian.
“Pergi sana! gak usah balik lagi,” kemudian tantenya masuk ke rumah dan mengunci pintu rumahnya. Dia hanya meninggalkan koper yang berisi baju milik Brian.
Dari luar rumah, Brian mendengar tentenya sedang berdebat dengan Lisa. Lisa tidak setuju kalau Brian diusir dari rumah. Saat Brian mengambil koper dan mulai melangkahkan kakinya, dia ditahan oleh Lisa.
“Jangan pergi!” kata gadis berumur empat belas tahun itu. Hati Brian terenyuh saat dia melihat Lisa yang bercucuran air mata. Namun Brian hanya bisa memandang mata Lisa dan mengusap air mata di pipi Lisa.
Brian hanya bisa tersenyum kecil yang mengisyaratkan dia akan baik-baik saja.
Dari belakang Lisa, ibunya menarik Lisa dan menyeret memaksanya masuk ke dalam rumah. Lisa mencoba berontak tapi kekuatannya tidak cukup untuk melepaskan diri dari cengkraman ibunya.
Untuk sesaat, Brian hanya berdiri diam mematung. Hanya suara hujan dan dinginnya malam yang setia menemaninya. Setelah hujan terlihat reda, Brian mulai meninggalkan rumah itu.
Brian tak tau lagi harus ke mana. Dia hanya berjalan tanpa arah. Kemudian sampailah dia di sebuah jembatan. Dia berhenti dan melihat ke arah sungai. Terdengar suara air yang sangat deras. Brian cukup lama memandangi sungai di bawah jembatan.
Ayah, Ibu, apa di seberang sana keadaannya jauh lebih baik? Hanya itu yang bisa Brian pikirkan saat ini. Meski pun terlihat sudah putus asa dengan kehidupannya, Brian tidak ada rencana untuk mengakhiri hidupnya.
“Ga jadi loncat?” tiba-tiba terdengar suara wanita dari belakang Brian. Ketika Brian menoleh ke belakang, dia melihat seorang wanita menggunakan tuxedo dan topi hitam khas pesulap.
“Tapi kalau kamu loncat dari sini, kamu ga akan langsung mati sih. Mungkin kamu akan tersiksa dulu, dan akhirnya mati lemas,” tambah wanita itu.
“Si siapa kamu?” tanya Brian dengan wajah curiga.
“Ah maaf. Di mana kesopananku. Namaku Anna. Aku seorang promotor sebuah game,” Jawab Anna sambil memberikan salam khas bangsawan dengan melepas topinya dan menaruhnya di depan dada, menarik sedikit kaki kanannya ke belakang dan sedikit membungkukkan badannya.
“Dari pada kamu bunuh diri dengan loncat dari jembatan ini, aku memiliki dua tawaran,” tambah Anna. Dia kemudian memasukkan tangannya ke topi dan berusaha meraih benda yang ada di dalam topinya.
Anna mengeluarkan dua benda dari dalam topi miliknya. Yang pertama adalah sebuah revolver yang sudah terisi peluru. Yang kedua merupakan box berwarna hitam yang cukup besar.
“Jika kamu memilih revolver, kamu bisa mati tanpa merasakan sakit. Atau bahkan membawa orang-orang yang menyakitimu ke dalam neraka.”
“Jika kamu memilih box hitam ini, kamu bisa mengikuti sebuah game di mana kamu bisa mendapatkan kekuatan dan kekayaan dari game itu.”
“Tentu saja hadiah dan resiko akan selalu berbanding lurus. Game ini menuntutmu untuk mempertaruhkan nyawamu. Bukan tawaran yang buruk bukan?”
Mendengar perkataan Anna, Brian terdiam sesaat. Setelah beberapa menit dia bergulat dengan pikirannya, Brian akhirnya maju dan mengambil salah satu benda tersebut.
“Pilihan yang bagus,” keluar senyuman kecil dari Anna saat melihat Brian mengambil kotak berwarna hitam. Anna pun mengembalikan revoler ke dalam topinya. Meski pun Brian selalu diperlakukan buruk, dia tidak merasakan dendam di dalam hatinya.
“Kamu boleh buka kotak hitam itu. Benda itu milikmu sekarang,” seru Anna. Setelah Brian membuka kotak hitam itu, dia melihat ada dua benda di dalamnya.
Benda yang pertama terlihat seperti A-Phone 12 dengan tiga kamera di bagian belakang. Benda yang kedua terlihat seperti A-Watch yang berbentuk persegi.
“Ini semua buat aku?” Brian masih tidak percaya karena bisa mendapatkan smartphone yang harganya berkali-kali lipat dari handphone miliknya yang lama.
Saat benda yang selama ini hanya bisa dia impikan berada di depan matanya, tangan Brian menjadi gemetaran ketika mengambil kedua barang itu.
“Iyap, coba kamu hidupkan. Aku akan membantumu untuk penyetelan awal,” ucap Anna. Brian mencoba menghidupkan A-Phone 12 itu, dengan tangan yang masih gemetaran.
Setelah A-Phone 12 itu hidup, Anna memandu Brian untuk proses setup awal seperti seorang pegawai di toko smartphone.
Meskipun aplikasi yang ada pada smartphone itu tidak lah jauh berbeda dari A-Phone 12 lainnya, tetapi ada satu aplikasi tambahan yang bernama Battle Of Token yang memiliki icon bergambar koin dan ada dua pedang yang saling bersilangan di tengah koin.
Anna kemudian memandu Brian untuk proses pendaftaran game Battle Of Token. Anna terlihat sabar dan tenang dalam memandu Brian yang sangat berhati-hati karena baru pertama ini menggunakan smartphone mahal.
Setelah proses setup awal dan pendaftaran Battle Of Token selesai, Anna juga membantu Brian dalam mengkoneksikan A-Phonenya dengan A-Watch. Ke suluruhan proses itu memakan waktu sekitar lima belas menit.
“Fiuh, akhirnya selesai juga. Oh ya ada hadiah tambahan. Coba ambil satu koin dari sini,” ucap Anna sambil menyodorkan sebuah kantong berwarna hitam. Brian kemudian memasukkan tangannya dan mencoba meraih satu koin. Brian merasakan banyak koin di dalam kantong itu.
Setelah beberapa waktu Brian mengaduk-aduk koin di dalam kantung, akhirnya memantapkan pilihannya. Brian mengeluarkan tangannya dari kantong hitam itu, dan mengambil satu koin hitam.
“Apa ini?” tanya Brian sambil membolak balik koin hitam yang ada ditangannya.
“Wah koin hitam ya. Itu artinya token kejutan. Simpan saja dulu. Oh ya, nanti kalau mau main, tinggal pencet aja tombol Start di aplikasi BoT,” Ucap Anna.
“Kalau begitu, aku pamit undur diri,” tambah Anna sambil memberikan salam khas bangsawan. Anna pun berjalan pergi menuju arah Brian di mana dia tadi datang.
Tanpa basa basi, Brian kemudian langsung memencet tombol start. Tiba tiba di sekitar Brian muncul asap yang tebal menyelimuti tubuhnya.
“Oh ya, aku lupa bilang kalau... Lah, sudah pergi,” ucap Anna yang ingin menyampaikan sesuatu hal penting kepada Brian. Namun Brian sudah keburu masuk ke dalam permainan.
“Yah, ya sudah lah, kalau dia mati, tinggal cari yang lain lagi,” kata Anna. Dia pun pergi dengan bersiul. Dia senang akhirnya dia mendapatkan pemain baru.
Di lain sisi, asap yang mengelilingi Brian mulai memudar. Setelah asap itu menghilang sepenuhnya, Brian akhirnya bisa melihat sekelilingnya lagi. Namun dia dikejutkan oleh sosok tinggi besar dengan kulit berwarna biru.
Makhluk itu membawa tongkat pemukul sepanjang satu setengah meter yang terbuat dari kayu di tangan kananya. Matanya berwarna merah menyala, memancarkan aura jahat yang membuat bulu kuduk siapa saja yang melihatnya berdiri.
Melihat Brian yang jatuh terduduk, makhluk itu maju mendekati Brian dan mengayunkan pemukulnya ke arah Brian. Saat akan mengenai Brian, tiba-tiba terdengar suara petir.
Petir itu menyambar makhluk hijau tersebut bukan dari atas langit, melainkan dari arah belakang Brian. Makhluk itu terdorong ke belakang sejauh lima meter.
“Apa yang kamu lakukan dengan menutup matamu? Apa kamu ingin mati?” Mendengar itu Brian mulai membuka matanya. Brian melihat seorang gadis yang sedang berdiri di depannya.
Gadis itu membawa katana di tangan kanannya. Terlihat sisa kilatan-kilatan listrik yang memancar dari tubuh gadis itu.
Melihat makhluk biru itu masih bisa berdiri, gadis itu berlari menghampiri makhluk biru itu. Merasa terancam, makhluk itu memukulkan tongkatnya ke arah gadis itu. Namun gerakan gadis itu jauh lebih cepat, sehingga tidak dapat mengenai gadis itu.
Dengan cepat gadis itu memberi balasan serangan yang membuat makhluk itu kehilangan tangan kanannya. Tidak hanya itu, dengan cepat gadis itu langsung menyerang kepala makhluk biru itu, sehingga terpisahlah kepala dari tubuhnya.
Tak lama kemudian, makhluk itu berubah menjadi asap hitam. Dari asap itu keluar beberapa koin. Kemudian gadis itu memungutnya.
“Apa yang kamu lakukan?” Tanya gadis itu saat melihat Brian yang masih terduduk di tanah. Gadis itu tampak seumuran dengan Brian namun tampak lebih dewasa.
Tidak hanya takjub dengan kekuatan gadis itu, Brian juga takjub dengan kecantikan gadis berkulit putih itu.
“Siapa kamu? Makhluk itu apa?” Brian masih bingung dengan kejadian yang baru saja terjadi.
“Bukannya seharusnya berterimakasih dulu,” kata gadis itu dengan nada sedikit kesal.
“Oh maaf, terima kasih, namaku Brian,” kata Brian sambil berdiri dan membersihkan celananya.
“Namaku Shina, makhluk itu biasa dikenal dengan nama Troll. Apa kamu pemain baru?” kata Shina.
“Pemain? Oh Iya” kata Brian yang terlihat tidak fokus. Dia masih terpesona dengan kecantikan Shina.
Shina kemudian mengikat rambutnya ke belakang, sehingga terlihat leher putihnya yang membuat Brian membuang wajahnya kebawah.
“Memangnya siapa promotormu? seharusnya dia menyuruhmu masuk ke sini di pagi atau siang hari,” ucap Shina.
“Kalau tidak salah namanya Anna. Apa di sini dunia game?” Brian masih bingung, karena posisinya sekarang masih berada di dekat jembatan yang sama.
“Pantas saja, wanita gila itu! Kamu beruntung masih bisa hidup,” ucap Shina dengan nada kesal.
Kemudian Shina menjelaskan tentang Battle Of Token. Game ini membuat player masuk ke dimensi lain yang terlihat mirip dengan dunia asli yang disebut dengan Dark Side.
Namun bedanya dengan dunia manusia, Dark Side dihuni oleh banyak monster. Di malam hari monster-monster ini menjadi lebih agresif dan kuat.
Player bisa berpindah ke Dark Side hanya dengan menggunakan fitur aplikasi. Namun untuk kembali ke dunia manusia, player harus melewati portal yang tersebar di Dark Side.
Memasuki Dark Side tanpa tau letak portal untuk kembali sama saja dengan bunuh diri.
“Pegang tanganku, di sini tidak aman,” ucap Shina sembari menyodorkan tangan kanannya. Kemudian dengan tangan kirinya, Shina mengambil sebuah kartu dari dek kartu yang terpasang di pinggan bagian kanan.
Brian kemudian mengambil kopernya, dan menggapai tangan Shina. Brian sedikit gemetaran saat mengganggam tangan Shina yang halus. Brian juga baru kali ini dia menggenggam tangan seorang gadis cantik selain Lisa.
“Return,” ucap Shina. Setelah mengucapkan kata itu, kartu yang berada di tangan kiri Shina menghilang. Setelah itu tubuh mereka berdua memancarkan cahaya yang terang.
Kemudian mereka berubah menjadi cahaya, dan mereka terbang ke angkasa. Orang yang melihat pasti mengira kalau itu adalah bintang jatuh.
Tak lama berselang, mereka tiba di depan sebuah kafe. Di depan kafe tersebut ada kristal berwarna biru setinggi satu meter yang melayang.
Shina menyuruh Brian untuk mendekatkan smartphonenya ke batu kristal itu. Kristal itu biasa disebut dengan Return Crystal sebagai penanda saat mereka menggunakan Spell Card: Return.
Setelah mendekatkan-nya, Brian mendapatkan notifikasi di smartphonenya. Apa kamu ingin menyimpan tempat ini sebagai tempat kembali? kemudian Brian memencet tombol Ya. Setelah itu mereka berdua memasuki kafe tersebut.
Saat Shina membuka pintu kafe itu, tercium aroma kopi yang semerbak memenuhi ruangan. Aromanya membuat setiap orang yang menciumnya merasakan ketenangan.
Terdengar juga alunan musik Jazz yang membuat suasana menjadi lebih syahdu dan menenangkan setiap orang yang masuk kedalamnya.
“Tumben sekali kamu sudah datang Shina. Siapa pria di belakangmu?” Kata seorang pria tua yang mengenakan baju barista, sedang membersihkan gelas keramik menggunakan kain lap berwarna putih di belakang meja barista.
“Malam Master. Namanya Brian, dia seorang player baru,” jawab Shina sambil melangkah ke arah Master. Brian mengikuti Shina dari belakang.
Mereka berdua pun duduk di depan meja barista. Brian mengangguk untuk memberi sapaan kepada Master.
“Biarku tebak. Pasti Anna ya?” tebak master. Dia hanya melihat Brian sekilas dan bisa menebak dengan pasti siapa promotor Brian.
“Bagaimana Anda tau?” tanya Brian. Master kemudian menunjuk ke arah koper yang sedang dibawa Brian. Brian menjadi tambah bingung, apa hubungan antara koper yang dia bawa dengan Anna?
“Biarku tebak lagi. Kamu tidak memiliki tempat untuk tinggal?” tanya master. Brian pun mengangguk setuju dengan ucapan master.
Master kemudian menjelaskan bahwa Anna selalu mempromosikan orang-orang yang memiliki masalah di kehidupan mereka.
“Kamu masih beruntung bisa selamat. Sembilan puluh lima persen player yang dipromosikan Anna selalu terbunuh di hari pertamanya,” tambah master sambil memberi mereka segelas air putih.
“Apa Anna menjelaskan tentang Battle of Token?” tanya master. Brian menggelengkan kepalanya. Brian kemudian bercerita jika Anna hanya memandu Brian dalam pendaftaran Battle of Token.
“Dia juga hanya memberi tahuku, jika game ini bisa memberi kekayaan, kekuatan dan ketenaran,” jelas Brian.
“Astaga, wanita itu tidak memberimu informasi sedikit pun,” keluh Shina sambil menggelengkan kepalanya. Kemudian master menjelaskan tentang Battle of Token.
Sebenarnya Battle of Token bukan sebuah permainan. Para promotor mengatakan ini adalah sebuah game agar para Player tertarik untuk pergi ke Dark Side.
Battle of Token hanyalah aplikasi pendukung yang membuat para player bisa bertahan di dalam Dark Side. Dimana Dark Side merupakan dunia yang dihuni para monster.
Jika seorang player mati di dalam Dark Side, itu sama halnya dia mati di kehidupan nyata. Karena pada dasarnya player hanya berpindah dimensi. Bukan masuk ke dunia virtual seperti yang ada pada cerita-cerita novel ringan.
“Apa kamu mau bergabung dengan kami? Kami tergabung dengan serikat hunter,” Master memberi Brian tawaran.
“Serikat? Apa itu?” tanya Brian sambil mengambil air putih yang berada di meja kemudian meminumnya perlahan. Master kemudian menjelaskan tentang sistem serikat di Battle of Token.
Serikat merupakan grup para player yang memiliki kecenderungan yang sama. Mereka bisa saling berkomunikasi lewat aplikasi dan membuat party untuk melakukan kegiatan bersama.
Terdapat tiga serikat resmi yang dapat dimasuki oleh player baru. Serikat yang pertama adalah serikat Hunter atau pemburu. Serikat ini berfokus untuk berburu monster dan mencari token langka. Serikat ini yang paling umum dipilih pemain baru.
Serikat yang kedua adalah Combatant atau pejuang. Serikat ini berfokus dalam player versus player. Player yang terdaftar di serikat ini sangat suka bertarung dengan sesama player.
Menurut mereka melawan monster itu tidaklah seseru saat melawan player lain. Namun, kebanyakan player kuat berasal dari serikat ini.
Serikat yang ketiga adalah serikat Merchant atau pedagang. Kebanyakan player yang tergabung di sini adalah orang-orang kaya di dunia nyata.
Atau player yang memiliki kemampuan dalam produksi barang seperti kelas Alchemist. Mereka lebih tertarik untuk berdagang dan mencari token untuk koleksi mereka.
Serikat Merchant memiliki hubungan yang baik dengan serikat Hunter. Karena kebanyakan player di serikat dagang tidak punya banyak waktu untuk menjelajah. Jadi mereka bergantung pada serikat Hunter dalam mencari barang atau token.
Kemudian ada serikat yang tidak resmi terdaftar. Yang paling besar bernama Cultist. Mereka serikat yang misterius. Konon katanya serikat ini rela menjual jiwanya kepada iblis untuk mendapatkan kekuatan yang besar. Tidak ada yang tau siapa pendirinya dan di mana markas mereka berada.
“Lebih baik kamu berhati-hati dengan Cultist, banyak player mereka yang merupakan player killer. Mereka akan melakukan segala cara untuk keuntungan mereka,” Ucap Shina.
Setelah memikirkannya beberapa menit, Brian setuju untuk bergabung dengan serikat hunter. Menurutnya, dengan bergabung dengan serikat hunter, dia akan lebih mudah mendapatkan uang.
Saat ini Brian memang sangat membutuhkan uang untuk keperluan sehari-hari dan membayar uang sekolahnya.
“Eh! Sudah jam segini, kalau gitu aku pamit dulu,” ucap Shina sambil melihat jam tangannya. Shina kemudian bergegas menuju sebuah pintu yang berada di ruang belakang kafe.
“Oh ya master, Anna juga memberiku ini,” Brian kemudian mengambil sebuah koin berwarna hitam dari sakunya.
“Ah! token kejutan, kamu bisa mengubah token itu dengan mengatakan ‘Release’,” kata master. Brian pun melakukan apa yang diserukan master.
Setelah mengatakan ‘release’, token itu bercahaya dan berubah menjadi koin berwarna hijau muda. Terdapat lambang hati di tengah koin itu.
“Ah, life token, sebaiknya kamu simpan dulu ke dalam inventory. Jangan katakan kepada siapapun jika kamu memilikinya, kecuali kamu ingin menjualnya,” Tegas master.
“Apa token ini sangat berharga? Bagaimana cara menyimpannya?” tanya Brian sambil memperhatikan life token dengan seksama.
Apa benda kecil ini sangat berharga? Itu yang sedang Brian fikirkan.
“Dekatkan token itu ke smartphone milikmu,” kata master. Setelah Brian mendekatkan Life Token ke smartphone miliknya, token itu kemudian lenyap bagai kabut yang tertiup angin.
“Di dalam aplikasi Battle of Token terdapat menu Inventory. Kamu bisa melihat token-token yang kamu simpan dengan mengakses menu itu,” Jelas Master.
Di dalam inventory, dia melihat Life Token miliknya berada di sana. Master juga menjelaskan Life Token merupakan token yang sangat langka. Life token merupakan nyawa cadangan yang membuat Player terhindar dari kematian.
Banyak player yang terobsesi dengan Life Token. Terutama para player dari serikat Cultist dan Merchant. Bahkan, pernah ada player dari serikat Merchant pernah menawarkan sepuluh miliyar rupiah untuk satu token itu.
“Untuk mengetahui detail dari permainan ini, kamu juga bisa memeriksanya di dalam aplikasi di bagian menu panduan,” ucap master.
“Sekarang, apa rencanamu?” tanya master. Brian sama sekali tidak memiliki rencana ke depan. Terlalu banyak kejadian yang tidak pernah terbayangkan di hari itu.
“Kalau kamu tidak ada tempat tinggal, kamu bisa tinggal di sini. Di lantai dua kafe ini memiliki beberapa kamar kosong,” kata master.
“Tapi tentu saja itu tidak gratis,” tambah master.
“Maaf Master, saat ini saya tidak punya uang sepeserpun,” ucap Brian.
“Kamu tak perlu membayarnya dengan uang. Kamu cukup membantu kafe ini,” ucap master. Setelah beberapa saat memikirkannya, Brian pun menyetujui tawaran master. Menurutnya itu tawaran yang bagus untuk dirinya yang tidak memiliki tempat tinggal.
Kemudian master mengajak Brian ke ruangan yang berada di belakang kafe. Di dalam ruangan itu terdapat pintu berwarna merah darah. Master menjelaskan bahwa pintu ini akan membawa mereka ke dunia manusia.
Saat Master membuka pintu itu, Brian melihat lorong yang panjang. Lorong itu hanya diterangi oleh lilin-lilin yang berjajar di kedua sisi lorong. Master kemudian mempersilahkan Brian masuk.
Brian terlihat ragu untuk melangkah maju, dia bisa merasakan aura mistis di dalam lorong itu.
“Tenang, lorong ini tidak berbahaya. Dekorasinya hanya mencegah orang biasa memasuki Dark Side,” ucap master yang melihat Brian ragu untuk memasuki lorong itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!