...Budayakan follow dulu sebelum membaca....
💠💠💠💠
Kaki jenjangnya melangkah keluar bandara. Wajah cantiknya sesekali menyunggingkan senyum. Ia sangat merindukan orang tuanya. Sudah terbayang kebahagian papa dan mamanya saat dia tiba dirumah nanti. Tiga setengah tahun menghabiskan waktu menimba ilmu di Negeri orang tanpa pulang, tentu rasa rindunya sudah menggunung. Namun entah mengapa sejak tadi hatinya terasa diremas. Perasaannya resah dan tanpa diminta, air mata membasahi pipinya meski tak ada alasan yang jelas.
Semoga semua baik baik saja, bathin gadis itu.
Dia adalah Rose Anastasya Malik, gadis cantik berumur 23 tahun, yang seminggu lalu telah menyandang predikat sarjana dari salah satu Universitas bergengsi di California. Kepulangannya tanpa kabar ia jadikan surprice untuk kedua orang tuanya.
Irawan Malik adalah pengrajin meubel yang terkenal, bahkan sampai ke luar Negeri, sedangkan Ratna Anastasya memiliki perkebunan teh berhektar hektar serta pabrik pengolah teh kemasan.
Walaupun hidup berkecukupan, Rose menjadi pribadi yang mandiri. Dia berkuliah diluar Negeri berkat beasiswa karena kecerdasannya. Bahkan setahun terakhir dia bekerja menjadi asisten sekertaris di salah satu perusahaan di California.
Berbekal taksi online yang mengantarnya pulang, Rose begitu menikmati pemandangan kota kelahirannya.
...🍃🍃🍃🍃🍃...
Deg
Bendera kuning terpasang didepan rumah, semua orang berpakaian duka. Rose segera turun setelah membayar taksi lalu bergegas masuk tanpa peduli tatapan orang orang kepadanya.
Deg
Tubuh Rose bergetar hebat, jantungnya seakan tak berdetak. Tepat dihadapan matanya, Ratna terbaring tanpa nyawa. Tubuh wanita yang melahirkannya terbujur kaku tinggal raga. Dengan langkah berat, Rose mendekati jasad mamanya. Membuka penutup wajah transparan untuk melihat wajah orang yang paling dia cintai untuk terakhir kalinya.
Deg
Tangan Rose menggantung, mulutnya menganga. Betapa terkejutnya dia melihat kondisi jasad Ratna. Bekas jahitan dikepala juga lebam diseluruh wajah.
Apa yang sebenarnya terjadi ma? Siapa yang melakukan ini pada mama?
"Rose" gumam pria disebelahnya, dia adalah Nata, tangan kanan Ratna, pria paruh baya itu bahkan sudah seperti keluarga bagi mereka.
"Paman, apa yang sebenarnya terjadi?" lirih Rose
Nata hanya bergeming, pria itu mengusap sudut matanya yang berair. Rose paham jika Nata juga kehilangan. Mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya.
"Kami turut berduka cita pak Irawan" Samar samar Rose mendengar ucapan duka dari pelayat
"Terima kasih pak Adi"
"Semoga almarhumam diterima di sisi-Nya"
"Amin"
Rose mengangkat wajah, netranya menatap pria paruh baya yang bahkan tak tahu akan kedatangannya.
Deg
Lagi lagi Rose dikejutkan dengan kenyataan. Seorang wanita seumuran mamanya tampak mendampingi Irawan. Bahkan terlihat tangan wanita itu mengelus punggung papanya berkali kali. Jelas sekali jika perhatian wanita itu menandakan ada hubungan lebih diantara mereka.
Air mata yang sejak tadi mengalir, kini berhenti dengan sendirinya. Bahkan Rose tak bisa menangis lagi. Dia hanya bisa menatap sendu jenazah Ratna. Terlalu banyak kejutan yang membingungkan. Kematian mamanya, kehadiran wanita lain disamping papanya. Semua pertanyaan saling bertabrakan, menerka nerka apa yang sebenarnya menimpa rumah tangga orang tuanya. Hingga tanpa sadar tangannya mengepal.
"Rose" Nata menggenggam tangan Rose, seolah memberikan kekuatan. Tatapannya begitu teduh dan menenangkan.
"Pak Irawan, jenazah akan segera dikebumikan. Anda bisa melihat sekali lagi wajah bu Ratna untuk terakhir kalinya"
"Baiklah" Irawan berjalan mendekati jenazah istrinya, hingga netranya menangkap sosok putri yang sangat dia rindukan selama ini
"Ro.... Rose" lirih Irawan
Rose bergeming. Dia menulikan telinga dari panggilan papanya. Apalagi melihat wanita itu menggandeng lengan papanya. Tanpa bertanyapun, Rose bisa menebak posisi wanita itu.
"Rose, kau pulang nak?"
Irawan mendekati Rose, namun gadis itu segera beranjak, dia berjalan menaiki tangga. Irawan menatap Nata, pria itu tak memberikan respon apa apa membuat Irawan mendesah kasar. Bisik bisik pun tak terhindarkan, mulai dari kondisi jasad Ratna yang tidak wajar. Gosip istri kedua Irawan, serta penolakan Rose terhadap papanya.
Tepat setelah jenazah siap dikebumikan, Rose turun dari tangga. Gadis itu memakai pakaian duka dan siap mengantar mamanya ke peristirahatan yang terakhir.
"Jenazah akan dimakamkan di pemakaman keluarga di puncak" ucap Rose mengagetkan semua orang, pasalnya Ratna akan dikebumikan di pemakaman umum.
"Tapi Rose, mamamu akan dimakamkan di pemakaman umum, semuanya sudah siap" sanggah Irawan
"Aku putrinya, dan aku berhak memakamkan mamaku dimana saja, lagipula disana juga sudah siap!"
Semua nampak diam,
"Mas, biarkan saja Rose memakamkan mbak Ratna disana, lagipula disana makam keluarga dan Rose berhak memutuskan dimana mbak Ratna akan dimakamkan" bujuk Sandra
Rose menatap sinis wanita itu, dia yakin wanita itu hanya berpura pura baik.
"Baiklah jika itu keputusanmu" Irawan mengalah, dan akhirnya jenazah Ratna dibawa ke daerah puncak.
"Ayo paman" ajak Rose pada Nata, Irawan yang melihat hal itu hanya bisa menghela nafas kecewa.
...🍃🍃🍃🍃🍃...
Rose menatap nanar gundukan tanah yang masih basah itu. Semua pelayat sudah pulang, kecuali dirinya, Nata, Irawan dan Sandra.
"Rose, ayo kita pulang" ajak Irawan
Rose bergeming
"Rose, sebentar lagi akan turun hujan, ayo kita pulang, ikhlaskan kepergian mamamu"
Tangan Rose mengepal kuat, emosinya kembali memuncak. Jika saja tadi tidak banyak orang, Rose pasti sudah memberondong banyak pertanyaan kepada Irawan. Bagaimana bisa semua ini menimpa mamanya. Bahkan Rose tak habis fikir, ia mengira papanya hanya mencintai mamanya, tapi rupanya semua salah, Irawan jelas jelas menduakan Ratna.
Kepercayaan Rose akan cinta seketika sirna. Tidak ada cinta yang abadi, tidak ada cinta yang suci dan tidak ada cinta yang setia. Semua hanya bualan dan omong kosong belaka.
"Rose, ayo kita pulang" giliran Sandra yang mengajak Rose pulang
Rose berdiri, menatap dua orang dihadapannya dengan sinis.
"Jika sampai kematian mamaku ada sangkut pautnya dengan kalian, sampai matipun aku tak akan membiarkan kalian hidup bahagia!!!" ucapnya kemudian pergi, Nata ikut bangun lalu menatap Irawan dan Sandra dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kau harus siap kehilangan putrimu, Irawan!" gumam Nata, kemudian menyusul Rose pergi.
Deg
Irawan mematung, bukan hanya pernyataan Rose yang menohok hatinya, namun perkataan Nata tak kalah membuatnya terkejut. Dia sudah kehilangan Ratna, dia tak mau kehilangan Rose juga. Semua ini memang salahnya, bahkan rasa bersalah itu semakin besar saat melihat tatapan Rose yang begitu mirip dengan Ratna.
"Sudahlah mas, Rose pasti akan mengerti, dia hanya butuh waktu dan ucapan Nata, anggaplah hanya angin lalu" ucap Sandra sembari mengelus bahu suaminya.
...🍃🍃🍃🍃🍃...
Rose duduk ditepi ranjang, ingatan akan kenangannya bersama Ratna masih teringat jelas. Ratna adalah wanita yang lembut, penyayang dan perhatian. Dialah yang paling mengerti Rose. Memahami sifat dan sikap Rose dengan baik. Dia adalah sosok ibu yang sangat baik, ibu yang sempurna dan tak ada duanya.
Yang Rose sesalkan, kenapa Ratna memendam semuanya sendiri. Mengapa tidak ada firasat atau pertanda bahwa Ratna akan meninggalkannya selamanya. Bahkan dua hari yang lalu mereka masih bertukar kabar.
Aku merindukanmu ma, tujuanku pulang bukan untuk mengantarmu ke pemakaman, kenapa kamu meninggalkanku begitu cepat? lirihnya.
Air matanya mengalir deras, dalam kesendiriannya, Rose menyesal, sangat menyesal. Andai saja ia pulang lebih awal, andai saja ia tak kuliah di luar Negeri, andai saja dia lebih perhatian pada Ratna, andai saja, dan andai saja..... Banyak sekali penyesalan dalam benaknya. Bahkan air mata sebanyak lautan pun tak akan cukup untuk menebus rasa bersalahnya. Setelah cukup tenang, Rose mengambil ponsel lalu menghubungi Nata.
📞 Hallo paman, aku ingin mendengar penjelasanmu, aku ingin tahu semua yang terjadi tanpa ada yang ditutup tutupi.
...🍃🍃🍃🍃🍃...
Pelayat masih berdatangan, rumah duka masih cukup ramai. Bahkan Irawan dan Sandra masih sibuk menemui para tamu.
"Rose, kamu mau kemana?" tanya Irawan yang melihat Rose hendak pergi
"Aku ada urusan"
"Tapi kita masih berduka Rose, tidak bisakah kamu tunda dulu urusanmu?" ucap Sandra
"Ini urusan penting, setelah urusanku selesai, kita akan bicara!" Rose tetap melangkah pergi tanpa menghiraukan panggilan Sandra, alhasil dia menjadi bahan gunjingan para pelayat
"Maafkan sikap Rose bapak ibu, maklum, dia lama berada diluar Negeri, mungkin sudah terbiasa dengan budaya barat" ucap Sandra mendrama, sementara Irawan menatap nanar punggung Rose yang semakin tak terlihat. Dia seperti tak mengenal putrinya lagi.
...🍃🍃🍃🍃🍃...
Rose sudah tiba dirumah Nata. Rumah minimalis yang tampak asri dengan tanaman yang mendominasi. Pria paruh baya itu memang tinggal sendiri karena dia tidak menikah. Dulu Ratna sempat membujukkan untuk menikah, tapi pria itu menolak. Alhasil, beginilah kehidupan Nata, sendiri dan kesepian.
"Kau sudah tiba Rose?" tanya Nata yang baru keluar dari kamarnya
"Iya paman"
"Apa yang mau kau dengar dariku?" tanya Nata setelah duduk didepan Rose
"Semuanya tanpa terkecuali"
"Kau yakin siap mendengar semuanya?"
Rose tampak berfikir kemudian mengangguk
"Baiklah, aku akan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi!"
******
Hai kakak
Ini cerita baruku. Semua tulisan ini hanya fiktif dan karangan belaka.
Mungkin cerita ini memiliki kesamaan dengan cerita lain, tapi aku jamin ini real karyaku tanpa plagiat. Siapkan semangka untuk mencegah tensi naik, kalau gregetan bisa umpat penulisnya. 😂😂😂
Jika kalian suka, kalian bisa favorit, jangan lupa tinggalkan like dan komennya. Jika tidak suka, silahkan tinggalkan tanpa hujatan 😂😂😂😂
Makasih😘😘😘😘
...Budayakan follow sebelum membaca...
********
"Baiklah, aku akan menceritakan semua yang terjadi!"
Nata menghela nafas sebelum memulai ceritanya.
"Kau tahu siapa wanita yang bersama papamu?" tanya Nata pada Rose
"Istri baru Irawan?" tebak Rose
"Kau benar Rose, dia istri kedua papamu, namanya Sandra" Rose tak berkomentar, namun terlihat jelas jika dia sedang menahan emosi. Tangannya terkepal kuat sampai urat tangannya keluar.
"Mereka bertemu saat ada pameran produk domestik di salah satu Mall. Awalnya mereka hanya berteman, namun kedekatan keduanya terjalin semakin dekat hingga pada akhirnya papamu memutuskan menikahi Sandra"
"Kapan?" tanya Rose dengan nada bergetar, dan itu menandakan dia tak baik baik saja
"Tiga bulan yang lalu!"
"Tiga bulan yang lalu? Bulan Juli? Wah, aku tidak bisa membayangkan perasaan mama saat itu. Irawan bahkan memberi hadiah aniversary yang sangat menyakitkan!"
Nata menatap Rose, dia hafal karakter Rose, Rose tipikal gadis yang menyimpan lukanya seorang diri,
"Kau baik baik saja?" tanya Nata memastikan, Rose mengangguk membuat Nata kembali bercerita, "Awalnya, papamu merahasiakan pernikahan keduanya. Hingga tanpa sengaja, satu bulan yang lalu, aku dan mamamu memergoki mereka saat makan siang dan mereka terlihat mesra. Mamamu yang emosi dan cemburu langsung menanyai banyak hal, papamu sempat berkilah, tapi Sandra dengan terang terangan mengatakan statusnya. Bahkan dengan bangga dia mengatakan memiliki kedudukan yang sama dengan Ratna, mereka bahkan sempat adu mulut dan menjadi tontonan pengunjung lainnya"
Tes
Air mata pertama telah jatuh, namun Rose sekuat tenaga menahannya.
"Lanjutkan paman, aku masih ingin mendengarnya" ucap Rose pada Nata, dia tahu jika Nata sedang mengkhawatirkan kondisinya
"Sejak kejadian itu, papamu tidak pernah pulang. Dan mamamu memintaku menyelidiki semuanya. Kau tahu? Ratna sempat terpuruk dan hancur saat mengetahui kobongan Irawan. Papamu bahkan membeli sebuah rumah elit untuk Sandra. Memberikan uang bulanan yang sama dengan Ratna. Bahkan pada anak tirinya juga. Mamamu berusaha sabar, dia meyakini jika rumah tangga mereka tengah di uji. Hingga suatu hari, Sandra datang dan mengatakan jika Irawan akan menceraikannya. Hal itu membuat Ratna frustasi, dia semakin hancur, tubuhnya semakin hari semakin kurus. Bahkan setiap malam, mamamu selalu menunggu Irawan, dia berharap papamu akan pulang, sayangnya semua hanya tinggal harapan. Irawan bahkan tak pernah menginjakkan kakinya lagi dirumah kalian. Hingga kejadian itu terjadi, mamamu jatuh dari tangga, dia kehilangan banyak darah dan meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit. Dalam nafas terakhirnyapun, Ratna masih menggumamkan nama Irawan" Nata mengusap sudut matanya. Pria itu kembali mengingat kejadian yang menyayat hatinya.
Rose tak mampu lagi menahan air matanya. Dia menangis tersedu sedu. Dia tidak menyangka papanya akan setega itu. Dimana Irawan yang dulu menyayangi mereka, dimana Irawan yang selalu menjadi pelindung mereka. Hanya karena wanita lain, dia tega terhadap istrinya sendiri.
Nata membiarkan Rose mengeluarkan emosinya, setelah Rose cukup tenang, Nata kembali bercerita.
"Aku sempat menghubungi papamu, sayangnya mereka sedang berlibur, dan baru tiba tadi subuh"
Hancur, itulah perasaan Rose. Disaat mamanya meregang nyawa, mereka tengah asyik liburan? Hebat, mereka bahkan pantas mendapat julukan manusia terkeji dimuka bumi.
"Rose, ikhlaskan kepergian Ratna, dia sudah tenang disana, dia sudah tidak merasakan sakit lagi"
"Aku memang harus mengikhlaskan kepergian mama, tapi tidak dengan dua manusia keji itu!!!"
"Rose, paman akan selalu ada untuk membantumu, tapi jika kau berniat balas dendam pada mereka, paman mohon jangan lakukan nak. Tuhan tidak tidur, mereka akan mendapat karma atas perbuatan mereka"
Rose menatap Nata dengan tatapan yang sulit diartikan
"Biarkan aku melakukan apa yang ingin aku lakukan paman, jangan khawatirkan aku"
"Tapi Rose....."
"Percayalah padaku paman, aku tahu apa yang harus aku lakukan, aku hanya butuh dukunganmu"
Nata menghela nafas, Rose menjadi keras kepala, bahkan tak bisa ditentang. Gadis yang dulu periang, kini menjelma menjadi sosok lain yang tak ia kenal.
"Rose, kau bisa hancur jika membalas dendam, hidupmu akan dipenuhi kebencian, kau tidak akan bahagia"
"Bahkan kebahagiaanku telah sirna paman, hidupku sudah hampa. Ingin rasanya aku menyusul mama, tapi membiarkan dua manusia itu bahagia, rasanya sangat tidak adil bukan?"
"Berhentilah jika kau sudah merasa sakit dan tak mampu bertahan"
"Tentu paman, aku tahu sampai kapan aku harus bertahan dan berhenti"
"Kau harus kuat menjalani semua ini Rose, kau masih muda, masa depanmu masih panjang"
"aku tidak tahu bagaimana akan menjalani hidupku kedepannya paman, tapi yang jelas aku tidak akan menyerah" Nata tersenyum mendengar ucapan Rose, "Untuk urusan perkebunan, aku serahkan sepenuhnya padamu, paman. Dan untuk surat surat berharga milik mama, simpanlah disini, karena aku yakin disinilah tempat yang paling aman" lanjutnya
...🌻🌻🌻🌻🌻...
Rose tiba dirumah pukul sepuluh malam. Rumahnya masih menyala, menandakan jika penghuni rumah masih terjaga. Tanpa banyak bicara Rose masuk dan melewati ruang tengah, dia bahkan tidak peduli dengan orang orang di sekelilingnya.
"Rose, kau sudah pulang? Kemarilah, ada Inara kakakmu" ucapan Irawan
Rose berhenti, kemudian menatap mereka sekilas. Lalu kembali melanjutkan langkahnya.
Aku bahkan tak sudi menganggap mereka keluargaku, lihat saja setelah ini. Kalian akan merasakan sakit yang jauh lebih dalam dari yang aku alami. Bathin Rose
Sementara diruang tamu, Inara menatap nanar adik tirinya. Dia paham perasaan Rose, apalagi atas ulah ibunya yang menjadi orang ketiga. Inara bahkan yakin jika Rose akan membencinya.
"Maafkan Rose, Inara. Dia hanya sedang berduka" ucap Irawan
"Tidak apa pa, aku paham dengan apa yang Rose rasakan"
"Kau memang wanita yang baik" Inara tersenyum, "Bagaimana kabar suamimu?"
"Kabar mas Eza baik pa, dia titip pesan dan meminta maaf tidak bisa kesini, karena masih diluar kota mengurus pekerjaan"
"Tidak masalah, papa paham kondisi Eza"
Mereka berbincang dan tersenyum bersama. Dan semua itu tak luput dari penglihatan Rose yang memperhatikan mereka dari lantai dua.
"Kau lihat kan? Posisimu sudah digantikan oleh putriku" ucap Sandra,
"Tidak masalah, lagipula aku sudah tak sudi dengan posisi itu, pungut saja, aku tak peduli!!!"
"Kau begitu angkuh Rose, kita lihat saja, sejauh mana sikap angkuhmu akan bertahan"
"Baik, kita lihat juga, sampai kapan sikap sombongmu akan menang!!"
Rose segera masuk dalam kamarnya meninggalkan Sandra. Dugaan Rose benar, Sandra tidak tulus. Dia sama licinnya seperti ular. Entah apa yang Irawan lihat dari Sandra hingga terjerat oleh wanita ular itu.
📞 Cari tahu semua tentang Sandra dan putrinya. Aku mau informasi itu malam ini juga.
Rose segera mematikan telponnya. Tubuh dan hatinya lelah, dia berjalan menuju kamar mandi. Kemudian merendam dirinya dalam bath up.
...🌻🌻🌻🌻🌻...
Rose sibuk membaca email yang dikirim orang suruhannya. Rose tak menyia nyiakan waktu. Semakin cepat dia tahu kelemahan musuh, semakin cepat pula dia menyerang.
"Sandra Kamelia, mantan pekerja club malam, tidak memiliki suami tapi memiliki putri, hmm, rupanya Sandra memiliki anak haram, ah aku rasa ini akan menarik" guman Rose bermonolog sendiri
Rose kembali membaca informasi tersebut, disana juga menjelaskan tentang Inara dan suaminya.
"Fahreza Tritoga? Aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan" ucapnya menyeringai
...🌻🌻🌻🌻🌻...
"Kenapa barang barang kami ada diluar!!!" teriak Sandra saat melihat barang barangnya sudah tergeletak di teras.
"Maafkan kami nyonya, kami hanya menjalankan perintah nona Rose" jawab seorang pelayan
Hal itu membuat Sandra meradang, rahangnya mengetat dan siap menerkam seperti singa kelaparan. Pantas saja barang barangnya tidak ada dikamar, rupanya Rose membuangnya.
"Rose!!!" teriaknya menggema
"Sandra jangan berteriak, tenangkan dirimu!!" bujuk Irawan
"Bagaimana aku bisa tenang, lihat kelakuan putrimu!!"
Irawan diam tak meladeni Sandra karena pasti akan berujung panjang.
"Ada apa? Kenapa berteriak? Kau pikir ini hutan? Tidak bisakah kau bersikap lebih sopan saat berada dirumah orang?" ucap Rose berjalan dengan santai.
"Kau!!!" tunjuk Sandra, "Kenapa kau menyuruh pelayan membuang barang barang kami!!"
Rose bersedekap dada
"Kau keberatan dengan yang aku lakukan??"
"Tentu saja, Ini rumah suamiku!! Yang artinya rumahku juga!! Kau tidak berhak berbuat seperti ini pada kami!!"
"Wah wah, selain tidak tahu diri kau juga tidak tahu malu ya, sejak kapan rumah mamaku menjadi rumah suamimu!!" cibir Rose
Irawan menatap Rose kecewa, apalagi mendengar ucapan putrinya.
"Pa, kenapa diam saja, katakan sesuatu!!" bentak Sandra, namun Irawan bergeming
"Ck, selain tak punya sopan santun, rupanya kau juga tuli ya, sudah kubilang bahwa ini adalah rumah mamaku, mamaku yang kau rebut suaminya, mamaku yang telah kau sakiti dan mamaku yang telah kalian bunuh??" Sinis Rose menatap Sandra dan Irawan.
"Kami tidak membunuh mamamu, ini semua murni kecelakaan?" bela Sandra
"Lalu siapa yang menyebabkan dia tertekan dan meninggal?"
Sandra dan Irawan terdiam,
"Pergil dari rumahku sekarang juga!!" Rose berbalik dan berjalan masuk
"Rose, rumah ini juga rumah papa!" lirih Irawan
Langkah Rose berhenti, dia menatap Irawan dengan tatapan penuh kebencian
"Bukankah rumah tempat kita pulang, anda bahkan tak pernah lagi menginjakkan kaki dirumah ini, masih pantaskah anda mengatakan jika anda juga pemilik rumah ini?, ah....tentu saja anda lupa pulang, bukankah anda sudah memiliki rumah mewah lainnya!!" sindir Rose
"Bagus kalau kau sudah tahu!!" jawab Sandra
Rose kembali tersenyum sinis
"Tentu saja, aku bahkan tahu semuanya!!" Rose melirik Irawan yang hanya diam, "Jadi silahkan tinggalkan rumah ini, aku tidak mau ada manusia keji yang mengotori rumahku, bahkan bayangannya sekalipun!!!"
Deg
...🌻Budayakan follow sebelum membaca🌻...
Deg
Irawan menatap Rose tak percaya. Gadis didepannya sangat berbeda dengan Rose, putrinya. Putrinya adalah wanita yang lembut, sopan dan periang. Sedangkan yang ada dihadapannya adalah gadis angkuh tak berperasaan.
"Kau seperti bukan putriku, Rose" lirih Irawan
Rose menghentikan langkahnya, ucapan Irawan kian memupuk rasa benci dihatinya. Tidakkah pria itu sadar, akibat dari perbuatannya, Rose harus kehilangan mamanya bahkan dengan kondisi yang mengenaskan.
"Aku memang bukan putrimu!!!!"
"Rose!!!" sentak Irawan
"Apa?!!" sentak Rose balik,
"Dasar anak durhaka!!, kau bahkan berani membentak papamu sendiri!!" ucap Sandra
"Tutup mulutmu, aku tidak berbicara denganmu!!!" Rose menunjuk Sandra dengan tangannya, lalu menatap Irawan. "Kau pikir setelah membunuh mamaku, aku akan tetap menganggapmu papaku, huh....bermimpilah tuan Irawan, kau bukan papaku lagi!!"
Deg
Irawan mundur beberapa langkah mendengar kalimat yang keluar dari mulut putri yang sangat dia cintai.
"Rose........."
"Kau menghianatinya, kau menduakan cintanya, kau menghancurkan hidupnya, bahkan kau memberikan hadiah aniversary terpahit dengan menikahi wanita lain, kau menjadi manusia kejam hanya karena perempuan ular ini...!!"
"Hei......"
"Sandra diamlah!!", sentak Irawan, hal itu membuat Sandra langsung bungkam
"Rose, aku masih mencintai mamamu...."
"Sekarang aku tanya, dimana kau berada saat mamaku meregang nyawa?!" potong Rose membuat Irawan terdiam
"Kenapa diam??, ah aku lupa, kalian kan sedang liburan, bersenang senang dan menghabiskan waktu romantis berdua, emm... Lebih tepatnya bersenang senang diatas kematian mamaku" sindir Rose telak, "Sekarang pergi dari rumahku dan jangan pernah menginjakkan kaki dirumah ini!!!!"
"Rose jangan lupakan jika aku adalah papa kandungmu, dalam darahmu mengalir darahku!"
"Itulah yang aku sesalkan!!, jika aku bisa memilih, aku tak mau terlahir dari benih pria penghianat sepertimu!!" Sinis Rose, "Dan satu lagi, mulai hari ini aku resmi menghapus nama Malik dibelakang namaku, karena kita sudah tak memiliki hubungan apa apa lagi!!" ucap Rose lalu masuk dan menutup pintu.
Duarr......
Jantung Irawan terasa ditikam belati tajam, inilah yang dinamakan sakit tak berdarah. Luka tak kasat mata yang sakitnya beribu kali lipat dibanding luka yang menganga. Putri yang ia besarkan sejak kecil, putri yang ia sayangi dan cintai, kini membencinya. Menyalahkan dirinya atas kematian Ratna, yang tak lain adalah istrinya sendiri. Benar, semua memang berawal dari kesalahannya. Andai saja waktu bisa diputar, Irawan akan berfikir beribu kali untuk melakukan semua ini. Benar kata orang, penyesalan memang selalu datang belakangan.
"Kau lihat, dia bahkan memutuskan hubungan denganmu, Ratna mendidiknya dengan sangat baik" sindir Sandra
"Aku sedang tak ingin berdebat, sebaiknya kita pulang sekarang!"
...🌻🌻🌻🌻🌻...
Seminggu setelah kepergian Ratna, kondisi Rose terlihat jauh lebih tenang. Gadis itu mulai beraktivitas normal kembali.
Saat ini Rose berdiri didepan jendela kamarnya. Sesekali gadis itu menghela nafas kasar. Kepulangannya yang ia kira akan berujung bahagia, nyatanya menjadi neraka. Kenyataan kenyataan pahit telah menghancurkan hidupnya. Bahkan tak pernah terbayangkan jika akhirnya dia akan hidup seorang diri seperti sekarang.
Ratna, Rose merindukan wanita itu. Merindukan semua hal yang ada pada dirinya. Kini tak ada lagi canda tawa, tak ada lagi berbagi cerita, masakannya, tingkah konyolnya bahkan kasih sayang dan cintanya.
Kau harus kuat Rose, buat mereka membayar semua dengan mahal, gumam Rose sambil mengusap air matanya.
...🌻🌻🌻🌻🌻...
Pagi ini Rose telah bersiap dengan baju kerjanya. Blous putih tulang serta rok sampai tulut terpasang pas ditubuh seksinya. Meski agak risih dengan baju yang ketat, namun Rose harus membiasakan diri. Ini hanya langkah awal yang bahkan belum seberapa baginya.
Tepat pukul 07.30, Rose berangkat. Dia mengendarai mobilnya menuju suatu tempat. Tiga puluh menit berlalu, diapun sampai disalah satu gedung bertingkat bertuliskan F&T Corporation.
Kehadirannya langsung menjadi pusat perhatian. Selain cantik, Rose memiliki tubuh seksi idaman kaum Adam. Apalagi ditunjang penampilan yang semakin memperlihatkan keseksiannya, membuat beberapa pria gagal fokus karenanya.
"Permisi, Aula dimana ya?" tanya Rose pada resepsionis
"Ah, Aula...., anda lurus kemudian belok kiri!" jawab resepsionis
"Terima kasih" ucap Rose tersenyum
Resesionis pria itu langsung terhipnotis, apalagi melihat senyuman Rose, gigi gingsul ditambah lesung pipit membuat terlihat tambah cantik.
"Bakalan betah kerja kalau lihat pemandangan ginian setiap hari!" ucapnya sendiri.
...🌻🌻🌻🌻🌻...
Disebuah ruangan, seorang pria tengah sibuk berkutat dengan pekerjaannya. Mata lebarnya masih fokus menatap berkas berkas yang tiada habisnya. Sebagai pengusaha muda yang masih merintis usahanya, dia dituntut untuk bekerja keras.
Dia adalah Fahreza Triyoga, pria tampan berusia 28 tahun. Kharismanya tak perlu diragukan lagi, pria yang biasa di panggil Eza itu, memanglah paket sempurna idaman wanita. Banyak wanita yang menggilainya, bahkan terang terangan menggodanya, sayangnya mereka harus gigit jari karena sifat dinginnya apalagi pria itu telah memiliki istri, Inara Khoirunnisa.
"Sepuluh menit lagi wawancara pelamar akan dimulai" ucap Alif, asisten Eza
"Hmm"
Ya, begitulah Eza. Pria itu memang terkenal irit bicara.
Eza masih berkutat dengan berkas berkasnya. Tak lama dia melirik jam tangannya lalu beranjak pergi.
...🌻🌻🌻🌻🌻...
Di aula sudah banyak orang berkumpul. Mereka semua memiliki tujuan yang sama, yaitu melamar pekerjaan.
F&T Corporation merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan makanan instan, mulai dari mi instan, bubur instan, sosis, pasta dan banyak lagi lainnya. Walaupun termasuk perusahaan yang baru berdiri, tapi perusahaan ini mampu bersaing dengan perusahaan besar lainnya. Terbukti dengan permintaan pasar yang semakin hari semakin meningkat.
Kedatangan Eza dan Alif langsung menjadi pusat perhatian, apalagi kebanyakan dari pelamar yang notabene perempuan. Ada yang langsung membetulkan penampilan, ada yang mengecek bedaknya, menambah lipstiknya dan banyak lagi yang dilakukan wanita wanita itu. Berbeda dengan Rose, gadis itu justru menampilkan ekspresi cuek dan biasa saja.
"Baik, sebelumnya terima kasih atas kehadiran kalian semua disini. Seperti yang kalian tahu posisi yang kalian lamar saat ini adalah sekertaris direktur, jadi kami akan melakukan penyeleksian dengan ketat, harap mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin" ucap Alif membuka wawancara tersebut
Satu persatu pelamar dipanggil, banyak dari mereka yang harus kecewa karena merasa tidak mampu menjawab pertanyaan dengan baik.
"Rose Anastasya" Rose yang dipanggilpun berjalan kedepan, dia membungkukkan badan lalu duduk didepan Eza dan Alif
Eza dan Alif memandang Rose, entah terpesona atau bagaimana. Yang jelas dilihat dari penampilan, Rose memang menawan. Dan siapapun pasti akan terpesona.
"Lulusan terbaik California dan pernah bekerja sebagai asisten sekertaris di perusahaan X?" tanya Alif, sementara Eza hanya mengamati, karena wawancara memang diurus oleh Alif.
"Benar"
"Apa alasanmu melamar pekerjaan ini, kau tahu bukan, dengan pendidikan dan pengalaman kerjamu, kau bisa melamar pekerjaan diperusahaan besar?" tanya Alif lagi
"Menurut anda, apa alasan seseorang melamar kerja?" tanya Rose balik
Alif terdiam beberapa saat, jawaban Rose diluar dugaannya. Tanpa ada yang tahu, Eza tersenyum samar.
"Kau tahu, perusahaan ini masih berkembang. Akan banyak sekali pekerjaan berat yang harus dilakukan, bahkan kemungkinan lembur akan sering terjadi, apa kau..... " pertanyaan Alif menggantung, ia tidak terlalu yakin saat melihat penampilan Rose walau disertai bukti pendidikan dan pengalaman kerjanya yang bagus.
"Anda tidak bisa menilai seseorang dari tampilan luarnya saja pak, penjahat bisa saja berkedok alim ulama" jawaban Rose membuat Alif terperangah, Alif yakin jika Rose tahu kalau dia meragukannya, "Human Relationship, skedule pertemuan, mengatur berkas, notulen rapat, personalia, bahkan makan siang atasan menjadi tanggung jawab sekertaris!, dan yang paling penting adalah menjaga kerahasiaan dokumen perusahaan" Alif mengangguk dengan jawaban Rose,
"Berapa gaji yang kau inginkan?"
"Berapa perusahaan bisa menggaji saya?" tantang Rose, Eza sedikit terperangah dan reflek menatap Rose,
Dia wanita yang angkuh, tapi menarik. Bathin Eza
"Baiklah, saya rasa cukup untuk wawancara kali ini, nanti kami akan memberi kabar selanjutnya"
"Terima kasih" pamit Rose seraya membungkukkan badan
...🌻🌻🌻🌻🌻...
Rose melajukan mobilnya menuju tempat kerja. Setelah wawancara dua hari yang lalu, dia mendapat panggilan yang menyatakan jika dirinya terpilih menjadi sekertaris di F&T Corporation.
Dengan langkah anggun, Rose berjalan memasuki lobi. Tak sedikit karyawan yang memperhatikannya, apalagi dengan penampilannya yang begitu menarik. Jika banyak kaum Adam yang memujinya, maka tidak dengan para wanita. Mereka bahkan terang terangan mencibir wanita itu.
"Dia pikir, dengan berpenampilan seksi akan menarik perhatian bos, cih..bahkan untuk meliriknya saja tidak mungkin, lihat penampilannya yang berlebihan itu"
"Kau benar, mau secantik bidadaripun, pak Eza tidak akan berpaling dari bu Inara"
Rose berbalik, dan menatap dua wanita dibelakangnya. Hal itu membuat mereka terkejut.
"Lebih baik gunakan mulut kalian untuk bicara hal yang penting, atau sebelum mencibir orang lain, berkacalah terlebih dahulu" Rose menatap mereka dari atas ke bawah, lalu berjalan mendekati salah satu dari mereka kemudian berbisik, "penyumpal dadamu miring!!" wanita itu langsung gelagapan dan membenahinya. Wajahnya terlihat begitu panik,
"Bekerjalah dengan serius, bergosip hanya akan mengurangi kredibilitas kerjamu" ucap Rose melangkah pergi.
...🌻🌻🌻🌻🌻...
Rose sudah berada didepan ruangan Eza.
"Kau sudah datang?" sapa Alif yang baru tiba dengan Eza
"Ya pak"
"Ikut aku, aku akan menunjukkan meja kerjamu"
Rose mengikuti Alif masuk ke ruangan Eza. Eza langsung duduk dikursinya, sementara dia mengikuti Alif menuju sudut ruangan. Disana terdapat dua meja dan kursi yang disekat pembatas kaca, dan Rose yakin itu meja kerjanya.
"Ini meja kerjamu, dan disebelahmu adalah meja kerjaku" jelas Alif
"Baik pak"
"Ini adalah berkas yang harus kau kerjakan, aku yakin tanpa dijelaskanpun kau sudah paham dengan tugasmu" ucap Alif sambil meletakkan setumpuk berkas dimeja Rose
"Tentu saja pak, kalaupun ada yang tidak saya pahami, saya akan langsung bertanya kepada Anda"
Tanpa mereka sadari, Eza dari tadi mendengarkan pembicaraan mereka.
"Tentu, kau bisa bertanya apapun padaku. Dan maaf jika pekerjaanmu sudah banyak dihari pertama kerja"
"Tidak masalah, semua ini memang tugasku. Jika tugasku hanya duduk manis disini, bukankah sebaiknya aku menjadi istri direktur??" ucap Rose melirik Eza yang tertangkap basah tengah meliriknya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!