NovelToon NovelToon

Mencintaimu Yang Tak Terlihat

Sang Peracik Dan Peramu

CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA! SEMUA UNSUR DIDALAMNYA HANYALAH PENDUKUNG CERITA. DILARANG MENIRU ATAU MENCONTOH TINDAKAN DI DALAM NOVEL INI.

...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...

...-...

...-...

...-...

...YUNANI...

Teather Kuno Delphi

Di lembah Gunung Parnassus terdapat sebuah kota modern sekaligus lokasi situs arkeologi yang terkenal, Delphi. Berdasarkan mitologi Yunani, kota ini dilindungi oleh Dewa Apollo. Ia merupakan anak dari Zeus dan Leto.

Sebelum kedatangan Apollo, Delphi konon dijaga oleh ular piton yang mengerikan. Namun, ular tersebut berhasil dibunuh oleh Apollo yang dikenal sebagai dewa panah dan musik. Menariknya, mitos itu bertahan hingga saat ini dalam bentuk festival, seperti Septerion, Delphinia, Thargelia, Theophania, dan Pythia.

Di Delphi bisa ditemukan sisa-sisa bangunan dari abad ke-6 Sebelum Masehi (SM). Bangunan tersebut di antaranya Kuil Apollo, Teater, dan Treasuries

Teater kuno di Delphi dibangun di atas bukit tak jauh dari Kuil Apollo. Dari lokasi teater, pengunjung bisa menikmati pemandangan lembah yang menakjubkan.

Menurut sejarah, teater dibangun pertama kali pada abad ke-4 SM. Namun teater tersebut sudah mengalami beberapa kali renovasi. Teater yang terdiri dari 35 baris kursi batu tersebut diperkirakan mampu menampung hingga 5.000 penonton.

-

-

-

...SANG PERACIK DAN PERAMU...

Passion Flower. Dalam beberapa tahun terakhir, bunga ini telah digunakann untuk menciptakan efek tertentu mengubah pikiran. Bukan hanya bunga dari tanaman yang menciptakan ilusi-ilusi, tapi batang dan akarnya. Efek menenangkan oleh tanaman ini juga bisa berasal dari memakan buahnya dalam jumlah besar. Passion flower dapat memiliki kelopak dengan banyak warna yang berbeda seperti merah, ungu dan biru, dan masing-masing tanaman dapat terlihat sangat berbeda dari lainnya. Daunnya yang kering telah dikenal memiliki efek menenangkan yang sering mengakibatkan kantuk dan tidur.

Blue Lotus. Bunga ini yang termasuk sebagai golongan tumbuhan teratai ini hidup di atas air dan sering dijadikan sebagai tanaman hias. Apabila diolah, tanaman Lotus Biru dapat dibuat menjadi parfum dan obat penenang.

Sayangnya, banyak kalangan tidak bertanggung jawab yang sering menggunakan tanaman ini sebagai campuran obat ilegal. Jika dipakai secara berlebihan, Blue Lotus dapat menyebabkan sesak nafas dan akhirnya kematian

...*...

...*...

...*...

Luigi Santana Foster. Seorang Mahasiswi di tingkat akhir, di sebuah universitas terbaik di London, jurusan Arkheologi. Sedang mengadakan riset ke Yunani beserta seluruh rombongan satu fakultas untuk menentukan kelulusannya.

Mereka mendaki pegunungan Parnassus, ber-mil jauhnya dari kota Yunani. Berbekal kamera dan buku catatannya Luigi bersama kawan kawannya menuju puncak bukit Parnasus dimana Teather Kuno Delphi juga Kuil Apolo berada.

Bersama pemandu dan juga tim Damkar (pemadam kebakaran) dari wilayah Delphi, mereka menuju ke puncak bukit dengan lereng yang terjal. Salah melangkah sedikit maka, nyawa yang menjadi taruhannya. Luigi pencinta barang antik, ia selalu mencari nilai dan sejarah dari benda disekitarnya yang ia temukan. Karena itulah Luigi mengambil jurusan Arkheologi karena kecintaannya itu.

"Perhatikan langkah kalian!" ujar petugas pemandu yang memimpin rombongan.

"Disini banyak tumbuhan langka, Lui. Kau tidak tertarik?" tanya seseorang pria yang suaranya terdengar dari belakang Luigi.

"Dia sudah membawa perlengkapan anehnya. Dan dia sudah meraciknya satu jam sebelum kita berangkat kesini. Huft! Lama lama dia menjadi ahli nujum!" ujar seorang wanita di sebelah Luigi.

"Benarkah Lui?" tanya Pria itu lagi, yang berada di belakang Luigi.

"Chloe benar, Mark. Aku telah mencampur, methanol absolute, fixative dan bubuk mozeka" jawab Luigi dengan mengedarkan pandangannya mencari sesuatu yang menarik diantara jalan setapak perbukitan yang mereka lalui.

"Kau dengar, dia seperti ahli pembuat parfum. Jika itu keahliannya mengapa dia mau masuk jurusan Arkheologi?" ujar teman sebaya yang berada di sampingnya, yang bernama Chloe.

"Bubuk Mozeka?" Mark mengerutkan alisnya dan bertanya tanya.

"Aku membelinya di sebuah toko pernak pernik di dekat hotel semalam. Kata pemilik toko, itu adalah bubuk pengawet dari Mesir, itu biasanya di gunakan untuk mengawetkan Mumi" jawabnya santai sementara yang mendengarnya sudah merinding tidak karuan.

"What The Fu*ckk (Apaa)-- Dasar Freak (gila, aneh) ?!" seru satu orang lagi kawannya yang berada di depannya, seorang wanita.

"Freak?? Tapi kau memakai parfum racikanku dan kau selalu saja memesannya, Jesslyn!" ujar Luigi membungkam mulut kawannya seketika.

Luigi, senang bereksperimen menciptakan berbagai macam varian parfum sendiri dengan menyulingnya sendiri di rumah. Mencampur dan menemukan wewangian varian baru bahkan Luigi bisa meniru membuat parfum berkelas dunia. Ia membuat Brand sendiri di lingkungan Universitasnya "Lui's Scent" atau Aroma Lui. Luigi gadis yang kreatif dan selalu beraroma wangi, seolah seluruh tubuhnya mengeluarkan aroma wewangian bahkan rambutnya yang berwarna keemasan seolah mengeluarkan wewangian.

Bagaimana tidak, selain belajar Luigi menghabiskan waktunya di loteng rumahnya untuk meneliti wewangian dari jutaan spesies bunga yang ada didunia ini. Ia mempunyai alat penyuling manual yang menghasilkan aroma essensial dari bunga yang diolah sebelum menjadi parfum.

"Fokus dengan langkah kalian!" Petugas Damkar kembali mengingatkan karena mendengar kicauan para mahasiswa yang berbincang sambil berjalan dijalan setapak menuju berbukit di sisi utara pegunungan Parnassus.

"Didepan ada sekumpulan bunga beracun! Lihat tanda baik baik! Dilarang memetiknya!" Sahut salah satu pemandu . Rombongan itu terus berjalan dan melewati sebuah tanda peringatan berbahaya. Namun Luigi tergelitik rasa ingin tahunya, ia berniat memetik bunga itu.,

Luigi, meninggalkan barisan perlahan lahan, di bantu Mark, Jesslyn dan juga Cloe. Mereka memperlambat jalan mereka hingga berada di posisi paling belakang. Luigi mengendap endap di balik pepohonan. Matanya berbinar melihat sebuah pemandangan yang begitu indah. Hamparan bunga berjajar diantara semak belukar, bunga yang sangat langka namun beracun yaitu Passion Flower.

Luigi memetiknya dengan sangat hati hati, lalu Luigi menciumnya, serbuk sari bunga yang sangat kecil dan berbahaya sudah pasti masuk ke dalam lubang hidungnya, Luigi kemudian memasukkannya kedalam bejana kaca yang telah ia isi dengan metanol absolute, fixative bahkan ia mencampurnya dengan bubuk Mozeka yang di percaya sebagai bahan pengawet Mummi di Mesir.

Bahan dalam bejana itu yang akan menjaga bunga yang diletakkan di dalamnya akan awet dan mengeluarkan aroma asli dari bunga itu sendiri, biasanya itu akan di suling beberapa saat kemudian. Karena jauh dari rumah dan Negaranya, Luigi bereksperimen dengan bahan pengawet.

Tanpa Luigi tahu, bunga di dalam bejananya bereaksi secara kimiawi, seharusnya campuran senyawa kimia di dalamnya tetap bening dan bersih seperti bejana lainya. Tapi Passion Flower mengeluarkan warna kelopak bunga. Ungu muda magenta, warna yang sangat unik.

Luigi memasukkan, bejana kaca ke dalam tasnya saat ingin kembali ke barisan rombongan, matanya tertuju pada sebuah batu di pinggiran bukit yang begitu curam. Di batu itu ada sebuah bunga yang tidak asing namun aneh. Blue Lotus, sejenis teratai beracun namun tumbuh di batu. Luigi mendekatinya lalu memanjat batu itu.

"Apakah ini Blue Lotus? Ya ini Blue Lotus! Mengapa tumbuh di karang? Ini tidak mungkin!" gumam Luigi sambil mengamati. Ia menarik perlahan batang Blue Lotus, namun tak di duga, ternyata akar itu memasuki celah yang berongga menembus ke dalam batu.

"Shitt! Pantas saja kau hidup, karena di dalam batu ini ada airnya. Apa ini salah satu batu pijakan Dewa Apollo waktu turun ke Delphi?" kata Luigi dengan bergumam kepada Bunga Lotus. Untuk kedua kalinya, Luigi mencium bunga itu, serbuk bunga kembali memasuki lubang hidungnya saat Luigi menghirupnya.

Luigi kembali memasukkan bunga itu kedalam bejananya, ia sempat terkejut melihat perubahan warna keunguan pada ramuannya.

"Luigi cepat!" ujar Mark membuat Luigi tidak bisa berpikir. Ia memasukkan begitu saja Blue Lotus beserta akarnya ke dalam bejananya. Setelah memasukkannya ke dalam tas ranselnya, Luigi menuruni bebatuan yang dipijaknya. Namun, ketika kakinya menginjak tanah, sebuah reaksi kimia di dalam tubuhnya terjadi, efek dari kedua bunga langka itu.

Ia melihat Mark dan teman temannya di kejauhan menjadi jutaan banyaknya, ia melihat awan yang bergumpal menjadi ribuan dan seakan awan itu siap menimpanya, Luigi limbung. Tubuhnya serasa terhempas, ia melihat apapun menjadi banyak, saat melihat kebawah bukit yang curam, tubuh Luigi seakan amblas.

"Aaaaaaaa!" Jeritan Luigi menghentikan semua rombongan. Tubuh Luigi meluncur begitu saja ke bawah. Luigi berguling dari atas, menerjang semak belukar, menghantam pepohonan hingga semua temannya tidak lagi melihatnya. Luigi lenyap di lembah Parnassus.

"Luigiii!"

"Luiiiii!!!"

"Luuuuuu!"

-

-

-

Cuma minta Like doang sih, Bosqyu.. Ini Bukan Horor ya.. Ini Fiksi Modern, Ini untuk kontes, PACARKU BUKAN MANUSIA. Ini mengandung bawang, tetep di Area 21++ ya 🤭🤭

Bila kamu menyukai Novel ini, Jangan Lupa Dukungan Vote, Like, Komen, Koin, Poin dan Rate bintangku yaa Reader Tersayang.

Biar aku semangat nulis lagu disela - sela waktu jadwal kuliahku yang padat. Terima kasih Reader tersayang 😘😘🥰🥰💕💐

-

-

-

Sang Pembalut Luka

DILARANG KERAS! MERAMU MERACIK SEGALA BENTUK RAMUAN YANG TERTULIS DI NOVEL INI! SEMUA HANYALAH FIKSI BELAKA!

...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...

-

-

-

Suara yang memekik dan bersahutan yang memanggil namanya perlahan menjauh dan lenyap! Tubuh Luigi terperosok jauh ke bawah, seakan lembah yang dipenuhi semak belukar itu menelannya. Pencarian pun dengan gencar di lakukan oleh berbagai pihak terkait.

Sementara itu tubuh Luigi tertelungkup di tepian sungai dengan air berwarna hijau, rerumputan banyak tumbuh didalamnya seperti gulma, lamun dan banyak lagi jenisnya.

Ditepian sungai yang berawa, terdapat pohon dan karena pohon itulah yang menahan sebagian tubuh Luigi tidak masuk ke dalam sungai, satu tangannya memasuki rawa rawa dan memegang seperti akar pohon, agar tubuhnya tidak terseret arus sungai yang banyak ditumbuhi tumbuhan. Berenang atau tercebur di sungai dengan tumbuhan gulma atau luman, bisa berbahaya, karena jika terbelit maka dalam waktu 10 - 15 menit, manusia tidak akan lolos dari Maut. Perlahan Luigi, membuka matanya lalu ia duduk.

Ia mengedarkan pandangannya. Luigi melihat kakinya patah, banyak luka ditubuhnya, pahanya robek, kedua tangannya terasa perih. Darahnya telah bercampur tanah, Luigi tidak pernah merasakan sesakit ini sebelumnya. Luigi kembali mengedarkan pandangannya.

Dikejauhan, Luigi melihat seorang pendaki duduk di bebatuan terjal. Luigi melambaikan tangannya, namun laki laki itu tidak menoleh kearahnya karena jaraknya sangat jauh dari pandangannya.

"Tolong-- tolong aku" bisik Luigi. Namun laki laki itu justru menoleh kearahnya. Tubuhnya seakan berkilau, Luigi melambaikan tangannya dan laki laki itu menuruni bebatuan yang terjal. Luigi merasa lega karena ada yang menolongnya, ia pun memutar tubuhnya dan melihat kearah belakang dan itu adalah sungai yang berarus tenang.

Namun Luigi justru mendapatkan sebuah kejutan. Luigi melihat sesosok tubuh tertelungkup di tepian sungai dan itu adalah DIRINYA.

"Tidakk! Apa aku sudah mati?" Luigi meraba pipinya dan menepuk nepuknya. Ia mengusap tubuhnya sendiri dengan kepanikannya. Luigi tidak merasakan apapun.

"Tidak.. Ini tidak mungkin!" Ia bisa menembus tubuhnya sendiri saat ia menyentuh sesosok tubuh yang tertelungkup di tepian sungai.

"Tidakk!! Aku tidak mau!! Tidaakk!! Banyak hal yang belum aku lakukan!! Tidaaakk!! Tidakk!!" Luigi memekik begitu kerasnya sehingga burung burung beterbangan menjauh dari pohon yang menaunginya. Suara Luigi menggema begitu dahsyatnya, seakan langit bergemuruh seperti kedatangan Dewa Apollo yang disambut kilat dan guntur yang begitu menggelegar.

Alat Musik Lira

"Apa kau baik baik saja?" suara itu, begitu merdu bak dawai Lira yang dimainkan oleh Dewa Apollo dengan kilauan ke-emasan busur panah yang begitu kokoh. Gemerincing lonceng lonceng kecil, memenuhi kepalanya dan tiba tiba semuanya gelap!

...*...

...DEWA APOLLO...

Apollo adalah Dewa cahaya, musik, pemanah, pengobatan, Matahari, dan penyair dalam mitologi Yunani dan mitologi Romawi. Apollo merupakan anak dari Zeus dan Leto dan saudara kembar Artemis. Apollo disembah berpihak kepada yang benar oleh orang Yunani kuno maupun oleh orang Romawi kuno.

Apollo mempunyai busur yang terbuat dari emas. Pohon salam, burung gagak, dan hewan lumba - lumba dikeramatkan untuknya.

Pengobatan dan penyembuhan dikaitkan padanya atau pada anaknya, Asklepios (dewa pengobatan), karena Apollo dipandang untuk dewa yang membawa kesehatan, penyakit wabah.

Untuk dewa musik, Apollo adalah pimpinan para Muse (dewi musik dan nyanyian). Hermes menciptakan Lira untuk Apollo dan peralatan musik tersebut dijadikan atribut penting Apollo.

Pada masa Yunani kuno, terutama pada ratus tahun ketiga Sebelum Masehi. Apollo dikaitkan dengan Helios (dewa matahari) dan saudarinya,  Artemis, juga dikaitkan dengan Selene (dewi bulan). Dewa yang selalu bercahaya dimanapun, itu adalah Dewa Apollo.

...*...

Asap mengepul dengan wewangian khas herbal, memenuhi rongga pernafasan Luigi. Rasa perih pada tubuhnya menghilang, namun ia merasakan sesuatu yang basah dan dingin menempel di seluruh tubuhnya. Perlahan Luigi membuka matanya. Tubuhnya tidak bisa bergerak, ia melirik ke segala sudut. Ia bisa merasakan ranjang yang hangat, saat telapak tangannya menyentuh sprei dengan bahan lembut.

Luigi menatap langit langit ruangan itu, semua terbuat dari kayu. Luigi menelan salivanya, ia merasakan pahit yang luar biasa, air ludahnya seperti rasa obat itu sendiri.

"Kau sudah sadar, Nona?"

Suara itu, di iringi wajah yang begitu bersinar, muncul dalam pandangan mata Luigi. Wajah laki laki tampan, seorang pendaki yang di lihatnya di terjalnya tebing bebatuan. Wajah yang sama yang di lihatnya di tepian sungai.

"Kau sudah sadar, Nona?" laki laki itu mengulang pertanyaannya. Matanya yang begitu lembut memandang Luigi dan senyumnya yang begitu memukau dan mendebarkan.

"Aku.. Aku.. Dimana" lirih. Sangat lirih suara Luigi terdengar parau, ia menahan rasa sakit di dalam tubuhnya. Dan laki laki itu kembali tersenyum seraya meletakkan telapak tangannya di pipi Luigi lalu membelainya dengan ibu jarinya. Senyumnya begitu hangat, ketenangannya membuat hati Luigi aman, pancaran matanya yang begitu lembut begitu meneduhkan dan memberi kedamaian.

Mata Luigi mengerjap, hatinya berdebar melihatnya, rasa sakit di tubuhnya tak lagi ia rasakan.

"Luigi Santana Foster. Nama yang indah. Bukankah seharusnya itu nama laki laki" ujar laki laki itu kemudian bangkit berdiri. Ekor mata Luigi mengikuti gerakan kakinya. Laki laki itu menuju perapian yang terdapat kuali disana. Kemudian laki laki itu menyendok isi kuali dan menuangkannya ke dalam mangkok yang ada di genggamannya.

"Kau berada di dalam pondokku Luigi. Aku yang menolongmu, aku yang membersihkan lukamu, dan aku yang mengobatinya" Laki laki itu kembali tersenyum dan berjalan ke arahnya. Lalu ia kembali duduk di dekatnya dan meletakkan mangkok di nakas kecil. Uapnya muncul perlahan dari permukaan mangkok dan membumbungi tinggi keatas menebarkan aromanya yang begitu asing.

"Kau.. tau.. namaku?"

"Identitasmu ada di ID Card Universitasmu yang kau kalungkan di lehermu-- Fakultas Arkheologi. Bukankah itu membosankan?" Luigi tersenyum tipis, tubuhnya masih lemah tak bertenaga.

"Lui, minumlah ini. Rasanya tidak enak tapi ini adalah obat mujarab yang akan menyembuhkanmu dan memulihkan staminamu" laki laki itu menyambar mangkok yang berada di nakas kecil berbentuk bulat, ia mengaduk aduk dan uap itu lambat laun tak terlihat mengepul.

"Apa isinya"

"Ini Ramuan suku Maya, suku tertua di dunia. Ada Phyllanthus Niruri, Moringa, Andrographis Paniculata, Turnera Diffusa, Kava, Centella Asiatica sebagai penghilang rasaya nyeri" Laki laki itu menopang tubuh Luigi dan membuat duduk bersandar pada headboard ranjang lalu meletakkan bantal di punggung Luigi agar nyaman.

Luigi menurut namun matanya terbelalak saat mendapati tubuhnya hanya menggunakan underwear saja. Laki laki itu tersenyum dan menarik selimut tipis hingga mencapai dadanya.

"Aku harus mengobatimu, Lui" ujar laki laki itu dengan lembut. Tidak terlihat ada maksud jahat yang tersembunyi dari wajahnya. Luigi merasa tenang dan membiarkannya, toh ia juga tidak punya tenaga untuk melawan, bila laki laki itu macam macam padanya.

Di sisi lain, Luigi juga melihat ramuan tumbuh tumbuhan yang dihaluskan menempel ditubuhnya, kakinya yang patah juga terbalut rapi.

"Kau.. menguasai.. pengobatan.. herbal?" tanya Luigi masih terbata bata.

"Seperti Dewa Apollo, Lui" jawab laki laki itu dengan tersenyum. Jutaan pertanyaan muncul di kepala Luigi, mengapa laki laki ini berada di belantara lembah Parnassus. Namun, Luigi menyingkirkan pertanyaan yang akan membentuk sebuah keraguan, ia ingin sembuh dan kini ia selamat adalah hal yang terpenting saat ini.

Laki laki itu, menyuapkan ramuan herbal yang dibuatnya, dengan hati hati Luigi menyesapnya. Ia terbatuk batuk kemudian, "Ini.. Pahit.. Uhm.. Sangat pahit" keluh Luigi berulangkali menjulurkan ludahnya dan bergidik karena rasa pahit yang luar biasa.

"Jika ada obat yang manis, maka semua manusia akan antri untuk menjadi sakit-- Ayo, satu lagi" ujar laki laki itu dengan penuh kelembutan. Rasanya Luigi sangat senang di layani selayaknya seorang Ratu oleh laki laki tampan yang begitu menyihirnya.

"Setelah ini aku akan memberimu, madu dari lebah hutan. Tapi-- jangan terlalu senang dulu, jangan berharap madu itu akan manis seperti yang kau bayangkan" laki laki itu bangkit berdiri dan meletakkan ramuannya di nakas, ia berjalan menuju almari tua yang berada di dekat perapian ia mengambil sendok di meja lalu kembali menghampiri Luigi. Ia duduk dan menuangkan madu ke dalam sendok.

"Warnanya hitam?"

"Iya, ini madu hutan dari pohon Swietenia macrophylla anggota suku Meliaceae. Ini di kenal Pohon Pelindung, lebah yang bersarang di pohon ini menghasilkan madu hitam yang sangat pahit namun berkhasiat"

"Apakah ini penyiksaan?" Laki laki itu tertawa kecil, sambil menyodorkan sendok yang telah berisi madu ke dalam mulut Luigi. Manis dan Pahit, adalah perpaduan dari madu hitam. Luigi kembali bergidik merasakan pahit yang begitu menyiksa tenggorokannya. Laki laki itu kembali menyodorkan segelas air minum agar menghilangkan rasa pahitnya. Dan Luigi bisa bernafas dengan lega karena siksaan itu telah berakhir.

"Kalau lapar setelah ini, katakan padaku" ujar laki laki itu meraih gelas dari tangan Luigi lalu meletakkannya.

"Siapa.. Namamu"

Laki laki itu tersenyum, lalu menyeka sudut bibir Luigi dengan ibu jarinya, ia meraih tangan Luigi dan di genggamnya.

"Namaku-- Steiner Volkgaard" jawabnya dengan tersenyum penuh kehangatan.

Dia sangat lembut. Luigi.

-

-

-

Bila kamu menyukai Novel ini, Jangan Lupa Dukungan Vote, Like, Komen, Koin, Poin dan Rate bintangku yaa Reader Tersayang.

Biar aku semangat nulis lagu disela - sela waktu jadwal kuliahku yang padat. Terima kasih Reader tersayang 😘😘🥰🥰💕💐

-

-

-

Apakah Ini Cinta Pada Pandangan Pertama ?

Steiner datang dengan semangkok bubur, dengan umbi umbian berwarna orange dengan taburan parsley atau peterseli. Baunya sangat harum dan membuat Luigi semakin lapar. Steiner meletakkan mangkok itu di meja, lalu ia beranjak menuju perapian. Sebuah panggangan jepit, berada di perapian, Steiner menyiapkan makan malam Luigi. Ia memanggang ikan dari hasil memancingnya. Steiner kembali mengumbar senyumnya saat ia berjalan kearah Luigi dengan hasil panggangannya.

"Kau terbiasa bertahan hidup di alam bebas, Stein?" tanya Luigi, saat Steiner meletakkan ikan yang telah di panggang di atas meja, yang berada di samping ranjangnya. Kemudian ia duduk.

"Aku senang berpetualang Lui. Aku bahkan telah berkeliling dunia" Stein kembali tersenyum. Ia meraih mangkok yang berisi bubur dan menyuapkan kearah Luigi.

"Biarkan aku makan sendiri. Aku harus melatih tanganku" kata Luigi setelah Steiner menyuapkan satu sendok bubur kearahnya.

"Kau belum bisa Lui. Kau akan menumpahkannya dan membuat kekacauan baru. Selimut di pondok ini hanya satu dan itu juga yang sedang kau pakai. Aku tidak bisa tidur dengan bau amis ikan yang menyengat" ujar sambil memotong ikan. Steiner mengambil dagingnya dan menyingkirkan durinya.

"Tidur? Ehm. Kau akan tidur denganku? Satu selimut denganku?" Luigi kembali membuka mulutnya dan menerima suapan dari Steiner.

Steiner terkekeh lembut, wajahnya seakan berkilau keemasan diterpa cahaya lampu pondok yang begitu temaram, "Lalu aku harus tidur dimana, Lui? Ini adalah ranjangku"

Luigi terdiam, dengan mengunyah makanan ada kekuatiran di matanya tapi Steiner mencoba menenangkannya, "Lui tenanglah, jangan banyak berpikir. Jangan cemas, semua akan baik baik saja. Bantuan akan segera datang, mereka akan menemukanmu" kata Steiner dengan mengusap pipi Luigi dengan lembut. Ada kehangatan yang mengalir dan menghilangkan kecemasannya, Luigi tersenyum kemudian dan kembali meneruskan makannya.

"Apa ini pondokmu?" tanya Luigi.

"Ini tempatku di asingkan dari dunia, Lui" ujar Steiner dengan menyodorkan sendok ke mulut Luigi.

"Di asingkan?" Luigi mengerutkan alisnya lalu melahap sendok yang dipenuh bubur dan ikan panggang.

"Aku becanda Lui. Aku tinggal di London. Tepatnya di Manchester" kata Steiner dengan terkekeh.

"Hmm-- sangat metropolitan. Aku ingin bekerja disana setelah aku lulus" setelah mengunyah dan menelan makanannya, tangan Luigi meraih gelas dan Steiner buru buru mengambilnya.

"Lalu kau sendiri? Tinggal dimana. Apakah Cambridge? Karena kuliahmu disana"

"Di Cambrige, aku tinggal di Apartemen mahasiswa. Tapi aku berasal dari St. Albans"

"Wow, kota dengan langit biru" ujar Steiner dengan mata berbinar.

"Bukankah, semua langit biru? Aku juga heran mengapa semua orang mengatakan St. Albans adalah kota langit biru"

"Bahkan saat hujan, langit disana sangat biru Lui. Sangat berbeda. Pokoknya berbeda. Sepertinya ada Dewa Apollo disana hingga kelamnya langit tidak berani mendekatinya" Lui terkekeh lalu ia meringis merasakan punggungnya sakit.

"Setelah makananmu habis, aku akan membersihkan luka di punggungmu. Kau bisa mengenakan kemejaku setelah itu" kata Steiner dengan tersenyum. Dan selalu tersenyum.

Sangat menawan.. Apa kau selalu tersenyum seperti ini? Stein, hatiku berdebar saat kau tersenyum. Kau membuat jantungku berdetak keras saat kau tersenyum.

Dan beberapa saat kemudian, saat malam kian larut, saat kegelapan melingkupi rumah pondok ditepian sungai di belantara lembah Parnassus, Steiner datang dengan baskom yang berisi air hangat dan ramuan dari daun daunan yang ditumbuk hingga halus.

"Lui, apa kau bisa mengubah posisimu? Menghadaplah kearah jendela, Lui" Steiner meletakkan kemeja di sudut ranjang, yang sebelumnya ia letakkan di pundaknya beserta handuk kecil yang akan digunakan untuk membersihkan punggung Luigi.

Dengan bantuan Steiner, Luigi duduk dan mengangkat kakinya agar berubah posisinya. Luigi duduk diranjang, menghadap ke jendela, lalu Steiner dibelakangnya, "Lui, maafkan aku. Penutup dadamu harus aku singkirkan" suara lembut itu menggetarkan hati Luigi, seiring jemari Steiner melepas pengait penutup dada Luigi, yang berwarna hitam. Lalu menurunkan talinya kiri dan kanan kemudian Luihi melepasnya.

Luigi menurut dan menarik selimut, untuk menutupi buah dadanya. Cahaya lampu pondok di tengah hutan itu seakan berpendar mencapai seluruh belantara lembah Parnassus. Luigi bisa melihat, air sungai berkilau di kejauhan, derak suara pohon begitu lembut tak terdengar. Hanya suara binatang malam seakan musik di malam hari yang menemani mereka.

Steiner membasuh perlahan punggung mulus itu dan berdecak kagum, "Kau rajin merawat tubuhmu, Lui. Lembut.. Dan.. Harum-- Kau sepertinya bukan gadis dari kalangan biasa kau pasti rajin melakukan perawatan"

Dengan sangat hati hati Steiner membersihkan punggung Luigi dan membalurkan ramuan dari dedaunan yang dibuatnya. Steiner membelai lembut punggung Luigi yang terdapat beberapa goresan disana. Dan ramuan itu secara ajaib menghilangkan rasa sakit secara perlahan.

"Ayahku seorang Bankir yang menduduki Dewan Perbankan di London. Dia mengepalai salah satu cabang Swiss Bank yang ada di Manchester. Karena itulah setelah lulus aku akan menetap bersama Ibu dan kedua kakak laki lakiku akan menempati rumah kami di St. Albans. Karena mereka sudah bekerja disana" tutur Luigi dengan satu tarikan nafasnya.

"Pantas" satu kata itu begitu lembut namun terasa dingin di telinganya, tiba tiba suasana menjadi senyap dan juga sangat sunyi. Luigi terdiam dan menunggu perkataan Steiner, namun ia seperti berada di dalam pondok itu sendirian.

"Stein.. Steiner.. Kau dimana... Steiner" tidak ada sahutan apapun. Luigi berdebar debar. Steiner tidak ada dibelakangnya saat menoleh ke belakang namun langkah kaki Steiner juga tidak terdengar saat Steiner pergi. Luigi bertanya tanya.

"Steiner.. Aku tidak becanda Steiner.. Steiner.. Kau dimana.. Stein!" Luigi kembali membalikkan tubuhnya menatap perapian yang masih saja menyala memberikan kehangatan rumah pondok yang terbuat dari kayu, kemudian Luigi melihat baskom dengan handuk kecil. Tapi, Steiner tidak ada dibelakangnya dan seakan menghilang.

Saat Luigi kembali membalikkan tubuhnya dengan posisi semula yaitu menghadap jendela, Steiner tiba tiba ada dihadapannya.

"Stein! Kau menakutiku!" Dan Steiner terkekeh saat Luigi memukul lembut lengannya.

"Jangan katakan kau takut hantu dan kau ini penakut" Entah dari mana datangnya, tapi Steiner telah duduk dihadapan Luigi dengan mencondongkan tubuhnya sangat dekat.

"Stein, aku tidak takut apapun. Aku hanya.. Entahlah kau menghilang. Dan aku tiba tiba takut dan merasa aneh. Ada laki laki asing tinggal disini dan--

"Ini untukmu Lui" Steiner memberikan satu ikat bunga liar, bunga ilalang dan juga ada bunga edelweis salah satunya. Luigi tersenyum dan menghela nafas panjang. Ketakutannya sirna seketika, saat melihat senyum yang menawan, tatapan mata yang menggoda dan tangan yang mengulurkan bunga keabadian. Bunga Edelweis.

"Steiner, ini bunga pertama untukku dari seorang laki laki. Ini indah sekali Stein. Aku menyukainya. Aku menyukainya.. Terima kasih. Kapan kau mengambilnya untukku?" tanya Luigi dengan berbinar. Berulang kali Luigi menciumi bunga itu, aroma khas klasik bunga edelwes menentramkan hatinya.

"Tadi siang saat memancing, Lui" kata Steiner dengan lembut. Steiner membelai pipi Luigi yang merona hingga Luigi melupakan bahwa dadanya tidak di tutupi apapun, bahkan sehelai selimut yang menutupi terlepas karena keterkejutannya.

"Ini indah. Aku akan membawanya pulang" kata Luigi nyaris berbisik memandangi seikat bunga itu.

"Jadi ini bunga yang pertama untukmu?" dan lagi lagi Steiner tersenyum dan membelai puncak kepala Luigi. Mata itu terus memburu bola mata Luigi yang terus menghindari tatapannya.

"Benar Stein" ucap Luigi gugup.

"Lui. Aku jatuh cinta padamu. Jangan katakan pulang, Lui" Luigi lemas seketika, tulang tulang di tubuhnya, rasanya terlepas begitu saja, Luigi meremang, hawa dingin merayapi sekujur tubuhnya, Steiner mengusap lembut lengan Luigi, permukaan kulitnya yang lembut terasa menonjolkan pori porinya. Jantung Luigi berdegub kencang, ia ingin berteriak, ingin menghindari pesona itu, namun Luigi tak sanggup.

"Stein--

Dan tatapan mata Steiner, seketika meruntuhkan segalanya, rasa yang begitu asing, rasa yang menyerang perasaannya, kegelisahannya juga ketakutannya. Bunga itu terlepas dari tangan Luigi dan tangan Luigi justru merayapi wajah Steiner yang telah mendekat dengan memiringkan kepalanya. Steiner memejamkan matanya dan saat itu juga Luigi mencium lembut bibir laki laki yang baru satu hari dikenalnya.

Steiner, akupun jatuh cinta padamu.. Ini sangat Aneh.. Aku tak percaya dengan perasaanku.. Stein.. Apakah ini Cinta pada pandangan pertama? Siapa kau, Stein..

-

-

-

Like yang mucho mucho mucho (banyak)! #kata Train. Dan kopi segentong #kata Thorgen 🤣

Bila kamu menyukai Novel ini, Jangan Lupa Dukungan Vote, Like, Komen, Koin, Poin dan Rate bintangku yaa Reader Tersayang.

Biar aku semangat nulis lagu disela - sela waktu jadwal kuliahku yang padat. Terima kasih Reader tersayang 😘😘🥰🥰💕💐

-

-

-

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!