NovelToon NovelToon

Menikahi Pembantuku

Mahkota yang Terenggut

Konten dewasa, harap bijak dalam membaca! untuk anak dibawah umur, harap menjauhi bab ini!

"Jangan Tuan tolong lepaskan tanganku!" ucap Kiran dengan suara yang cukup tinggi. Kiran terus memberontak ketika Darren menyeretnya menuju kamar di ujung lorong. "DIAM..!" aku akan membalas dendam karena kamu sudah berani mengkhianatiku!" ucap Darren dengan penuh emosi.

"Tuan anda salah orang! Aku bahkan tidak tahu menahu dengan apa yang terjadi padamu," balas Kiran. Air mata sudah menganak sungai di pipinya.

Tangisan Kiran seolah menjadi nyanyian yang indah untuk Darren yang saat ini sedang kalap karena emosi sekaligus pengaruh dari minuman keras. Darren yang sejak dulu tidak menyukai kehadiran Kiran dirumahnya, kini justru menyeret gadis tersebut menuju kamar miliknya.

Ya...karena pengaruh minuman keras Darren menganggap Kiran sebagai calon istrinya yang sudah berkhianat.

Hari ini tepat dua minggu menjelang pernikahan, Darren dikejutkan dengan sebuah fakta yang sangat menyakitkan. Karena calon istri yang amat ia cintai justru berkhianat dengan sahabat baiknya. siang tadi ketika Darren ingin memberikan sebuah kejutan . Dirinya dibuat tercengang saat melihat calon istrinya telah bercinta dengan sahabat baiknya sendiri.

Perasaan benci sekaligus frustasi semakin bertambah di hati Darren. Terlebih lagi ketika Darren tau mereka telah menjalin hubungan selama 2 tahun dibelakang Darren.

"Jangan berpura - pura bodoh dan tidak tahu! sial, bukankah siang tadi kamu sangat menikmati tubuh sahabatku? sekarang saatnya kau harus memuaskan tubuhku juga," bisik Darren.

Aroma Alkohol tercium begitu kuat oleh Kiran. "Tidak, jangan lakukan itu Tuan kumohon, hiks..hikss..hiks. Aku juga tidak pernah melakukan apapun dengan sahabatmu. kamu salah orang, Tu..., ucapan Kiran terhenti ketika Darren mencium bibir Kiran dengan penuh nafsu. dan mendorong Kiran memasuki sebuah kamar.

Bagai orang yang kesetanan,Darren menatap tajam wajah polos dan ketakutan Kiran. Namun karena efek mabuk, Darren tidak bisa membedakan antara Kiran dan calon istrinya. bagi Darren dia merasa sedang berhadapan dengan calon istrinya. Sementara bagi Kiran, saat ini dirinya sedang berhadapan dengan iblis kejam yang sedang merasuki jiwa Darren.

"Aku tidak suka jika ada yang berani menolak perkataanku," kata Darren. ia langsung mengungkung tubuh Kiran dengan kedua tangannya.

"T...ta..tapi apa salahku,Tuan? kenapa kamu melakukan hal ini". tanya Kiran dengan suara sedikit gemetar. Selama Kiran berada dibawah kungkungan Darren sebisa mungkin Kiran mendorong tubuh Darren agar menjauh dari badannya. Namun, hasilnya sia - sia tenaga Darren lebih kuat dibandingkan dirinya.

"Jangan bicara omong kosong, ******! Mulai detik ini kamu akan menyesal karena kamu sudah menghancurkanku ," lirih Darren. suaranya mengalun rendah dan penuh akan ancaman di telinga Kiran.

Kiran menggeleng kuat matanya terpejam erat. Ia memberontak, tetapi Darren justru semakin menekan kedua kakinya dengan kakinya sendiri. Selain itu Darren juga mencekal kedua pergelangan tangan Kiran ke atas kepala. Meski tangan dan kakinya begitu sakit, Kiran tetap mencoba memberontak. Napasnya kini semakin tersengal. Begitu pula dengan detak jantungnya yang semakin menggila.

"Aku bukan ******,Tuan! Aku ini Kiran. Sungguh aku tidak mengerti dengan apa yang kamu ucapkan, Aku mohon sadarlah, Tuan!" kata Kiran.

Darren tidak mengatakan apapun. Emosi dan halusinasinya saat ini semakin tidak terkendali, Kini dirinya justru sibuk mencecap rasa yang ada di leher Kiran. Nafsunya seolah - olah membara, hingga tanpa sadar Darren menggigit leher Kiran hingga menimbulkan bercak kemerahan.

Kiran merintih, rasa sakit sontak mulai menjalar di area leher jenjangnya.

'ini salah, Tuan Darren mabuk, dia mengira aku adalah calon istrinya. Aku harus segera menghentikkan ini. Tapi bagimana caranya' batin Kiran. ia menelan salivanya susah payah ketika tangan Darren mulai membuka kancing bajunya satu - persatu.

"Hentikan, Tuan! ini semua salah paham! Tuan sedang mabuk dan berhalusinasi. Aku ini bukan calon istrimu, aku Kiran! tukas Kiran," ucap Kiran nada suaranya mengalun tinggi. ia berharap agar Darren segera sadar.

"Cukup! Aku tidak membutuhkan perkataanmu lagi! Sekarang nikmati saja semua ini.Bukankah kamu sangat menginginkannya. hingga tidak tahan dan akhirnya tidur dengan sehabatku, hm?" Darren menyeringai dengan satu gerakan cepat dirinya berhasil merobek pakaian yang di kenakan oleh Kiran.

Napas kiran tercekat. Matanya membelalak dan air matanya semakin mengalir deras membasahi pipinya. Kiran takut, jika dirinya benar - benar sedang berada di ambang kehancuran,"

Meski memberontak dan berteriak sekuat tenaga. Tetapi semuanya berakhir sia - sia. Selain karena Darren yang sedang mabuk dan emosi, semua orang di rumah pun telah tertidur pulas karena malam sudah semakin larut. Di tambah lagi kamar Darren kedap suara.

"Sudah berapa kali dia menyentuhmu?" tanya Darren sambil tangannya memainkan gunung kembar milik Kiran. Satu ******* keluar dari mulut Kiran dan langsung membangkitkan hasrat Darren yang semakin menggelora. Kiran menggeleng kuat dan masih berusaha memberontak berharap ia bisa lepas dalam kungkungan Darren.

Kiran tidak mampu berpikir jernih. Saat ini, tujuannya hanya satu yaitu segera kabur dari kamar Darren yang begitu mencekam.

'Kenapa pintunya terlihat sangat jauh," batin Kiran. Air matanya tidak kunjung reda. Kakinya teras begitu lelah sedangkan letak pintu seolah begitu jauh darinya.

"Kamu tidak mau jawab? Ah..atau jangan - jangan dia telah menyetuhmu berkali - kali?" tatapan Darren begitu dingin dan tajam.

"Jangan lakukan ini Tuan! Aku mohon.. padamu. Tolong sadarlah! Aku ini Kiran bukan calon istrimu" kata Kiran suaranya sudah begitu lirih. Selain karena sudah kehabisan tenaga, Kiran juga sudah tidak mampu bersuara keras. Pita suaranya terasa sakit sebab sedari tadi ia terus berteriak meminta tolong.

Darren mengerang sambil memegangi kepalanya. ia memejamkan mata beberapa saat kemudian kembali menatap Kiran.

Kiran tersenyum tipis, hatinya begitu lega. Ia pikir Darren sudah kembali sadar dan mengenali dirinya. Namun, dugaannya salah besar. Jangan kan sadar, Darren justru semakin ganas mempermainkan setiap inchi di tubunya. Bahkan kini Darren sudah melepaskan celana yang ia pakai.

Dugh! Dugh!

Kiran semakin memberontak, ia memukul punggung Darren dengan sekuat tenaga. Kakinya pun tidak tinggal diam, Kiran mencoba menendang tubuh Darren yang ia bisa kenai.

Plak.

Satu tamparan keras berhasil mengenai pipi kiran. Akibatnya, Kiran terdiam dan matanya mendadak menatap kosong ke arah langit - langit kamar. Tubuh, hati, dan juga pikiran Kiran benar - benar terguncang hingga dirinya tidak mampu lagi memberontak.

"DIAM SAYANG..!!. bukankah tadi siang kamu sangat menikmati hal seperti ini? jadi ayo kita lakukan sampai kau benar - benar puas." Bisik Darren. Suaranya mengalun rendah di samping telinga Kiran.

Darren Menyeringai, senyum kejam yang selama ini ia sembunyikan kembali terukir, inilah balasan karena kamu telah mengkhianatiku, Sayang!".

"Arrrgh...ss..ssakit, Tuan!." Kiran memejamkan mata, air matanya semakin membuncah tepat ketika Darren berhasil merenggut kesuciannya yang telah ia jaga selama ini, dengan paksa. Darren begitu kaget bahwa gadis yang berada dibawah kungkungannya masih perawan. Meskipun begitu Darren masih melanjutkan aktivitasnya berulang - ulang entah sudah berapa kali Darren melakukan penyatuan tersebut. Hingga akhirnya Darren telah melakukan pelepasan terakhirnya. Dan berbaring disamping Kiran yang sudah tidak sadarkan diri karena perbuatannya.

Jangan lupa, like komen dan vote.

Saling Membenci

Meski perasaan emosi mulai mereda,tetapi karena masih berada dibawah pengaruh alkohol. Darren masih belum menyadari jika wanita yang sedang dibawah tubuhnya adalah Kiran.

"Hentikan,Tuan..., kamu benar - benar laki - laki kejam" lirih Kiran setelah kesadarannya kembali. Harapan meraih kesuksesan yang selalu Kiran tanamkan dalam hati kini mendadak sirna seiring gerakan Darren diatasnya.

"Ahh... kamu sangat nikmat. Tidak aku sangka bekas dari sahabatku sendiri terasa senikmat ini," rancau Darren. matanya memejam sedangkan kedua tangannya tengah asyik bermain di bukit kembar Kiran.

Tangan Kiran mencengkram kuat sprei ranjang Darren. Sebisa mungkin ia mencoba mendorong kembali tubuh Darren namun nihil. Kini Darren semakin buas menguasai seluruh tubuh Kiran.

Matanya kosong menatap keatas langit - langit kamar. Tidak terhitung sudah berapa banyak rintihan kesakitan yang keluar dari bibir Kiran.

"Kamu cantik, sangat cantik apalagi jika kamu tidak berkhianat padaku sayang.." ucap Darren senyum sengitnya tersungging rapi di sudut bibirnya.

"Tunggu!! kenapa kamu menangis sayang, apakah milikku belum bisa memuaskanmu? Ah..., Padahal siang tadi kamu terlihat sangat ganas bergerak diatas sahabatku" ucap Darren lagi.

Dan Darren ambruk lagi di dekat tubuh polos Kiran. Kini Darren benar - benar sudah tak sadarkan diri setelah mencapai puncak kenikmatannya.

Kiran meringis, ia merasa begitu hancur ketika melihat bercak darah yang menempel di sprei. Bahu Kiran bergetar hebat, tangis yang sempat ia tertahan kini kembali pecah.

Dengan langkah tertatih dan kesakitan, Kiran mengambil semua pakaian yang tergeletak dilantai. Setelah itu ia memakainya dengan asal kemudian ia segera bergegas pergi dan menuju kamarnya yang berada di dekat dapur.

Sesampainya dikamar, Kiran tertunduk dilantai. Tubuhnya kini bersandar di pintu yang kini telah terkunci rapat. "Apa yang harus kulakukan sekarang? Apakah aku harus meminta bertanggung jawaban? Tapi apakah keluarganya akan percaya padaku? ucap Kiran. pikirannya semakin berkecamuk dan perasaan hina berangsur - angsur memenuhi relung hati Kiran. ia benci ketika melihat seluruh tubuhnya di penuhi bekas merah.

"Bagaimana caranya menghilangkan ini?". gumam Kiran sambil menatap cermin dan terus menggosok bekas merahnya berharap bisa segera hilang. Kiran tertunduk di pinggir ranjang. Matanya menatap kosong kearah foto sang ibu. "I..I- Ibu, maafkan aku" lirih Kiran. Rasa sesak dan takut semakin membumbung tinggi teringat dengan mendiang ibunya. Kiran tersenyum tipis kemudian memejamkan mata.

*****

Darren mengerang ketika sinar matahari menerpa wajahnya. "Sejak kapan ia berada disini?" Darren menghembuskan nafas panjang ia beranjak dan duduk diatas ranjang.

Deg..

"Sejak kapan aku tidur tidak memakai baju begini? sial apa hal buruk terjadi semalam?" gumam Darren. Ia meremas rambutnya dengan kasar, hingga tanpa sadar tatapan matanya jatuh pada bercak darah yang ada di sprei. "Brengsek! Apa karena mabuk aku meniduri seorang gadis? sial, aku benar - benar dalam masalah kali ini". ucap Darren begitu frustasi.

Darren menghembuskan napas panjang. setelah berperang dengan pikirannya sendiri. Ia berencana mandi namun langkahnya terhenti ketika dirinya tak sengaja menginjak sesuatu.

Darren mengernyitkan dahi kemudian mengambilnya. sebuah kalung dengan liotin cantik berbentuk huruf K terpampang nyata dihadapannya. "Huruf K ?" seringai menakutkan di bibir Darren terukir.

Selesai mandi Darren memutuskan keluar dari kamar. ia memutuskan ke dapur untuk memastikan sesuatu yang sedari tadi mengganggu pikirannya. Di dapur, tanpa sengaja Darren bertemu dengan Kiran yang sedang memasak. Darren tersenyum simpul sembari bersedekap dan bersandar di dinding dapur.

Darren menatap lekat setiap gerak - gerik Kiran yang begitu berbeda tak seperti hari - hari biasanya. Kali ini Kiran terlihat begitu murung. dan tatapan matanya pun tampak kosong, seolah tidak ada gairah untuk melanjutkan hidup.

Samar - samar Darren melihat bercak merah di leher Kiran. seringai kejamnya kembali terukir. setelah itu ia bergegas menghampiri Kiran.

"Ikut aku!" tukas Darren. ia menarik pergelangan tangan Kiran.

"Ti..tidak! Lepaskan tanganku! Aku tidak mau ikut denganmu!" ucap Kiran sembari menepis tangan Darren.

"Aku tidak menerima penolakan! ikut aku sekarang juga!" tukas Darren suaranya mengalun rendah disamping telinga Kiran.

Akhirnya, Kiran tidak punya pilihan lain ia mengikuti langkah Darren menuju taman belakang yang sepi.

"Berapa yang kamu inginkan" tanya Darren langsung to the point. tangannya bersedakap dan matanya masih menatap tajam ke arah Kiran.

"Apa maksudmu tuan,aku sama sekali tak mengerti" jawab Kiran ia menunduk untuk menghindari tatapan Darren yang membuatnya muak dan benci.

"Jangan pura - pura tidak tahu! Kamu sengaja, kan. Menggodaku hingga kita tidur bersama agar kamu bisa menguasai hartaku, kan?" ucap Darren dengan sedikit emosi.

"Jangan bercanda Tuan, Aku tidak mungkin melakukan hal menjijikan seperti itu. Aku masih punya rasa malu dan akal sehat" jawab Kiran. matanya menatap nyalang kearah Darren. Emosi yang semalam ini belum tersalurkan kini semakin memuncak.

"Tapi sayangnya aku tidak percaya dengan ucapan wanita gila sepertimu. Aku yakin kamu hanya ingin mengambil keuntungan dari yang aku alami". ucap Darren begitu sombong.

"Mengambil keuntungan dengan mengorbankan masa depanku? jangan gila Tuan!! aku bahkan nyaris gila saat kamu menarik dan...." Kiran tak mampu melanjutkan ucapannya. Bahunya kembali bergetar hebat.Ketika mengingat perbuatan yang dilakukan Darren kepadanya.

Sungguh kini Kiran benar - benar hancur karena Darren.

Darren terdiam sembari menatap Kiran. Ia menghembuskan nafas panjang kemudian mengurung Kiran dengan kedua tangannya.Darren tersenyum simpul kemudian berbicara "Kalau begitu bagaimana kalau kita mengulangi kejadian semalam, hmm..? setelah ini aku janji akan memberi...." sebelum Darren melanjutkan ucapannya Kiran sudah langsung menampar Darren.

Plaaakkk!.

Satu tamparan berhasil Kiran berikan kepada Darren. Dengan sisa tenaganya ia sebisa mungkin mendorong tubuh Darren menjauh darinya.

"Jangan samakan saya dengan wanita gampangan diluar sana Tuan! Meski saya hanya seorang pembantu, tetapi Saya masih memiliki harga diri." Ucap Kiran dengan sedikit emosi. Tatapan matanya cukup tajam. Setelah itu ia berlalu pergi meninggalkan Darren dengan perasaan yang hancur berkeping - keping.

"Sial. Sepertinya dia benar - benar tidak berbohong. Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang...., Akghhhh..." ucap Darren sedikit frustasi.

Bab dua sudah meluncur ya! Terima Kasih sudah membaca. Maaf kalau masih banyak Typho hehe. Karena saya masih penulis pemula.

oh iya, jangan lupa Vote,komen ya! atau tekan tombol suka kalau berkenan hehe.

Dua Garis Merah

Hari Demi Hari, Darren justru semakin muak dengan kehadiran Kiran. Darren membenci setiap hal yang dilakukan oleh Kiran. Bagi Darren Kiran terlalu kampungan dan sok polos.

Bahkan Darren berpikir jika Kiran tidak mau pergi dari rumahnya hanya karena ingin mencari simpati dari anggota keluarga lain.

Seperti pada pagi hari ini, ketika Darren telah pulang dari olahraga paginya. ia melihat Kiran sedang berada di dalam kamarnya. Setelah itu Darren pun melangkahkan kakinya dengan cepat ke arah Kiran dan berkata "Apa yang kamu lakukan dikamarku?!" bentak Darren.

Kiran reflek menoleh, ia terkejut saat melihat Darren yang kini sudah berdiri di belakangnya.Kiran yang sedang membersihkan Kamar Darren mendadak takut saat mendapati tatapan dari Darren kepadanya.

"A..a..aku sedang membersihkan kamarmu Tuan, tadi Bu He.." ucapan Kiran terhenti saat pria tersebut berjalan maju dan tatapannya yang terlihat begitu emosi.

"Jangan banyak alasan! aku yakin kamu kesini ingin melakukan sesuatu bukan ? Ahh..atau jangan - jangan kamu ingin menjebakku lagi." ucap Darren.

Kiran menggeleng ia sama sekali tidak memiliki niat buruk kepada Darren. Tadi sewaktu dirinya sedang memasak Mama Darren menyuruhnya untuk membersihkan kamar sang putra.

Lagi pula, untuk apa Kiran melakukan hal buruk yang akan merugikan dirinya.

"Heii.. Wanita kampungan sepertimu benar - benar membuatku muak. Sial!! Seharusnya memang aku harus mengusirmu dari sini" geram Darren. Darren mencengkram kuat pergelangan tangan Kiran. Darren berniat membawa Kiran pergi dari rumahnya.

Namun langkah Darren terhenti ketika Kiran terus memberontak. Darren terdiam ketika mendengar ucapan Kiran yang sukses membuatnya tidak mampu berkutik.

"Kalau boleh memilih, sebenarnya aku juga ingin pergi Tuan. Aku tersiksa dengan semua yang terjadi padaku."

"Lalu kenapa kamu tidak pergi hmm?

Kiran tidak langsung menjawab. Ia menunduk dalam dengan bahu yang bergetar hebat. Isak tangis Kiran kembali terdengar sehingga membuat Darren semakin jengkel kepadanya.

Tangan Kiran begitu gemetar saat dirinya merogoh saku baju maid yang sedang dikenakannya. Perlahan tapi pasti ia mengambil sebuah benda pipih yang sejak pagi tadi sukses membuatnya hancur berkeping - keping.

"Apa ini?" tanya Darren setelah berhasil merebut benda tersebut dari tangan Kiran. Darren mengernyitkan dahi ketika melihat dua garis berwarna merah tercetak jelas pada benda pipih kecil yang kini berada ditangannya.

"T..Tunggu bukankah ini.."

Kiran dan Darren saling terdiam. Keduanya bertatapan cukup lama hingga akhirnya Darren pun meremas test pack ditangannya.

"Katakan apa maksud dari semua ini!"Tanya Darren sembari menatap tajam kearah Kiran.Matanya berkilat marah, sehingga membuat Kiran reflek mengalihkan pandangannya.

"Se..Seperti yang kamu lihat Tuan. A..aku positif hamil, kejadian malam itu membuahkan hasil" lirih Kiran dengan penuh ketakutan. Suaranya terbata - bata dan tangannya mulai berkeringat dingin.

"Tidak mungkin, itu tidak mungkin terjadi Kiran, aku hanya melakukannya sekali padamu dan itupun dalam keadaan tidak sadar. Jangan mengada - ada kamu Ran!" ucap Darren. Rasa frustasi mulai menyelimuti pikiran Darren.

"Tapi itulah kenyataannya Tuan. Aku juga tidak tahu hal ini bisa terjadi. Tapi sungguh aku merasa sangat takut" balas Kiran tangannya menggenggm erat pada baju yang dipakainya.

"Kamu benar - benar wanita yang sangat menyusahkan!" geram Darren. Ia mengepal kuat sembari mencengkram kuat lengan Kiran. Wajah Darren mengeras, emosinya semakin tinggi. Ia merasa seolah - olah di permainkan oleh Kiran. Namun satu hal yang tidak di sadari oleh Darren. Bukankah ini akibat dari kesalahannya sendiri.

"L..lalu apa yang harus saya lakukan, Tuan. Aku tidak mungkin menyembunyikan kehamilan ini lebih lama lagi. Aku takut keluarga....."

"Gugurkan kandunganmu!" Perintah Darren suaranya begitu tegas di telinga Kiran. Seoalah - olah tidak ada keraguan sedikitpun.

Mendengar ucapan Darren. Kiran perlahan mendongak dan menatap wajah Darren. Tanpa di sadar air matanya pun turun membasahi pipinya. Kiran merasa tidak percaya dengan apa yang di ucapkan Darren.

Sekejam itukah Darren? sampai ia tega menyuruhnya untuk menggugurkan darah dagingnya sendiri, pikir Kiran.

"Tidak.!! Aku tidak akan pernah melakukan hal itu" balas Kiran meski suaranya sedikit parau dan bergetar. Tetapi Darren mampu mendengarnya dengan baik.

"Lalu mau kau apakan kandunganmu itu? Hah!!" ucap Darren.

"Aku akan menjaganya." balas kiran.

"Apa kamu tidak mengerti? kalau sampai keluargaku tau ini semua bisa jadi masalah besar, Kiran!". Darren mencengkram kuat pundak Kiran.

"Aku tidak peduli Tuan! Sampai kapanpun aku tidak akan membunuhnya. Aku sudah terlalu berdosa karena tidak bisa menjaga diri. Jadi sekarang aku tidak ingin menambah dosa lagi," ucap Kiran ia menepis tangan Darren dari pundaknya namun nihil.

Darren terdiam beberapa saat. Namun tidak lama kemudian dia menyeringai sembari bersedekap. Pancaran kebenciaannya begitu bertambah terhadap Kiran.

" Ah, atau jangan - jangan kamu berharap aku akan bertanggung jawab, hm?". Darren mendekatkan wajahnya ke telinga Kiran.

"B..bukankah kamu memang harus bertanggung jawab, Tuan?! I..ini juga anakmu." sambung Kiran.

"Jangan harap aku mau bertanggung jawab apalagi menikahi wanita seperti mu," desis Darren.

Napas Kiran begitu tercekat. Dadanya bergemuruh karena perasaan sesak yang mulai menggerogotinya. Meski ia sudah menduga apa yang akan diucapkan oleh Darren, tapi tetap saja hati Kiran begitu terluka.

**Terima kasih sudah membaca. maaf jika banyak typho.

jangan lupa tinggalkan Like,komen dan vote ya**!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!