NovelToon NovelToon

SECRET OF SANDRA

Part 1

Flashback on

Di sebuah mansion yang begitu mewah dan megah terdapat keluarga kecil harmonis dan kaya raya. Perusahaan keluarga itu mencapai puncak kejayaannya pada tahun ini. Hal itu membuat beberapa pesaing bisnisnya tak terima dan iri sehingga ingin sekali menghancurkan dan mengambil perusahaan mereka tak terkecuali dengan cara licik sekalipun. Karena hal itu lah, mansion yang dulunya hanya dijaga oleh satpam kini dijaga ketat oleh bodyguard untuk menjaga keamanan mereka.

Hari itu, keluarga Arvasyad sedang berkumpul di ruang keluarga karena hari ini hari Minggu yang ditetapkan oleh keluarga mereka sebagai hari khusus keluarga. Mereka bercanda layaknya keluarga yang bahagia dan harmonis.

Keluarga Arvasyad terdiri dari:

- Fery Arvasyad (sebagai kepala keluarga), mempunyai sifat yang tegas, berwibawa, dingin kepada orang lain, pekerja keras, dan lembut kepada keluarganya

- Dania Putri Waile/ Arvasyad (sebagai nyonya dari keluarga Arvasyad), mempunyai sifat yang lemah lembut, perhatian, dan pengertian kepada suami dan anak-anaknya

- Willy Danilo Arvasyad (anak pertama/ 7tahun), yang mempunyai sifat dingin, tegas, keras kepala, dewasa, dan sangat perhatian kepada keluarganya

- Argi Sandro Arvasyad (anak kedua/ 5tahun), mempunyai sifat yang sedikit temperamental, ceroboh dalam mengambil keputusan, suka mengalah, perhatian, dan pengertian kepada keluarganya

- Fenia Sandra Arvasyad (anak ketiga dan kembaran Sandro/ 5tahun), mempunyai sifat yang ceria, polos, cerdas, dan selalu berpikir panjang (dulu). Sekarang sifat Sandra adalah sedikit egois dan temperamental, baik, tegas, dingin pada orang tak dikenal dan perhatian pada orang yang dekat dengannya

Tak lama kebahagiaan mereka pun terganggu dengan bunyi beberapa tembakan dari arah luar mansion. Beberapa bodyguard yang berjaga di depan pintun mansion utama masuk ke dalam mansion untuk memberitahukan pada penghuni mansion tentang adanya bahaya.

"Maaf tuan, nyonya diluar ada gangster yang menyerang mansion ini. Sepertinya yang menyuruh mereka adalah salah satu musuh bisnis anda, tuan. Sebaiknya tuan dan nyonya segera mengamankan diri bersama tuan muda dan nona muda" ucap bodyguard itu dan diangguki oleh sang tuan rumah, Ferry. Mereka pun berlari ke arah ruang aula kaca yang tak bisa terlihat dari arah luar sehingga dari luar tak ada yang bisa melihat kalau di dalam situ terdapat orang. Keamanan disitupun sangat ketat karena walaupun di tembak dengan pistol maka pintu itu tak akan bisa rusak atau ditembus. Kunci pintu itu hanya bisa dibuka dengan lensa mata dari ke lima pemilik mansion itu.

Namun naas, sebelum mereka sampai berlari ke arah aula beberapa orang berbaju hitam yang menyerang mansion tersebut sudah masuk dan menembak salah satu diantara mereka.

Dor... Dor...

Bunyi tembakan itu menghentikan pelarian mereka. Ternyata yang tertembak adalah papa Ferry yang membuat kakinya terluka.

"Papa" teriak mama Dania dan anak-anaknya

"Om jahat hiks jangan sakitin hiks mama dan papa" ucap Willy yang menangis melihat ayahnya yang terluka

"Iya hiks om ahat hiks om ahat" teriak Sandra sambil menangis histeris di pelukan kakaknya, Sandro

"Masa bodoh, gue nggak peduli sama anak kecil kaya kalian. Yang gue peduliin gue dapet duit hahaha" ucap orang itu, sedangkan para bodyguard keluarga sedang menyerang para orang-orang berbaju hitam yang masih berusaha untuk memasuki mansion.

"Jangan sakiti istri dan anak-anakku" teriak papa Ferry sambil menahan rasa sakit di kakinya karena melihat orang-orang berbaju hitam mengarahkan pistolnya ke arah istri dan juga anak-anaknya.

"Matilah kau" teriak orang itu tanpa menghiraukan apa yang diucapkan papa Ferry

Dor

Dor

"Papa/ mama" teriak Willy, Sandro, dan Sandra sambil terus menangis

Tembakan itu tepat mengenai ke arah jantung mama dan papa anak-anak itu. Seketika ketiga anak itu berlari menghampiri ke dua orangtuanya yang sudah bersimbah darah. Papa Fery sudah menghembuskan nafas terakhirnya saat itu juga karena peluru itu menembus tepat ke arah jantungnya.

"Mama, papa jangan tinggalin kita" ucap Willy menangis terbata-bata

"Willy, jaga adik-adikmu. Jadilah orang yang sukses agar bisa membungkam mulut dan otak-otak picik orang yang sudah menghancurkan keluarga kita. Mama udah nggak kuat, mama dan papa titip adik-adikmu ya nak. Sandro, Sandra... Nurut sama kak Willy ya nak, kalian juga harus saling menjaga uhukk" ucap mama Dania tersengal-sengal kemudian tak lama menghembuskan nafas terakhirnya menyusul sang suami yang sudah tak bernyawa.

"Iya ma, aku akan menjaga Sandro dan juga Sandra seperti apa yang mama mau hiks" jawab Willy sambil menangis

"Ama Apa huaa hiks angan inggalin ita" histeris sang bungsu Sandra

"Mama papa hiks" gumam Sandro sambil menangis

"Hei kalian, orangtua kalian udah mati. Sekarang giliran kalian yang bakalan kita musnahin hahaha" ucap orang itu tertawa kemenangan karena melihat orangtua, para bodyguard dan para maid yang bekerja di mansion Arvasyad sudah mereka bunuh semua.

"Lebih baik kita bawa dua yang cowok itu bos, yang cewek kita tinggalin. Toh yang cewek lemah nggak akan bisa ngapa-ngapain kalau tanpa kedua saudaranya" ucap salah satu diantara orang pesuruh itu

"Pintar juga ide loe" ucap salah satunya lagi yang mungkin itu adalah bos nya

Mereka pun menarik dan menggendong paksa Willy dan Sandro untuk dibawa pergi, sedangkan Sandra mereka tinggalkan dengan mayat orangtua, bodyguard dan maid disana.

"Angan awa pegi akak hiks" teriak Sandra terus berlari dan memukul mukul kaki orang-orang itu

Karena Sandra terus memukul kaki orang-orang itu yang membuat mereka terganggu, salah satu diantara merekapun menendang perut Sandra agar mundur. Dan benar saja, Sandra terjungkal ke belakang sambil terus menangis histeris melihat kakaknya dibawa pergi.

"Om jahat, itu adek aku. Jangan bawa kita pergi" ucap Willy yang terus memukul-mukul punggung orang itu agar dilepaskan

"Diam atau ku bunuh adik tak bergunamu itu" bentak orang itu

Seketika Willy dan Sandro diam tanpa perlawanan karena tak ingin Sandra di bunuh sambil terus menatap sang adik yang menangis terduduk di lantai.

"Aku tak akan membiarkan Sandra sendirian, aku akan menjemputmu sebentar lagi, Sandra. Tunggu kakak kembali, Sandra. Kau harus jadi anak baik dan kuat agar kita bisa membalas orang-orang yang membunuh kedua orangtua kita" batin Willy

"Kuatkan aku dan kak Willy, Tuhan. Jagalah Sandra agar kami bisa berkumpul kembali" batin Sandro yang melihat Sandra menangis

Orang-orang itu tak menghiraukan teriakan anak-anak dari keluarga Arvasyad. Mereka terus membawa Willy dan Sandro ke dalam mobil dan melajukannya keluar dari area mansion keluarga Arvasyad meninggalkan si bungsu, Sandra sendiri yang menangis histeris.

Flashback off

Part 2

Setelah kejadian pembantaian keluarga pengusaha sukses itu, berita kehancuran dari perusahaan itu pun juga menyebar luas. Sang pemilik perusahaan yang sudah tiada, membuat seluruh kontrak kerja sama terputus begitu saja. Sang tangan kanan perusahaan itu pun ternyata ikut andil dalam pembunuhan pemilik perusahaan. Bahkan mansion yang harusnya masih bisa ditempati oleh anak-anak dari pengusaha itu akhirnya disita oleh bank untuk membayar berbagai hutang perusahaan yang ditinggalkan.

Setelah mendapat pemberitahuan bahwa seluruh aset yang dimiliki oleh papa nya disita oleh bank, tak terkecuali perusahaan keluarganya akhirnya sang anak bungsu diberikan waktu 24 jam untuk membereskan baju atau perlengkapan lain. Sang anak yang masih berusia 5 tahun itu terlihat pasrah dengan kehidupannya dan untungnya dia mempunyai IQ yang tinggi sehingga di umurnya yang masih kecil ia sudah paham dengan apa yang terjadi.

Sandra dibantu para tetangga dan pihak kepolisian yang datang setelah kejadian itu, segera memakamkan para jenazah orang tua, maid, dan bodyguard keluarganya dengan layak di pemakaman umum setempat.

Kenapa tetangga/ pihak kepolisian tidak datang sewaktu kejadian? Jawabannya karena sewaktu mereka akan mendekati mansion itu sudah di hadang oleh ratusan orang berbaju hitam kawanan pembunuh itu sehingga mereka tak bisa apa-apa. Mau melawan pun mereka juga jelas kalah dalam segi jumlah. Setelah kawanan orang berbaju hitam itu semua pergi, mereka masuk ke area mansion yang sudah penuh dengan darah dan mayat, serta seorang anak kecil perempuan yang terus menangis di samping jenazah orangtuanya.

Keluarga Sandra di lingkungan sekitar dikenal dengan keluarga yang sangat baik dan dermawan. Mereka selalu membagi-bagikan sedikit rezekinya untuk membantu para tetangga yang kesusahan, makanya ketika ada sesuatu seperti ini banyak sekali dari mereka yang merasa kehilangan.

Di pemakaman, Sandra terus menangis sambil memeluk koper yang sudah ia bawa dari rumah itu untuk segera pergi. Banyak yang menatap iba terhadap anak itu, tapi ketika ditawarkan untuk tinggal sementara di rumah warga atau mau dititipkan ke panti asuhan sang anak tak mau karena ia akan mencari kedua kakaknya yang di bawa oleh kawanan orang itu.

"Ama, Apa adek anji akalan adi kuat bial bica indungin olang-olang yang ndak calah. Adek uga akalan adi olang cukces dan antu olang-olang cucah. Adek akalan cali akak Willy dan Sandlo" ucap lirih Sandra di samping makam kedua orangtuanya sambil menangis

"Sandla amit dulu ya ama, apa. Cuatu hali anti adek akan atang kecini agi cama akak Willy dan Sandlo" lanjut Sandra kemudian mencium papan nama kedua orangtuanya dan berdiri meninggalkan makam tersebut sambil menggeret kopernya yang besarnya melebihi tubuh gadis kecil itu

"Sandra, ini ada sedikit uang dan makanan dari kami. Kamu bisa memakan makanan ini selama di perjalanan ya dan uangnya bisa buat kamu jaga-jaga untuk cari tempat tinggal. Kamu hati-hati ya nak, kalau kamu butuh bantuan bisa langsung cari ibu" ucap salah satu tetangga yang selalu diberikan bantuan oleh kedua orangtua Sandra

"Telimakacih Bu. Cuatu caat alo Sandla cukses, Sandla kan embaliin uang ini" ucap Sandra sambil tersenyum manis kepada tetangga-tetangga mereka

"Sama-sama. Hati-hati di jalan ya, semoga cepat bertemu dengan kedua kakakmu" ucap ibu itu dan diangguki oleh Sandra

Polisi yang membantu Sandra mengurus jenazah orangtua beserta para pekerja mansionnya juga akan berusaha membantu mencari kedua kakak Sandra.

***

Sandra pun terus berjalan tanpa tahu arah tujuannya, sampai ia pun tak sadar bahwa hari sudah mulai sore. Ia berjalan sampai menemukan sebuah taman dan duduk di kursi taman tersebut.

"Ama, Apa aku halus cali akak temana?" Lirih Sandra sambil menengadahkan mata nya ke langit agar tak menangis

"Aku tak oleh angis, aku halus kuat cepelti ata Ama. Ebih aik aku cali empat istilahat, ntung aja aku awa uang dali tabunganku, uang cash yang Ama impan dan dali ibu tadi" ucap Sandra dengan senyum cerianya

Sandra pun bangkit mencari kontrakan yang akan ia tempati. Di tengah perjalanan ia melihat ada seorang anak laki-laki yang sedang menjual bunga mawar dan menawarkan bunga-bunga itu ke orang-orang yang lewat. Padahal jelas hari sudah menjelang sore, orang yang lewat pun sudah sangat jarangm

"Akak au eli unga?" Tanya anak kecil yang usianya kira-kira 4 tahun

"Oleh deh, akak au catu ya" jawab Sandra dengan senyum cerianya

"Ni kak. Akak au temana?" Tanya anak laki-laki itu sambil memberikan bunga ke Sandra dan melihat ke arah koper besar yang dibawa oleh Sandra

"Akak au cali kontlakan, amu tau imana ada kontlakan?" Tanya Sandra sambil memberikan uang untuk membayar bunga itu

"Dicana ada kak atau akak au inggal ama aku. Glatis kok" ucap anak itu tersenyum sambil memperlihatkan gigi putihnya yang rapi

"Aku di lumah uga cendilian, adi alo akak au bica inggal di lumah aku" lanjut anak laki-laki itu

"Emang olangtuamu temana?" Tanya Sandra

"Olangtuaku dah sama Allah" ucap anak laki-laki itu sambil tersenyum sendu

"Oh... Cama dong. Emang aku oleh inggal di lumah amu?" Tanya Sandra mencoba mencairkan suasana

"Oleh kak oleh, ayo kak" ucap anak laki-laki itu berbinar karena selama satu bulan ini ia sudah tinggal sendiri maka dari itu ia sangat senang akhirnya bisa ada yang menemaninya

"Baiklah. Nama amu ciapa?" Tanya Sandra

"Yusuf Abigael, alo akak?" Tanya Yusuf

"Akak namanya Sandla" jawab Sandra

"Ote kak. Ayo kak alan, ita ulang ke lumah" ucap Yusuf dan menarik Sandra untuk pulang ke rumahnya sambil membawa keranjang bunganya

Sesampainya di rumah Yusuf, terlihat sebuah bangunan yang nyaman kiranya untuk ditempati. Rumah yang sederhana lantai satu, namun halamannya terlihat luas dan banyak sekali tanaman bunga mawar.

"Ayo kak udah ampai. Ini unga yang aku ual dali cini" ucap Yusuf dengan menunjuk ke arah taman bunga yang ada dihalaman rumah itu dan diangguki oleh Sandra

Mereka pun masuk, Sandra masuk ke kamar yang sudah ditunjukkan oleh Yusuf. Rumah itu rumah peninggalan orangtua Yusuf, sebelumnya orangtua Yusuf bekerja di sebuah pabrik namun meninggal karena kecelakaan sewaktu pulang kerja. Para saudaranya tidak ada yang mau mengurus Yusuf, sehingga Yusuf memilih untuk tetap tinggal di rumah itu karena rumah itu sudah atas nama Yusuf sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh RT setempat agar ke depannya tidak ada perselisihan di antara keluarga mereka. Para tetangga pun kadang memberikan beberapa makanan untuk Yusuf karena ia tak mau tinggal di panti asuhan sesuai anjuran dari tetangganya dan bisa menempati rumah itu ketika sudah dewasa.

Part 3

Di sisi lain

Willy dan Sandro dibawa ke daerah luar Jakarta oleh para pembunuh orangtuanya itu. Entah apa yang akan terjadi apabila mereka sudah sampai ke tempat itu. Willy dan Sandro sudah mencoba untuk melarikan diri namun hasilnya sia-sia saja. Kaki dan tangan ke duanya di ikat kuat oleh orang-orang itu. Bahkan mereka selalu diancam akan dibunuh apabila terus memberontak.

Saat masih di perjalanan, dua orang anggota gangster itu menghentikan mobilnya. Memang yang ada di mobil itu hanya ada 4 orang, dua orang anggota gangster, Sandro dan Willy. Untuk bos dan anggota yang lain sepertinya mereka sudah menyebar atau sudah sampai tempat tujuannya.

"Eh bocah, jangan kemana-mana kalian ya. Jangan kabur, kita ada urusan dirumah itu sebentar" ucap salah satu dari orang itu sambil menunjuk sebuah rumah tua dan tak dijawab oleh keduanya.

"Ayo buruan keburu malem" ucap satu orang lainnya lagi dan mereka pun keluar menuju gedung rumah tua yang berada di seberang jalan

"Sandro, kakak akan coba melepaskan ikatan tanganmu. Nanti kamu lepaskan ikatan tangan kakak ya, biar kita bisa kabur" ucap Willy dan diangguki Sandro

Willy pun berusaha keras untuk membuka ikatan di tangan Sandro dengan membalikkan tubuh ke duanya. Tak berapa lama ikatan tangan Sandro terlepas, Sandro pun melepaskan ikatan tali di tangan Willy. Setelah selesai dengan ikatan tangan keduanya, mereka melepaskan ikatan yang berada di kaki mereka.

"Kak, kita mau kemana? Kita juga ndak bawa uang. Kita udah jauh dari rumah" ucap Sandro sambil melihat ke arah luar jendela untuk mengamati keadaan sekitar. Sandro memang sudah bisa lancar berbicara daripada Sandra yang masih kurang lancar.

"Kita ambil saja itu amplop di dashboard mobil, pasti itu uang isinya" ucap Willy sambil menunjuk sebuah amplop coklat yang terdapat pada dashboard mobil yang terbuka

"Tapi kak itu namanya mencuri, itu perbuatan nggak baik" ucap Sandro menasehati

"Ini salah mereka bawa kita jauh dari rumah tanpa membawa apa-apa, kita kasih pelajaran untuk mereka. Kita ambil uangnya terus kita bisa buat untuk cari tempat tinggal dan makan. Kita harus bisa bertahan dek, ingat kita juga harus cari Sandra. Dengan modal uang itu kita bisa bertahan hidup, untuk setelahnya kakak akan coba cari kerja" ucap Willy meyakinkan Sandro walaupun sebenarnya apa yang mereka lakukan ini salah tapi keadaan yang memaksanya

"Ya Allah maafin Willy dan adek Sandro ya karena membawa uang oranglain. Tapi ini juga bukan sepenuhnya salah kami, salahkan saja orang-orang itu yang udah jahatin keluarga kita dan culik kita berdua" do'a Willy

"Amin" ucap Willy dan Sandro bersamaan sehabis itu mereka saling pandang dan tertawa bersama

"Ayo buruan dek, sebelum mereka balik ke sini" ucap Willy dan segera mengambil amplop yang berada di dashboard mobil yang ditumpangi mereka

Willy dan Sandro pun bergegas keluar dari mobil itu, dan bodohnya orang-orang itu tidak mengunci mobilnya. Willy dan sandro segera berlari menjauh dari kawasan tersebut, setelah dikira aman mereka berjalan dengan pelan namun memasuki ke area gang sempit agar mobil itu tidak bisa mengejar mereka.

Mereka terus waspada dengan sekitar, berjalan terus melalui gang-gang sempit tanpa melewati jalan raya.

"Nah itu ada pasar dek, kita cari bahan makanan setelah itu kita cari tempat tinggal sementara ya" ucap Willy pada adiknya

"Iya kak" jawab Sandro yang terus menggenggam tangan kiri kakaknya agar tidak terpisah

Mereka mencari bahan-bahan makanan dan beberapa lauk yang sudah masak untuk mereka makan malam ini. Setelah selesai mereka berjalan keluar pasar dan mencari tempat tinggal.

"Kak, itu ada rumah yang dikontrakan" ucap Sandro sambil menunjuk ke arah rumah sederhana dengan tulisan "dikontrakan"

"Ayo kita tanya warga sekitar sini untuk tahu siapa pemilik kontrakan itu" ucap Willy dan diangguki Sandro

Mereka pun akhirnya bertemu dengan pemilik kontrakan itu. Awalnya pemilik kontrakan tak yakin akan mengontrakkan rumahnya pada anak-anak itu namun melihat keadaan dua anak itu yang bajunya sudah lusuh dan wajahnya yang terlihat lelah akhirnya pemilik kontrakan itu mengijinkan. Pemiliknya juga memberikan harga sewa yang murah, 1/4 dari harga sewa aslinya.

Willy dan Sandro pun masuk ke kontrakan itu kemudian makan malam. Tadi mereka juga diberi beberapa baju yang sudah tak terpakai oleh pemilik kontrakan itu karena melihat Willy dan Sandro sama sekali tak membawa apa-apa.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!