Entah berapa teguk Wine yang telah di teguk Calista hingga membuatnya mabuk berat malam ini.
" Bedebah sialan." Gumamnya tak jelas sambil berusaha berdiri dengan menahan tangannya di meja bar. Ini semua akibat perselingkuhan kekasihnya bersama sahabatnya sendiri, kekasih yang sangat di agungkan dan di dewakannya di depan lelaki lain dan sahabat yang selalu di percayanya berbagi kisah.
" Pengkhianat." teriak Calista membuat beberapa orang menatapnya. Penampilan Calista dengan dress merah selutut rambut panjangnya yang terurai membuat banyak mata lelaki yang ingin menjadikan dia mangsanya malam ini.
Dengan lunglai Calista berjalan ke arah lelaki yang tengah duduk di sofa, sosok itu Berubah menjadi Juan Albert kekasih tercintanya.
" Kau bajingan, bedebah Sialan, lelaki tak tau bersyukur! bagaimana bisa kau nyaman di pelukan wanita lain dan mengkhianati ku seperti ini!" Calista kini memukul-mukul dada lelaki yang ada di depannya.
lelaki itu terus menatap Wanita yang di depannya ini dengan rahang yang mengeras tanpa pikir panjang langsung menggendong dan membawa Calista pergi dari bar elite itu dan membawanya ke sebuah hotel pribadi miliknya.
lelaki itu menatap Calista dengan tatapan yang tak bisa di artikan wajahnya masih saja datar tanpa ekspresi marah ataupun bahagia.
...***...
Calista terbangun dan merasakan sangat pusing di kepalanya hingga dirinya memukul mukul kepalanya sendiri.
" Ada apa denganku, kenapa kepalaku begitu sakit." Calista yang mulai menetralisasi penglihatannya dengan keadaan di sekitarnya.
dia bisa melihat pantulan dirinya sendiri yang memakai dress tidur dari kaca yang langsung mengarah ke tempat tidur dan melihat seorang lelaki tertidur pulas dengan keadaan bertelanjang dada di sampingnya. seketika sekelebat ingatan muncul ketika dirinya di bar.
Calista harus pergi sekarang sebelum pria itu bangun dan membuka matanya. Namun baru saja dirinya menggerakkan kaki kepalanya terasa pusing dan hampir terjatuh. Dengan menahan pusing Calista mengemasi pakaiannya yang tergeletak di lantai.
langkah Calista cepat keluar dari hotel itu dan meninggalkan lelaki itu sendirian.
" Argght.." baru saja Sean membuka matanya namun tak melihat lagi wanita yang bersamanya semalaman, ini sebuah penghinaan besar, Sean William Charless tidak pernah di tinggalkan wanita, biasanya Sean lah yang meninggalkan duluan dan membuat mereka memohon.
" tunggu saja kau!" kini terlihat raut emosi dari Sean. Namun seketika smirk nya merekah ketika mendapati wanita itu meninggalkan kartu pengenal di sini dengan tangannya Sean mengambilnya kartu itu dan melihat wajah wanita yang telah meninggalkannya.
" Wanita itu sungguh unik dan tak asing."ucap Sean yang masih menampilkan Smirk nya. namun Sean tak mau menduga sebelum memastikannya.
Calista buru-buru masuk ke dalam kamarnya, syukur saja orang tuanya tidak di rumah melainkan di luar negeri hingga diriya merasa lebih lega sekarang.
Calista merasa kacau, dengan cepat tangannya membongkar tas yang ada di lengannya kalau saja ada yang tertinggal dan membuat lelaki itu bisa mencarinya.
" Astaga, bagaimana bisa aku melupakan tanda pengenal yang paling penting itu, matilah aku" Calista merasa sangat ceroboh dan takut sekarang. Terlebih dia baru menyadarinya sekarang.
" Bodoh, bodoh, bodoh.." Calista langsung berjongkok lemas di balik pintu kamarnya dan menahan sakit, sungguh dirinya tidak punya muka lagi jika harus bertemu dengan lelaki itu untuk ke 2 kalinya.
Bagaimana jika Lelaki itu mencarinya dan membunuhnya seketika, atau menyuruh penculik bayaran saja agar tidak mengotori tangannya. pikiran Calista kacau mengutuk dirinya sendiri karena kesalahannya.
Calista terus memijat mijat kepalanya, dirinya setia berdiam di depan wastafel kamarnya, dari pagi tadi Calista terus memuntahkan cairan putih. Perutnya terus saja mual dan tidak bisa menerima sesuap nasi pun.
" Aku muak seperti ini." dirinya merosot ke lantai tubuhnya sangat lemas padahal hari ini dia harus datang bertemu CEO terkenal di Eropa mewakili ayahnya.
" Ish.." dirinya berusaha berdiri dan keluar dari toiletnya. dengan sisa tenaganya Calista memperbaiki penampilannya yang mulai acak-acakan.
...***...
Sean kini menatap layar komputernya. terlihat wajahnya yang sangat serius dan teliti menelaah setiap baris laporan keuangan perusahaannya.
" Selamat siang tuan ada yang ingin bertemu dengan anda perwakilan dari perusahaan B." ucap Seseorang dari seberang telepon.
" suruh dia keruanganku." Ucap Sean dengan Smirk jahatnya.
tidak mungkin Sean tidak tau siapa yang di maksud resepsionisnya. Calista Smith seorang wanita yang berani meninggalkannya pagi itu. Sean sudah mencari tau semuanya tentang Calista bahkan tentang benihnya yang sudah berkembang di rahim wanita itu sekarang. Sean lebih dulu mengetahuinya tanpa di sadari Calista.
terdengar ketukan dari pintu luar.
" Masuk." Sean kini memperhatikan pintu yang mulai terbuka menampilkan wajah Calista yang sangat terkejut dan panik namun masih mencoba bersikap tenang.
" maaf mengganggu waktunya pak, saya mau mengantarkan berkas dari perusahaan B, ini berkas nya." Ucap Calista yang menatap Sean seakan tidak kenal dan menaruh berkas itu di depan Sean.
" Calista Smith yang kabur setelah menghabiskan malam denganku." tiba-tiba Sean mengalihkan topik yang membuat Calista gugup.
" Maaf apa yang anda maksud pak. Saya tidak mengenal anda sebelumnya." Ucap Calista yang berusaha tenang walaupun tangannya mulai gemetar dan keringat muncul di pelipis dahi nya.
" benarkah." kini Sean mengangkat satu alisnya, dan mulai berdiri mendekati Calista yang juga mulai berdiri.
" maaf tugas saya sudah selesai, saya izin undur diri." Calista hendak berbalik namun tangannya langsung di tarik Sean hingga tubuhnya menabrak dada Sean.
" Jangan berbohong, aku sudah tau wanita itu adalah kau Calista!" Sean mengucapkannya dengan penuh penekanan. membuat Calista terdiam takut dengan tatapan tajam Sean.
" bagaimana, apakah benihku sudah tumbuh di rahimmu?" Tangan Sean kini mengelus halus perut Calista yang masih datar.
" Omong kosong, kau menuduhku hamil." Calista berusaha melepas genggaman Sean di lengannya.
" jaga baik-baik anakku, sekali kau berniat menggugurkannya. Dirimu dan keluargamu dalam bahaya, camkan itu!" Sean kini mengancam Calista dengan penuh penekanan. Calista yang tenaganya sudah mulai melemah, dan belum memakan apapun kini pingsan membuat Sean panik.
" Calista bangun, maafkan aku, apa aku terlalu berlebihan dalam mengancam mu Honey."
Sean langsung menggendong Calista ke sofa, dengan panik dirinya menelpon dokter Jakson.
......***......
" bagaimana keadaan wanitaku?" Sean kini menatap dokter Jakson dingin.
" kondisi bayinya lemah karena ibunya sering kelelahan dan kurang mengkonsumsi makanan sehat. Begitupun ibunya kondisinya lemah karena belum ada makanan yang masuk ke dalam perutnya.
" Apa?" Teriak Sean kaget, bagaimana bisa Calista ceroboh itu tentang kesehatannya sendiri.
" Ini saya beri vitamin, setelah makan bisa langsung di minum." ucap dokter Jakson yang kini pergi dari hadapan Sean.
kini Sean mengeluarkan ponselnya.
" Max, belikan aku makanan 4 sehat 5 sempurna ingat dalam porsi banyak! bawa ke ruangan ku secepatnya!!." Sean kini langsung menutup telpon dan mendekati Calista, mencium kening wanita itu sebelum akhirnya mencium perut rata Calista.
" sehat-sehat anak dady di rahimnya mommy yaa, jangan menyusahkan mommy mu sayang." Sean kini mencium perut rata Calista.
sedangkan di lain sisi, Max membelikan banyak makanan dan kini tinggal kembali ke kantornya. apakah bos nya hendak menerapkan hidup Sehat, aneh sekali!"
betapa terkejutnya seorang Maxmelle ketika memasuki ruangan kerja Sean ada seorang wanita berdress hitam tengah tertidur di sofa dengan Sean yang setia duduk di lantai menemaninya.
...kenyataannya memang Pahit tapi itu konsekuensi bukan sakit hati....
...-...
...***...
Calista membuka berlahan matanya, penciumannya mencium harum makanan membuat perutnya tambah lapar.
" Kau sudah bangun ayo cepat makan." Sean kini duduk di samping Calista sambil membawa 1 porsi makanan beserta sendok dan garpunya.
" Aku bisa makan di luar, makan saja makananmu pak Sean yang terhormat." ucap Calista yang langsung berdiri mengambil tas dan dompetnya, dengan cepat Calista hendak berjalan ke arah pintu.
" setidaknya makanlah ini untuk anak kita yang berkembang di dalam rahimmu." Baru Kali ini Sean mau mentoleransi sifat seseorang di hadapannya.
" Berhenti menuduhku Hamil Sean!" Calista membentak Sean dan menatap tajam ke arah matanya. Max yang melihat itu menahan tawanya, bagaimana bisa bos yang selama ini dingin dan berwajah tembok kini diam di bentak oleh seorang wanita, parahnya wanita yang mengandung anaknya.
" Calista!" jangan membantahku." Sean kini berdiri dan mendekat pada Calista.
" Cukup Sean, kita tak pernah saling kenal, menjauh dariku." Calista kini mendorong Sean yang berusaha memegang tangannya.
" apa? kau menyuruhku menjauh. Kau yang pertama kali datang dan menghampiriku, apa aku harus mengulanginya agar kau ingat saat malam itu" Ucap Sean yang kini mendorong Calista ke Sofa.
" apa yang kau lakukan bodoh." Calista panik ketika Sean melepaskan kancing bajunya satu demi satu memperlihatkan tubuh atletisnya
" Tuan saya keluar sekarang." Max yang terkejut melihat aksi Bos nya akhirnya meminta Izin ke luar ruangan namun tak dihiraukan oleh Sean.
" aw.." Calista meringis kesakitan memegang perutnya, dengan Sigap Sean duduk di sampingnya.
" Calista kau tidak apa-apa. Terimalah bahwa dirimu sedang hamil." Ucap Sean yang mulai membantu Calista merebahkan dengan benar tubuhnya, perilakunya kini melemah lembut
" Max! panggilkan dokter Jakson sekarang." suara keras Sean di telpon membuat Max menjauhkan sedikit telinganya dari telpon yang masih tersambung.
bagaimana bisa boss nya ini berteriak di telpon sedangkan suaranya terdengar hingga luar ruangannya. menyuruh atau mengajak berkelahi pikir Max.
" baik Tuan." Max menjawab tegas dan Sean langsung mematikan telponnya sepihak.
...***...
" Bagaimana keadaannya?" Sean yang kini terus memperhatikan dokter Jakson memeriksa Calista.
" Diam Lah dulu, kau sangat cerewet, biarkan aku memeriksanya dengan tenang." Jakson kini keceplosan memarahi Sean, kesalnya sudah dari tadi di tahannya. dia yang sudah hendak sampai rumah sakit harus memutar arah kembali ke kantor Sean akibat desakan dari nya yang sangat otoriter.
" Ingatlah dengan siapa kau berbicara, kalau tidak besok kau tidak akan bisa lagi menyandang gelar dokter mu." Ucap Sean dengan penuh penekanan dan tatapan tajam membuat Jakson tersadar dan menjadi ketakutan menghadapi Sean.
" Maafkan saya atas perkataan saya Tuan Sean." Jakson kini menunduk meminta maaf pada Sean.
" Nyoya Calista, anda harus lebih memperhatikan kesehatan anda, karena sangat berpengaruh pada janin yang ada di rahim anda sekarang yang baru berusia 2 minggu ini." Jakson kini serius menatap kedua mata Calista yang sangat terkejut.
" bagaimana bisa aku hamil? lalu siapa ayahnya?" Calista kini memijat pelipisnya.
" Bodoh, akulah ayahnya yang sedari tadi mencoba meyakinkanmu." Sean kini menatap kesal Calista yang sangat terkejut.
" Dok, bawa lelaki ini ke rumah sakit, aku tidak ingin melihatnya." Ucap Calista yang menatap Jakson dan menunjuk Sean. " Pergilah kau Sean." lanjutnya menatap Sean dengan tajam. Max yang berada di sana menahan tawa ketika melihat Calista yang terang-terangan mengusir bos nya dari sana.
" Jakson, jika tidak ada yang ingin kau sampaikan lagi, sekarang pergilah." Sean kini terang-terangan mengusir Jakson dari sana membuat hati Jakson dongkol dengan lelaki arrogant ini.
" baiklah, saya pergi dulu. Ingat pesan saya Nyonya Calista." Ucap Jakson sebelum akhirnya keluar bersama Max di belakangnya.
kini hanya tinggal Sean dan Calista di ruangan ini. Sean menatap kedua mata Calista dalam dan tajam tatapan yang sulit untuk di artikan.
" Makanlah." ucap Sean dingin dan berlalu keluar dari ruangannya dan menutup keras pintu membuat Calista terkejut.
tinggalkan jejak yaa☺️ jangan lupa dukung,like, dan Comment cerita karya author yang masih banyak butuh support dari kalian☺️
cerita ini cuma ada di Noveltoon/Mangotoon,
tidak ada di tempat lain☺️
yang nunggu next sambungannya.. bisa comment dulu nih☺️
salam untuk semua pembaca karya author
love u so much💛
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!