...----------------...
" Ten dimana wanita itu? "
" Menjawab, beliau ada di ruang kerjanya yang mulia. "
' Brakkkkk ' Suara pintu depan yang terdengar keras yang mengagetkanku.
"Roseee?!!! Keluar kau?!! " Dan suara seseorang yang memanggil namaku, dengan nada marah dan kesal, memenuhi ruangan kerjaku.
" Yang mulia tolong tenangkan diri anda. "
Seorang ajudan yang bernama Tensis dengan wajah cemas, mencoba menenangkan singa yang marah, namun dia tidak bisa mencegah singa tersebut.
" Roseeee?!! Roseeeee?!!"
Suara laki-laki yang membenci diriku, bergema di telingaku, laki-laki itu tak lain adalah suamiku sendiri.
Sekaligus kaisar dari kerajaan Turnatara, suami yang tidak mencintaiku, Brayen Damian Turnatara.
" Layla, beritahu kepada yang mulia bahwa aku tidak mau di ganggu. " Perintahku.
Aku menyuruh dayangku layla untuk memberi tahu bahwa aku tidak ingin di ganggu meskipun itu kaisar, namun siapa yang berani menentang kaisar agung dan kuat seperti dia.
" Tapi yang mulia, saya tidak bisa menahan yang mulia raja, saya hanya seorang dayang yang mulia. " Layla menjawab.
Layla benar, aku saja yang seorang permaisuri, sekaligus ratu di kerajaan ini, tidak berhak menolaknya, apa lagi seorang dayang.
" Haaaah, kau benar. Toh dia akan sampai sebentar lagi. " Ucapku.
' Braaaaakkkkkk '
Benar saja, suara pintu ke dua pun terdengar sangat keras dari suara tadi, dan di situlah kaisar dengan wajah yang dingin penuh emosi itu muncul di ikuti oleh ajudannya. Para dayang pun membungkuk, aku yang sedang duduk di kursi kerjaku berdiri perlahan dan membungkuk memberi salam hormat kepadanya.
" Salam, mentari kekaisaran Turnatara, semoga anda di berkahi. " Hormatku kepada suami yang tidak mencintaiku.
Aku mengangkat wajahku perlahan dan menatap wajah dinginnya.
Kaisar itu mulai membuka lagi mulutnya.
" Haah, kau selalu suka bersandiwara di depanku ya? Kau memberiku hormat, seakan kau benar-benar menghormatiku, lucu sekali."
Dengan suaranya yang tinggi penuh emosi, dia menatapku dengan tatapan yang sangat menusuk, tiba-tiba dia menjulurkan Tangannya dan meremas daguku dengan keras.
Tensis mencoba menghentikan kaisar dengan berbicara.
" Yang mulia!! tolong jangan terlalu kasar dan emosi. " Ucap Tensis.
Dengan wajah dingin penuh emosi Brayen, dengan tegas berbicara kepada Tensis.
" Kau tidak perlu ikut campur dengan urusanku yang berhubungan dengan dia (ratu)!! Kau cukup mematuhi perintahku saja dan menjawab jika aku bertanya. Jangan menghalangiku...
" Sekarang enyahlah!! " Teriak Brayen.
" Keluar kalian semua!! aku ingin bicara dengan ratu berdua!! " Brayen berteriak lagi.
" Salam, mentari kekaisaran Turnatara, semoga anda di berkahi. " Ucap para dayang dan ajudannya, seraya meninggalkan ruangan.
Lalu di sini aku kesakitan karena dia terus meremas daguku, dia kelihatan sangat marah sekali, seperti ingin membunuhku.
' Stttttt '
Aku meringis kesakitan, karena remasan tangannya itu cukup kuat bagi seorang perempuan.
" Apa kau merasa sakit?! Heh, ini tidak sakit sama sekali, apa kau tau rasa sakit yang aku alami karena kau, aku bahkan tidak menginginkanmu untuk menjadi pendampingku!! Tapi kau malah dengan suka rela menerima pernikahan ini, apa kau tidak puas dengan itu juga, kau sudah membunuh adik perempuanku yang paling aku sayangi, lalu kau datang menikahiku dengan bantuan ibu suri dan menjadi ratu. Ya, aku akui kau memang pantas di sebut wanita paling jahat dan licik yang tidak tahu malu!! " Suaranya yang begitu emosi bergema di ruangan itu.
|Aku sudah cukup bertahan dengan semuanya, semua tuduhan, semua emosi yang dia lontarkan untukku, aku sudah cukup lama menahannya, tapi sekarang aku ingin membantah semua tuduhannya dan melempar mahkotaku ke depan mukanya yang sedang emosi, tapi aku masih tetap harus bertahan sampai waktu yang di tentukan. Iya, aku harus bertahan di sini sampai waktu itu.| Pikirku teguh.
" Aku jahat?!! Licik?!! Tidak tahu malu?!! " Aku dengan sombongnya menanyakan itu kepadanya, itu membuat dia semakin emosi.
" Kauuu!! " Dia mencengkram lebih keras daguku.
'Sstt, aahkk!! '
Aku meringis lagi, sepertinya itu akan membekas di daguku, dia sangat emosi, itu sudah pasti.
" Apa kau menganggapku lelucon hah?!! kau menganggap itu lelucon?!! Jawab aku Rose?!"
|Wanita di depan ku ini sangat menjijikan, dia sangat licik dan tak tahu malu, bagaimana bisa dia menjadi ratu dari kerajaan ku, jika bukan karena bantuan ibu suri yang mengancamku dengan suksesi, aku tidak akan sudi untuk menikahinya.|
" Mana mungkin yang mulia, saya tidak berani. " Aku masih bersikap tenang, dan masih berusaha menahannya.
" Brengsek!! " Dia menghempaskan daguku dengan keras, itu terasa menyakitkan.
Aku memberanikan diri berbicara dengannya secara lantang dan tegas.
" Kalau begitu ceraikan saja saya yang mulia!! Saya akan dengan senang hati menyetujuinya, ayo kita cerai jika anda memang tidak menginginkan saya!! "
Kesunyian mengelilingi ruangan itu, lalu tidak lama kemudian dia tertawa seolah mengejek.
...----------------...
" Pffftttttttt........
" Hahahahahahah!! kau fikir aku bodoh! Dengan menceraikan mu aku tidak bisa menyiksamu, kamu akan pergi jauh, lebih baik waktu itu kamu mengakui bahwa kamu yang meracuni adikku, dan dengan begitu kamu akan di jatuhi hukuman mati, itu akan lebih cepat, dari pada kamu menikah denganku, dan di siksa di sini!! Hahahahah.... nikmatilah itu ratu, bahkan jika kamu sekarat atau mati sekali pun. Aku tidak akan membiarkannya, sebelum aku puas menyiksamu." Laki-laki itu berteriak dan tertawa.
|Sungguh naif sekali, bagaimana bisa aku melepaskan dia dengan cara bercerai, itu terlalu ringan, aku akan menyiksanya terlebih dahulu, aku akan membuatmu tenggelam dalam kegelapan, dan keputusasaan yang mengerikan di bandingkan dengan kematian.|
Dengan kata - katanya yang tajam dan terasa menyakitkan bagai mata pisau yang tajam, dia meninggalkan ruangan begitu saja, aku yang masih syok dengan ucapannya, tumbang ke lantai.
Aku menangis, berapa banyak hinaan yang dia lontarkan untukku, rasanya hatiku seperti di iris pisau sedikit demi sedikit, rasanya sesak.
Aku berfikir, mengapa nasib ku harus seperti ini. Namun aku harus tetap menahannya, walau terasa menyakitkan, aku harus bertahan.
" Bertahan...huuuuu, ughhhh...hikss."
Rasanya sesak sekali, aku harus kuat, hapus air mata ini, jangan sampai orang lain melihatnya.
Setelah kaisar pergi, semua dayangku masuk kembali, mereka tercengang melihatku yang sedang terduduk di lantai dan menangis, ada yang merasa kasihan dan juga ada yang menghina.
" Yang muliaaaaa, anda tidak apa-apa, hikssss.....yang mulia...ughh...saya sangat khawatir. " Layla dengan cepat menghampiriku.
Layla yang menangis sambil mengucek matanya yang basah karena air mata, dia mungkin merasa kasihan kepadaku, sedangkan yang lain hanya mengejekku.
Mereka berbisik di hadapanku seolah itu tidak terdengar.
Namun nyatanya.
" Beraninya dia menikah, dan jadi ratu di sini, dia memang pantas di buang oleh yang mulia."
" Dasar j*l*ang, jika bukan perintah ibu suri aku tidak akan mau melayaninya."
Seperti itulah, mereka menghinaku.
Namun aku punya satu dayang yang setia dan baik padaku, dia adalah Layla Domenix.
Layla merupakan gadis kecil berusia 15 tahun yang masuk ke istana akibat keluarganya yang bangkrut karena hutang, dia dulu merupakan seorang bangsawan.
Namun, di karenakan kedua orang tuanya meninggal dia harus melunasi hutang-hutang tersebut.
Saudara- saudara dan kerabatnya, memaksa dia untuk menikah dengan laki-laki tua yang kaya.
Tetapi, layla menolak, dia memutuskan untuk bekerja sebagai dayang di istana ratu untuk melunasi hutang keluarganya.
Layla, menganggapku sebagai kakaknya, dia tidak percaya rumor yang menyebar tentangku yang telah membunuh adik kaisar.
" Layla, berhentilah menangis, aku baik- baik saja. " Aku menghibur layla dengan mengatakan aku baik-baik saja, namun tentu itu tidak benar.
" Mari yang mulia, saya akan mengantar anda kembali ke kamar. " Layla meraih tanganku dan membantuku berdiri, dia mengantarku kembali ke kamar.
...----------------...
Ruang kerja Brayen.
Brayen yang kembali ke ruang kerjanya, terlihat sangat kesal.
" Tensis, mana dokumen yang harus ku urus?" Tanya Brayen.
| Sungguh hari yang memuakkan, aku membuang-buang waktuku karena dia ( ratu ).| Pikir Brayen muak.
Tensis terlihat kesusahan karena banyaknya dokumen yang belum di selesaikan.
" ini, yang mulia. " Tensisi memberikan dokumen tersebut.
Brayen, menggosok wajahnya kasar dan berkata.
" Pekerjaanku jadi menumpuk seperti ini, haaaah. " Helaan nafas keluar dari mulutnya.
" Tensis selidiki lagi kenapa dia (ratu) menemui ibu suri. " Brayen memberi perintah.
| Aku harus menyelidikinya, entah apa yang di rencanaka ibu suri dan dia (ratu), aku harus mengetahuinnya. | Pikir Brayen.
" Baik yang mulia, saya akan menyelidikinya. "
Tensis menjawab dengan patuh, dalam batinnya dia berkata.
|Yang mulia raja begitu membenci yang mulia ratu, menurutku yang mulia ratu tidak seburuk itu, saya melihat yang mulia membagikan makanan dan koin kepada rakyatnya, beliau juga terlihat tulus. bagaimana jika saya memberitahu yang mulia raja, Haaah aku tidak usah ikut campur, yang mulia sangat menakutkan jika sedang marah.| Pikir Tensis.
Brayen melihat tensis bengong seperti sedang memikirkan sesuatu, kemudian dia menegurnya.
" Tensis!! " Tegur Brayen.
Tensis pun tersadar dari fikirannya, dan segera menjawab Brayen.
" Ada apa yang mulia? "
Mata dingin brayen melihat Tensis dan bertanya lagi sekaligus menegurnya.
" Apa kau mendengar perintahku?! " Tanya Brayen.
Tensis begidik karena hawa yang di pancarkan brayen sangat dingin dan membuat tubuhnya gemetar.
" Ya, Saya mendengar perintah yang mulia. " Jawab Tensis.
| Betapa menakutkannya beliau. Beliau memang tampan, tapi dia sangat dingin dan muka tembok, mungkin jika bukan orang terdekat mereka akan lari ketakutan melihat yang mulia raja. | Pikir Tensis.
Brayen memang tampan, dia menjadi raja termuda diusia 18 tahun, dan menjadi satu- satunya laki-laki tertampan di kerajaannya, kekurangan brayen adalah, dia tidak bisa membuka hatinya dan terkesan dingin.
" Kau boleh pergi Tensis. Ahhhh dan ingat juga, aku ingin menugaskanmu untuk menyewa wanita yang bersedia menemaniku pergi ke pesta ulang tahun ibu suri, aku ingin mempermalukan dia. " Perintah Brayen.
" Baik yang mulia, hamba undur diri. Salam, mentari kekaisaran Turnatara, semoga anda di berkahi. " Tensis pergi meninggalkan ruangan Brayen.
Sedangkan Brayen terlihat tersenyum dingin.
|Kita lihat saja rose, kau akan tersiksa di sini. Aku berjanji kepada adikku untuk membalaskan penderitaannya. Tunggu saja ini baru permulaan.| Pikir Brayen.
...----------------...
Bersambung.......
Gambaran Tensis!!!
Istana Ibu Suri, malam hari.
Di dalam kamar ibu suri, terlihat dia sedang duduk di sopa mewah yang terbuat dari kain sutra, dan beberapa dayang yang sedang melayaninya, dia menginterogasi salah satu dayang yang dikirim untuk memata-matai Rose, dayang itu bernama Leylin.
" Bagaimana perkembangannya, apa ada sesuatu yang mencurigakan? " Dia bertanya kepada dayang tersebut, sambil menggoyangkan gelas anggurnya.
" Hamba menjawab yang mulia ibu suri. " Dayang tersebut sujud di kakinya.
" Yah, teruskan." Ucap Ibu Suri.
" Hamba melihat, Rose–
Tiba-tiba suara gelas pecah yang sengaja dilempar terdengar.
'Praaaang '
Lantai di penuhi oleh merahnya anggur.
Itu merupakan gelas anggur milik ibu suri, ketika dayang tersebut melihat ke arah ibu suri.
Tiba-tiba–
' *Pl*aaaakk '
Suara tamparan yang begitu keras, mengenai pipinya.Betapa kagetnya dia, ketika pipinya di tampar oleh ibu suri.
" Beraninya kamu memanggil ratu tanpa membawa pangkatnya, apa kau sudah bosan hidup!!?" Teriak Ibu Suri.
Ibu suri terlihat marah, matanya yang merah darah itu terus menatap ke arah dayang tersebut.
" Ha...hamba tidak berani yang mulia ibu suri, tolong ampuni saya." Ucap Leylin gemetar.
Dayang itu terus memukul dahinya ke lantai, sampai dahinya berdarah, tapi ibu suri belum memintanya berhenti.
" Ampuni hamba yang mulia ibu suri." Leylin terus memohon.
Darah di dahinya terus keluar, mungkin itu akan membekas di dahinya, entah seberapa retak dahinya.
" Berhenti!! Jika kamu mati aku tidak dapat mengetahui apa yang terjadi padanya.Tapi ingat! kau tidak boleh memanggilnya Rose, hanya aku yang dapat memanggilnya Rose, kamu pasti tahu, apa julukan dan pangkat Ratu itu untukku. " Ibu suri tersenyum sinis, seperti iblis.
Dengan suara ketakutan pelayan itu menjawab.
" Terima kasih yang mulia ibu suri, hamba tahu julukannya, yaitu boneka ibu suri. " Jawab Leylin.
" Bagus, dia boneka cantikku yang berguna. Lanjutkan laporanmu." Ucap Ibu suri.
" Tadi hamba melihat boneka ibu suri dimarahi oleh yang mulia raja, beliau kelihatan marah padanya, sampai menyuruh para dayang keluar, dan ketika hamba masuk kembali kedalam, boneka ibu suri sedang tumbang di lantai dan menangis. Itu, yang hamba lihat yang mulia ibu suri. " Leylin melaporkan lagi.
" Hah, menarik, tirani itu menyalahkan seseorang yang tidak seharusnya iya salahkan. Semua dayang keluar dari sini aku ingin istirahat. " Ibu suri terlihat puas.
" Hamba undur diri yang mulia ibu suri. " Semua dayang pergi termasuk Leylin.
Tinggallah ibu suri di ruangan itu.
" Ray, Ray, Ray. (sebutan ibu suri untuk Brayen) Aku memberimu tahta dengan senang hati, namun itu harus ada bayarannya. Kau tidak tahu bayarannya adalah seseorang yang berharga bagi dirimu, semua yang berharga bagi dirimu akan aku ambil, selamat menikmati Ray. " Ucap Ibu suri dengan senyum liciknya.
...----------------...
Keesokan harinya, di ruang makan.
Semua pelayan sibuk menyajikan makanan-nya hidangan di siapkan di atas meja, berbagai makanan tersaji diatasnya, makanan harus siap sebelum yang mulia raja datang.
Para pengawal yang menjaga pintu masuk ruang makan, tiba- tiba membuka pintu ruang makan dan muncullah seorang pria dengan rambut hitam sedikit ke biruan, dengan mata kuning ke merahan, wajahnya yang dingin tanpa ekspresi memberikan kesan yang karismatik di tambah dengan pakaian hitam dengan artibut lengkap, layaknya seorang raja.
Itu adalah Brayen Damian Turnatara dengan di ikuti oleh ajudannya Tensis.
Brayen duduk di kursi utama.
Kemudian, Tensis berbicara kepada brayen mengenai tugas yang dia berikan kepadanya.
" Yang mulia, saya ingin melaporkan tentang tugas saya. " Ucap Tensis.
Brayen melirik sinis.
" Apa kau tidak tahu tempat?! ini ruang makan bukan ruang kerja! " Bentak Brayen.
" Maaf yang mulia, tapi ini sedikit mendesak. "
Mendengar hal tersebut brayen dengan lantang menyuruh semua pelayan keluar dari ruangan tersebut.
" Keluarlah kalian semua!! " Teriak Brayen.
" Hamba undur diri yang mulia, semoga anda di berkahi. " Semua pelayan keluar dari ruang makan, hanya mereka berdua yang ada di dalam.
" Tensis, apa yang ingin kau laporkan? " Tanya Brayen.
" Saya ingin melaporkan, mengenai perempuan yang ingin anda sewa untuk menjadi pasangan anda nanti. " Jawab Tensis.
" Cih, kau membuatku kehilangan selera makan tensis. " Brayen meletakan alat makannya dan menaruh tangannya di dagunya.
" Jadi apa kelanjutannya? " Tanya Brayen.
" Saya waktu itu mengunjungi kediaman baroness Zilion untuk urusan bisnis, tanpa sengaja saya bertemu dengan nona muda rumah itu, beliau bernama Viona Zillion, kemudian saya menawarkan tawaran itu kepadanya, dan dia setuju untuk melakukan sandiwara itu yang mulia. " Jelas Tensis.
Brayen sedikit berfikir mengenai wanita yang akan bersandiwara dengannya, dia kelihatan kurang puas dengan nona muda itu.
" Hmm, kau sedikit ceroboh tensis. " Ucap Brayen kurang puas.
" Maaf yang mulia, maksud anda apa? " Tanya Tensis bingung.
" Bagaimana, jika dia membocorkan hal ini tensis? " Brayen bertanya memastikan.
" Soal itu, anda tidak perlu khawatir yang mulia, saya sudah membuat persetujuan dengannya. " Tensis menjawab penuh keyakinan.
...----------------...
Bersambung.........
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!