..."Kekuatan selalu diiringi dengan tanggung jawab."...
Ares, seseorang yang kini memiliki hal tersebut dalam genggamannya, tentu sangat menyetujui pernyataan tersebut.
Setelah menjadi orang pertama yang berhasil menjadi peringat teratas dalam permainan "Regulus World Kingdom Battle Royale"—sebuah Role Playing Game bertema peperangan yang memiliki latar sekitar abad ke-13 dan bertujuan untuk menguasai dunia—dia dipindahkan ke dalam dunia game tersebut dengan sebuah keterampilan penilaian dan merasuki tubuh Ares von Rueter—bos tutorial permainan—yang dipastikan akan mati dalam beberapa hari ke depan.
Bangkit dengan memanfaatkan pengetahuan yang didapatnya dari game sebelumnya serta keberuntungannya, Ares berhasil selamat dari malapetaka yang akan menimpa dirinya dan menetapkan tujuan untuk sekali lagi menguasai dunia.
Kesialannya tidaklah berakhir hanya sampai pada saat itu. Setelah memberantas seluruh pejabat korup, sebuah Dekrit Raja datang kepadanya yang mana memerintahkan agar Ares menghadap kepadanya.
Tidak disangka, Sang Raja menaikkan derajat Ares menjadi seorang margrave hanya karena prestasi menaklukkan sebuah wilayah kecil—yang didasari keuntungan untuk memperbanyak besaran pajak bagi Wilayah Rueter.
Saat itu, keinginan jiwa Ares sebelumnya—jiwa aslinya—merasuk kembali. Dia menginginkan untuk melakukan pembalasan dendam kepada Pangeran Kedua yang telah memperkosa dan membunuh secara sadis kekasihnya di masa lampau, yang mana Ares sanggupi, walau hal tersebut masih berada di masa yang akan datang.
Putri Pertama Kerajaan Rowling, Excel von Linius Rowling.
Terbesit kembali ingatannya terhadap karakter wanita liar dan sadis yang tidak memiliki seorang tunangan tersebut, Ares berusaha mendekati dan berjanji untuk mempersuntingnya, walau ia mengetahui adanya kemungkinan bila Excel dapat menjadi pedang bermata dua bagi Ares.
Tepat setelah mengambil harta karun berdasarkan pada ingatannya, Ares kembali menuju wilayahnya dan menemukan apabila kepengurusan Wilayah Rueter sangatlah kacau.
Terlebih lagi, Ares sebelumnya—sebelum terjadinya transmigrasi jiwa—melakukan pemerkosaan terhadap beberapa rakyat jelata dan pelayannya, yang salah satunya merupakan saudara sepupu yang berasal dari gundik ayahnya.
Sebagai seseorang yang pernah tinggal di dunia modern, pikiran Ares seketika kacau. Dia berusaha secara perlahan-lahan memperbaiki semua yang ia dapat perbaiki.
Menormalisasi hubungan dengan para gundiknya yang telah melahirkan anak-anaknya, para ksatria, hingga manajemen wilayah agar lebih baik, namun hal tersebut tidaklah cukup bagi Ares yang memiliki ambisi untuk membuat dunia berada di atas telapak tangannya sekali lagi.
Memanfaatkan harta karun yang baru saja didapatnya, Ares melakukan berbagai penelitian mengenai persenjataan militer, pembuatan kapal perang besar, hingga membuat sebuah basis perdagangan sebagai salah satu pilar kekuatannya di masa depan.
Sebuah ketidaknormalan pun tampak, akal sehat dunia abad pertengahan sekali lagi mengusik benaknya. Dalam perjalanannya, Ares menemukan seorang gadis berusia tiga belas tahun yang dihindari dan diperlakukan kejam oleh penduduk desanya hanya karena warna kedua matanya berbeda, walau terdapat sebagian kecil diantara para penduduk desa yang iba kepadanya dan memberinya sedikit makanan secara sembunyi-sembunyi.
Tangannya terulur, Ares menyelamatkannya karena statistik keterampilannya yang tinggi dan berniat mendidiknya sebagai salah satu jenderal pasukannya di masa depan, meski pada awalnya para ksatria dan pejabat kastil menjauhinya dan secara perlahan dapat menerima kehadirannya setelah melihat perilaku Ares kepadanya.
Pertumbuhan Wilayah Rueter sangat tinggi dalam kurun waktu yang sangat singkat, sekali lagi membuat Sang Raja tidak menyukai dan hendak merebutnya.
Mengetahui bila di utara peperangan tidaklah berakhir sesuai dengan harapannya, Sang Raja—didukung oleh para bangsawan Faksi Istana—pun mengutus Ares untuk memerangi serta menahan gerakan musuh yang tersisa sekitar 80.000 dari 100.000 prajurit yang dikerahkan.
Kepanikan melanda. Ares sangat gelisah hingga keberuntungan sekali lagi menghampirinya. Salah satu dari tiga jenderal terbaik Natrehn, Barlock von Renus, memerintahkan untuk menguasai Benteng Veldaz yang berada di puncak Pegunungan Forbrenne—pegunungan yang berada di dalam perbatasan Wilayah Kerajaan Rowling.
Akibat dari ketidaktahuannya, mayoritas prajuritnya mengalami penyakit gunung—sebuah penyakit yang disebabkan pendakian lebih dari 1,5 km dalam satu harinya.
Berbeda dengan prajurit Natrehn yang tinggal di dataran rendah, para penduduk Kerajaan Rowling tinggal di dataran yang tinggi, yang mana membuat mereka lebih tahan dengan atmosfer ketinggian. Berbekal keuntungan tersebut, Ares berangkat menuju perbatasan dengan mengerahkan 12.000 prajuritnya dan bertujuan untuk memutus rantai pasokan makanan bagi Pasukan Barlock.
Mendengar tunangannya—tidak secara resmi—hendak berperang, Putri Excel, yang sejak dahulu dibenci karena lahir dari rahim Ratu Ketiga yang dikenal sebagai wanita terkutuk, bergegas menuju medan perang setelah dihasut oleh saudaranya, Pangeran Pertama Lucas, yang membuat Ares sangat terkejut.
Sejak beberapa hari setelah menguasai Benteng Veldaz yang sebelumnya tidak memiliki kekuatan besar, Barlock memahami situasi semakin tidak menguntungkan bagi pasukannya.
Wabah penyakit semakin merajalela. Terpaksa dengan hati yang berat, Barlock meninggalkan sebagian besar prajuritnya yang telah tewas dan sakit dan menuruni pegunungan hanya dengan 15.000 prajurit.
Situasi berada di luar harapan. Barlock tidak pernah menyangka bila pasukannya disambut oleh tembakan puluhan batu berapi besar dari kaki gunung hingga menghancurkan sebagian besar pasukannya.
Amarah menguasai, merasa dipermainkan, Barlock dan para prajuritnya tidak lagi dapat berpikir jernih, membuat keseluruhan dari mereka segera maju dan berakhir dengan pembantaian oleh Pasukan Ares hingga membuatnya dapat menguasai benteng yang menjadi basis bagi Pasukan Natrehn.
Ares bersama Excel segera melakukan sebuah perundingan pasca perang. Kemapuan penilaian yang Ares miliki menjadi senjata ampuh.
Melalui penilaiannya, Ares mengetahui apabila salah satu pejabat istana yang bergerak bersama pasukan musuh merupakan mata-mata dari Konfederasi Lemane, sebuah konfederasi dari tiga negara berbeda yang bergabung untuk mewaspadai perseteruan yang terjadi antara dua kerajaan besar yang berada di dekat wilayah mereka.
Berharap agar Excel bersama Ares dapat tewas di medan perang—karena House of Rueter diketahui hanya memiliki paling banyak 40.000 prajurit—namun hal tersebut tidak berjalan sesuai dengan apa yang telah Lucas sebelumnya prediksi.
Keadaan telah berbalik, Lucas tidak menyangka apabila prestasi yang seharusnya menjadi miliknya, akan jatuh ke tangan Ares serta saudari perempuannya, Excel.
Tentu, karena Excel merupakan seorang anggota royalti seperti dirinya, Lucas tidak dapat mengambil alih prestasi militer keduanya begitu saja, sangat berbeda apabila hanya Ares yang memenangkan peperangan tersebut.
Saat itu, nama Excel von Linius Rowling beserta Ares von Rueter melambung tinggi. Tidak hanya diantara para penduduk, namun juga di kalangan bangsawan, meskipun tidak ada diantara mereka yang mengetahui kebenarannya.
Meskipun Ares memenangkan peperangan, ia tidaklah mendapatkan satupun hadiah yang berasal dari Sang Raja, walau Excel tetap mendapatkan sebuah permintaan untuk dapat mengabulkan harapannya.
Bertentangan dengan harapan, Excel meminta agar pertunangannya diresmikan serta menyegerakan prosesi pernikahannya bersama dengan Ares, yang tentu saja membuat Ares sangat tercengang.
Permintaan Excel dikabulkan oleh Sang Raja, sangat membuat Ares sakit kepala. Bagi Faksi Istana atau Pangeran Pertama, mereka dapat melakukan manuver kepada Faksi Pangeran Kedua dengan lebih tajam jika Excel—diketahui memiliki kekuatan yang luar biasa—tidak berada di ibukota karena telah menjadi istri bagi Sang Margrave.
Sebagai karakter tutorial boss, Ares menyadari apabila ia membutuhkan sebuah kekuatan yang lebih besar untuk mendukung rencananya.
Namun, Ares tidak dapat dengan bebas melepaskan diri dari Excel yang merupakan tunangannya, hingga berupaya membuat hati Excel luluh dengan merayakan ulang tahunnya—sebuah budaya yang tidak sekalipun dikenal pada saat itu—dan meminta izin untuk mencari hadiah pertunangan sebagai kedok meninggalkannya.
Sekali lagi, harapan Ares sirna. Excel mengatakan bahwa ia lebih menyukai melihat tunangannya berjuang mencari hadiah untuknya dibandingkan dengan sebuah kejutan yang tidak terlalu memberikan kesan baginya.
Karenanya, Ares bersama Excel bertolak menuju sebuah reruntuhan kota suci salah satu agama terbesar di dunia, Arafant, untuk mengambil senjata tersebut dengan mengandalkan ingatannya.
Akibat dari pembunuhan Barlock, putranya, Val von Renus, bersama tiga jenderal lain serta Raja Natrehn merasa wajahnya dilumuri oleh lumpur. Natrehn segera menyiapkan kembali pasukannya untuk membalas konfederasi karena telah menyusupkan mata-matanya.
Meskipun begitu, Val bukanlah seorang komandan yang memiliki pengalaman. Raja Natrehn mengutusnya bersama Zelhard—salah satu dari tiga jenderal terbaik Natrehn—untuk berlatih dengan mengirimkan 5.000 prajurit ke Tanah Utara yang dihuni para suku barbar—suku yang sejak dahulu telah berperang melawan Natrehn di perbatasan utara dalam skala kecil serta menjarah desa-desa Natrehn yang berada di perbatasan.
Di tengah perjalanan, Excel menceritakan masa lalu kelam keluarganya kepada Ares. Sangat membuat Ares kasihan kepadanya, yang mana latar belakang Excel tidak sekalipun dituliskan di dalam game.
Ratu ketiga—yang dibenci tidak hanya oleh orang tua, keluarga kerajaan, serta para kerabat dekat mereka, ia juga dibenci oleh para ksatria serta pelayan yang bekerja di kastil—menjadi korban sebuah pembunuhan berencana Sang Raja serta para bangsawan tingkat tinggi mereka.
Menganggapnya sebagai hama yang mengganggu karena terlahir dengan warna mata yang berbeda, menjadikan Ratu Ketiga tidak pernah sekalipun menghadiri acara resmi kerajaan dan menampakkan diri ke para bangsawan, membuatnya hanya menghabiskan waktunya bersama putrinya.
Kekejian itu terlihat oleh kedua mata kepala Excel. Ratu ketiga tewas terbunuh tepat di hadapannya saat tengah malam, membuat Excel segera menusukkan belati tersebut kepada Sang Pelaku—yang merupakan satu-satunya pelayan yang melayani Ratu Ketiga.
Sejak saat itu, jarak antara keduanya terasa semakin dekat. Di samping rasa belas kasihannya, entah mengapa perasaan menyukai Excel perlahan muncul.
Ares berhasil mendapatkan Rapier—senjata terkuat game yang memiliki tingkat item Phantasmal—serta Excel yang juga mendapatkan pedang bermata dua yang memancarkan aura kemerahan—yang juga merupakan senjata kelas Phantasmal.
Tujuan perjalanan Ares telah tercapai. Sebuah kota kecil yang berada di suatu negara kecil, menjadi tempat tinggal bagi organisasi pembunuh bayaran terbaik di dunia yang telah melayani suatu klan besar.
Dituduh, identitas mereka sengaja diungkap. Mereka menjadi kambing hitam sehingga klan yang mereka layani terbebas dari segala tuduhan, menyebabkan darah keturunan asli klan tersebut serta para anggota seniornya tewas terbunuh, berusaha membuat anggota muda mereka dapat terselamatkan.
Ares meminta mereka bersumpah setia kepadanya, dibuktikan dengan membuat permintaan agar mereka membunuh dirinya dalam jangka waktu satu pekan selama pertemuan aristokrat di ibukota berlangsung.
Connor Cornwall—kepala klan tersebut—merasa takjub. Kedua sudut bibirnya terangkat, ia menyanggupi kesungguhan hati Ares. Terlebih lagi, klan Cornwall sangat membutuhkan sesuatu yang ditawarkan Ares demi keberlangsungan hidup serta nama baik mereka.
Ares tidak pernah menyangka, tepat setelah melakukan pertemuan dengan Klan Cornwall di dalam bar yang menjadi tempat persembunyian mereka, Excel mabuk berat, menyebabkan Ares mengalami pemerkosaan pertamanya.
Tentu, Ares tidak melakukan satupun hal yang buruk kepada Excel selama perjalanannya sebelumnya. Ares mengerti, keduanya merupakan seorang aristokrat dan masih berada dalam sebuah hubungan pertunangan, sangat tidak bermoral dan akan merusak nama baiknya apabila Ares menyentuh Excel.
Bertentangan dengan prasangkanya, hal tersebut sangatlah tidak membuat Excel puas. Tidak sabar, benar-benar tidak lagi dapat menahan, menyebabkan Excel memperkosa tunangannya.
Kejutan pun menimpa Ares. Akibat dari hubungan tersebut, Excel diketahui mengandung saat mereka melakukan perjalanan pulang, meskipun hal tersebut tidaklah membuat keduanya merasa panik karena kondisi perut Excel yang masih terlihat wajar.
Pertemuan para aristokrat di ibukota telah berlangsung. Seperti halnya yang dilakukan Ares—bangsawan yang tidak bergabung dengan sebuah faksi—tiga faksi lain saling mengancam dengan kata-kata yang lembut.
Faksi Istana, faksi yang mendukung Pangeran Pertama Lucas untuk mahkota yang dipimpin oleh Duke Holfart.
Faksi Pangeran Kedua, faksi yang merupakan pecahan dari Faksi Istana. Dipimpin oleh Duke Alein, faksi tersebut terbentuk akibat adanya beberapa kepentingan diantara para bangsawan, hingga bertujuan untuk mengangkat Pangeran Kedua Zee menjadi seorang Raja demi tercapainya keinginan mereka.
Faksi Oposisi, dipimpin oleh Margrave Francois, faksi yang sejak dahulu memusuhi Faksi Istana karena ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh para bangsawan yang tergabung dengan faksi tersebut.
Bekerjasama untuk menggulingkan dinasti yang berkuasa, Ares—yang sejak dahulu telah berteman dekat dengan pewaris House of Francois—beserta Faksi Oposisi merencanakan beberapa upaya balik layar untuk membuat dua pangeran tersebut menjadi bidak.
Bersamaan dengan event tersebut, Ares mengalami beberapa ancaman pembunuhan dari Klan Cornwall, yang mana berakhir keselamatan dirinya hingga membuat Klan Cornwall bersumpah setia kepadanya dengan beberapa syarat tertentu.
Undangan telah berada di atas telapak tangan, para pedagang tiba di Ibukota Kerajaan Rowling tepat bersamaan dengan pertemuan aristokrat kerajaan demi mengamankan harta yang mereka miliki.
Ares mengerti apabila ia tetap membutuhkan pendanaan berlimpah, meskipun ia telah memiliki jumlah uang yang sangat besar. Sebuah negara yang baru saja berdiri membutuhkan kestabilan. Tidak hanya akibat ancaman yang berasal dari bangsawan pemberontak, namun juga pondasi ekonomi, hukum, serta kepercayaan yang berasal dari rakyat.
Penawaran Ares terbukti tepat. Menggunakan sistem bank dan deposito, para pedagang tergerak untuk memanfaatkan layanan tersebut dan menyimpan uang yang dimilikinya di Wilayah Rueter—yang pada saat itu dikenal netral.
Pendanaan telah berada dalam genggaman. Kini, Ares diharuskan untuk bergerak menuju utara benua untuk menguasai tanah para barbarian dengan kedok menyelamatkan suku-suku barbar dari keterpurukan.
Benang merah asing telah terikat, timeline game telah berubah dari apa yang seharusnya terjadi. Tiga dari empat suku barbar terbesar digempur oleh serangan Natrehn secara terpisah, menyebabkan para barbarian memahami ancaman dan bertempur melawan Natrehn yang dipimpin oleh Zelhard dan Val.
Natrehn telah dikalahkan, menyebabkan para barbarian bersatu di bawah Ares karena para kepala suku mempercayakan masa depan semua suku-suku barbar di atas kedua pundaknya dan mempersiapkan pasukan untuk serangan balasan di masa depan.
Ares dikejutkan dengan kehadiran dua sosok yang benar-benar diingatnya setelah kembali ke wilayah.
Karakter yang pernah mengkhianatinya, Sieg vi Lethiel.
Karakter yang menjadi permaisurinya di dalam game, Claire vi Lethiel.
Nama Ares telah melejit hingga ke luar negeri. Dua bersaudara kandung yang mencari uluran tangan hingga ujung barat daya benua demi menemui sosok yang telah mengalahkan Barlock—salah satu dari tiga jenderal terbaik Natrehn—karena tekanan yang keduanya terima sebagai royalti dari negara terlemah di konfederasi.
Ares mengerti, Sieg berkhianat karena dipaksa oleh keadaan, walau adiknya telah berada di dalam genggaman Ares kala itu. Berbeda dengan dunia game, kini Ares telah memikirkan langkah antisipasinya.
Saudara kandung sangat berbeda dengan darah daging. Memanfaatkan hal tersebut, Ares menghendaki memberi bantuan kepada Kerajaan Lethiel dengan syarat agar anak Sieg berada di ibukota dan menjadi salah satu pasangan dari putra atau putri Ares.
Kesepakatan tercapai, Sieg menerima syarat yang dibebankan kepadanya. Terlebih lagi, setelah melakukan pertemuan dengan Ares, Sieg tergerak, sangat memberikan kesan kuat di dalam benak hingga membuatnya berubah.
Satu langkah terakhir, Ares bergerak menuju ibukota untuk menghasut kedua pangeran bergerak menyerang Natrehn setelah musim dingin dengan bantuan pasokan makanan; persenjataan militer; serta pendanaan, walau itu melanggar perjanjian dengan Natrehn sebelumnya.
Seluruh bidak telah berada pada masing-masing tempat, walau terdapat sebuah kesalahan kecil dalam perhitungannya, yang mana Ares sangat syukuri karena menjadi lebih baik dibandingkan dengan rencana yang ia jalankan.
Ares tidak pernah menyangka bila Putra Mahkota Kerajaan Natrehn, Julius von Runel Kona Natrehn, akan mengkudeta ayah kandungnya di musim dingin, akibat hasutan salah satu dari tiga jenderal terbaik Natrehn, Eina, walau hasutan tersebut tidak diketahui oleh pihak lain.
Akibat dari kudeta tersebut, cucu Zelhard, Kristin von Ginnes, yang ditugaskan untuk menjaga Pangeran Kedua serta adik kandung Julius, Wilhem, tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Raja serta Pangeran Kedua Natrehn—pewaris sah dari tahta karena memiliki nama "Kona" yang menyertai—telah terbunuh, menjadikan Julius sebagai satu-satunya tonggak kehidupan Kerajaan Natrehn.
Ares melihat kudeta Julius dengan kedua mata kepalanya sendiri, menyelamatkan Kristin dan Zelhard agar menjadi bidak tangannya, dengan alibi untuk membalaskan dendam kedua orang tua Kristin.
Tentu, dalam penyamaran, Ares telah memiliki kerjasama dengan Eina sebelumnya. Tak dapat terlepas dari sejarah, Eina menjadi satu-satunya anggota House of Fonca karena ia mengetahui apabila suami dan anaknya terbunuh di masa lalu.
Ares menunjukkan fakta yang tidak pernah diketahuinya. Entah kehilangan ingatan atau menyembunyikan diri serta tidak ingin lagi kembali, putra semata wayang Eina menikah dengan seorang gadis dari suku barbar dan dikaruniai dua orang anak, meski telah meninggal.
Sekali lagi, roda takdir telah berputar. Pasukan Zelhard telah menewaskan pasangan putranya serta cucu perempuannya, membuat Eina sekali lagi merasakan dendam, berencana untuk membunuh Zelhard.
Pasukan Kedua Pangeran Rowling telah bergerak, pun tidak berbeda dengan para pejuang barbarian yang mengerahkan seluruh kekuatannya.
Lucas—yang membawa 200.000 prajurit bersamanya—yang berhadapan dengan Zelhard, meninggalkan pasukan musuh meninggalkan salah satu bawahannya setelah mempertimbangkan keputusannya dimana Zelhard hanya membawa 5.000 prajurit, yang mana Zelhard berhasil menumpas pasukan tersebut dengan serangan malam.
Lucas memiliki keinginan untuk membunuh adik tirinya, Zee, menyebabkannya segera bergerak menuju Ibukota Natrehn, Scandiva, dan kembali mempersatukan kedua pasukan untuk melakukan pengepungan.
Sedikit berada di luar prediksinya, Eina—yang memimpin penyerangan menuju wilayah konfederasi—tidak lagi dapat membendung desakan para bangsawan untuk kembali ke ibukota, menyebabkannya menarik mundur pasukan dan menuruti keinginan para bangsawan.
Akibat kekagumannya kepada Sieg yang berhasil menebak pergerakan pasukan Natrehn, Eina menyerahkan bukti-bukti pengkhianatan Kerajaan Forbrenne—salah satu dari tiga negara yang tergabung dalam konfederasi—kepadanya.
Pada saat yang sama, Ares memanfaatkan situasi. Dengan ketidakhadiran kedua pangeran, Ares menyerang istana dan menaklukkan ibukota dengan kedok penyerangan Natrehn—yang membuat para penduduk tidak mengetahui kebenarannya—serta pergerakan Margrave Francois untuk menaklukkan para bangsawan.
Sekali lagi, Ares tersadar, dunia ini adalah sebuah kenyataan.
Beban ingatan yang diwarisinya membuat mental Ares sangat tergores. Dia diharuskan membunuh putra Lucas yang merupakan seorang bayi berusia satu tahun, serta mendapatkan kebenaran yang tidak diketahuinya dari game sebelumnya.
Mental serta pikirannya kacau. Ares memiliki penyesalan hingga membuatnya meratapi mayat para korbannya, hingga Excel—yabg telah melahirkan anak kembar—datang untuk menenangkan dirinya.
Pasukan Julius telah berada di pelupuk mata. Lucas dan Zee sangat panik setelah mendengar pendekatan Eina—yang membawa kembali lebih dari 300.000 prajurit—kehadiran Zelhard—seorang jenderal yang sangat ahli bermanuver dengan pasukan kecil di tengah medan perang—beserta kabar mengenai Ares dan Excel yang mengkudeta Ibukota Kerajaan Rowling.
Kekacauan.
Hanya hal tersebut yang terjadi di dalam tenda para bangsawan serta atase militer Kerajaan Rowling.
Kesepakatan setelah pertikaian terbentuk. Zee dan Duke Alein menarik mundur pasukannya menuju ibukota, meninggalkan Lucas untuk menghadapi Pasukan Eina, Julius, serta Zelhard.
Nama baik serta pengaruhnya telah berada di tepian jurang, menyebabkan Lucas tidak dapat menarik mundur pasukannya begitu saja, walau musuh berukuran lebih besar dari pasukannya.
Ares beserta Warren—pewaris House of Francois—bertemu Zee pasukannya di jalanan lembah. Keselamatan mereka terancam akibat ketapel batu yang siap ditembakkan, membuat Zee, Duke Alein, serta para bangsawan menyerah.
Keinginan itu dapat terwujud, menyebabkan Duke Alein menyerahkan Zee dengan syarat tersebut, bahkan ia tidak sedikitpun menggubris protes keras para bangsawan yang sangat terkejut dengan tindakannya.
Berbeda dengan Warren yang kembali menuju ibukota dengan para bangsawan, Ares serta Excel bergerak menuju Scandiva untuk menyelesaikan peperangan terakhir.
Dengan bawahan mata-matanya, Ares membunuh Lucas di tengah perjalanannya kembali yang hanya dikawal oleh beberapa ksatria, demi menjaga nama baik Lucas dan moral prajurit Rowling.
Tujuan Eina—menghendaki kehancuran benua barat oleh tentara suci—telah tercapai dengan terbunuhnya Julius, yang sejak awal telah direncanakannya.
Dua jenderal terbaik Natrehn telah bertemu, terjadi pertarungan dahsyat diantara keduanya, hingga menyebabkan mereka saling menusuk.
Bergerak sebagai pahlawan, Ares menyadarkan para prajurit apabila semua tokoh kunci telah tewas, membuat para prajurit meletakkan masing-masing senjatanya serta melakukan gencatan senjata.
Konvensi Scandiva.
Sebuah konvensi yang terlaksana akibat dari kekacauan benua barat. Menggunakan tindakan persuasif, bergerak menunjukkan kekuatan yang dimiliki olehnya, para bangsawan berlutut kepada Ares setelah menilainya merupakan sosok Raja Iblis.
Para bangsawan Natrehn mengerti, Natrehn telah menjadi angan. Sebuah kerajaan yang telah kehilangan penerusnya, yang mana singgasana hanya dapat diduduki oleh penyandang nama "Kona" yang merupakan keluarga keuskupan gereja.
Harapan atas keselamatan, tujuan kepada kemakmuran, hingga impian atas kekayaan, semua bangsawan mengharapkan hal tersebut dengan menundukkan kepalanya kepada Ares, menyebabkannya menjadi pemimpin yang mempersatukan sebagian besar benua barat setelah era kekacauan berakhir.
Pusaran arus semakin deras, Kekaisaran Arestia terlahir dengan Keluarga Aubert sebagai pemimpinnya.
Di tengah perseteruan antar dua kekuatan besar dunia serta panah kekacauan yang datang ke arahnya, Ares Aubert sekali lagi menetapkan tujuan awalnya,
...Dominasi dunia....
...—I Became a Tutorial Game Boss with an Appraisal Skill's Sequel—...
...----------------...
...—Kekaisaran Arestia—...
...—1 Juli 1238—...
..."Arestia."...
Sebuah negara yang berdiri tepat setelah kekacauan benua barat berakhir.
Membawahi dua negara yang sebelumnya tergabung dalam konfederasi tiga negara—Kerajaan Lethiel serta Kerajaan Mana—sebagai vassal, Kekaisaran Arestia bangkit menjadi salah satu kekuatan besar yang berpotensi mengancam dua kekuatan besar dunia yang telah saling berseteru sebelumnya.
Berpusat di Ibukota Excelia—bekas Ibukota Kerajaan Rowling yang dahulu bernama Lombart—kehidupan masyarakatnya perlahan mulai membaik.
Dengan pendanaan yang berasal dari para pedagang serta dompet Sang Kaisar, infrastruktur vital seperti jalan raya; pos-pos perbatasan; saluran air dan irigasi; hingga jembatan serta waduk mulai dibuat dan perbaiki. Tidak hanya hal tersebut, Ares telah memerintahkan untuk melakukan penelitian pada Wilayah Lethiel yang diketahui memiliki hutan luas dan pegunungan dengan gunung api aktif untuk kebutuhan bubuk mesiu serta persenjataan militer lain, di samping menciptakan industri baru, kertas.
Kehidupan abad pertengahan tentu membuat Ares memiliki ketidaknyamanan terhadapnya, membuatnya bertekad untuk memperbaiki kehidupannya menjadi lebih baik secara perlahan.
Sampo serta sabun yang direncanakan sebelumnya juga telah memiliki hasil, walau tetap tidaklah dapat dikatakan "dapat dijual."
Akibat dari pembuatan serta perbaikan infrastruktur besar-besaran yang dicanangkan Ares dalam setahun terakhir—walau belum dapat dikatakan selesai—ekonomi para penduduk Arestia kini menunjukkan pertumbuhan signifikan, di samping pajak yang telah diringankan.
Berbeda dengan para bangsawan pada umumnya, Ares tidaklah mendorong pajak dengan jumlah besar. Dia lebih memilih untuk menurunkan jumlah pajak hingga mereka meningkatkan daya beli mereka.
Walau kebiasaan para penduduk yang lebih cenderung untuk menyimpan uangnya serta mendapat pertentangan dari kalangan bangsawan, obyek percontohan dari Wilayah Rueter sebelumnya telah memberikan hasil yang sangat baik, membuat para bangsawan terdiam dan dengan patuh membuat salah satu kota yang dimilikinya menjadi uji coba sistem tersebut dalam jangka waktu dua tahun.
Para penduduk Rueter telah memahami, tidak berguna menyimpan terlalu banyak uang. Di samping keamanan yang tidak seperti abad modern—dimana para bandit serta pencuri sangat banyak dan berkeliaran—kesadaran diri untuk menikmati hidup dengan membeli banyak barang-barang mewah mulai terbentuk di dalam benak hampir seluruh penduduk.
Barang-barang komoditas hingga mewah seperti garam dan ikan dapat didistribusikan dengan lebih murah akibat jalan yang lebih baik dan lebar, daging-daging segar yang terasa lebih enak daripada beberapa tahun terakhir karena bumbu yang kini mudah untuk didapat, lahan-lahan pertanian dan perkebunan kini memiliki hasil panen yang lebih banyak, hal tersebut mendorong pajak Wilayah Rueter kembali meningkat.
Dalam jumlah kecil, dengan banyak transaksi, kehidupan rakyat jelata dari golongan petani hingga pedagang perlahan meningkat.
Walau masih terjadi gesekan diantara para penduduk Rowling dengan Natrehn karena merupakan negara yang bermusuhan sebelumnya, mereka sadar, kehidupan kini perlahan menjadi lebih baik, membuat mereka berangsur-angsur mengurangi gesekannya sebagai bentuk syukur serta rasa terima kasih kepada Sang Kaisar, di samping sebagai niat para pedagang yang berkeinginan untuk mengekspansi usahanya ke wilayah lain.
Akibat pengaruh politiknya serta hutang budi para bangsawan karena pertumbuhan ekonomi negara yang sangat pesat, Kaisar memiliki kuasa penuh mengendalikan gelombang perpolitikan serta kekuatan militer Arestia, yang kini memiliki sebuah badan yang menaunginya.
Tentara Kekaisaran Arestia.
Ares telah memikirkannya dengan seksama, sistem kemiliteran para bangsawan abad pertengahan baginya telah sangat kuno, membuat Ares membentuk sebuah satuan tentara yang membawahi 2 matra secara terstruktur—darat dan laut—yang keanggotaannya berasal dari para prajurit bangsawan, seperti yang dilakukan negara di abad modern.
Menggunakan sistem Tentara Reguler yang sebelumnya dianut oleh Kerajaan Rowling, membuat para prajurit yang tergabung di dalamnya menjadi tentara penuh waktu, menerima gaji serta tunjangan dari negara.
Wilayah yang terlampau luas tidak membuat Ares abai terhadap keamanan negaranya. Akibat dari hal tersebut, Ares menunjuk Margrave Ginnes—yang kini dijabat oleh Kristin—sebagai Gubernur Utara beserta Margrave Francois sebagai Gubernur Selatan.
Jabatan "gubernur" memiliki andil besar pada masa perang. Kedua gubernur tersebut bertanggung jawab penuh atas keamanan negara di garis depan, membuat keputusan mereka setara dengan pemimpin negara hingga Sang Kaisar tiba di medan perang.
Tingkatan politik juga dibangun berbeda dengan negara pada umumnya.
Senat Kekaisaran Arestia, House of Lords.
Sebuah majelis dimana para bangsawan tingkat tinggi Kekaisaran Arestia mengatur haluan serta undang-undang negara di bawah perdana menteri, walau keputusan akhir dan mutlak tetap berada di tangan kaisar.
Walau monarki absolut merupakan sistem pemerintahan yang dianut oleh Kekaisaran Arestia, sebagai seseorang yang pernah hidup di era modern, Ares tidak ingin terlalu memaksakan kehendaknya kepada negara.
Ares menyadari, pemikiran banyak orang tentu lebih baik dibandingkan dengan hanya satu orang saja, ia memahami implikasi dimana House of Lords dapat menyaingi pengaruh politik Sang Kaisar hingga membuat Ares mengantisipasinya dengan menempatkan mereka di bawah perdana menteri—yang berperan sebagai ketua majelis—walau hingga kini posisi perdana menteri belumlah ditentukan.
Seorang pemuda berusia sekitar 19 tahun terduduk di atas kursi meja kerjanya di dalam istana, perawakannya normal tanpa sedikitpun terlihat kekekaran pada tubuhnya. Rambut biru pendeknya tergerai, wajah tampannya berkerut, sangat menunjukkan kelelahan yang dialaminya sejak beberapa hari terakhir.
"Sangat melelahkan mengurus negara."
Kata-kata Sang Kaisar yang menahan lelah kepalanya tidak hanya membuat sekertaris negara—Claire vi Lethiel, seorang gadis berambut hitam panjang yang tergerai berwajah imut—menghentikan tulisannya, namun hal tersebut juga dilakukan oleh setiap orang yang mendengarnya.
"Jika begitu, jangan mengkudeta kerajaan!" adalah apa yang ingin semua orang teriakkan, walau mereka hanya menahannya di ujung lidah.
Para pejabat mengerti, Ares sejak beberapa hari terakhir hampir tidak memiliki waktu untuk tidur, walau beberapa diantara mereka juga bernasib serupa dengan Sang Kaisar.
Tidak hanya menyeleksi anggaran-anggaran yang dibutuhkan untuk beberapa proyek pembangunan, beban mental Ares semakin bertambah setelah mendengar pemberontakan yang dilakukan oleh dua pangeran Natrehn—yang tidak memiliki hak suksesi tahta—dua bulan yang lalu dan segera memerintahkan Kristin untuk menumpas mereka.
"Haahhh!" Ares menghela napas berat dengan sengaja mengeraskan suaranya, berharap agar orang di sekitarnya mengerti apabila ia sangat kelelahan.
Tidak ada satupun diantara para pejabat yang menggubrisnya. Mereka tentu memahami keinginan Sang Kaisar, namun tidak ada diantara mereka yang merasa sudi untuk membebaskan Ares dari tugasnya.
Tidak tahan, Claire membalikkan tubuhnya kepada Ares, "Yang Mulia, tambang besi dan emas di Wilayah Lethiel telah ditemukan."
Berharap agar Ares menghentikan sikapnya, Claire dengan sengaja mengatakan sesuatu yang dapat meningkatkan suasana hati Ares dengan sebuah senyuman cerah.
Hmm, melihat istri dari karakter gameku menjadi asistenku sangatlah membuat perasaanku rumit...
Tatapan lelah Ares teralihkan menuju Claire, sejenak menghentikan tangannya yang menulis, "Mengapa baru saat ini kamu melaporkan hal itu kepadaku, Claire?"
"Eh?" Claire tersadar, seketika ekspresi wajahnya terlukis kepanikan, yang tidak berbeda dengan apa yang hatinya alami, "Sa—saya sedang menunggu laporan resmi dari kakak! Benar! Permohonan maaf terdalam saya, Yang Mulia!"
"Hmm, yah, aku memang memerintahkan hal itu. Tidak perlu meminta maaf." Dengan acuh tak acuh, Ares kembali mengalihkan perhatiannya kepada perkamen di hadapannya, berbeda dengan Claire yang tertunduk lemas hingga membuat beberapa birokrat lain tertawa kecil dengan menutupi mulutnya.
DOK!
DOK!
"Ayah!"
"Ayah!"
Suara kecil tersebut terdengar memenuhi ruangan, Ares segera bangkit meninggalkan kursinya dengan senyuman cerah, dengan acuh tak acuh meninggalkan pekerjaannya yang sangat membuat para bangsawan ingin berteriak kepadanya.
Melihat Wilma menarik tangan Orcian—kedua putri Ares yang masih balita—di balik pintu dengan Milly—salah satu selir Ares—serta beberapa pelayan yang berwajah histeris, Ares berlutut hingga dapat bertemu pandang dengan kedua putrinya.
"Ayah! Orcian memakan semuanya!" Wilma berteriak protes, menunjuk mulut Orcian yang penuh makanan.
Coklat?
Tidak sia-sia aku menelitinya, meskipun rasa manisnya tidak dapat dibandingkan dengan coklat dari duniaku sebelumnya...
Melihat wajah kebingungan Orcian dengan mulutnya yang terisi penuh, sedikit kebanggaan merasuk ke dalam hati, membuat Ares tersenyum cerah.
"Ayah masih memilikinya, ayo masuk!" ajak Ares dengan menggendong keduanya memasuki ruangan.
Sebagai selir dan mantan Ksatria Rueter—yang kini keluarganya telah menjadi bangsawan berperingkat baron—Milly sangat gelisah melihat putrinya, Wilma, serta Orcian dibawa masuk ke dalam kantor. Tidak hanya akan mengganggu ketenangan, pekerjaan para bangsawan juga dapat terusik, membuat Milly dengan takut-takut memasuki kantor bersama beberapa pelayan lain.
Setelah duduk kembali di atas kursinya, Ares menarik laci meja kerjanya untuk mengambil dua kantung penuh coklat darinya dan menempatkannya di atas meja.
"Mengapa kamu sangat memanjakan mereka, Sayang?" Excel—yang telah berada di pintu kantor yang terbuka—menyipitkan kedua matanya, melangkah mendekati meja Ares dengan tenang.
Me—mengapa dia ada di sini?!
Perlahan, Ares mengangkat kepalanya dengan patah, tidak menyangka apabila Sang Permaisuri akan memasuki kantornya.
"Y—yah, tidak apa-apa, bukan?! Lagipula, mereka masih kecil." Ares keberatan, mengacuhkan Excel dengan membuka kantung coklatnya.
"Apa yang terjadi jika dokumen itu rusak?" Bersamaan dengan kata-katanya, Excel merebut Orcian yang telah menggenggam kantung coklat di tangan kanannya, "Kamu tidak memiliki salinannya, bukan?"
"Guh."
"Lagipula, tidak hanya kamu yang ingin membawa anak-anakmu kemari," timpal Excel.
Memandang para bangsawan, Ares menemukan mereka mengangguk cepat terhadap perkataan Sang Permaisuri, membuat Ares sekali lagi tertunduk lemah, "Baik..."
"Wilma, ayo bermain bersama ibu!" Excel mengajak ramah Wilma, anak tirinya, dengan membuka laci meja Ares dan mengambil semua kantung berisi coklat darinya, berharap Wilma mengikutinya dengan ajakan ceria, "Ibu punya banyak kue untukmu!"
"Eh?! I—itu milikku!" protes Ares.
Pandangan Wilma tertuju pada tujuh kantung coklat yang masing-masing ujungnya digenggam Excel, membuatnya menjadi sangat bersemangat, "Ya!"
Ares seketika lemas, ditinggalkan dalam kesendirian di atas kursinya. Sesaat sebelum pintu tertutup, Milly membungkuk dalam kepadanya dari luar ruangan, merasa sangat bersalah kepada Ares.
"Sangat melelahkan mengurus keluarga."
Setelah menghela napas, Ares kembali melanjutkan pekerjaannya dengan wajah lelah.
"Kali ini... saya setuju." Dengan lirih, beberapa bangsawan mengutarakan pendapatnya, meskipun semua orang yang berada di dalam ruangan sepakat dengan pernyataan Ares tersebut.
...----------------...
...—Excelia, Kekaisaran Arestia—...
...—1 Juli 1238—...
Pemandangan yang sama seperti biasanya.
Kalimat tersebut sekali lagi berada dalam benak Ares setelah perlahan membuka kembali kedua matanya.
Suasana hening menyelimuti, pencahayaan lentera juga masih saja menyala, beberapa bangsawan terlihat tertidur di atas meja kerjanya. Merasakan tubuh yang hangat terselimuti serta meja yang telah berada dalam keadaan rapi kembali, Ares hanya dapat tersenyum penuh syukur karena perbuatan yang dilakukan oleh istrinya tersebut.
Bangkit, Ares melipat selimutnya dan meletakkannya di atas dudukan kursi. Pandangan Ares berpaling menuju sudut ruangan, sinar keputihan terlihat menembus tirai jendela, tanda apabila ibukota sedang terselimuti oleh gelapnya malam.
Ares melangkah, mengendap-endap menuju pintu mengenakan jubah hitam dengan Rapier—senjata terkuat di dunia—yang tersarung di salah satu pinggulnya, meninggalkan ruangan untuk mengubah suasana karena tidak lagi dapat tertidur.
"Dapatkah saya mengetahui tujuan Anda pergi, Yang Mulia?" Beberapa langkah setelah meninggalkan ruangan, perkataan Rea—salah satu anggota Klan Cornwall bergelar "Night Walker"—sejenak menghentikan kedua langkah kaki Ares, walau Ares telah mengetahui keberadaan dirinya sebelumnya.
"Mencari kesegaran angin malam." Ares menjawab tanpa nada dan kembali melanjutkan langkahnya.
Tanda sedikitpun terasa adanya kehadiran, Ares menapaki lorong istana yang sunyi dan remang, ia tahu apabila beberapa anggota Klan Cornwall sedang mengawalnya dari suatu sudut istana.
Seluruh anggota keluarga royalti kekaisaran—termasuk selir, gundik, hingga anak-anaknya—berada dalam pengawasan keamanan ketat. Hanya terdiri dari beberapa orang, membuat bahkan anak seorang gundikpun harus dilindungi jika dilihat dari kacamata suksesi, walau Ares tidak mungkin menggunakan alasan tersebut untuk keselamatan keluarganya.
Melalui jalan belakang, Ares keluar dari istana melalui jalan yang biasa digunakan para pelayan dari kalangan rakyat jelata, menjadikan tidak ada seorangpun yang berpikir apabila Ares merupakan Sang Kaisar, walau tidak ada pelayan dan ksatria yang memberi pandang kepadanya.
Tap.
Tap.
Beberapa suara langkah kaki para ksatria yang berpatroli semakin keras terdengar, membuat Ares menapak tanpa menimbulkan sedikitpun suara menuju jalan rahasia istana, hingga ia tiba di sudut gang kecil diantara beberapa bangunan distrik kelas atas.
Aku sedikit merindukan suasana era modern dimana keramaian terasa hingga larut malam...
Sunyi, jalanan distrik masyarakat kelas atas hanya memiliki sedikit orang yang menapaki, yang tidak berbeda dengan keadaan distrik para bangsawan serta kantor pemerintahan kekaisaran.
Orang-orang kaya yang mabuk, kereta kuda para pedagang yang mengantarkan barang mereka disaat larut—karena adanya undang-undang pembatasan kegiatan pengiriman barang di siang hari demi kesehatan masyarakat—Ares memiliki harapan kecil setidaknya empat kota terbesar Kekaisaran Arestia—Ibukota Excelia, Kota Perdagangan Bebas Hauzen, Kota Scandiva, serta Kota Windsor—dapat sejajar dengan Ibukota Kekaisaran Renacles, Argen, di masa yang telah direncanakan nanti.
Di beberapa sudut distrik, jendela yang menampilkan cahaya kekuningan sebuah lentera sering terlihat, tanda apabila beberapa orang masih beraktivitas di dalamnya, entah bersenang-senang atau melakukan beberapa hal lainnya.
Tembok pemeriksaan kembali terlihat, tanda apabila Ares akan tiba di distrik penduduk dengan kelas yang lebih rendah yang memiliki banyak rumah tidak seindah distrik sebelumnya.
Memanfaatkan statistik yang didapatnya dari Rapier, Ares berlari tanpa sedikitpun menimbulkan suara melalui pos penjagaan dimana beberapa ksatria penjaga tertidur, walau beberapa diantara mereka tetap terjaga dan berada dalam keadaan yang tidak fokus.
Lebih ramai, meski tetap dapat dikatakan berada dalam kesunyian malam yang wajar. Beberapa bar terlihat ramai, cerobong-cerobong penginapan juga terlihat masih mengeluarkan asap yang mengepul, Ares memperkirakan apabila hari belum berganti.
Mengikuti kedua kakinya membawanya, Ares tiba di depan sebuah bar kecil yang terkesan lusuh dan segera memasukinya dengan acuh tak acuh.
Beberapa pemabuk mengalihkan perhatiannya kepada Ares, beberapa diantara mereka tetap tidak menghiraukannya, beberapa pengunjung telah tertidur, beberapa diantara mereka memukuli seorang pemuda di sudut aula. Meskipun begitu, Ares dapat menilai apabila terdapat dua anggota Klan Cornwall yang menyamar sebagai pelanggan bar.
Bukankah mereka sangat kompeten?
Tersenyum masam, Ares mendekati bartender wanita bertubuh sensual yang berdiri di balik meja bar. Rambut coklatnya tergerai panjang, pakaian yang ia kenakan sangat terbuka menunjukkan kulit putihnya, mencirikan strategi pemasaran yang menggunakan tubuhnya untuk mempromosikan bar.
Dikelilingi beberapa pelanggan pria, bartender tersebut tidak lepas dari lirikan mesum para pria, yang dengan acuh tak acuh bartender tersebut hiraukan.
"Apa yang ingin orang miskin ini pesan di tempat ini?" Bartender tersebut menyipitkan kedua matanya. Menilai dari jubah yang dikenakan Ares, sangat terlihat lusuh karena merupakan jubah penyamarannya.
Mendapat tatapan tajam dari para pria di sekitar bartender tersebut, Ares dengan acuh tak acuh duduk di kursi meja bar, perlahan membuka tudung jubah hitamnya.
Bartender, para pelanggan pria di sekitarnya, serta pelanggan yang terduduk di meja bar lain yang tersebar di aula sejenak terkagum dengan wajah Ares, walau menunjukkan kelelahan yang luar biasa. Sebagai seorang kaisar, Ares tentu melakukan perawatan tubuh—termasuk wajahnya—karena seorang kaisar merupakan wajah negara, selain dikarenakan uangnya yang sangat melimpah.
"Segelas susu hangat." Kata-kata Ares tidak hanya membuat bartender wanita tersebut sejenak mematung, namun juga para pelanggan lain yang mendengarnya, ragu dengan kata-kata yang menusuk telinga mereka.
"Bahahaha!"
"Wahahaha!"
Gelak tawa riuh menyebar, Ares tetap mempertahankan wajah datarnya. Dua orang pelanggan pria kekar—duduk di dekat bartender—bangkit dari kursinya, mendekati Ares dan duduk di kedua sisinya.
"Ini bukan tempat untuk seorang bocah sepertimu, Nak."
"Hanya ada minuman keras di tempat ini, Bocah."
Bartender pun tersenyum mengejek, "Pria lemah. Yah, aku akan menyediakan susu untukmu untuk 100 G."
Nah, tidak mungkin aku mabuk di tempat umum.
Aku adalah kaisar, kau tahu?
Mengacuhkan intimidasi dari bartender serta dua orang di sampingnya, Ares mengeluarkan satu keping koin perak dari sakunya, "Ya."
Bartender terkejut, seketika ia menjadi panik, tidak menyangka apabila perkataannya akan menjadi bumerang yang berbalik kepadanya.
"A—aku akan mengambilnya!" Teringat akan tetangganya, bartender tersebut mundur dengan panik, meninggalkan bar yang seharusnya ia jaga begitu saja.
"Oi, apa yang kau lakukan kepada Mehera kita?"
"Lagipula, uangmu sangat banyak."
Namanya Mehera... kah?
Tatapan penuh intimidasi tertuju kepada Ares, hawa membunuh yang terpancar dari dua orang di sampingnya semakin kental terasa. Meskipun dua anggota Klan Cornwall hendak datang mendekat, Ares memberikan sebuah tanda dengan tangan agar mereka tetap berada di tempat.
"Apa makanan kesukaan kalian?" Mengabaikan intimidasi mereka, Ares acuh tak acuh bertanya.
"Oh, kau hendak mentraktir kami?" Menilai apabila Ares ketakutan, pria kekar berambut merah lebat tersenyum jahat, berniat untuk memerasnya, "Daging."
"Koin emas," ucap pria paruh baya kekar botak di sisi Ares yang lain lalu tersenyum lebar sembari merangkul bahu Ares.
"Begitu." Sekali lagi merogoh sakunya, Ares mengambil dua keping koin emas dan meletakkannya di atas meja.
Tak.
Tak.
Tak.
Tak.
Jumlah koin emas kian bertambah. Pandangan pria botak terbuka lebar hingga berubah penuh ketakutan, sekujur tubuhnya berkeringat deras hingga membasahi sebagian besar pakaiannya.
Tak.
Tak.
"T—tolong hentikan..." Pria botak memohon lirih, merasa sangat ketakutan, tidak berbeda dengan pria berambut merah lebat di sisi Ares yang lain dan semua orang yang melihat pemandangan tersebut.
Kebenaran telah terungkap. Tidak lagi terdapat seseorang diantara para pelanggan yang menganggap Ares sebagai orang miskin. Terlebih lagi, dengan koin emas yang ditunjukkan olehnya, mereka mengerti apabila Ares merupakan seorang bangsawan atau ksatria, yang tentu memiliki pengaruh nyata di ibukota.
Tak.
Tak.
"Makanlah," perintah Ares.
"Ta—tapi..." balas Pria Botak ketakutan.
"Apakah kau membohongiku?" Nada Ares datar, namun terasa penuh dendam.
"Tidak! Itu salah!" teriak Pria Botak.
Dari balik dinding, Mehera mengintip pemandangan di balik meja bar dengan histeris, ia merasa kasihan dengan kondisi pria botak tersebut.
"Si—silakan... Tuan." Mehera berusaha tersenyum sembari menyajikan segelas susu, walau hatinya sangat takut dengan pemuda di hadapannya, "A—apakah Anda membutuhkan pesanan lain?"
"Tidak, ini saja." Ares mengambil pegangan gelas dan segera menenggaknya.
"B—baik!" timpal Mehera yang segera bergerak menjauh.
"Tunggu." Kata-kata Ares membuat kaki Mehera sejenak menegang, menghentikan langkahnya, "Berikan 10 porsi daging kepada orang ini."
"Eh?" Pria berambut merah lebat terkejut saat ibu jari Ares mengarah kepadanya. Terlebih lagi, ia tidak dapat segera mencerna apa yang Ares katakan.
"B—baik, Tuan!" Mehera berlari kabur.
"Tunggu! Itu terlalu banyak untukku!" Mehera telah menjauh, teriakan pria berambut merah tidak sekalipun digubris, membuatnya tertunduk lemah menanti takdir yang akan terjadi kepadanya.
"Apa yang kau tunggu? Makanan kesukaanmu telah tersaji di hadapanmu." Menoleh kepada Pria Botak di sampingnya, Ares menemukan ia sedang tertunduk lesu, membuatnya kembali mengacuhkan pria tersebut dengan meminum susunya.
"Iya..." Pria Botak dengan lemah menjawab, tidak bergerak sedikitpun dari posisinya semula.
Krrieett.
Sekali lagi, seorang pria berjubah hitam memasuki bar. Kedua kakinya mengarah kepada kursi dari meja bar yang berada tidak jauh dari kursi Ares.
Tidak hanya Ares, bahkan para anggota Klan Cornwall di dalam serta di luar bangunan mempersiapkan diri, berada dalam kewaspadaan tinggi. Karena mereka tahu, orang tersebut bukanlah seseorang yang dapat dikatakan "biasa saja."
"Appraisal." Ares berkata lirih, menargetkan pria bertudung hitam yang berjalan mendekat.
......................
...[Status]...
Nama : Olfrey
Umur : 23 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Afiliasi : Ksatria Ratu, Kerajaan Gardom
Gelar :
+ Mata Ratu Kerajaan Gardom
+ Kepala Departemen Intelejen
+ Ketua Regu Pembunuh Ksatria Ratu
Statistik
Keahlian Senjata : 89 (+0)
Kelincahan : 87 (+0)
Kepandaian : 49 (+0)
Tubuh : 89 (+0)
Kepemimpinan : 37 (+0)
Loyalitas : 95
Moral : 82
Pelatihan : 95
......................
Aku telah menunggumu, Eye's of The Queen.
...----------------...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!