NovelToon NovelToon

SELINGKUH

Bab 1 Pergi

" Mas sudah pulang " Yuni tersenyum menghampiri suaminya.

Seperti biasa Yuni menyambut suaminya sepulang kerja dengan senyum yang menghiasi bibirnya.

Lelaki tampan yang nampak kelelahan itu mengangguk.

Yuni mengambilkan segelas air putih dan menyodorkan pada suaminya. Lelaki itu duduk menerima gelas yang disodorkan istrinya lalu meminumnya. Yuni duduk di sebelah suaminya.

" Mas mau makan sekarang " lagi-lagi lelaki itu hanya mengangguk menjawab pertanyaan Yuni.

Yuni tak lagi bertanya ia menyadari suaminya pasti capai. Dia menyiapkan makan malam lalu keduanya makan dalam diam. Hanya denting sendok yang beradu dengan piring yang terdengar di meja makan sederhana.

Selesai makan keduanya masuk kamar. Lelaki itu mengambil handuk dan keluar dari kamar dan membersihkan dirinya di kamar mandi di samping kamar mereka. Setelah itu lelaki itu masuk kamar lalu membaringkan tubuhnya di sebelah istrinya.

" Yun " panggil lelaki itu.

" Ya mas Aris " Yuni memiringkan tubuhnya menghadap suaminya.

Lelaki itu Aris suami Yuni memiringkan tubuhnya berhadapan dengan istrinya. Merengkuh pinggang Yuni dan mengecup sekilas bibir tipis istrinya.

" Mas mau keluar kota selama seminggu kau tidak apa-apa kan kalau mas tinggal " Aris mengusap lembut pipi Yuni.

" Minggu kemarin mas keluar kota selama tiga hari dan sekarang mau pergi lagi " Yuni menatap sedih suaminya.

" Sayang, aku pergi cuma seminggu nanti balik lagi mas janji " Aris menyakinkan istrinya.

Yuni percaya saja meski dia merasa sepi sendirian di rumah.

" Mas berangkat kapan " tanya Yuni.

" Besuk pagi " jawab Aris meraih pinggang istrinya.

Yuni terkejut.

" Kenapa tidak lusa saja mas berangkatnya " Yuni berharap suaminya bisa tinggal sehari lagi di rumah bersamanya.

" Mas hanya seorang bawahan yang mesti menuruti majikannya ' jawab Aris beralasan.

" Mas .. em ah " Aris membungkam bibir Yuni dengan ciuman.

" Sudahlah kita nikmati malam ini ya sayang " Aris ******* bibir tipis itu lagi.

Dan malam itu menjadi malam yang panas bagi keduanya melepas rindu. Kamar 2×3 meter itu menjadi saksi bisu kegiatan malam mereka. Sampai terdengar ******* panjang setelah pelepasan bersama. Aris mengecup kening Yuni dan merebahkan tubuhnya di samping istrinya yang nampak kelelahan akibat ulahnya. Aris menarik selimut untuk menutupi tubuh polos istrinya. Lalu dia pun menarik selimut yang sama dan mulai memejamkan matanya.

Pagi harinya Yuni membantu suaminya berkemas. Memasukkan beberapa potong baju ke dalam tas ransel. Selesai sarapan Yuni mengantar suaminya hingga ke depan pintu rumah kontrakannya. Seperti biasa Aris memberi kecupan singkat di kening istrinya. Yuni melepas kepergian suaminya dengan senyuman.

Tak ada prasangka buruk pada suaminya. Yuni percaya suaminya benar-benar pergi keluar kota untuk bekerja.

Setelah bayangan suaminya hilang di belokan jalan Yuni mencuci piring bekas dia dan suaminya makan tadi, kemudian membersihkan rumah kontrakannya. terakhir mencuci baju kotor. Selesai sudah pekerjaannya pagi ini rumah sudah rapi, baju sudah dicuci dan dijemur tinggal istirahat sebentar sebelum dia berangkat bekerja.

Itulah kegiatannya setiap harinya setelah statusnya berganti istri dan menikah dengan Aris. Yuni rela tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi dan menjalani hidup berumah tangga bersama Aris. Selepas SMA Aris melanjutkan kuliahnya setahun kemudian Yuni memperoleh ijasah SMA nya. Dan Aris mengajak Yuni menikah. Kedua belah pihak orang tua pun menyetujui. Akhirnya keduanya pun menikah.

Setelah menikah keduanya menolak untuk tinggal di rumah orang tua Aris atau pun di rumah orang tua Yuni. Mereka memilih tinggal di rumah kontrakan sederhana. Alasannya sederhana mereka ingin mandiri.

Keduanya menjalani hidup berumahtangga dengan penuh cinta. Pagi hari Aris bekerja sorenya kuliah sementara Yuni membantu mencukupi kebutuhan rumahtangganya dengan bekerja di sebuah kafe yang bisa pulang di sore hari. Dengan bantuan seorang teman Yuni bisa bekerja di kafe itu dan sore harinya bisa pulang ke rumah.

Setelah seharian bekerja selanjutnya Yuni melanjutkan kegiatannya di rumah. Menyiapkan keperluan suaminya bila sudah pulang dari kuliah. Semua dijalani dengan keikhlasan satu hal yang membuat Yuni yakin dan percaya bahwa semua dilandasi karena mereka saling mencintai. Tak ada keluhan yang keluar dari bibir suaminya. Setiap harinya diliputi dengan cinta. Dan Yuni yakin bahwa Aris suaminya mencintai dirinya. Begitupun Yuni dia mencintai suaminya.

Ya semua karena cinta. Cinta membuat sebagian orang menjadi bodoh dan melakukan hal-hal bodoh lainnya. Cinta juga membuat sebagian orang menjadi gila dan melakukan kegilaan lainnya.

Demikian juga Yuni karena cintanya pada Aris suaminya dia rela menikah muda. Dan memilih bekerja untuk membantu biaya kuliah Aris dan mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. Sampai akhirnya Aris lulus kuliah dan mulai bekerja.

Sudah empat tahun kehidupan rumah tangga Aris dan Yuni. Keduanya sangat menikmati peran masing-masing dan saling memberi kehangatan satu sama lain. Mereka sangat bahagia menjalani kehidupan rumahtangga mereka.

Meskipun sudah empat tahun lamanya belum dikaruniai seorang anak tapi keduanya tidak mempermasalahkannya. Keduanya menyerahkan itu semua kepada sang Pencipta. Mungkin keduanya berpikir belum diberi kepercayaan untuk mendapat momongan. Keduanya tetap sabar dan tetap berusaha.

Benarkah demikian ? Yah Yuni beranggapan seperti itu. Lalu bagaimana dengan Aris. Selama ini suaminya tidak mengeluh atau pun berbuat kasar pada Yuni. Semua dilakukan dengan kelembutan. Aris memang suami impian di mata Yuni.

Yuni terbangun dari istirahat nya lalu melihat jam di dinding triplek rumah kontrakannya.

" Ya Gusti sudah siang aku bisa terlambat kerja " Yuni bangkit tergesa menuju kamar mandi.

Kenapa aku bisa ketiduran begini, gumam Yuni. Lalu Yuni mandi sekedarnya dan secepatnya berpakaian mengambil tas selempang nya dan bergegas mengunci pintu kontrakannya. Berjalan tergesa menuju jalan raya sambil memesan ojol dan menunggu sebentar di tepi jalan raya.

Tak terasa sudah seminggu lamanya Aris pergi ke luar kota. Hari ini tepat seminggu suaminya berjanji akan pulang. Yuni ijin untuk pulang setelah jam makan siang. Dia berencana untuk memasak spesial untuk menyambut kedatangan suaminya. Kebetulan kemarin Yuni habis gajian jadi dia ingin membeli kebutuhan lainnya dan membeli bahan makanan yang hendak dimasak buat makan malam bersama suaminya.

Sedikit menguras kantong nya tapi tidak apa-apa karena Yuni ingin memberi kejutan pada suaminya. Selesai berbelanja Yuni pulang ke rumah dan menata bahan-bahan makanan dan minuman di kulkas. Setelah itu Yuni ke dapur untuk mengolah bahan makanan menjadi makanan favorit kesukaan Aris. Lalu menata makanan itu di meja makan sederhana miliknya.

Uh capai nya gumam Yuni pelan sambil tersenyum bahagia. Setelah istirahat sebentar Yuni membersihkan diri di kamar mandi. Selesai dengan acara mandinya Yuni memakai baju rumahan dan sedikit berdandan.

Biasanya sepulang dari luar kota suaminya sampai rumah jam tujuh malam. Dengan setia Yuni menunggu suaminya pulang. Waktu terus berputar sudah satu jam lamanya menunggu suaminya belum datang juga. Yuni masih berpikiran positif mungkin macet di jalan, batinnya. Masih tetap tersenyum melihat masakan di atas meja sambil membayangkan wajah lelah suaminya tapi tetap memancarkan cinta untuknya.

Satu jam berlalu.

Dua jam berikutnya.

Tiga jam telah lewat.

Yuni menguap menahan kantuknya. Dia masih percaya suaminya akan menepati janjinya. Akhirnya dia tertidur di meja makan cukup lama dia tidur karena lelah dan mengantuk.

Yuni terbangun di tengah malam dia melihat jam dinding menunjuk angka satu. Dia mengucek matanya dan melihat sekeliling masih sepi. Mungkin pekerjaan suaminya sangat banyak jadi Yuni masih berpikiran positif tentang suaminya.

Lalu dia melihat ponselnya tak ada pesan masuk atau panggilan dari nomor suaminya. Kecewa jelas pasti nya ternyata suaminya ingkar janji. Yuni menyingkirkan makanan itu dan memasukkan ke dalam kulkas. Dia pun tak selera makan meskipun perutnya melilit minta diisi. Yuni masuk ke kamar berniat tidur tapi dia tidak bisa tidur memikirkan suaminya. Saking lelah memikirkan suaminya dia baru tertidur hampir subuh.

Hari ini Yuni kelihatan lesu tak ada semangat di dalam dirinya. Tapi dia harus tetap semangat untuk bekerja. Seminggu telah lewat sejak Aris berjanji untuk pulang ke rumah. Tapi suami yang diharapkan kedatangannya tak jua muncul di depan rumah.

**********

Semoga suka dengan ceritaku ini ya.

Terimakasih.

Bab 2 Kenyataan

Tiga minggu telah berlalu sejak kepergian suaminya yang katanya keluar kota. Selama itu pula Yuni bertanya-tanya dalam hatinya apakah Aris suaminya sangat sibuk dan tak pernah sekalipun memberi kabar ataupun pesan padanya. Kegundahan melanda diri Yuni tetapi ia berusaha tetap tenang dan tetap berpikir positif pada suaminya.

Hari ini kebetulan Yuni minta cuti satu hari karena badannya terlihat lelah. Setelah beberapa jam tiduran di kasur dan tidak melakukan apa-apa membuat Yuni merasa bosan. Lalu ia berpikir hendak pergi jalan-jalan ke mall saja sekalian berbelanja kebutuhan rumah yang sudah menipis.

Yuni mengganti bajunya dengan atasan kaos putih celana panjang jeans lalu meraih tas selempang. Setelah mengunci pintu kontrakannya Yuni berjalan pelan menuju jalan raya. Untuk mengirit ongkos Yuni naik bus setelah menunggu beberapa saat lamanya bus pun datang. Kemudian Yuni naik dan duduk sambil menikmati pemandangan di luar lewat kaca jendela. Tak terasa bus telah sampai dan berhenti di depan mall Yuni lalu turun.

Suasana pagi menjelang siang yang panas itu berganti sejuk setelah masuk ke mall. Yuni hanya berkeliling saja selama satu jam membuat ia haus dan lelah. Lalu Yuni membeli minuman sekalian berbelanja. Saat Yuni hendak mengambil minuman ia melihat sosok yang sangat dikenalnya. Dialah Aris suaminya hendak keluar dari mall dengan membawa paper bag di tangan kirinya.

Yuni segera menyusul Aris keluar mengikuti suaminya yang ternyata menuju ke parkiran. Setengah berlari Yuni mencari keberadaan suaminya tapi ternyata Aris sudah masuk ke mobil dan keluar dari mall. Yuni menyetop taksi yang baru saja menurunkan penumpang dan meminta supir taksi mengikuti mobil warna biru yang dikendarai suaminya.

Mobil Aris melaju melewati rumah kontrakan yang ditinggali Yuni. Membuat Yuni heran dan bingung kenapa mobil Aris malah lurus saja. Yuni bertambah heran ketika mobil biru itu masuk ke kawasan perumahan dan berhenti di sebuah rumah mewah. Rumah itu besar sekali lebih besar dari rumah kontrakan yang saat ini ia tinggali.

Yuni meminta supir taksi untuk berhenti lalu membayar ongkos taksi. Yuni keluar dari taksi dan berjalan pelan mendekati rumah mewah itu. Di sana ada seorang penjaga di pos dan ada mobil biru milik suaminya terparkir di depan rumah. Ada tanaman yang menghiasi halaman depan rumah mewah itu.

Seorang perempuan cantik rambut tergerai indah dengan baju rumahan keluar dari rumah itu. Perempuan itu menyambut Aris dan Aris merangkul pinggang perempuan cantik itu dan mencium keningnya.

" Mas membeli pesanan ku " tanya perempuan cantik itu.

" Ini " Aris mengangkat tangan kirinya sambil memberikan paper bag.

" Terimakasih mas " perempuan itu mencium pipi Aris.

Aris dan perempuan itu masuk ke dalam rumah.

Yuni yang melihat itu menutup mulut dengan tangannya. Yuni kaget bercampur sakit hatinya melihat pemandangan yang menyakiti mata dan hatinya. Yuni berusaha menenangkan dirinya dan mencoba masuk ke rumah itu. Yuni sedikit berdebat dengan penjaga di rumah itu karena tak diijinkan masuk. Keributan itu sampai terdengar ke dalam rumah membuat seseorang keluar dan melihat sumber keributan.

" Ada apa ribut-ribut di luar " seru Aris mendekati Abdul penjaga rumah nya.

" Maaf pak, wanita ini memaksa masuk " jawab penjaga itu sambil menunduk hormat.

Aris menoleh ke wanita yang ditunjuk oleh Abdul betapa terkejutnya Aris saat melihat Yuni sudah berdiri dihadapannya.

" Mas Aris ... " bibir Yuni bergetar menyebut nama suaminya.

Tak terasa bulir bening menetes di kedua pipi Yuni.

" Yun, dengarkan aku dulu... a aku bisa jelaskan ini " Aris meraih tangan Yuni tapi Yuni mundur sambil menggelengkan kepalanya.

Yuni berbalik dan berlari secepatnya dari rumah itu. Air mata keluar begitu saja dan seperti aliran air bah yang tak bisa dicegah membanjiri wajah pucat Yuni. Seperti ribuan batu menimpa tubuhnya Yuni sangat kecewa pada suaminya. Orang yang sangat ia percaya dan cintai ternyata tega mengkhianati dirinya. Hingga Yuni tak kuat lagi untuk berlari tiba-tiba saja dunia yang ia pijak gelap. Semua menjadi gelap bersamaan tubuhnya yang melayang ringan seperti kapas. Yuni pingsan tapi sebelum tubuhnya mendarat ke tanah seseorang telah menopang tubuh Yuni dan membawa ke mobilnya. Lalu mobil itu melaju keluar dari perumahan.

" Yun ...Yuni ... " Aris berlari sambil berteriak mengejar Yuni.

Sampai di pertigaan Aris tidak menemukan Yuni. Aris mengacak rambutnya frustasi.

" Huff ! sial ... " seru Aris sambil berjalan memasuki rumahnya.

Aris memasuki rumahnya dan disambut perempuan cantik bernama Nindy.

" Ada apa sih mas " tanya Nindy menghampiri Aris.

" Tidak apa-apa " sahut Aris pelan.

Nindy menuntun Aris duduk di sofa. Keduanya duduk berdampingan. Nindy menggenggam tangan Aris.

" Tadi Yuni kan " Nindy berkata lembut pada suaminya.

Aris mengangguk.

" Mas, mungkin sudah saatnya mas bicara pada Yuni. Cepat atau lambat Yuni akan tahu hubungan kita ini. Terlebih lagi ada bayi yang ada di perut aku ini. Mas menantikan kehadirannya cukup lama kan dan ini tidak didapat dari Yuni " Nindy mengusap lembut punggung tangan Aris.

Aris tersenyum lalu merangkul pinggang Nindy. Ada kebahagiaan yang sebentar lagi ia dapatkan dari Nindy. Tapi ada sesuatu yang harus ia jelaskan pada Yuni. Aris memikirkan hal apa yang akan ia katakan pada Yuni agar Yuni mau menerima Nindy dan anak yang dikandung oleh Nindy.

" Sudahlah mas, ayo kita makan ini sudah lewat jam makan siang " kata Nindy.

" Bahkan ini sudah sore " jawab Aris mengikuti Nindy menuju meja makan.

Aris duduk sambil memperhatikan Nindy yang mengambilkan makanan untuknya. Nindy begitu cantik di mata Aris apalagi ketika ia melihat ke bawah ke perut Nindy yang sedikit menonjol Aris tersenyum tipis. Harapannya untuk memiliki anak sebentar lagi akan terwujud meski itu bukan dari Yuni. Aris menerima piring yang berisi nasi dan lauknya lalu makan sementara Nindy hanya duduk memperhatikan Aris.

" Kau tidak makan Nin " tanya Aris.

Nindy menggeleng.

" Melihatmu makan aku sudah kenyang " jawab Nindy terkekeh ringan.

" Nanti anak kita kelaparan " Aris hendak menyuapkan nasi ke Nindy.

" Em, tidak aku mau segelas susu saja " sahut manja Nindy.

" Aku akan buatkan " Aris hendak berdiri tapi dicegah Nindy.

" Habiskan makanan nya mas " Nindy memegang tangan Aris.

" Baiklah " Aris kembali duduk dan menghabiskan makanannya.

Selesai makan Aris membuatkan Nindy segelas susu yang baru saja ia beli tadi siang. Nindy minum susu hingga habis dan meletakkan di meja.

" Mas mau berangkat lagi ke kantor " tanya Nindy.

" Iya, pekerjaan hari ini banyak sekali " keluh Aris.

" Biar aku ijinkan sama papa biar mas tidak usah balik lagi ke kantor " sahut Nindy.

" Tidak bisa seperti itu, aku ini bawahan papa mu di kantor " Aris melihat jam di pergelangan tangannya.

" Aku balik ke kantor ya " Aris mencium kening Nindy lalu bergegas keluar rumah.

" Hati-hati mas " Nindy melihat Aris makin menjauh dan keluar rumah memasuki mobilnya.

Mobil Aris melaju keluar dari perumahan melesat ke jalan raya menuju perusahaan mertuanya.

**************

Okey, semoga suka dengan cerita recehan ku ini.

Up nya suka-suka....

Terimakasih.

Bab 3 Bertemu Dewa

Sepanjang perjalanan menuju perusahaan Sanjaya milik mertuanya, Aris memikirkan peristiwa yang baru saja terjadi. Aris menghela nafas perlahan tak dipungkiri ada perasaan bersalah yang mendera hatinya saat ini. Perasaan bersalah pada Yuni istrinya tapi dia seorang manusia biasa yang juga mempunyai sebuah keinginan. Keinginan yang tidak didapat dari Yuni membuat Aris berpaling ke wanita lain.

Hingga tak terasa sampailah Aris di perusahaan Sanjaya. Aris memarkirkan mobilnya lalu berjalan menuju ruangan asisten presdir. Aris bisa mencapai kedudukan setinggi itu selain kepintarannya juga dia adalah menantu dari presdir Lukman Sanjaya. Sementara rumah dan mobil hadiah dari mertuanya sebagai hadiah pernikahan nya bersama Nindy.

Siapa sih yang tidak tertarik dengan Nindy selain cantik dia putri dari pewaris tunggal perusahaan Sanjaya. Beruntunglah Aris belum genap setahun bekerja di perusahaan Sanjaya sudah dipercaya menjadi asisten presdir dan juga bisa memikat gadis cantik itu. Keberuntungan juga berpihak pada Aris ketika pak Lukman merestui hubungan putrinya dengan Aris. Dan mengabaikan bahwa ada sebuah hati yang terluka karena keputusan mereka.

Kembali pada Aris yang duduk sambil memeriksa berkas-berkas yang menumpuk di meja kerjanya. Aris ingin segera menyelesaikan pekerjaannya hari ini dan hendak menemui Yuni. Tapi seolah pekerjaannya itu sangat menyiksanya seperti hatinya saat ini begitu tersiksa dengan wajah sembab Yuni. Aris berulangkali mengusap pelipisnya pikirannya terbelah antara secepatnya menyelesaikan pekerjaannya dan memikirkan bagaimana memberi penjelasan agar Yuni menerima pernikahan nya dengan Nindy.

Akhirnya selesai sudah pekerjaannya hari ini. Aris merapikan berkas-berkas itu lalu mematikan laptopnya. Aris mengambil tas kerjanya keluar dari ruangan nya. Suasana tampak sepi karena sudah lewat jam kerja kantor. Karyawan yang lain sudah pulang dari tadi termasuk presdir dan juga sekretaris nya. Hanya Aris dan beberapa karyawan yang terlihat lembur mungkin berjumlah sekitar lima orang termasuk Aris.

Sampai di tempat parkir Aris masuk ke mobilnya dan melajukan mobilnya ke jalan raya. Aris berhenti dipinggir jalan menuju rumah kontrakannya yang ia tinggalkan tiga minggu lamanya. Sejenak Aris diam mengamati rumah yang ia tinggali bersama Yuni. Tidak ada yang berubah sama seperti tiga minggu yang lalu saat ia pamit pada Yuni. Aris membuka pintu mobil melangkah pelan menuju rumah kontrakannya. Sampai didepan pintu Aris mengetuk pintu.

Tok tok tok.

Tak ada sahutan dari dalam. Suasana di dalam rumah tampak sepi seperti tidak ada penghuni di dalamnya. Hingga ketukan yang ketiga kalinya pun pintu masih tetap tertutup.

Saat Aris akan mengetuk pintu lagi seorang tetangga kontrakan keluar kebetulan tetangganya itu hendak membeli makanan di warung. Dan melihat Aris berdiri di depan pintu kontrakan Yuni tetangga itu Melani namanya mendekat ke suami Yuni.

" Mas Aris ya em mas Aris baru pulang " tanya Melani.

" Eh, i iya mbak Mel, Yuni nya kemana ya mbak dari tadi saya ketuk pintunya nggak dibukain " tanya Aris.

" Tadi sih ada di rumah nggak tahu deh sekarang " sahut Melani.

" Ya sudah saya pergi saja nanti saya balik lagi " Aris hendak melangkah pergi.

" Lho emangnya mas Aris nggak bawa kunci cadangan " tanya Melani.

" Em gimana ya eh nggak mbak kalau begitu saya nanti ke sini lagi " Aris tersenyum canggung.

Aris pamit pada Melani lalu melangkah menuju mobilnya. Mobil Aris melesat ke jalan raya dan pulang ke rumah pemberian mertuanya.

Melani menatap Aris heran karena suami Yuni itu bukannya pulang ke kontrakan Yuni. Tapi malah masuk ke mobil lalu pergi begitu saja.

Sementara itu di sebuah rumah sakit kota di ruang rawat Yuni terbaring lemah dengan selang infus terpasang di tangan kirinya. Dan di sebelahnya duduk seorang lelaki tampan yang sedari tadi menatap wajah pucat Yuni tak berkedip.

Setelah beberapa saat lamanya ada pergerakan dari Yuni. Matanya perlahan terbuka dan tampak bingung ketika melihat sekeliling ruangan semua serba putih. Lalu melihat dirinya yang terbaring lemah Yuni mulai berpikir dan mengingat sesuatu. Terakhir dirinya bertemu dengan suaminya dan berlari menghindar dari suaminya kemudian Yuni tak ingat apa-apa lagi. Yuni menoleh ke samping betapa terkejutnya ia ketika melihat seseorang yang sangat ia kenal tersenyum padanya.

" Kak Dewa " gumam Yuni.

" Kau sudah sadar Arti " kata lelaki bernama Dewa itu.

Ya hanya Dewa yang memanggil Yuni dengan panggilan Arti. Karena nama gadis itu Yuniarti dan Dewa selalu memanggil pada Yuni dengan panggilan kesayangan yaitu Arti. Entah mengapa saat lelaki itu memanggil namanya dengan sebutan Arti ada rasa nyaman menelusup ke hatinya.

Sekian lamanya lelaki itu menghilang tak ada kabar berita dan baru hari ini Yuni bertemu dengan lelaki itu lagi. Ada rasa bahagia bertemu dengan lelaki itu.

" Kak..." lirih Yuni.

" Sssst aku panggil dokter dulu ya " Yuni mengangguk.

Lelaki itu bangkit memencet tombol untuk memanggil dokter. Beberapa saat dokter dan perawat datang, dokter lalu memeriksa Yuni. Dokter itu tersenyum pada Yuni lalu berganti menatap Dewa membuat Yuni mengernyit heran.

" Ada apa ya dok " tanya Yuni.

" Selamat ya pak bu istri anda sedang hamil lebih pastinya silahkan ibu nanti periksa ke dokter spesialis untuk memastikan usia kehamilan nya " dokter itu tersenyum.

Dewa tersenyum canggung pada dokter yang memeriksa Yuni. Sementara Yuni menutup mulutnya tak percaya ada rasa bahagia bercampur sedih di sana. Tak terasa bulir bening keluar begitu saja dari kedua pipinya.

Dewa mengusap pelan bahu Yuni lalu berterimakasih pada dokter. Setelah dokter dan perawat itu keluar semakin deras lah bulir bening itu membasahi pipi Yuni.

Apa yang harus aku lakukan, gumam Yuni bingung. Dewa melihat kebingungan di mata gadis itu. Dewa meraih tangan Yuni lalu menggenggamnya memberinya kekuatan.

" Cerita padaku siapa tahu aku bisa bantu Arti " kata Dewa lembut.

" Aku tidak mau bersamanya lagi tapi gimana dengan anak ini " Yuni berkata sendu sambil mengusap perutnya yang masih rata.

Setelah mendengar ucapan dari dokter bahwa dirinya hamil sejenak Yuni berpikir. Lalu Yuni bertekad untuk menyembunyikan kehamilannya dari suaminya. Karena terlalu sakit hati pada pengkhianatan yang dilakukan oleh Aris, Yuni telah mengambil keputusan untuk bercerai dari Aris. Yuni meminta bantuan pada Dewa untuk menyelesaikan urusannya dengan suaminya. Dewa mengangguk ragu namun dalam hati bersorak kegirangan.Dewa memandang Yuni dengan tatapan yang sulit diartikan.

" Pikirkan sekali lagi Arti " kata Dewa.

" Aku yakin akan keputusanku ini kak " yakin Yuni.

" Gimana dengan anak ini nanti " Dewa sekali lagi berkata.

" Aku akan membesarkan nya sendiri " tekad Yuni bulat.

Dewa mengalah untuk sementara ia mengikuti kemauan Yuni. Untuk ke depannya Dewa akan membujuk Yuni bagaimana pun caranya. Entah apa yang ada dalam benak Dewa hanya Dewa yang tahu.

Setelah sehari di rumah sakit hari ini Yuni bersiap untuk pulang ke rumah kontrakannya. Dewa menelpon seseorang untuk mengambil mobilnya sekaligus membayar biaya rumah sakit Yuni. Kemudian Dewa menghampiri Yuni keduanya keluar dari ruang rawat itu. Yuni duduk di kursi roda dan Dewa mendorong pelan kursi roda keluar dari rumah sakit.

Dewa menyetop taksi lalu keduanya masuk ke dalam taksi. Sampai di depan kontrakan Yuni, Dewa membayar ongkos taksi lalu membantu Yuni keluar dari taksi. Dan menuntun gadis itu masuk ke rumah kontrakan nya.

" Istirahat saja aku buatkan makanan untukmu " seru Dewa tersenyum.

Dewa membantu Yuni berbaring di kasur lalu berjalan ke dapur membuat kan makanan untuk Yuni. Saat di dapur Dewa membuka kulkas ternyata kosong tidak ada bahan makanan di sana. Hanya ada botol yang berisi air mineral saja.

Dewa keluar dari kontrakan Yuni kebetulan ada pedagang yang menjual buah-buahan dan ada berbagai makanan ringan terbungkus rapi di wadah. Dewa membeli beberapa buah dan makanan ringan itu. Setelah membayar sejumlah uang Dewa masuk kembali ke kontrakan Yuni.

Dewa menata irisan buah ke mangkok dan beberapa cemilan di piring lalu membawa ke kamar Yuni.

" Ayo makan dulu kasihan baby-nya dia butuh makan juga kan " Dewa membantu Yuni bersandar.

Dewa menyuapkan potongan buah ke mulut Yuni.

" Kakak aku bisa sendiri " sahut manja Yuni.

Dewa tertawa sambil mengacak rambut Yuni.

" Kak " Yuni cemberut.

Uh, menggemaskan sekali kamu Arti, Dewa kembali mengacak rambut Yuni.

Keduanya tertawa bersama.

Setelah puas tertawa Dewa menatap Yuni sambil tersenyum.

" Arti " panggil Dewa.

" Ya kak " sahut Yuni.

" Kamu tidak apa-apa sendiri di sini " Dewa menatap Yuni.

" Ya kak " sahut Yuni.

" Aku pergi dulu kalau butuh sesuatu panggil saja. Kakak tinggal di deket sini kok " Dewa mengusap lembut pucuk rambut Yuni.

" Di mana kak " tanya Yuni.

" Samping kiri tiga pintu dari sini dan ini nomor kakak sudah ada di hp mu, kakak juga sudah menyimpan nomor mu " seru Dewa menyerahkan ponsel Yuni yang tadi sempat Dewa ambil dari tas Yuni.

Dewa melangkah keluar kamar Yuni saat di depan pintu kamar Yuni memanggil Dewa.

" Kak Dewa " Dewa berbalik.

" Terimakasih " sahut Yuni tulus.

Dewa melangkah pelan dan duduk di pinggir ranjang.

" Jangan sedih kakak akan selalu ada buat mu " Dewa mengusap lembut punggung tangan Yuni.

" Sekali lagi terimakasih kak " Yuni tersenyum.

Dewa tersenyum dan mengacak pelan rambut Yuni.

Dewa bangkit dan melangkah keluar dari kontrakan Yuni lalu menutup pintunya.

Dewa berjalan memasuki kontrakannya lalu merebahkan tubuhnya ke kasur dan tidur.

***********

Author up lagi ...

Semoga terhibur dengan cerita recehan ku ini.

Terimakasih.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!