NovelToon NovelToon

The Thing About Violet

Awal Perjumpaan Violet Dan Mada

Seorang dokter muda nan cantik yang bernama Violet Cinta Elruno, ingin merayakan kelulusannya dan keberhasilannya menjadi salah satu dokter muda di sebuah rumah sakit swasta ternama di kota besar tempat ia lahir dan dibesarkan, dengan menerima undangan teman-temannya, pergi ke sebuah bar.

Violet atau lebih sering dipanggil Vio, diajak Mira Utami sahabat terbaiknya untuk mencoba bersama-sama menikmati seperti apa asyiknya dunia gempita malam di sebuah bar khusus untuk kaum elite itu.

Umur Violet yang masih terbilang muda yakni dua puluh tahun, membuatnya masih ingin menikmati petualangan-petualangan baru walaupun ia termasuk anak yang lugu, kutu buku, dan polos. Untuk itulah naluri keingintahuannya akan hal yang baru membuatnya mengiyakan ajakannya teman-temannya untuk pergi ke sebuah bar.

Violet termasuk anak jenius dan seringkali kecerdasannya Violet itu membuat Mira Utami iri karena, di umur dua puluh, Violet telah lulus menjadi seorang dokter, sedangkan Mira masih berada di semester tiga di jurusan yang sama dengan Violet. Namun, di dalam pergaulan, Mira Utami lebih unggul dibandingkan dengan Violet yang introvert. Mira Utami memiliki lebih banyak teman daripada Violet.

"Ma, Vio sama Mira akan langsung makan-makan dengan teman-teman untuk merayakan kelulusannya Vio. Pulangnya agak larut malam Ma" Vio menelepon Mamanya.

Lili tersenyum dam berkata, "Mama memercayai kamu. Mama ijinkan tapi, jaga diri kamu baik-baik!"

"Baik Ma. Vio sayang Mama, mmuuaahhh"

"Mama juga sayang kamu, mmuuaaahhh"

Setelah Lili menutup ponselnya, Elmo segera memeluk pinggangnya dari belakang dan mencium pundaknya Lili, lalu bertanya, "siapa yang telepon?"

"Vio, dia bilang mau makan-makan dengan teman-temannya untuk merayakan kelulusannya. Satu Minggu lagi dia wisuda dan esok harinya setelah wisuda, putri kita udah magang di rumah sakit swasta terbesar" sahut Lili.

Elmo tersenyum jahil dan langsung membopong tubuhnya Lili. Lili memekik kaget, "Kau mau apa?"

"Tentu saja minta jatah mumpung putri kita pulangnya malam" Elmo meringis penuh arti ke Lili.

Lili terkekeh geli dan langsung meladeni ciuman mautnya Elmo.

Mira dan Vio melangkah canggung berbalut kagum saat melangkah masuk ke dalam bar tersebut. Teman-temannya Mira dan Vio yang sudah terbiasa melepas penat di bar, mengajak Vio dan Mira untuk santai dan menikmati alunan musik di sebuah meja bundar besar yang terbuat dari kayu jati. Vio, Mira, dan kelima teman mereka yang lainnya mulai memesan minuman dan camilan. Semua memesan Bir, hanya Vio dan Mira yang memesan jus jeruk.

Seorang pemuda yang tengah berkumpul dengan teman-temannya, mengelilingi meja bundar tidak jauh dari mejanya Vio, tengah asyik menikmati permainan truth or dare. Dan pemuda yang bernama Mada Goh yang juga merupakan putra pemilik dari bar tersebut memilih dare.

"Kapan kau bertemu istrimu?" tanya temannya Mada Goh. Mada Goh tidak bisa mengingatnya karena dia, bertemu dengan wanita yang akhirnya dengan terpaksa ia peristri, dalam keadaan mabuk berat.

"Kau tidak bisa menjawabnya?"

"Aku lupa. Aku mabuk berat saat itu" sahut Mada.

"Baiklah karena kau pilih dare, maka aku kasih tantangan ke kamu"

"Apa itu?" sahut Mada dengan santainya.

Teman yang memulai permainan itu langsung mengedarkan pandangan dan menemukan sosok wanita lugu, berkacamata yang ada di meja sebelah kanan. Lalu temannya tersenyum lebar ke Mada, "Datanglah ke.meja itu dan buat wanita muda berkacamata itu untuk minum segelas bir!"

Mada mengikuti arah telunjuk temannya dan langsung mendorong wanita nakal yang sedari awal duduk di atas pangkuannya dan terus menciumi lehernya Mada. Mada lalu berdiri dan berjalan ke.mejanya Violet.

"Selamat malam semuanya. Saya pemilik bar ini dan ingin mentraktir kalian semua minum bir jadi.........."

Mira langsung menyahut, "Maaf tidak bisa semua. Teman saya ini tidak bisa minum bir dan tidak pernah minum bir"

Mada bersitatap dengan Violet Untuk sejenak dia tertegun dan membayangkan wajahnya Violet tanpa kacamata lalu ia bergumam di dalam hatinya, Andai tanpa kacamata jelek itu, dia pasti terlihat sangat cantik.

"Demi menghormati niat baik saya sebagai pemilik bar, teman Anda tetap tidak bisa.minum bir? segelas kecil saja atau kalau nggak satu sesap saja?" Ucapan Mada untuk Mira tapi pandangannya melekat ke wajah ayunya Violet.

"Maaf tetap tidak bisa" sahut Violet dengan senyum manisnya dan Mada seolah tersihir oleh senyumannya Violet, dia menjadi terpaku dan langsung membisu.

"Ehem. Tolong yang sopan ya! Anda terus menatap teman saya" sahut Mira dan Mada langsung terkesiap lalu berkata, "Maaf! oke lah kalau Anda tetap tidak bisa minum bir, saya tidak akan memaksa. Tapi, bir-bir ini tetap saya taruh di meja ini" lalu Mada melangkah kembali ke.mejanya.

"Gimana?" tanya temannya Mada saat Mada kembali duduk dan pangkuannya kembali diisi oleh wanita nakal.

"Aku gagal jadi aku akan minum sekaleng bir" Mada lalu meraih satu kaleng bir dan menenggaknya sampai habis bir tersebut.

Violet melirik ke mejanya Mada dan melihat Mada berciuman dengan wanita di pangkuannya Mada dan Violet langsung bergidik ngeri lalu berbisik ke Mira, "Pemilik bar itu seorang bad boy ternyata. Dia berciuman di depan umum tanpa malu"

Mira menoleh ke Violet, "Lho, emangnya kamu dan Gasa, tunanganmu itu, belum pernah berciuman?" bisik Mira.

Violet menggelengkan kepalanya, "Belum"

"What?!" Mira langsung memekik kaget dan Violet langsung membungkam bibirnya Mira dengan telapak. tangan kanannya.

"Ada apa?" tanya teman Violet yang lainnya.

"Hehehe, nggak papa" sahut Mira sambil meringis.

Dan Mada mengumpat kesal saat pertanyaan kembali tertuju kepadanya. Pertanyannya adalah, "Kapan pertama kali kau berciuman?"

"Sial! aku juga lupa" Mada menghela napas panjang lalu langsung bertanya, "Oke, sekarang apa tantangannya?"

"Antarkan wanita berkacamata itu pulang ke rumahnya!" sahut temannya Mada dengan memamerkan deretan gigi putihnya di depan Mada.

"What!? kenapa harus dia lagi? banyak wanita di sini, kenapa harus si culun itu yang harus aku antarkan pulang?"

"Karena si culun itu sepertinya sulit untuk kau taklukkan, hahahaha, kalau wanita biasa udah jadi keahlianmu dalam hal takluk menaklukkan jadi nggak akan seru" sahut temannya Mada yang memberikan tantangan ke Mada.

Mada menoleh ke mejanya Violet dan tampak ragu untuk bangkit dari tempat duduknya dan malas untuk melangkah ke mejanya Violet.

"Gimana? terima tantangan atau minum bir lagi?" tanya temannya Mada itu.

"Okelah, aku terima tantangan daripada pulang dalam keadaan mabuk, aku akan diomelin istriku" Mada lalu bangkit dan melangkah ke mejanya Violet.

Dia berdiri di depan mejanya Violet dan kembali menyapa semua yang duduk di meja tersebut lalu bertanya, "Apa saya boleh mengantarkan nona cantik yang berkacamata itu untuk pulang?"

"Maaf, saya bawa mobil sendiri" sahut Violet.

Mada langsung meringis dan melangkah kembali ke mejanya. Sesampainya di mejanya, dia langsung meraih kaleng bir, membukanya, dan menenggaknya sampai habis tanpa banyak kata.

Dan saat Mada menoleh ke belakang, Violet telah lenyap. Violet telah keluar dari bar miliknya.

"Kau kalah dengan si culun, hahahahaha, predikatmu sebagai bad boy dan playboy, luntur Bro! kalau kamu bisa ajak dia berkencan, aku akan kasih mobil sport ke kamu!" ejek dan tantangan dari salah satu temannya itu langsung membuat darah Mada mendidih karena, gengsi. Mada langsung berputar badan dan berlari sempoyongan keluar dari bar dan celingukkan mencari sosok Violet.

Mada segera berlari mendekati Violet sebelum Violet masuk ke dalam jok kemudi dan ia menahan pintu mobil yang sudah terbuka dengan tanya, "Bolehkah saya menumpang? saya mabuk dan tidak bisa menyetir malam ini"

Violet yang lugu dan baik hati, menganggukkan kepalanya dan Mada langsung mengucapkan terima kasih dan membuka pintu jok belakang lalu masuk kedalam mobilnya Violet.

"Siapa nama Anda, Nona cantik?" tanya Mada.

"Nggak usah pakai bahasa formal! namaku Mira dan dia Violet" sahut Mira.

"Nama yang cantik, secantik orangnya" sahut Mada.

"Saya sudah memiliki tunangan" sahut Violet.

"Saya hanya memuji Anda dan tidak tertarik dengan kehidupan pribadi Anda" sahut Mada kesal.

Violet langsung mendengus kesal dan Mira langsung berkata, "Kamu mabuk parah sepertinya, apa kamu masih ingat di mana rumahmu?"

"Tentu saja ingat" Mada langsung memberikan alamat rumahnya dan Violet meluncurkan mobilnya ke alamat itu.

Violet langsung bilang, "Sudah sampai, silakan turun!"

Mada mengucapkan terima kasih lalu turun dari dalam mobilnya Violet.

Violet langsung meluncurkan kembali mobilnya tanpa pamit ke Mada.

Mada mengikuti arah perginya mobilnya Violet dengan seringai khas-nya dan bergumam, "Kau akan jatuh cinta padaku dan di saat kau mencintaiku, aku akan langsung mematikan rasa cintamu itu, cih! nggak ada gadis yang tidak bisa aku taklukkan.

Pertemuan Kedua Mada dan Violet

Mada berjalan masuk dengan sempoyongan karena, ia sudah sedikit mabuk setelah menenggak sepuluh kaleng bir. Dia masuk ke rumah sahabatnya yang bernama Hefin. Hefin adalah teman masa kecilnya Mada. Mereka selalu bersekolah di sekolahan yang sama dan kenakalan mereka pun sama, satu hobi, satu selera, dan sama-sama badung, membuat Hefin dan Mada bisa awet bersahabat sampai umur mereka menginjak dua puluh lima tahun.

Hefin mendengus kesal saat ia membukakan pintu rumah untuk Mada dan Mada dalam keadaan sedikit mabuk.

Hefin memapah Mada dan membantu Mada duduk di sofa. Hefin berkacak pinggang menatap Mada, "Kenapa kau tidak pulang ke istrimu? kenapa malah pulang ke sini?"

"Cih! istri apa? wanita yang sekarang tinggal di rumahku itu, hanyalah wanita yang aku kasihani. Aku hanya perlu bertanggung jawab setelah menidurinya. Dia wanita brengsek. Dia menipuku, membuatku mabuk, sampai aku tanpa sadar menidurinya, dan akhirnya, ia berhasil mengikatku dalam pernikahan. Aku sangat membencinya. Dan aku tidak mau dalam keadaan mabuk seperti ini pulang ke rumahku, aku tidak mau tanpa sadar menyentuhnya lagi, hiiihhh! aku jijik menyentuhnya" Mada bergidik ngeri lalu merebahkan kepalanya di atas sofa karena, kepalanya semakin terasa pening dan berat.

"Tapi tetap saja, dia istri sah kamu" sahut Hefin.

"Aku sudah bertanggung jawab atas hidupnya. Aku menafkahinya selama tiga bulan pernikahan kami. Aku tidak salah kan?"

"Yeeaahhh! kamu memang selalu benar Bro. Lalu mobil siapa tadi? kayak mobilnya cewek? kamu ke sini diantarkan seorang cewek?" tanya Hefin sambil menaruh segelas air hangat di atas meja.

"Dia mainan baruku. Jika aku bisa membuatnya berkencan denganku atau aku bisa menciumnya atau semacam itulah, maka Devo akan menghadiahi aku sebuah mobil sport" Mada berucap lalu menegakkan kepalanya untuk meminum air hangat yang diberikan oleh Hefin.

"Kamu udah punya mobil banyak banget. Untuk sebuah mobil aja, kau mau terima tantangannya Devo yang super gila itu?" tanya Hefin dengan heran.

Mada meletakkan gelas yang telah kosong di atas meja lalu ia menepuk pundaknya Hefin, "Dia cewek yang beda. Unik dan sulit untuk ditaklukkan. Bukan masalah mobil sportnya, aku cuma tertantang untuk menaklukkan cewek itu. Jika cewek itu berhasil masuk ke dalam jerat mautku, ke dalam pesonaku, sampai terpikat dan jatuh cinta padaku, maka aku..........." Mada menjentikkan jarinya sambil berkata, "Aku akan langsung matikan cinta itu"

"Lalu istri kamu?" tanya Hefin.

"Aku tidak peduli. Aku tidak pernah mencintai wanita yang kini berstatus sebagai istriku. Dia brengsek. Untung saja ia tidak hamil setelah aku tiduri waktu aku mabuk dulu" Mada lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa.

"Kenapa kau selalu berganti-ganti wanita?" gumam Hefin.

Mada bergumam lirih, "Karena, aku mencari kehangatan seorang Ibu yang tidak pernah aku miliki. Aku mencari seorang wanita yang mampu memberikan kehangatan di hatiku seperti kehangatan seorang ibu"

"Dan belum kau dapatkan wanita yang seperti itu?" tanya Hefin.

Mada mengangkat tangannya, melambaikannya di depan Hefin lalu ia tertidur.

Hefin tersenyum menatap tingkah sahabatnya itu. Hefin sesungguhnya menyimpan rasa pada Katherine, istrinya Mada. Katherine adalah wanita malam yang bekerja di salah satu bar miliknya Mada. Katherine adalah wanita malam yang menjadi primadona para tamu di bar karena, selain pandai menari dan bernyanyi, Katherine adalah wanita yang sangat seksi dan cantik.

Hefin mencintai Katherine pada pandangan pertama namun sayangnya, Katherine justru mencintai Mada pada pandangan pertama dan dengan kepandaiannya merayu seorang pria, Katherine berhasil membuat Mada mabuk berat saat itu dan ia berhasil mengajak Mada bercinta dengannya.

Walaupun sering berganti-ganti wanita tapi Katherine tahu, Mada tidak pernah meniduri semua wanita-wanita itu. Mada pun juga sangat menghargai wanita dan memiliki karakter yang bertanggung jawab jadi saat Mada tahu kalau Katherine dan dia telah melakukan hal di luar batas, maka Mada segera bertanggung jawab atas perbuatannya dan menikahi Katherine.

Tiga bulan sudah, Mada menikahi Katherine tapi Mada tidak pernah menyentuh Katherine lagi.

Hefin merasa kasihan dengan nasib Katherine karena, Katherine sering mencarinya dan mengeluarkan uneg-unegnya ke Hefin. Katherine yang licik ingin merebut hati Mada lewat simpatinya Hefin. Jika Hefin merasa kasihan akan nasibnya maka Hefin akan terus membujuk Mada untuk mulai menerima Katherine sepenuhnya.

Katherine sudah muak menjadi wanita malam untuk itulah ia menjerat seorang bos besar pemilik banyak bar di kota besar itu. Katherine ingin merasakan hidup tenang, bergelimang harta, dan tidak perlu menjajakan tubuhnya lagi. Keinginannya tercapai dia berhasil memiliki Mada tapi, dia belum bisa memiliki hatinya Mada.

Hefin menghela napas panjang lalu bangkit dan melangkah menuju ke kamarnya. Dia tinggalkan Mada di sofa.

Tepat di bunyi Kokok ayam jantan, Mada terbangun dan memukul pelan pelipisnya saat ia mencoba duduk di tepi sofa. Ting! satu pesan text masuk ke dalam ponselnya. Dia mengernyit dan merogoh saku kemejanya untuk membaca pesan tersebut.

Mada tersenyum saat ia mendapatkan pesan text yang berisi informasi mengenai gadis berkacamata yang ia temui di bar-nya kemarin malam. Gadis culun yang tampak asyik untuk ia jadikan mainan. "Kau tinggal di kawasan elite, seorang dokter, baru saja lulus dan masih berumur dua puluh tahun. Wow! kau membuatku berdebar, bukan karena gairah yang berbalut cinta tapi, debar jantungku ini adalah debar ketidaksabaranku untuk segera menaklukan kesombonganmu. Kau akan membayar mahal atas penolakanmu kemarin kelinci imutku, hehehehe" Mada lalu bangkit dan pergi begitu saja dari rumahnya Hefin tanpa pamit ke Hefin.

Mada menelepon temannya saat ia sudah berada di dalam taksi online, "Halo Bro, makasih untuk informasinya. Aku akan mulai menaklukkan cewek itu"

"Semoga sukses. Dan kau harus bergerak cepat karena, batas waktu yang diberikan oleh Devo hanya satu Minggu" sahut temannya Mada yang bekerja di bagian intelejen kepolisian.

"Tidak kurang dari satu Minggu, aku pasti sudah bisa menciumnya dan membuat bibir gadis itu berkata cinta untukku" ada arogansi di nada bicaranya Mada lalu Klik! Mada mematikan sambungan teleponnya.

Mada pulang ke rumahnya untuk mandi dan berganti baju. Saat ia melilitkan handuk mandi di pinggangnya dan membuka lemari untuk mengambil t-shirt dan celana jins-nya, Katherine menggelungkan lengannya di pinggangnya Mada dari arah belakang.

Mada langsung mengurai gelungan lengannya Katherine dan berputar badan dengan geram, "Jangan pernah menyentuhku!"

Katherine memeluk Mada dan menempelkan pelipisnya di dada bidangnya Mada dan Mada langsung memegang kedua bahunya Katherine dan mendorong Katherine dengan kesal.

Katherine menatap Mada, "Kenapa kau menolakku terus? aku merindukanmu. Bukankah sebagai seorang istri, aku berhak memintamu untuk menjalankan kewajibanmu sebagai seorang suami di ranjang?"

Krrrriiinngggg! nada dering nan unik itu terdengar dari ponselnya Mada dan Mada langsung mengangkat sambungan yang masuk ke ponselnya itu sambil meraih t-shirt dan memakai t-shirt itu dia berkata, "Halo, ada apa?"

Katherine menghentakkan kakinya di atas lantai dengan kesal lalu ia lalu keluar dari dalam kamar dan meninggalkan Mada begitu saja.

"Bos, gawat!" suara asistennya Mada terdengar panik di seberang sana.

"Ada apa? kau di mana?" Mada berucap sambil memakai celana jins-nya.

"Saya di bar. Ada gerombolan tak kenal mengobrak-abrik bar dan bos dari gerombolan itu, mencari Anda, Bos"

"Siapa namanya?" tanya Mada.

"Dia menyebut dirinya, The King Cobra" sahut Edo, asisten pribadinya Mada.

"Oke aku ke sana sekarang" Mada segera menyambar kunci mobil dan membuka laci lalu memasukkan pistol kesayangannya ke kantong celananya jins-nya lalu ia menyambar jaket denimnya, ia memakai jaketnya sambil berlari. Teriakan Katherine yang memanggil namanya tidak ia gubris.

Sesampainya di bar, Mada langsung bersitatap dengan orang yang bernama The King Cobra.

"Kau yang bernama Mada Goh?" tanya orang yang berpenampilan mewah dan memiliki wajah dingin menakutkan.

"Apa mau kamu? nggak usah basa-basi" Mada menghunus sorot mata tajam ke orang yang tampak aneh di depannya.

"Serahkan Katherine! si brengsek itu, telah merampokku setelah ia berhasil mendapatkan seluruh hatiku. Aku dengar kau telah menikahinya, hahahahaha. Jangan bodoh kau! kau akan bernasib sama denganku. Jadi serahkan saja dia ke aku"

"Kalau aku serahkan Katherine, kau akan apakan dia?" tanya Mada.

"Aku akan mendidiknya menjadi wanita yang penurut dan ........"

"Bohong! kau akan membunuhnya" Hefin berlari masuk dan berdiri di sampingnya Mada.

Mada menoleh ke Hefin dengan kaget, "Kenapa kau ke sini?"

"Aku memang ingin menemuimu. Kau pergi tanpa pamit dari rumahku dan......."

"Hei! berhenti ngobrol! aku masih banyak urusan, dasar gila!" pekik The King Cobra ke Hefin dan Mada.

Mada dan Hefin menatap The King Cobra. Lalu Hefin bergumam, "Jangan serahkan Katherine aku mohon. Katherine istrimu sekarang jadi kau harus melindunginya, jangan kau serahkan Katherine ke orang itu!"

"Tapi Katherine wanita brengsek, Katherine merampok orang itu" Gumam Mada ke Hefin.

"Kau tetap harus melindungi istrimu. Itu kewajibanmu sebagai seorang suami" bisik Hefin.

Mada menghela napas panjang lalu bertanya ke The King Cobra, "Kalau aku menolak menyerahkan Katherine, apa yang akan kau lakukan?"

"Tentu saja aku akan membunuhmu dan mencari Katherine tanpa bantuanmu, cih! serang dia!" perintah The King Cobra ke anak buahnya.

Mada, Hefin, dan Edo segera melawan anak buahnya The King Cobra dengan sigap. Tiga puluh lima menit kemudian, Mada telah berhasil mendaratkan moncong pistolnya di pelipisnya The King Kobra dan berhasil mengusir The King Cobra dan gerombolannya dari bar-nya.

Tiba-tiba Mada roboh dan terengah-engah, Edo langsung membuka kemejanya Mada dan menemukan luka cukup parah di perutnya Mada. "Bos terkena sabetan golok sepertinya"

"Kita harus segera bawa dia ke rumah sakit"

Edo dan Hefin segera membawa Mada ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, Mada segera dibawa ke ruang UGD dan tanpa ia minta, dokter muda Violet yang bertugas menangani Mada.

Mada bersitatap dengan Violet dan mereka saling melempar kata, "Kamu?'

Mada Tersenyum Senang

"Tolong buka kaos Anda, Tuan........."

"Mada. Apa saya belum mengatakan siapa nama saya kemarin malam, Dokter Violet?" Mada tersenyum ke Violet sambil melepas T-Shirtnya.

Kekesalan mulai terlihat di wajahnya Violet dan dia diam saja, dia memilih untuk tidak merespons ocehannya Mada.

"Aarrrgghhh! sakit! Dok, Anda mau membunuh saya ya? Anda Dokter apa tukang jagal sih, kasar amat?" Mada berteriak kencang dan membuat para pasien dan beberapa tim medis yang berada di dalam ruang UGD itu, terkekeh geli.

"Ada banyak bekas luka di tubuh Anda. Itu berarti Anda sering terkena luka semacam ini kan? Lalu kenapa Anda cengeng banget? Cuma di tekan dikit aja udah teriak. Saya perlu menekan luka Anda selama lima menit sebelum kemudian saya bersihkan luka ini setelah itu, saya akan lihat seberapa dalam luka di perut Anda. Anda harus tahan, jangan teriak-teriak nggak jelas lagi!'

Mada hendak melancarkan protes tapi di detik selanjutnya, dia menjadi kesulitan untuk melepas kata dan menelan salivanya saat Violet menunduk di atas perutnya dan rambut Violet yang dikucir kuda, berada dekat sekali dengan lubang hidungnya. Wangi lembut yang dihantarkan sang angin ke indra penciumannya Mada, membuat Mada hampir tersedak oksigen di sekitarnya.

Violet membuka kasa yang ia pakai untuk menekan lukanya Mada lalu ia menunduk lagi dengan tangan kiri menekan kacamata dan tangan kanan membersihkan lukanya Mada. Keharuman tubuh dan wangi rambutnya Violet telah menyihir Mada, dia tidak merasakan nyeri sama sekali saat Violet membersihkan lukanya.

Violet lalu menyentuh kulit di sekitar luka itu dengan sangat lembut, untuk melihat seberapa dalam lukanya Mada. Hembusan napasnya Violet menggelitik kulit di sekitar perutnya Mada dan membuat Mada semakin membeku dan melemas. Mada melemas bukan karena perihnya luka sayatan yang ada dan bukan karena darah yang sudah keluar cukup banyak dari luka itu tapi ia melemas karena, pesonanya Violet.

"Syukurlah tidak begitu dalam lukanya. Hanya cukup dibersihkan sekali lagi lalu ditutup kasa steril. Tapi jaga luka tetap kering selama lima sampai tujuh hari dan hindari merokok, mengonsumsi alkohol, dan stres berlebihan selama masa penyembuhan luka, karena hal-hal tersebut dapat mengganggu dan memperlambat proses pemulihan!" ucap Violet sambil menempelkan kasa steril sepanjang sepuluh centimeter di atas perutnya Mada yang terkena sayatan benda tajam.

"Terima kasih Dok" ucap Mada setelah Violet selesai menempelkan kasa steril itu lalu Violet berkata, "Saya akan resepkan obat anti nyeri, antibiotik, dan anti demam. Harus diminum rutin tiga kali sehari dan harus habis antibiotiknya. Anda tidak punya riwayat alergi obat kan?"

Mada tersenyum, "Saya hanya alergi bila berada di ruangan sempit seperti ini dengan seorang wanita cantik dan gejala dari alergi itu adalah sesak napas, hehehehe"

Violet mendengus kesal, membetulkan letak kacamatanya lalu berputar badan meninggalkan Mada dan duduk di mejanya untuk mulai menuliskan resep untuk Mada.

Mada terkekeh geli lalu bangkit sambil memegangi perutnya kemudian berjalan dan duduk di depan mejanya Violet.

"Kenapa Anda bisa terkena sayatan anda habis duel ya? luka itu tidak dalam tapi juga bukan luka sepele"

"Anda bisa tebak, luka sayatan ini kena apa?" tanya Mada dengan senyum lebar karena, Mada yakin dokter wanita di depannya tidak akan tahu dan kalau dokter di depannya salah menjawab pertanyaannya maka ia akan memberikan hukuman. Hukumannya adalah mengajak dokter itu untuk pergi berkencan dengannya.

"Itu gampang. Luka di perut Anda, tersayat sebilah pisau dengan panjang 25 cm, lebar dalamnya empat koma lima centimeter dan Anda bisa menghindarinya dengan cepat jadi luka sayatan itu tidak begitu dalam. Anda pasti bergerak memutar saat menghindarinya dan........."

Mada tercengang dan secara spontan bertepuk tangan, "Wow! Anda bukan saja pintar tapi cermat dan teliti juga ya, saya salut sama Anda. Tebakan Anda benar sekali" Mada lalu mengacungkan ibu jarinya di depan Violet.

Tingkah lakunya Mada mengundang senyum para tim medis dan beberapa pasien yang ada di dalam UGD tersebut.

Tapi saya sedih nggak bisa modus lagi untuk mengajak Anda berkencan dengan saya, hiks hiks hiks. Ucap Mada di dalam hatinya.

"Terima kasih" Violet tersenyum dan tidak jadi melanjutkan kalimatnya. Lalu ia menyodorkan resep yang sudah ia tulis ke Mada dan ia berkata, "Silakan ke apotik! kalau Anda masih merasakan nyeri dan tidak bisa berjalan, saya akan meminta tolong suster mengantarkan Anda ke apotik dengan kursi roda"

Mada bangkit sambil menggenggam kertas resep lalu termangu di depan Violet. Dia termangu sebab ia masih memikirkan cara untuk bisa mengajak Violet pergi berkencan dengannya.

Violet bangkit, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku blazer dinas kedokteran yang berwarna putih lalu bertanya, "Masih ada yang perlu Anda tanyakan lagi? kalau nggak, saya akan memeriksa pasien lagi"

"Emm, itu, anu........."

"Iya? apa? katakan saja jangan sungkan! kalau ada yang tidak enak di badan Anda, katakan saja, saya akan memeriksa Anda lagi"

Mada langsung tersenyum senang lalu berkata, "Iya. Ada yang nggak enak di badan saya. Di sini" Mada menyentuh dadanya sambil tersenyum senang karena, Ia membayangkan Violet kembali menunduk memeriksanya dan ia bisa mencium wangi rambutnya Violet lagi dan lagi. Mada lalu melangkah dengan ringan dan cueknya, kembali ke bilik yang masih tersibak tirainya dan kosong. Lalu dengan santainya ia merebahkan diri di ranjang yang ada di bilik itu. Mada terus tersenyum senang seperti anak kecil yang tengah menunggu gilirannya untuk bermain, sangat bersemangat dan ada gelitik-gelitik kecil di perutnya saking girangnya.

Modus pertamaku gagal. Aku harus pikirkan modus yang kedua. Batin Mada.

Violet menoleh ke koleganya dengan senyum kesal dan koleganya langsung terkekeh dan berkata, "Kemungkinan pasien kamu itu terbentur kepalanya jadi agak aneh tingkah lakunya, hehehehe"

Violet ikutan terkekeh kemudian berkata, "Bisa jadi" lalu ia menghela napas panjang dan berjalan menuju ke Mada. Dia masuk ke bilik dan menarik tirai untuk menutup bilik itu. Violet berdiri di samping bed dan mulai memeriksa dadanya Mada, "Tarik napas panjang dan hembuskan pelan!" Violet langsung menautkan alisnya dan menoleh ke Mada. Dia bersitatap dengan Mada dan langsung bertanya sambil menarik stetoskopnya, "kenapa jantung Anda berdebar sangat kencang? Anda punya riwayat sakit jantung?"

Mada menggelengkan kepalanya lalu segera berucap, "Jantung saya berdebar Karena saya kesulitan memikirkan cara bagaimana saya bisa berterima kasih ke Anda dengan benar" senyum lebar kemudian terlukis di wajah tampannya Mada.

Violet menegakkan badannya, membetulkan letak kacamatanya dan bertanya, "Berterima kasih? untuk apa?" Violet memasukkan stetoskop ke dalam saku blazer putihnya lalu bersedekap di depannya Mada yang telah bangun dan duduk di tepi ranjang.dengan senyum lebar.

"Saya terbiasa berterima kasih dengan benar kepada siapa saja yang telah menolong saya

Anda telah mengobati luka saya dan menyelamatkan nyawa saya jadi saya pikir, saya perlu untuk........"

"Nggak usah Tuan Mada yang terhormat. Sudah menjadi kewajiban saya untuk menolong Anda karena Anda adalah pasien saya" Violet berucap sambil membuka tirai di bilik itu dan mulai melangkah meninggalkan Mada.

Mada turun dari ranjang dan menyusul Violet, "Saya mohon, ijinkan saya berterima kasih dengan benar pada Anda"

Violet menghentikan langkahnya dan menghadap ke Mada, "Huuufftt! Baiklah katakan! Karena, rengekan Anda cukup mengganggu maka katakan apa yang ingin Anda lakukan untuk berterima kasih?"

"Berikan nomer ponsel Anda. Saya akan kirim pesan text ke Anda nanti, mengenai cara berterima kasih yang benar ala Mada Goh karena, saat ini saya belum kepikiran apa pun, hehehehe"

"Anda gila ya?" Violet mendelik ke Mada.

"Saya tulus dan tidak gila, hehehehe. Saya nggak akan memakai nomer ponsel Anda untuk hal yang buruk. Emm, itu, saya juga perlu nomer ponsel untuk bertanya-tanya soal obat. Saya mohon Dok, kalau tidak saya akan....."

Violet langsung mengarahkan layar ponselnya ke Mada, "Ini nomer ponsel saya"

Mada tersenyum lebar dan menghela napas lega lalu memasukkan nomer ponselnya Violet ke dalam ponselnya dengan cepat dan ia berkata, "Terima kasih banyak Dok. Saya akan berterima kasih dengan benar pada Anda nanti. Tunggu pesan text dari saya!" Mada berucap sambil tersenyum dan berputar badan untuk pergi ke apotik.

Violet hanya bisa menggeleng-nggelengkan kepalanya dan koleganya kembali terkekeh geli saat melihat Violet mencengkeram pelan kucir rambutnya bak ekor kuda itu sembari berucap kesal, "kenapa aku kasih nomer ponselku ke dia dan kenapa ia harus berisik banget tadi? Huuffttt dasar sial!"

Lalu koleganya menyahut, "Aku rasa dia pria baik"

"Kakak lihat dari mana kalau dia orang baik?" Violet langsung menoleh ke koleganya.

"Dari tampangnya. Wajahnya sangat tampan dan terlihat polos"

"Hah! polos katamu Kak? dia terkena sayatan pisau di perutnya dan dia pemilik bar Black Skull. Bagaimana bisa Kakak berkata kalau dia polos" Violet tersenyum geli.

"Kok kamu bisa tahu? kamu pernah ke sana?"

"Hmm?" Violet menatap koleganya dengan panik. Dia malu kalau sampai ketahuan pernah pergi ke sebuah bar dan itu adalah bar Black Skull.

"Kau pernah ke bar Black Skull?" Koleganya menatap Violet dengan penuh tanda tanya di wajahnya.

"Ah! itu, emm, aku tahu dari Mira. Mira temanku dan ia pernah ke sana dan pernah selfie dengan pria tadi, hehehehehe" Violet langsung bangkit dan berjalan cepat meninggalkan koleganya untuk memeriksa pasien selanjutnya demi menutupi wajah paniknya dan koleganya masih terus menatap arah perginya Violet dengan penuh tanda tanya di wajahnya.

Mada memekik senang di dalam mobilnya, "Yes! akhirnya aku dapatkan juga nomer ponselnya"

Hefin dan Edo bersitatap. Lalu Hefin menoleh ke jok belakang dan Edo lanjut fokus menyetir. Hefin melempar tanya, "Nomer ponselnya siapa?"

"Kelinci buruanku, hehehehe" Mada meringis ke Hefin.

"Dasar gila! tadi bikin orang jantungan sekarang bikin orang kesal" dengusan kekesalan Hefin disambut tawa gelinya Edo.

"Kita ke dermaga" Ucap Mada sambil mengetikkan sesuatu di ponselnya.

"Hah?!" Edo dan Hefin kaget berjamaah.

"Mau apa ke dermaga? kau baru saja kena sayatan senjata tajam, bukannya istirahat malah keluyuran ke dermaga"

"Ada deh" Mada kembali meringis.

Ting, pesan masuk ke ponselnya Violet. Violet membaca pesan itu dengan lirih, "Saya tahu Anda orang kaya dari outfit yang Anda kenakan. Saya juga tahu Anda pasti pernah naik speed boat tapi, saya yakin Anda belum pernah naik speed boat di malam hari. Saya akan berterima kasih dengan benar, datanglah ke dermaga Marina, blok B28. Saya tunggu kedatangan Anda. Terima kasih, Mada Goh"

Violet menautkan alisnya, "Dia benar-benar gila. Apa aku harus ke sana? apa nggak usah aja ya? tapi.........ah sial!" Violet melepas kucir ekor kudanya dengan kesal lalu kembali bergumam, "Dia sudah bikin aku penasaran. Emm, pergi nggak ya enaknya?" Violet berpikir sambil mengulum-ngulum sendok tehnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!