...Happy reading di novel ke dua author. ...
...Semoga kalian suka yaa,,kalo kalian ga suka silahkan tinggalkan novel ini dan ga usah komen yang nggak-nggak. Buat yang suka jangan lupain dukungan buat author yaaa seperti like,,komen,, favorit dan hadiah nya....
...Sekian terimakasih ❤️...
...----------------...
Di sebuah rumah sederhana tinggallah seorang pria dan sepasang anak berusia 4 tahun.
"Udah kakak masak mie instan aja biar cepet,,cacing di perut adek udah pada demo loh" ucap anak perempuan yang bernama Natari
"Mie instan itu ga sehat dek mending nasi goreng aja sama-sama cepet kok" ucap anak laki-laki yang tak lain adalah Nathan
"Udah lah mending masak goreng nasi aja" lerai pria yang tak lain adalah ayah kedua anak kembar itu.
"Nasi goreng ayah" ralat tari
"Ngga goreng nasi namanya" ucap Adnan
Adnan adalah pria yang bodoh sejak usianya 13 tahun. Dahulunya Adnan adalah seorang anak genius,, akan tetapi karena benturan yang di alaminya membuat Adnan menjadi anak ber-IQ dibawah rata-rata.
Awalnya Adnan dibuang oleh keluarga besarnya karena merasa malu dan kebetulan sekali dirinya bertemu seorang anak perempuan dan menjadikan nya seorang istri saat dirinya berusia 21 tahun.
Istri adnan menghilang karena kecelakaan dan meninggalkan Adnan dengan kedua anak mereka yang saat itu berusia 2 tahun.
"Kalian duduk di kursi masing-masing biarkan kakak saja yang memasak" lerai Nathan yang malas mendengar perdebatan unfaedah antara adik dan ayahnya.
"Huuu bang Nathan nyebelin" cibir tari dan Adnan serempak.
'giliran nyibirin orang aja kompak' batin Nathan berusaha sabar.
Nathan adalah orang yang paling dewasa diantara tari dan Adnan. Nathan juga seorang anak genius,,ketika dirinya berusia tiga tahun nathan sudah bisa memasak dan merangkai sesuatu.
Beberapa saat berkutat di dapur akhirnya nasi goreng spesial buatan Nathan pun jadi. Nathan langsung menyajikannya di depan adik dan ayah nya.
"Makasih udah mau masakin buat aku" ucap Adnan sambil bertepuk tangan.
Nathan pun tersenyum menanggapi ocehan sang ayah.
"Huu kalo ada ibu pasti ibu yang masak" lirih tari.
Nathan yang mendengar itu pun ikut menunduk. Sedangkan Adnan yang mendengar itu hanya tertawa.
"Ih kalian lebay,,ibu tuh pergi cari uang bukan ninggalin kalian" ujar Adnan.
"Hiks ayah" Seketika tari berhambur ke pelukan ayahnya dan menangis.
Adnan mengusap punggung tari dengan lembut. "Ihh kamu cengeng masa nangis" cibir Adnan.
Tari pun menghapus air matanya dan mendongak menatap ayahnya. "Tari ga cengeng kok" elaknya.
"Oh ya udah berarti tadi kamu cuman ngeluarin air mata doang ya" ucap Adnan yang diangguki tari.
'Hadeh yah nangis itu ngeluarin air mata' batin tari dan Nathan
"Sudah ayo makan" ajak Nathan menengahi pembicaraan mereka.
Adnan dan tari mengangguk dan memakan makanannya masing-masing. Setelah makan Adnan langsung pergi ke kamar nya sedangkan tari dia membantu sang kakak membereskan peralatan makan mereka.
"Kak kenapa kita mendapatkan ayah bodoh sedangkan diri kita genius?" tanya tari pada Nathan.
"Kakak juga nggak tahu,,yang tahu semua tentang ayah cuman ibu dek" jelas Nathan.
"Lalu kemana ibu?" tanya tari lagi
"Kakak masih mencarinya,, kemungkinan ibu di culik" ucap Nathan yang menduga ibunya belum meninggal akan tetapi meninggalkan mereka.
"Hah diculik?" kaget tari mengetahui itu.
"kemungkinan sih,, entahlah kakak masih mencari tahu" ujar Nathan.
"Haish kakak nih nyari ibu aja ga bisa" ketus tari.
"Emangnya kamu bisa?" tanya Nathan sambil memincingkan alisnya.
"Ngga" ucap tari sambil cengengesan.
Nathan menepuk jidatnya sendiri dan meninggalkan tari di dapur.
"Kakak tunggu" pekik tari yang ditinggalkan oleh sang kakak.
"Huaaaa" suara tangisan pun menggema di rumah itu. Nathan dan tari saling pandang kemudian berlari menuju kamar ayah nya.
Brak
Nathan menendang pintu kamar itu. Tari dan Nathan terkejut melihat sang ayah tengah menangis sambil memeluk kedua lututnya.
Tari dengan perlahan-lahan menghampiri sang ayah.
"Ada apa yah?" tanya tari lemah lembut.
"Hiks kasurnya jahat dia nendang ayah huaaa" ucap Adnan sambil menangis.
Tari dan Nathan menepuk jidatnya masing-masing. Mereka berdua berusaha menenangkan sang ayah.
"Sudah ayah jangan menangis nanti kami belikan es krim deh" ujar Nathan.
Mendengar kata es krim pun seketika Adnan menghentikan tangisnya dan menatap Nathan dengan mata yang berbinar-binar.
"Benarkah?" tanya Adnan memastikan.
"Iya ayah,,udah ya cup cup udah gede ga boleh nangis" ucap tari sambil menghapus air mata sang ayah dengan tangannya.
Adnan pun mengangguk kecil sedangkan Nathan geleng-geleng kepala melihat kelakuan sang ayah.
...'Ya tuhan kasian sekali ayah,,umurnya sudah hampir kepala tiga tapi tingkahnya seperti usia 5 tahun' batin tari iba pada ayahnya....
Meski kembar akan tetapi batin mereka berbeda. 'Ya tuhan berikanlah aku petunjuk untuk menyembuhkan penyakit ayah,, pertemukan lah kami dengan ibu karena ibu yang mengetahui apa penyakit yang ayah derita' batin nathan yang bertekad ingin menyembuhkan sang ayah.
"Nathan maafin ayah ya,tadi ayah ngga sengaja banting ponsel kamu" ucap Adnan yang teringat ketika dirinya melempar ponsel Nathan.
"Loh emang ponselnya kenapa yah?" tanya nathan
"Ponselnya tadi ngga mau nyala makanya ayah lempar" ucap Adnan sambil memamerkan deretan giginya yang putih.
"Astaga ayahh" kaget Nathan menepuk jidatnya sendiri.
Tari bukannya kaget malahan ia tertawa terbahak-bahak. "Hahaha rasain tuh kak makanya jangan ceroboh jadi ponsel kakak pecahkan" ledek tari.
Nathan mendengus sebal dan mendekati kepingan ponselnya. Nathan memunguti kepingan itu satu persatu dan membawa nya pergi ke kamar miliknya.
"Ya elah si abang malah ninggalin" umpat tari sebal.
"Ayo beli es krim" rengek Adnan pada tari.
"Ya sudah ayah tunggu dulu sebentar yaa tari beli dulu es krimnya" ucap tari.
Adnan mengangguk kecil dan tersenyum senang. Tari pun beranjak pergi membeli es krimnya.
Di kamar Nathan.
"Haish ni ponsel acara hancur segala" kesal Nathan sambil mencoba memperbaiki ponselnya.
Dengan teliti Nathan merangkai kembali ponsel itu hingga menyala kembali setelah 2 jam di perbaiki.
"Yes akhirnya selesai" ucap Nathan senang.
Nathan pun keluar dari kamarnya tak lupa juga ia mengunci kamarnya itu. Nathan berjalan menuju kamar sang ayah karena terakhir dia melihat sang ayah berada di kamar.
Nathan membuka pintunya dengan sangat perlahan-lahan. Setelah terbuka sedikit Nathan menyembulkan kepalanya dan melihat sedang apa sang ayah.
Nathan tersenyum ketika melihat sang ayah sedang tertidur pulas sambil memeluk guling. Nathan pun kembali menutup pintu itu.
Pluk
"Eh naga makan panci" latah Nathan ketika tari menepuk bahunya.
"pffftt hahaha Abang lagi ngapain sih? liat ayah? ayah lagi tidur jangan di ganggu dan jangan berisik.. tssst" ujar tari sambil meletakkan jarinya di bibirnya.
"Hehehe iya dek,,ya sudah kakak mau balik ke kamar.. mo kerja dulu jadi hackers hehehe" ucap Nathan.
"Iya bang semangat,,klo Abang ga jadi hackers kita makan gimana? ga mungkin kita makan rumput kan" ucap tari menyemangati sang kakak.
"Oke"
Nathan pun masuk ke kamarnya lagi dan mulai melakukan pekerjaannya sehari-hari untuk membiayai adik dan ayahnya.
Setelah Nathan masuk ke kamarnya,,tari pun ikut masuk ke kamarnya. Tari pun mulai mengutak-atik laptopnya dan membantu sang kakak mencari nafkah.
...Happy reading para readers ❤️...
...----------------...
Dua jam kemudian.
Dug dug dug
pintu Nathan di gedor-gedor oleh seseorang. Nathan yang sudah beres dengan pekerjaannya pun beranjak membuka kan pintu.
Ceklek
"Ayah sudah bangun?" tanya Nathan.
Adnan pun mengangguk kecil dan bergerak-gerak seolah ingin memberi tahu sesuatu pada Nathan.
Nathan pun melihat ke bawah ayahnya dan ternyata ayahnya sedang kebelet ingin buang air.
"Ayo ayah Nathan antar" ucap Nathan yang mengerti dengan ayahnya.
Adnan pun mengangguk dan berjalan ke kamar mandi mendahului Nathan. Adnan menutup pintu kamar mandi itu dan membuang air kecil.
Nathan menunggu sang ayah dengan sabarnya. Sesekali dirinya membuka ponselnya untuk menghilangkan kebosanan nya.
Tak lama kemudian pintu Adnan pun keluar dengan baju yang basah sebagian membuat Nathan mengelus dadanya agar bisa sesabar mungkin.
"Ayah apa ayah masih takut ke kamar mandi?" tanya Nathan yang di angguki Adnan.
Nathan menghela nafas panjang dan membawa sang ayah ke kamarnya lagi.
"Nathan ayah pengen keluar rumah" pinta Adnan.
"Baiklah ayah,,Nathan akan mengajak tari dulu. Ayah di sini saja dan ganti baju ayah" ujar Nathan sambil beranjak pergi ke kamar tari
tok tok tok
"Tari ini kakak" ucap Nathan
"Bentar kak" sahut tari dari dalam.
Tak berselang lama tari pun membukakan pintunya.
"Ada apa kak?" tanya tari
"Ayo kita jalan-jalan" ajak Nathan.
"Ya sebentar aku menyelesaikan pekerjaan ku dulu dan bersiap-siap" ujar tari lalu menutup pintunya.
Tari menghela nafas panjang dan melanjutkan pekerjaannya yang sudah 95 persen. Setelah selesai dengan pekerjaannya tari mengganti bajunya dan memoles kan bedak bayi pada wajahnya.
'huh kalo bukan karena ayah mungkin aku ga mau pergi jalan-jalan' batin tari
Setelah selesai bersiap-siap tari pun keluar menghampiri ayah dan kakaknya.
"Ayo kak" ajak tari pada Nathan
"Ya udah ayo kasian ayah udah nunggu lama banget" ujar nathan.
"Iya kak,,maaf ya yah" ucap tari merasa bersalah pada sang ayah.
"Ya gapapa" ucap Adnan.
Mereka bertiga pun berjalan menuju taman. Sesampainya di taman Adnan langsung berlarian membuat tari dan Nathan ikut berlari juga.
"Ayah hos jangan berlarian hos" ujar Nathan dengan nafas yang memburu karena berlari.
Tari menghela nafas panjang dan menstabilkan nafasnya. "Mengapa ayah berlarian?" tanya tari
Adnan tersenyum mendengar pertanyaan tari dan duduk di atas rerumputan hijau.
"Ayah kangen ibu kalian,,andai ayah bisa bekerja mungkin ibu bersama kita" ucap Adnan sambil menatap danau yang terletak di taman itu.
Kemudian Adnan menundukkan kepalanya. "Maafkan ayah,, jika saja atau tidak bodoh mungkin ayah yang bekerja dan ibu ada disini" lirih Adnan.
Tari yang mendengar itu pun langsung memeluk sang ayah. "Ayah tidak bodoh tapi author nya yang bikin ayah bodoh kayak gini" ucap tari.
(author : loh kok nyalahin author sih? klo ayah kalian pinter mungkin novel ini berjudul anak genius milik pria genius)
Adnan mendongak dan menatap tari. "Benarkah?" tanya Adnan memastikan.
Tar pun mengangguk. "Tapi mengapa ayah ngga pernah dijemput sama keluarga ayah ya?" sambung Adnan.
'Ayah itu di usir sama keluarga ayah,,ya iyalah ayah ga akan di jemput' batin tari geregetan dan memang tahu tentang keluarga sang ayah melalui buku diary sang ibu.
Nathan mengambil tangan Adnan dan di genggamnya tangan itu dengan penuh kasih sayang. "Ayah sudah lah jangan mengingat itu,,lebih baik kita main saja,,bagaimana?" usul Nathan yang tak mau sang ayah mengingat kenangan buruknya.
Dengan antusias Adnan mengangguk. "Tapi main apa?" tanya Adnan.
Tari dan Nathan pun berpikir sejenak untuk memikirkan permainan apa yang bisa dimainkan oleh sang ayah.
"Bagaimana kalo petak umpet?" usul tari.
"Boleh tuh" ucap Nathan menyetujui usulan tari.
"Ayah yang hitung yaa dan kalian yang ngumpet" ujar Adnan yang di angguki kedua anaknya.
Adnan pun berdiri dan mulai menghitung di balik pohon. Sedangkan Nathan dan tari langsung berhambur untuk bersembunyi.
Meski mereka anak genius akan tetapi mereka juga masih ingin bermain seperti anak-anak lainnya. Akan tetapi karena kondisi mereka membuat mereka harus lebih dewasa daripada anak-anak pada umumnya.
1
2
3
4
5
"Siap atau tidak ayah datang" ujar Adnan dan mulai mencari anak-anaknya yang sedang bersembunyi.
Adnan mencari anak-anaknya mulai dari balik semak-semak dan di balik pohon.
"Ketemu" pekik Adnan girang ketika menemukan tari dan Nathan.
Tari mengerucutkan bibirnya. "Ih ini gara-gara Abang yang ga mau diem,,jadinya ketahuan kan" ucap tari menyalahkan Nathan.
"Loh kok jadi saya sih?" ucap Nathan yang tak terima di salahkan.
"Abis nya Abang gerak-gerak terus" kesal tari sambil menendang angin untuk mengurangkan rasa kesalnya pada sang kakak.
"Kamu yang gerak-gerak terus" ucap Nathan yang menyalahkan tari.
"Ih kok jadi ribut sih" ucap Adnan heran sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
"Hehehe sorry yah" ucap Nathan dan tari serempak.
Adnan hanya mengangguk kecil. "Beli es krim yuk" ajak Nathan.
Mendengar kata es krim seketika mata Adnan berbinar-binar. "Ayooo" seru Adnan dengan semangat 45.
Mereka bertiga berjalan bergandengan menuju toko es krim terdekat. Nathan memilik rasa vanila,,tari memilih rasa strawberry dan Adnan memilih rasa cokelat saja.
Setelah mendapatkan es krim yang mereka mau,,mereka pun duduk di salah satu bangku taman. Tanpa izin dari Adnan,,air mata Adnan menetes seketika.
"Loh ayah kenapa?" tanya tari yang menyadari ayahnya tengah bersedih.
"Ayah kangen sama ibu,, biasanya kami makan es krim disini" jawab Adnan sambil memakan es krimnya.
"Ayah inget sama nama ibu ga?" tanya Nathan yang di jawab dengan gelengan kepala oleh Adnan.
Nathan menepuk jidatnya dan kembali menikmati es krim miliknya. 'Mengapa ibu sulit sekali di temukan,,siapa ibu sebenarnya' batin Nathan yang mulai putus asa untuk mencari sang ibu.
"Udah ah ayah jangan mellow lagi,,ibu bakal pulang secepatnya kok" ucap tari berusaha tegar di depan sang ayah.
Adnan mengangguk dan menghabiskan es krimnya. Sedang Nathan dia fokus melamun hingga tak sadar es krim nya sudah mulai mencair.
"Bang" panggil tari sambil menyenggol bahu Adnan.
Seketika Nathan terbangun dari lamunannya. "Eh a-ada apa?" tanya Nathan yang sudah tersadar.
"Mikirin apa sih? lagi mikirin cara nemuin ibu lagi?" tebak tari yang di angguki Nathan.
"Kita bicarain ini di rumah" bisik Nathan.
Tari pun mengangguk kecil.
"Nathan kamu ga mau es krimnya?" tanya Adnan membuat mereka berdua menoleh.
"Mau kok yah,,ini Nathan makan" jawab Nathan sambil menjilati es krimnya.
"Ayah belepotan banget sih" ucap tari sambil mengeluarkan tisu basah yang dibawanya dari rumah.
Dengan telaten tari mengusap bibir sang ayah yang belepotan dan membuang tisu yang kotor ke tempat sampah.
"Makasih" ucap Adnan.
"Iya sama-sama lain kali jangan belepotan yaa" ujar tari yang diangguki Adnan.
"Udah ah Ayuk pulang" ajak Adnan yang mulai bosan.
Nathan dan tari mengangguk. Mereka bertiga pun kembali berjalan bergandengan menuju rumah.
...----------------...
Tari : "Thor mengapa kau kasih bapak kek dia huhuhu"
Author : "Yang sabar ini ujian"
Nathan : "Emang sekolah ujian"
Author : "Ujian kehidupan nathan"
...Happy reading para readers semua❤️...
...----------------...
Sesampainya di rumah.
"Ayah mandi dulu yaa,, di bantuin kak Nathan kok" ujar tari tanpa merasa bersalah pada Nathan
"Loh kok Abang sih" ucap Nathan yang tak terima di suruh-suruh oleh adiknya.
"Ya iyalah Abang masa aku sih"
"Kenapa ga kamu aja sih?" tanya Nathan pada adik nya.
"Karena aku cewek,,aku ga mau yang mata ku yang suci sesuci air ini ternodai gara-gara mandiin kakak" jelas tari
"Lalu kenapa ayah tak mandi sendiri saja?" tanya nathan.
"Abang lupa atau hilang ingatan sih,,Kakak kan tau kalo ayah mandi sendiri yang ada semua peralatan mandi jadi habis terus kalo habis kan harus beli lagi,,inget kak kita harus hemat" cerocos tari menjelaskan.
"Hehehe kakak lupa" ucap Nathan sambil cengengesan dan menggaruk tengkuknya.
"Ya udah sana mandiin ayah" titah tari.
"Ayok mandii" seru Adnan girang sambil bertepuk tangan dan loncat-loncat.
Melihat sang ayah yang sangat girang seperti itu Nathan dan tari menggeleng-gelengkan kepalanya.
'Seperti anak kecil' batin mereka
Nathan menuntun ayah nya menuju kamar mandi dan memandikannya seperti anak kecil. Setelah selesai Nathan menuntun ayahnya kembali menuju kamar untuk berpakaian.
Setelah selesai dengan tugasnya Nathan pun kembali ke kamarnya. Sedangkan tari menghilang entah kemana.
Di dalam kamar Nathan.
Drrrrt drrrrt
Ponsel nathan berbunyi. Dengan segera Nathan mengambil ponselnya dan mengangkat telpon itu.
"Halo apa kabar?" sapa seseorang di sebrang sana.
"Siapa?" tanya nathan yang tak mengenali suara orang itu.
"Siapanya diriku itu tidak penting,, bagaimana kabar adik mu dan ayahmu?"
"Baik" jawab Nathan singkat
"Syukurlah"
tut
Panggilan nya putus sepihak. Nathan terheran-heran dengan siapa yang menelpon nya.
"Apakah itu ibu?" gumam Nathan bertanya pada dirinya sendiri.
Nathan pun bergegas mencari lokasi penelpon itu. Akan tetapi hasilnya nihil dia tak menemukan lokasinya.
'Siapa orang itu' batin Nathan bertanya-tanya.
Nathan melamun memikirkan tentang itu sampai suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Dengan segera nathan membuka kan pintu.
"Ada apa dik?" tanya nathan pada tari yang sedang mengusap-usap rambutnya memakai handuk.
"Mandi gih" titah tari pada kakaknya
"Hmm ya"
Nathan berjalan menuju kamar mandi tapi sebelumnya nathan sudah menyambar handuk nya terlebih dahulu. Setelah 15 menit nathan menyudahi ritual mandinya.
"Huaaaaa" suara tangis sang ayah membuat Nathan segera berlari menghampiri ayah nya.
Brak
Nathan menendang pintu kamar sang ayah dengan kerasa membuat tari dan ayah nya terkejut.
"Ih kakak jangan nendang pintu terus,,kalo rusak gimana" omel tari.
Nathan tak menggubris omelan tari dan menghampiri ayahnya. "Ada apa? kenapa ayah nangis?" tanya Nathan.
"Oh ayah nangis gara-gara tadi jerry nya mau di kerjain sama tom" jawab Adnan sambil tersenyum tanpa dosa.
Nathan menepuk jidatnya sendiri. 'Kirain nangis kenapa ternyata cuman gara-gara si tom Ama si Jerry. Awas kalian kalo ketemu aku ulek' batin Nathan melampiaskan kekesalannya pada si tom dan Jerry.
(Waduh jahat banget bang Nathan,,tom Ama Jerry mah ga ngapa-ngapain kok di salahin sih)
"Udah kak,,ayah gapapa cuman kita lagi nonton YouTube doang,,tadi ayah bilang bosen makanya kita nonton tom sama jerry" ucap tari yang tahu kalo kakaknya sedang kesal.
Nathan pun menghela nafas panjang dan berjalan kembali ke kamarnya. Karena tidak memperhatikan jalan Nathan tersandung kaki kasur milik ayah nya.
Bruk
"Aww" ringis Nathan kesakitan.
"Hahaha"
Bukannya di tolong adnan dan tari malah mentertawakan Nathan yang terjatuh.
"Hati-hati jatuh bang" ucap tari memperingati padahal sudah terlambat.
"Telat,,udah jatuh nih" ujar Nathan sambil berdiri.
Nathan menghela nafas panjang dan pergi ke kamarnya untuk menenangkan diri.
"Aaaa" pekik Adnan ketakutan
Tari pun menoleh ke ayahnya dan memincingkan matanya. "Kenapa yah?" tanya tari pada ayahnya.
"Nathan dimakan pintu de" ucap Adnan ketakutan.
"Hah?" tari menganga lebar mendengar ucapan sang ayah.
'Ku menangis membayangkan sedih nya diriku punya Ayah kek gini' batin tari menyanyikan lagu untuk menggambarkan kesedihannya.
"Ayah kakak ngga dimakan pintu tapi dimakan rumah" ucap tari asal-asalan.
"Aaaa huaaa Nathan jangan ninggalin ayah huhuhu" seketika tangis Adnan pecah membuat tari gelagapan.
"E-eh ayah aku cuman bercanda kok,,iya bercanda" ujar tari membuat Adnan berhenti menangis.
"Benarkah?" tanya Adnan memastikan.
"Iya"
Adnan pun menghapus air matanya dan tersenyum manis pada tari membuat tari gemas.
"Uhh ayah,,ayah manis bangetttttt" ujar tari yang tak tahan dengan manisnya wajah sang ayah ketika menampilkan gigi ginsul miliknya.
"Ih ayah ngga mau jadi manis" ucap Adnan cemberut.
"Loh kenapa yah?" tanya tari yang heran karena biasanya orang ingin menjadi manis tapi ayah nya malah sebaliknya.
"Takut di makan semut" jawab Adnan dengan polosnya.
"Pfft hahahaha ayah-ayah huft selalu saja bikin anak-anaknya ketawa" ujar tari.
"Masa sih? perasaan ayah ga bisa bikin ketawa deh,,emang ketawa terbuat dari apa?" tanya Adnan dengan bodohnya.
"Eh,,lupain aja yah" ucap tari yang pusing akan menjawab apa.
Adnan mengangguk kecil dan tiduran di atas kasur miliknya.
"Tari cepet shalat dulu" teriak Nathan entah darimana.
"Iya kak" balas tari dengan nada teriak juga.
"Ayah tunggu dulu disini yaa tari mau shalat dulu" tutur tari pada sang ayah.
Adnan mengangguk kecil dan tari pun pergi untuk melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim.
Tak berselang lama Nathan menghampiri ayahnya yang tengah menonton televisi.
"Ayah makan dulu yu" ajak Nathan.
"Iya"
Adnan pun mengikuti Nathan ke ruang makan. Nathan menarik kursi untuk di duduki sang ayah,, setelah sang ayah duduk Nathan menyajikan sayuran dan nasi di depannya.
Nathan pun duduk di kursi nya,,tak berselang lama tari menghampiri mereka dan ikut makan malam.
"Selamat makan" seru tari.
"Jangan banyak bicara cepet makan" tegur Nathan.
Tari cengengesan dan menganggukkan kepalanya. "Maaf bang" ucap tari.
Nathan mengangguk dan memakan makanannya. Begitu juga dengan tari dan Adnan. Setelah beberapa menit berlalu,,mereka pun selesai makan malam.
Tari dan Adnan memutuskan untuk menunggu Nathan yang sedang membereskan peralatan makan mereka.
"Kenapa kalian tidak kembali ke kamar kalian saja?" tanya Nathan sambil menyingsingkan lengan bajunya agar tak basah ketika mencuci piring.
"Mau nonton Nathan cuci piring dulu" jawab Adnan.
"Oh gitu,,tapi kalian ga ngantuk?" tanya Nathan kembali sambil mencuci piring.
"Ngga kak,,udah kakak fokus cuci piring aja,, lagipula kalo kita ngantuk juga pasti tidur" ujar tari.
"Pengen belajar cuci piring deh" celetuk Adnan tiba-tiba.
"Ah tidak usah yah,,Nathan bisa kok cuci piring" ucap Nathan yang tau resiko jika ayah nya mencuci piring.
'Kalo ayah yang cuci piring yang ada piringnya yang nyuci ayah' batin tari menebak-nebak.
"Udah selesai,,ayo tidur" ajak Nathan pada ayah dan adiknya.
Adnan dan tari pun mengangguk lalu beranjak berdiri. Mereka bertiga pun langsung masuk ke kamar masing-masing dan beristirahat karena hari sudah menjelang malam.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!