Badai mengamuk.
Petir menyambar dengan begitu dahsyat.
Perlahan dari cakrawala gulungan ombak setinggi ratusan meter menghampiri pantai.
Melihat ketinggian ombak membuat para warga yang telah mengungsi menjadi putus asa.
“Bagaimana kita bisa menghindar dari bencana ini?.” Pertanyaan ini yang mungkin saja ada didalam hati setiap orang.
Beberapa jam sebelum bencana ini dimulai pihak yang berwenang telah memperingati warganya akan kedatangan bencana.
Para warga yang telah diperingati pun mulai mengungsi ke tempat yang lebih tinggi untuk menghindari terjangan tsunami.
Tapi setelah melihat besarnya ombak yang datang mereka menyadari tidak ada tempat yang aman di negeri ini dari bencana ini.
Di tengah keputusasaan tiba-tiba sebuah cahaya dengan kecepatan tinggi turun dari langit tercebur kedalam laut.
kemudian setelah cahaya itu tenggelam dengan cepat lautan membeku, Mega tsunami yang semula akan menyapu bersih seluruh negara pun berubah menjadi dinding es.
Sebuah keajaiban.
Hanya itu yang dapat dipikirkan oleh semua orang. Hingga dari lautan yang membeku muncul seseorang pemuda dengan wujud serba putih beserta tanduk di kepalanya.
Aura yang terpancar dari pemuda itu benar-benar dingin seolah pemuda itu berasal dari planet Pluto.
Ngoooooonggghhh!
Tidak lama setelah lautan membeku suara yang begitu nyaring bergema dari dasar laut. Menyadari sesuatu pemuda putih itu segera terbang seolah gravitasi tidak berpengaruh padanya.
Braakk...
Bertepatan ketika pemuda itu terbang, es dibawahnya retak kemudian hancur saat sesosok paus pembunuh muncul dari dasar.
Paus itu berusaha untuk memangsa pemuda putih namun sudah terlambat karena mangsanya telah terbang menjauh.
Ngooouuoohh!
Ikan raksasa itu terlihat begitu marah saat tidak berhasil memakan pemuda putih. Kemarahannya pun semakin besar ketika ratusan tembakan rudal membombardir dirinya.
Tembakan yang berasal dari pesawat tempur maupun kapal perang ditujukan untuk membinasakan penyebab terjadinya bencana yang hampir menenggelamkan negara itu.
Penyerangan dari pihak militer dibalas dengan tembakan meriam air dari paus pembunuh. Serangan air yang mampu melenyapkan belasan kapal perang membuat pertempuran itu begitu sulit untuk pihak militer.
Hingga pemuda putih itu kembali membantu menghadapi paus pembunuh, namun kali ini dia datang dengan membawa pasukan.
***
Triiiiiiiiiiit
Suara yang mengganggu memaksaku membuka mata.
Aku mencoba mencari ponsel yang menjadi sumber dari suara mengganggu itu.
“Oh ya ampun dimana sih?.”
Entah karena masih mengantuk atau memang aku lupa dimana menaruh ponsel itu hingga akhirnya aku benar-benar bangkit dari tempat tidur untuk mencarinya.
“Tsk, ini menyebalkan.”
Setelah bangkit dari tempat tidur akhirnya aku dapat menemukan ponsel yang ternyata berada di dalam sepatu yang tergeletak di bawah tempat tidur.
“Bagaimana kau bisa ada di sana, mouh~” dengan kesal aku mematikan alarm sambil mengucek mata.
Setelah mematikan suara alarm pada ponsel aku merasa kantuk kembali menarik ku untuk kembali ke kasur, namun aku menolak dan segera menuju ke kamar mandi.
Membasuh wajah membuatku lebih segar kemudian menyikat gigi sambil mendengarkan lagu di ponsel yang semakin lama membuatku ingin menari.
Tapi itu berakhir saat panggilan masuk tiba-tiba masuk.
Aku hanya terdiam dengan sikat gigi dan busa putih yang masih berada di dalam mulutku saat menatap layar ponsel yang menunjukkan identitas si penelepon.
Keluar dari kamar mandi aku segera menuju dapur bersiap membuat sarapan. Namun saat membuka lemari pendingin hanya sebutir telur serta sosis yang tersisa.
“Haaaahhh… sial aku lupa mengisi persediaan, mungkin aku akan sarapan di bunker.”
Walaupun aku tidak pernah merasa kelaparan karena kemampuan yang aku miliki namun keinginanku untuk memakan sesuatu masih ada, sepertinya itu adalah efek psikologis yang dimiliki makhluk hidup.
***
Setelah merapikan diri aku keluar dari rumahku yang merupakan sebuah pabrik yang terbengkalai.
Mengendarai mobil sambil menikmati perjalanan meskipun yang bisa aku lihat hanyalah pepohonan karena letak pabrik yang aku jadikan rumah berada di tengah hutan.
Setelah beberapa menit berkendara mobilku keluar dari wilayah hutan dan segera masuk ke jalan bebas hambatan.
Jalan yang menghubungkan ibukota dan provinsi lain begitu seperti sangat berbeda sebelum dunia ini berubah, tapi tidak berarti jika tidak ada mobil lain yang menggunakan jalan ini.
Sesekali aku berpapasan dengan pengendara lain, mereka mengendarai mobil yang terlihat begitu kokoh seperti kendaraan militer. Tanpa peduli dengan pengendara lain aku terus berkendara sambil mendengarkan lagu dari headset.
Aku merasa tidak akan ada yang terjadi saat keadaan menjadi begitu tenang, hingga keadaan tenang itu berakhir saat mobilku berhenti di depan pintu tol.
“Seolah aku pernah mengalami situasi yang sama sebelumnya.” ucapku sambil memperhatikan sebuah mobil truk yang berada di depan mobilku. Pengendara itu sepertinya bermasalah dengan penjaga pintu tol.
Dari dalam mobil aku dapat mendengar perdebatan keduanya yang sepertinya mempermasalahkan tentang uang kembalian. Merasa kesal karena keduanya terus berdebat begitu lama aku pun berulangkali membunyikan klakson.
Tapi karena keduanya tidak memperdulikan suara klakson dariku akhirnya aku menguarkan kepala dari dalam mobil dan meneriaki keduanya.
“Oh ayolah!, Aku benar-benar ingin memakan sesuatu saat ini, sebaiknya kalian segera menghentikan perdebatan bodoh kalian, atau kalian akan mendapatkan masalah jika aku turun dari mobil!.”
Mendengar teriakan dariku keduanya hanya terdiam sebentar hingga mereka kembali lagi berdebat. Aku yang sudah muak segera melepaskan sabuk pengaman bersiap turun dari mobil, namun tiba-tiba pintu bak dari truk itu terbuka dan memperlihatkan beberapa orang dengan seragam serba hitam beserta senjata berat.
Aku termenung melihat pemandangan di depanku hingga aku tersentak kaget saat orang-orang yang terlihat seperti tentara elit mengarahkan senjatanya padaku. Aku segera bergegas untuk keluar dari mobil namun reaksiku terlambat.
Ratatatata…..
Tembakan bertubi-tubi menghujani mobilku serta belasan peluru mengenai tubuhku. Darah bercucuran di dalam mobil yang telah dilubangi oleh ratusan peluru.
Melihat jika perempuan yang berada di dalam mobil tidak lagi bergerak orang-orang berseragam hitam pun menghentikan tembakan. Penjaga pintu tol yang dari tadi berdebat dengan sopir truk keluar dari bilik kemudian mendekati mobil yang hancur.
Dia menatap perempuan yang tidak lagi bergerak kemudian memeriksa tanda-tanda kehidupan. Setelah yakin jika perempuan itu telah meninggal petugas tol itu menggalakkan mobil menuju truk dengan senyum diwajahnya.
Tapi tiba-tiba…
Bruuummm...
Mobil itu kembali menyala dan langsung menabrak petugas tol palsu di depannya hingga masuk ke kolong mobil.
“Men… really?, Baju ini adalah hadiah dari Miky dan kalian menghancurkannya!, Tidak bisa dimaafkan.”
Membalas tembakan yang mereka berikan aku segera mengambil pistol yang terdapat di laci mobil. Dua orang terjatuh saat terkena tembakan dariku, mereka pun membalas dendam kembali menghujani dengan tembakan namu sebabnya apapun peluru yang menembus tubuhku aku akan tetap hidup.
Menyadari jika serangan yang mereka lakukan tidak berhasil membunuhku mereka pun memutuskan untuk kabur.
“Hemm kalian ingin lari dari seorang pemburu?.” ucapku sambil berusaha menyalahkan mobil namun itu tidak berhasil, seperti mesinnya telah rusak akibat tembakan.
“Sial!.” makiku dengan kesal sambil menendang pintu mobil dengan keras hingga membuatnya terlepas.
Keluar dari mobil aku hanya bisa menatap truk yang terus menjauh.
“T…tol..tol..lol.”
Terdengar suara erangan dari bawah mobil, aku pun kembali teringat dengan penjaga pintu tol yang sebelumnya aku tabrakan.
“Helo…”
Dengan senyum lebar aku menatap penjaga tol yang tengah sekarat di bawah mobil, sepertinya tubuhnya terjepit.
“Apa kau butuh bantuan?.”
Menjawab pertanyaan dariku penjaga pintu tol itu hanya menggelengkan kepalanya.
“Oh ayolah jangan malu-malu Kemarilah aku kan membantumu.”
Aku kemudian menarik kepala pria itu, dengan penuh semangat menolong aku terus menariknya. Teriakkan pria itu terdengar keras tapi tidak aku pedulikan hingga akhirnya…
Jraaas.
“Ups… yah copot deh.”
Tiba-tiba teriakan itu menghilang saat kepala penjaga pintu tol itu terlepas dari tubuhnya.
“Yah lagipula hanya ini yang aku butuhkan.” ucapku sambil mengambil sesuatu di dalam saku jas.
“Oke ini sempurna.”
Aku menatap granat yang aku ambil lalu meletakkan pada mulut kepala si penjaga pintu tol. Tatapanku kemudian tertuju pada truk yang semakin mejauh.
“Hem… Kirana 5 kilometer.” gumamku yang mulai melakukan ancang-ancang seperti pitcher profesional.
(Note : pitcher adalah seorang pemain yang bertugas melempar bola dalam permainan softball)
Setelah beberapa saat berkonsentrasi aku pun merasa yakin dan akhirnya melempar kepada dengan granat kearah truk.
Wuuusss~
Braakk
Lemparan yang begitu kerah hingga menjebol pintu belakang truk. Seluruh pasukan berseragam hitam terkejut saat tiba-tiba pintu di dobrak, tapi mereka lebih terkejut ketika yang mendobrak pintu tersebut adalah kepala rekan mereka yang terpotong.
“Oh sit!.”
Ucap salah satu dari mereka yang melihat granat yang terdapat di mulut potongan kepala.
BLAAAAAAAR
Dari kejauhan aku hanya menatap truk itu meledak.
“Yeah home run baby!.”
Aku tidak dapat menahan kegembiraan setelah berhasil membalas dendam atas bajuku yang rusak.
***
End.
Kering kring...
“Helo…”
Sambil duduk di atas mobil yang hancur aku menelepon seseorang untuk menjemput ku.
Kemudian 5 menit setelah aku menutup telepon, sebuah helikopter terlihat dari kejauhan.
Itu bukanlah helikopter biasa karena banyak misil dan senapan yang terpasang menandakan jika itu adalah helikopter militer.
Sementara aku masih berada di atas kap mobil melihat helikopter itu mulai turun tepat di atas ku mengakibatkan angin yang kuat menerpa menerbangkan rambutku ke segala arah.
Lalu seorang prajurit melemparkan tangga yang terbuat dari tali untuk aku dapat menaiki helikopter, tapi aku tidak membutuhkan itu.
Hanya dengan satu lompat aku dapat menggapai besi untuk mendapatkan helikopter lalu masuk kedalamnya.
Tindakanku membuat prajurit yang tadi melemparkan tali terkejut, tapi kemudian dia tersadar jika aku adalah seorang player.
***
Dunia saat ini jauh lebih keras dari sebelumnya.
Dalam artian sebenarnya tentunya.
Enam bulan lalu outbreak terjadi dimana gerbang yang mengeluarkan jutaan monster muncul di seluruh belahan dunia.
Seluruh negara jatuh dalam kekacauan saat menghadapi invasi ini.
Senjata-senjata yang diciptakan oleh manusia tidak mampu menghentikan para monster-monster itu karena kekuatan yang berbeda-beda.
Akibat invasi monster lebih dari 30% populasi manusia menjadi korban.
Di tengah keputusasaan umat manusia muncul sistem yang sangat dikenal oleh sebagian kalangan. Sistem yang dikenali sebagai layar status pada game-game reality virtual.
Sistem yang dapat menampilkan status seseorang secara rinci, entah itu kekuatan, stamina maupun skill.
Merasakan kegunaan sistem yang luar biasa membuat umat manusia mengaggap jika sistem ini adalah suatu-satunya garapan yang mereka miliki untuk melawan para monster.
Kemudian sejak saat itu era baru pun dimulai.
Era dimana setiap orang dapat menjadi kuat dengan memburu para monster seperti sebuah games dan pemainnya adalah para pemburu monster.
Era dimana kekuatan adalah segalanya.
***
[Arcade Spesial Force main base]
Helikopter yang aku tumpangi mulai mendarat. Di bawah ada seorang wanita dengan rambut berwarna ungu yang sudah menungguku.
“God morning mam.” ucap wanita itu memberikan salamnya padaku.
Violet, sekertaris yang mengurusi semua hal yang ada di organisasi ASF.
“Pagi violet.” balasku singkat.
Mendengar jawaban dariku wanita itu hanya menggeser posisi kacamatanya sambil terus menatapku.
“Ada apa?.” aku bertanya karena merasa tidak nyaman ditatap seperti itu.
“Tidak, hanya saja aku pikir anda terluka parah akibat penyerang yang anda laporkan sebagai alasan keterlambatan. Anda bahkan meminta di jemput daripada terbang sendiri.”
Violet menatapku dengan tajam seolah tatapan itu dapat menusukku.
“Hahaha... aku hanya sedang ingin merasakan sensasi naik helikopter.”
Jawaban yang aku berikan justru membuat violet semakin tidak mempercayaiku. Pada akhirnya violet menyerah untuk memarahiku dan memintaku segera bergabung dengan yang lain karena rapat akan segera di mulai.
“Tapi bisakah kita ke kantin dahulu?, Aku sama sekali belum sarapan.”
Mendengar permintaanku violet kembali mengarahkan tatapan tajam ke arahku, sementara aku sendiri hanya membalas dendam senyuman canggung.
Pada akhirnya aku memasuki ruangan rapat yang dihadiri orang-orang penting negri ini dengan mulut yang terus mengunyah roti.
“Bukankah ada pribahasa yang dianut oleh sebagian besar warga Indonesia jika ‘Belum kenyang kalo nggak makan nasi’?.” ucapku yang baru saja menghabiskan 4 bungkus roti.
“Diam dan cepat selesaikan sarapan mu!.” bentak violet dengan wajah yang memerah karena malu dengan sikap kekanakan pemimpin ASF didepan para tamu penting.
***
Disaat dunia menghadapi krisis akibat kemunculan monster, sumberdaya manusia dengan kekuatan besar sangat diinginkan oleh setiap negara.
Ada tiga tipe manusia yang mendapatkan kekuatan setelah outbreak.
Yang pertama adalah Player, mereka adalah manusia yang mendapatkan kekuatan dari Avatar game Reastream online yang dimainkan sebelum outbreak terjadi.
Lalu yang kedua adalah Awakened, mereka para manusia yang mendapatkan kekuatan dari sistem, seluruh manusia menjadi awakened setelah outbreak terjadi.
Kemudian yang terakhir adalah infekted. Para manusia yang terinfeksi oleh kabut Mana yang muncul setiap malam sejak terjadinya outbreak.
Akibat adanya sistem membuat setiap orang dapat mengasah diri mereka untuk menjadi lebih kuat. Manusia pun mulai terbiasa dengan keadaan ini, mereka terus memburu monster untuk menjadi lebih kuat atau hanya sekedar sebagai pekerjaan.
Diantara mereka ada yang bersatu lalu mendirikan sebuah GUILD sebuah organisasi dimana para pemburu monster dapat menerima misi entah itu dari pemerintah atau warga biasa.
Mungkin bisa dibilang ASF yang aku dirikan bersama teman-temanku adalah sebuah guild, namun lebih dari sekedar guild biasa.
“..... Dan begitulah, organisasi ASF sudah begitu besar tidak dapat di sangkal jika ini adalah guild terbaik di dunia. Karena itu bukankah akan sangat menguntungkan untuk negara ini dan ASF sendiri tentunya jika orang-orang berbakat yang kalian milik dapat melebarkan sayap membentuk lebih banyak guild baru?.”
Orang tua dengan banyak bintang mendali di bajunya itu terus berbicara hingga mulutnya hampir berbusa.
Pada intinya dia mengatakan seperti ini ‘ASF sudah terlalu kuat sehingga kami yang merupakan badan militer bertugas untuk melindungi negara sudah tidak lagi dianggap oleh warga, jadi bisakah kalian bubar saja?.’ begitulah yang aku tangkap dari perkataan orang tua ini.
Setelah sekitar 30 menit berbicara akhirnya orang tua itu berhenti, dia langsung menghabiskan air minum yang disajikan dalam suatu tegukan.
Ruangan rapat kemudian menjadi hening sesaat, tujuh tamu itu menatapku seolah menanti jawaban.
“Well entah sudah berapa kali kalian datang menemui ku untuk membicarakan hal yang sama. Ini benar-benar membuatku tidak nyaman. Apakah kalian tidak memiliki pekerjaan lain selain mengganggu ku?.”
Mendengar jawabanku seketika membuat ketujuh orang itu di sulut emosi. Orang tua yang dari tadi terus berpidato bahkan segera bangkit dar tempat duduknya dan mulai menunjuk kearah ku.
“Dasar perempuan tidak tahu diri sebaiknya kau bersikap sopan pada kami!.” ucapnya dengan penuh kemarahan.
“Lalu apa yang bisa kalian lakukan jika aku tidak melakukan itu?.” tanyaku dengan senyum yang mulai melebar.
“Kurang……”
Orang tua kembali berniat memaki tapi tiba-tiba dia terdiam, bukan hanya orang tua itu melainkan seluruh orang yang berada di dalam ruang rapat.
Tempat itu tiba-tiba menjadi begitu sunyi, ketujuh tamu menatapku dengan diam wajah mereka mulai menunjukkan ketakutan yang luar biasa setelah melihat senyum ku.
“Haaahh… kau mulai lagi kapten.”
Perkataan violet yang sejak tadi berdiri di sampingku membuatku mengurungkan niat untuk ‘bermain’ dengan mereka.
“Hahaha… maafkan aku, mungkin karena dari tadi aku belum makan Nasih hingga aku merasa kelaparan.” ucapku sambil menjilati bibirku sendiri.
Aku berusaha mencairkan suasana, namun sepertinya itu tidak berhasil.
“Sangat disesalkan aku tidak bisa menemani tuan-tuan sekalian lebih lama dikarenakan kesibukan yang aku miliki. Tapi sebelum kalian pergi aku ingin mengingatkan satu hal jika di luar sana saat ini keadilan sudah tidak memiliki nilai. Setiap hari banyak orang mati terbunuh hanya karena masalah sepele sementara seorang pembunuh dapat bebas berkeliaran dikarenakan mereka lebih kuat dari penegakan hukum.”
Mereka hanya mengangguk kecil setelah mendengar perkataan ku, sebelum akhirnya bergegas meninggalkan ruang rapat dengan begitu tergesa-gesa.
“Aku tidak ingin menghadapi tamu seperti mereka lagi. Jika mereka tidak ingin membicarakan sesuatu yang benar-benar penting maka usir saja.” kataku sambil menatap pintu keluar.
“Baik.” balas violet singkat sambil menuliskan sesuatu pada notebooknya.
***
Bersambung.
[Author mencoba membuat cerita dengan sudut pandang orang ketiga]
______________________________________________
Sebuah guild akan disegani saat mereka memiliki anggota yang kuat, sementara kekuatan sendiri berbeda-beda menurut pandangan masyarakat.
Ada guild besar dengan sedikit anggota dimana setiap anggota memiliki kekuatan luar biasa, lalu ada pula guild dengan banyaknya jumlah anggota namun mereka masih dikategorikan sebagai guild kecil.
Guild rank ada sebagian indikator untuk melihat guild mana yang terbaik, fitur ini terdapat pada sistem yang telah dimilik semua orang.
Pada papan skor guild terbaik ASF tidak pernah berada di papan peringkat ini, bahkan tidak pernah masuk satu kali pun. Tapi seluruh petinggi organisasi itu merupakan ranked pada perolehan skor individu.
***
Artemis sang Dewi perburuan, seorang wanita yang menjadi top rank pada leaderboard pemain terkuat sekaligus pemimpin organisasi ASF.
Di dalam permainan dia dikenal sebagai seorang tirani yang memperbudak seluruh top guild.
Bahkan setelah dunia berubah dan permainan Reastream online menjadi kenyataan, kekejaman dari iblis merah masih menghantui seluruh pemain.
Namun saat ini di dalam ruang kerjanya keagungan sebagai manusia terkuat di dunia sama sekali tidak dapat dirasakan pada wanita itu.
“Ugh, aku tidak kuat lagi.” keluh Artemis sambil memijat jarinya yang pegal karena terlalu lama mengetik tombol keyboard.
Dia terlihat begitu lelah saat mengurus banyaknya dokumen yang harus ditandatangani.
Sebenarnya dia biasa menyerahkan pekerjaannya pada asisten Violet, namun ada beberapa pekerjaan yang harus dia tangani sendiri.
“Bertahanlah nyonya, dan ini yang terakhir.” balas violet yang kembali menaruh setumpuk kertas di atas meja Artemis.
“…….”
Wanita berambut merah itu hanya bisa terdiam saat melihat tumpukan kertas yang harus dia kerjakan.
“Uso desyo.…” dengan lemas dia hanya bisa meratapi nasibnya.
“Huhuhu… aku tersiksa secara mental di dalam sini sementara kalian bersenang-senang.” ratapnya sambil menatap foto yang terpajang di meja kerja, Artemis pun mulai menangis.
Foto yang diambil bersama teman-temannya yang juga petinggi organisasi ASF saat mereka pertama kali menaklukkan sebuah dungeon di dunia nyata.
Penaklukan itu baru terjadi lima bulan lalu sekitar 2 Minggu setelah outbreak terjadi. Peristiwa penaklukan dungeon untuk pertama kalinya dalam sejarah sekaligus menjadi awal kejayaan ASF.
Perlu diingat jika menaklukkan dungeon di dunia nyata lebih sulit daripada di dalam permainan.
“Huhuhuhu….. aku ingin kalian segera pulang.” karena terlalu rindu pada teman-temanya membuat tangisan Artemis semakin menjadi-jadi.
Melihat tuannya yang begitu menderita membuat violet tidak tega. Akhirnya sekertaris itu membuatkan teh dan beberapa cemilan lalu mempersilahkan Artemis untuk beristirahat.
“Jahi bhaghaimaha dhenghan thughas merheka?.” dengan mulut yang di penuhi oleh kue Artemis berusaha berbicara.
Tidak mengerti samasekali apa yang dibicarakan oleh tuannya, Violet segera memberikannya teh.
“Aku bertanya bagaimana keadaan penjelajah mereka?.” wanita itu kembali menanyakan tentang teman-temannya.
“Oh aku pikir tadi anda ingin mengajak makan malam denganku.”
“Wut!. Kenapa kau bisa melenceng sejauh itu?” Artemis hanya bisa menatap sekertaris itu dengan heran.
“Entahlah mungkin karena akhir-akhir ini anda memang harang mengajak aku makan malam bersama.”
Violet membalas tatapan Artemis hingga keduanya saling lomba menatap selama beberapa saat yang pada akhirnya Artemis menyerah dan kembali memfokuskan perhatian pada layar monitor.
“Kabar yang aku dengar terakhir kali mereka telah mencapai lantai ke 109 dan sedang menyusun rencana untuk mengalahkan bos dungeon di lantai 110.”
“Begitukah…. itu artinya mereka sebentar lagi akan pulang.”
Mendengar kabar tentang teman-temannya membuat Artemis lebih bersemangat, dia mengerjakan tugasnya lebih cepat dari sebelumnya.
Hingga saat wanita itu ingin menandatangani dokumen terakhir tiba-tiba dia berhenti. Melihat itu Violet pun merasa heran.
“Apa ada yang salah?.” tanya violet, namun Artemis tidak menjawab dia terus membaca dokumen itu secara berulang-ulang.
Dokumen itu berisikan data dari sebuah dungeon yang dikuasai oleh organisasi ASF. Beberapa hari lalu telah terjadi Keanehan terhadap dungeon tersebut, contohnya monster yang bertindak lebih agresif kemudian banyaknya para Hunter yang menghilang.
“Aku berpikir jika itu hanya sebuah sabotase seperti sebelumnya.”
Violet berpikir jika ada sebuah kelompok yang sengaja membuat monster lebih agresif dan juga menculik para Hunter yang sedang berada di dalam dungeon tersebut.
Dia berpikir seperti itu karena memang sudah sering terjadi. Beberapa kali orang-orang yang tidak menyukai ASF melakukan sabotase terhadap dungeon yang menjadi milik ASF dengan tujuan agar nama baik organisasi menjadi tercoreng.
“Tidak, sepertinya kali ini berbeda.”
Artemis terus menatap sebuah gambar pada dokumen tersebut, gambar yang hanya berupa tulisan dibuat pada dinding dungeon.
“Akhirnya mereka muncul.” Ucap Artemis.
***
Bunker Arcade, sebuah tempat perlindungan yang menampung lebih dari lima ratus ribu pengungsi saat masa awal outbreak. Sekar ada lebih dari satu juta penduduk yang memilih tinggal di kota bawah tanah itu.
Keputusan pengungsi untuk memilih tinggal di bawah tanah bukan tanpa sebab. Selain masalah keamanan dimana monster terus berkeliaran di permukaan, masalah lainnya saat malam tiba kabut Mana yang sangat mematikan akan menyelimuti bumi. Hanya tempat kedap udara atau terletak di dalam tanah saja yang aman dari kabut ini.
Karena itu bunker menjadi satu-satunya pilihan aman untuk manusia yang ingin bertahan hidup.
[Lantai 1 underground]
Lantai teratas sebelum permukaan, tempat dimana banyak toko-toko yang dibuka oleh para penduduk bunker. Seperti Megamall tepat ini begitu ramai. Orang-orang dapat membeli apa saja dari barang kebutuhan sehari-hari atau senjata secara bebas di tempat ini.
Dengan seragam serba hitam dan masker setengah wajah yang menjadi ciri khas dari para anggota ASF, Artemis menatap sebuah layar kaca berukuran raksasa.
Saat ini Artemis telah berubah menjadi gadis biasa yang merupakan wujud aslinya di dunia nyata, dia hanya seorang gadis berusia 19 dengan nama Vina.
[Note : Artemis sebenarnya hanya sebuah Avatar game Reastream online yang digunakan oleh Vina. Tapi setelah outbreak Avatar itu bisa digunakan di dunia nyata]
Dia sengaja menonaktifkan Avatar Artemis dikarenakan tidak ingin menyebabkan keributan yang mungkin akan timbul jika para fans Artemis melihatnya.
“Walaupun dunia sudah menjadi begitu kacau tapi seorang wanita tetap memikirkan tentang kecantikan, sangat konyol.”
Terdengar suara dari belakang Vina, dia pun mengalihkan perhatiannya dari layar kaca yang menampilkan sebuah iklan produk kecantikan dan mendapati asal suara itu dari seorang pemuda dengan rambut kuning acak-acakan.
“Oh maaf apa anda bermasalah dengan sikap wanita yang seperti itu?.” balas Vina yang tidak sedikit menyembunyikan ketidak senangnya pada si pemuda.
“Hahaha… tetu saja karena tipe wanita seperti itu hanya akan membuang-buang sumberdaya.” balas si pemuda dengan penuh keyakinannya.
Dia begitu percaya diri seolah tidak takut jika ada wanita yang akan menusuknya dari belakang.
Setelah dilihat lebih teliti Vina menyadari jika pemuda itu merupakan anggota guild Macan kuning, Guild yang menduduki peringkat 10 besar provinsi DKI sekaligus peringkat 30 se Indonesia.
‘Mungkin dia begitu percaya diri karena status dari guildnya.’ pikir Vina.
Gadis itu pun berniat meninggalkan tempat itu, tapi tiba-tiba si pemuda segera mencegahnya.
“Tungu bisakah aku mengajakmu minum secangkir kopi di kedai sebelah sana?.” kata pemuda sambil menarik tangan Vina.
Vina hanya terdiam sambil memandangi tangannya yang ditahan oleh pemuda itu.
“Bukankah kau sendiri bilang jika tidak menyukai wanita yang membuang-buang sumberdaya dengan mengurusi kecantikannya?.”
Mendapati perkataannya berbalik pada dirinya sendiri pemuda itu hanya terdiam tapi tangannya masih saja menahan tangan Vina.
“Hey lepaskan!.”
“Tidak kau harus ikut dengan ku!.”
“!!!….”
Suasana seketika berubah, pemuda itu terlihat begitu marah atas sikap balasan dari Vina. Tapi Vina yang tidak peduli kembali mengabaikan pemuda itu, bahkan karena kesal saat tangannya terus di tahan Vina akhirnya menyerang pemuda itu.
Vina menari tangannya dengan keras hingga si pemuda ikut tertarik lalu memukul dadanya dengan telapak tangan.
Pukulan tangan itu terasa begitu kuat hingga si pemuda terpental menjauh hingga beberapa meter. Dia terkapar hanya dengan satu pukulan dengan mulut yang bersimbah darah.
Keadaan underground lantai 1 menjadi hening sesaat ketika itu terjadi. Banyak orang yang menyaksikan mulai berbicara satu sama lain.
Sementara Vina dapat melihat jelas jika pemuda yang masih terbaring di lantai tengah menunjukkan senyum lebar.
“Haaahh…. Drama apa lagi ini.” gumam gadis itu yang kemudian segera pergi dari tempat kejadian.
***
End.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!