🌴🌴🌴
Bagaimana perasaanmu jika orang terdekat memaksa kehendak atas dirimu? memaksa dirimu untuk jatuh cinta kepada orang lain, sedangkan hati saja terkadang tidak sejalan dengan pikiran.
Apakah dirimu merasa jengah dengan itu semua? tentu saja, seperti yang dirasakan Melani dan Assisten Raffa.
Walaupun berawal dari kecanggungan, saling dingin dan cuek, namun seiring waktu hubungan mereka sudah mulai ada perkembangan.
Dimana keduanya mulai mengobrol, layaknya seorang teman kepada temannya. terkadang mereka juga bertengkar kecil, hanya sedikit bercekcok mulut.
Hanya sekedar berteman kah? apa tidak bisa untuk naik pangkat sedikit---saja, entah teman tapi mesra gitu?
Tidak semudah itu, fergusso!
**
Hari itu Assisten Raffa bertandang ke sebuah Kafe tongkrongan anak muda, bersama dengan Boss nya yang ingin bertemu sang istri.
Tanpa sengaja pandangannya langsung menjurus kepada sosok itu, Melani, perempuan cantik nan manis tapi menyebalkan. membuat Assisten Raffa memutar bola matanya, malas.
Begitu pula dengan wanita itu, membuang pandangannya ke arah lain. Melani menatap sekilas pria yang dengan santainya mendudukkan tubuh di samping dirinya, menatap sinis, kemudian kembali memerhatikan dua insan yang selalu menebar kemesraan di depan umum.
"Hehehehe, maaf, Sayang, habisnya aku terlalu merindukanmu." goda Andrew, mendudukkan tubuhnya di samping sang istri. mendengarnya saja membuat sepasang JONES itu merasa jengah.
"Cih!" seru Melani dan juga Assisten Raffa secara bersamaan, menyatakan nada tidak suka.
Sontak saja sepasang suami istri itu mengalihkan pandangannya kepada sepasang JONES ini.
"Kenapa kalian seperti itu?" Andrew menatap kedua insan itu dengan tajam
"Nggak ada, biasa aja." jawab Raffa, sesekali ia melirik Melani di sebelahnya
"Iri bilang bos!" ledek Chika, tersenyum seringai lalu menyendoki desert ke mulutnya
"Siapa juga yang iri," gumam Melani
"Makanya buruan jatuh cinta, ups!" Chika menutup mulutnya sembari terkekeh
Kedua orang di depannya secara serempak memutar bola matanya bersamaan
"Hati tidak bisa dipaksa, wahai Nona." tegas Melani
Chika tersenyum seringai menatap sepasang JONES itu, ia mendekatkan tubuhnya kepada sang suami, membisikkan sesuatu. entah apa itu, tapi Melani mulai merasa tidak enak dengan perasaannya. perempuan dihadapannya seperti tengah merencanakan sesuatu.
Dan benar saja feeling Melan, mantan boss nya itu meminta kunci mobil kepada Raffa.
"Raff, kemarikan kunci mobil!" Andrew menengadahkan tangannya ke atas meja
Assisten Raffa menggeleng cepat, ia juga merasakan hal yang sama.
"Hei, ayolah! atau gajimu saya potong?" ancamnya, mata itu melotot dengan tatapan beringas
"Hhh ....." terdengar helaan nafas dari pria di samping Melani ini. Raffa merogoh kunci mobil di saku celananya
"Saya ikut saja kalau gitu, Boss."
"No! saya ingin berdua dengan istri saya, supaya mata kalian yang suci itu tidak ternoda." tolak Andrew
Dan sesaat itu pula Assisten Raffa menaruh kunci itu di telapak tangan Tuannya.
"Nikmatilah waktu kalian berdua, saatnya kalian butuh pendekatan, bukan? jatuh cintalah." ia tergelak, beranjak bangkit dari duduknya bersama dengan Chika hingga sepasang suami istri itu melenggang pergi meninggalkan mereka yang diam termanggu
Hening, tidak ada percapakan lagi yang mampu menghangatkan suasana itu. tiba-tiba suasananya jadi dingin, seolah keduanya enggan sekali untuk membuka topik percakapan.
Melani menoleh menatap pria disampingnya, bersamaan dengan itu ternyata Assisten Raffa juga menoleh menatapnya. sontak saja sepasang insan itu merasa kaget, keduanya serempak untuk membuang wajah bersamaan.
"Hmm, saya harus ke kantor, bisa antarkan?" dengan lagak dingin nan datar ia berdiri begitu gagahnya
Sedangkan Melani, perempuan itu masih santai menikmati juice miliknya
"Hallo! bisa antarkan saya??" ulangnya lagi dengan tatapan kesal kepada gadis itu
"Pulang aja sendiri pakai taksi." Melani bersikap acuh
Assisten Raffa tergelak, ia mendongak menatap langit yang cerah. ia kembali menunduk menatap gadis itu.
"Beraninya kamu ya! jangan harap kalau ada apa-apa, nebeng sama mobil saya!" ancamnya
Assisten Raffa pun melenggang pergi meninggalkan wanita itu. lagian siapa dia sampai dirinya harus mengemis-ngemis pada gadis itu?
Assisten Raffa berjalan tegap melewati para pengunjung lainnya.
Disisi lain, Melani tertegun melihat punggung pria tampan itu hingga perlahan mulai menghilang dari pandangannya.
**
"Ayo naik!" Melani muncul tepat di depan Raffa yang tengah menanti taksi
Raffa tak kalah acuh, bahkan ia menganggap tidak ada makhluk dihadapannya.
"Woi!" teriak Melani, ia merasa tidak dianggap
Melani menghembuskan nafas dengan kasar, ia beranjak turun dari motornya dan mendekati pria itu.
"Ayo, cepat!!" ia mendorong tubuh tegap pria menyebalkan ini
"Aduh, apaan sih!" ia menyingkir
"Buruan setir!"
"Nggak mau! emangnya siapa kamu!"
"Anggap aku malaikat di siang bolong!"
"Cih!" pria itu berdecak
"Mau nebeng atau kagak???"
"Kalau kagak mah gue capcus ninggalin lo!" geram Melani
Namun, pria ini hanya diam tidak menjawab, bahkan tidak menatapnya sekali pun.
"Oke, baiklah." Melani bergegas naik ke atas motornya
"Bye!!" ucap Melani dengan lantang. namun, tiba-tiba saja kendaraan itu terasa berat, tidak seperti biasanya.
🌴🌴🌴
Visual tokoh utama:
Raffa Vanderick
Melanie Felisha
**Semoga kalian menyukai kisah Melani dan Assisten Raffa ya ...
Terima kasih udah baca, jangan lupa like koment vote dan hadiah poinnya** 😉
🌴🌴🌴
"Lah--katanya nggak mau ikut!" cibir Melani, menoleh ke belakang menatap pria itu mendudukkan tubuhnya di bangku jok belakang
"Aku lapar, ayo kita ke Restoran." ajaknya dengan suara yang lesu
Melani memutar bola matanya, jengah, "Dasar jaim!" gumamnya
Motor matic itu kembali laju membelah jalanan Ibukota yang cukup ramai kala siang itu. jam istirahat memanglah waktunya seluruh pekerja mulai berhamburan untuk mencari tempat makan yang mampu menambahkan stamina tubuh.
Tak terkecuali Raffa, pria itu menahan rasa lapar sedari tadi hingga ia terpaksa untuk menerima tumpangan dari perempuan ini.
Walau--sedikit memikirkan harga diri.
Melani menambahkan kecepatan laju kendaraannya, hampir membuat Assisten Raffa terjengkang ke belakang karena perempuan ini.
"Hai! bisa bawa motor, nggak! kamu sengaja ya!" teriaknya tepat di telinga Melan
Melani menyeringai, ini suatu hal yang cukup menyenangkan baginya.
"Budeg!" Raffa mengetuk helm itu, membuat Melani berdesah frustasi
Tak berapa lama, perempuan itu menghentikan kendaraannya di depan Pondok Makan yang hanya menghidangkan masakan Nusantara. kali ini yang menentukan kemana mereka akan berlabuh, yaitu motor ini. tanpa mendengarkan perintah pria yang bersamanya
"Disini aja nggak apa-apa kan? motor ku yang setia ini malah membawa kita kemari." ujar Melani dengan wajah yang memelas
"Ya, tapi atas kendali kamu, dasar!" Raffa menjitak kepala gadis itu, melenggang masuk ke dalam rumah makan yang di design seperti pondok dari bambu dan menikmati hidangan diatas lesehan.
"Ish!" Melani mengusap kepalanya yang dijitak cukup kuat oleh pria menyebalkan itu. ia pun turut menyusul
"Pesan apa, Tuan, Nona?" tanya pelayan
"Ikan nila bakar!" jawab serempak sepasang insan itu. sontak saja Melani tertegun mendengarnya, mereka pun saling bertatapan sekilas
"Oh, oke ... ada lagi?"
"Sayur kangkung terasi, dan minumannya es teh." ujar Melani
"Tuan?" pelayan menoleh menatap Raffa
"Sama aja." jawabnya
"Baikah, permisi." pelayan cantik itu pun pamit meninggalkan keduanya
Bagaimana bisa sama--niru-niru! batin Melani sembari menatap sengit pria dihadapannya
Suasana masih terasa sama seperti saat di Kafe tadi, mereka hanya diam tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Raffa terlihat sedang memainkan ponselnya, sedangkan dirinya sendiri hanya diam termanggu menatap rumah makan pondok yang cukup ramai kala itu.
Sembari menunggu pesanan tiba, Melani mengetuk-ngetuk jarinya diatas meja, alih-alih untuk menghilangkan rasa suntuknya.
Apa yang dia lihat? serius sekali, batin Melani
"Ehem!" ia berdehem
"Mas Raffa, nanti ini semua kamu yang bayar 'kan?" tanya gadis ini
Raffa mendongak, menatapnya sekilas
"Tidak, kamu yang bayar." ketusnya
Sontak saja Melani terbelalak kaget, secara refleks ia memukul meja dengan cukup kuat hingga mengundang beberapa pasang mata yang menatap ke arahnya
"Eh, maaf." Melani mengatupkan kedua tangannya kepada orang di sekitar, hingga mereka kembali melanjutkan acara makan siangnya
"Apa-apaan kamu!" geram Raffa
Melani menyedekapkan kedua tangannya di dada, "Aku tidak mau bayar! kamu udah nebeng, jadi kamu yang harus bayar!" tegas Melani
"Cih!" Raffa menatap tidak suka, ia kembali pada ponselnya
"Astaga!" Melani menggeleng-gelengkan kepala
"Santuy kali hidupmu, Tuan!" Melani langsung merampas ponsel milik pria ini, membuat pria itu geram melihatnya
Namun, melihat situasi sekitar yang terlihat ramai, mmembuatnya harus bersabar ekstra dengan perempuan barbar dihadapannya
"Kemari kan!" pinta Raffa
"Nggak mau!" Melani menggelengkan kepalanya, menyimpan ponsel itu ke dalam bajunya
Sungguh membuat Raffa semakin meradang melihat ponselnya disembunyikan didalam tubuh wanita ini
"Astaga! keringat mu itu!" ia menepuk keningnya, memberengut kesal
"Hahaha, ambil saja kalau berani," Melani tersenyum seringai, ia merasa puas
"Melani cantik, ayo kemarikan." Raffa memintanya dengan perkataan yang lembut, selembut sutra
Melani hanya bersikap acuh, ia menatap ke sekitar yang tampak saling mengobrol satu sama lain sembari menikmati hidangan makan siang.
Deg!!
Melani terlonjak kaget tatkala pria ini sudah berada disampingnya. perutnya terasa sedang disentuh, dan benar saja, pria ini dengan tidak tahu malunya malah berusaha mengambil ponsel itu didalam baju perempuan ini
"Permisi!" sapa seseorang
Sontak saja Raffa menjauhkan tangannya dari tubuh Melani
🌴🌴🌴
Astaga kalian ini, nggak tau tempat 😂
🌴🌴🌴
"Beraninya kau menyentuh perutku! dasar cabul!" geram Melani, menaruh ponsel mahal milik pria ini di atas meja
"Kau yang salah! sengaja memancingku, dasar gadis genit!" balas Raffa
"Huh!" Melani menghembuskan nafasnya dengan kasar.
Kini sepasang insan itu bergegas menikmati makan siang dengan masakan lokal yang begitu menggugah selera. nila bakar dengan bumbunya yang meresap hingga ke daging, ditemani pula dengan sambal sebagai pelengkap.
Sungguh, nikmat mana lagi yang engkau dusta'kan, wahai anak Adam?
Melani begitu lahap menyantap makanannya, tidak peduli dengan tatapan pria di hadapannya yang tengah memperhatikan gadis itu
Sangat barbar, terlalu terburu-buru. batin Raffa
**
Raffa telah kembali ke Perusahaan milik boss nya, kembali bekerja sebagai Assisten yang selalu siaga dalam hal apapun termasuk di kehidupan Tuannya.
Raffa berjalan tegap di tengah-tengah para pegawai yang mulai sibuk dengan pekerjaan, waktu istirahat yang telah selesai membuat seluruh penghuni gedung itu mulai bergelut dengan alat tempur masing-masing.
Saat Assisten Raffa hampir masuk ke dalam lift, tiba-tiba saja ada seseorang yang memanggil dirinya.
"Assisten Raffa!" teriak sang pemilik suara, sepasang telinga itu menangkap suara cempreng wanita
Assisten Raffa membalikkan tubuhnya, mengernyit heran menatap wanita cantik bertubuh aduhai itu.
"Hhh ..." ia menghembus nafas, berusaha menetralisirkan pernafasannya yang menggebu-gebu
"Nona Jesslyn?"
"Ya, hai!"
"Ada apa, Nona?"
Perempuan itu mengulurkan sesuatu dihadapan lelaki ini. "Ini, undangan pertunangan saya, saya titip sama kamu untuk Tuan Andrew, ya?" ujarnya
Raffa mengangguk paham, mengambil dua undangan dari tangan perempuan ini
"Anda bertunangan? dengan siapa?" tanya Raffa
"Huh ... jangan bahas itu, nanti kamu tau sendiri." ia memutar bola matanya, sebal bila membahas pertunangan tersebut.
"Bye!" ia melambaikan tangan pada Raffa, lalu bergegas pergi meninggalkan pria ini
"Hm." Raffa mengendikkan bahunya, lalu kembali masuk ke dalam kotak persegi itu
Keluar dari lift hanya seorang diri, membuat beberapa pasang mata terkagum-kagum akan ketampanannya. tak ayal, kadang ada dari mereka yang begitu berani mendekat padanya.
Wanita yang berparas cantik, tubuh langsing nan tinggi, bekerja digedung ini sebagai Sekretaris Presdir, jelas sekali bila perempuan itu begitu mendambakan sosok dingin nan tampan ini.
"Hai, Assisten Raffa ... tumben sendiri?" ia menyapa pria ini, rela berjalan dari meja kerjanya hanya untuk berbasa-basi dengannya
"Kembali lah pada pekerjaan kamu, Nona Jasmin!" titahnya
Perempuan itu menggelengkan kepala, "Tidak, lagi pula nggak ada boss'kan?"
"Memangnya Tuan Andrew belum kembali?" tanya Raffa
Perempuan itu menggelengkan kepala, "Belum."
"Kembalilah bekerja! jangan sampai beliau datang lalu menangkap dirimu sedang berkeliaran."
"Hmmm, anda sungguh sulit untuk ditaklukkan!" ia berdecak kesal, melenggang pergi meninggalkan Raffa menuju meja kerjanya
"Ck!" Raffa menggeleng-gelengkan kepalanya, ia bergegas masuk ke dalam ruangannya untuk memulai pekerjaan.
Disisi lain, Melani baru saja tiba dikediaman sederhana miliknya bersama dengan Ibu. menaruh sesuatu ke atas meja dapur, lalu memeluk ibunya dari belakang.
"Mama, Melani pulang." bisiknya di telinga sang Ibu
"Apa kamu sudah makan? kalau belum, makan siang sana." Ibu berbicara melalui bahasa isyarat dengan menggunakan kedua tangannya
Ibu Melani, bernama Sarah, penyandang tunawicara. dalam arti, beliau tidak bisa berbicara dan hanya menggunakan bahasa isyarat sebagai komunikasi. begitu juga dengan indra pendengarannya, sedikit bermasalah walaupun masih dapat mendengar. dan itu membuat Melani turut membalas dengan bahasa isyarat pula, agar lebih memudahkan komunikasi antara anak dan ibu itu.
"Melani udah makan di luar, Ma." ujar gadis itu
"Syukurlah."
"Melani bawa sesuatu untuk Mama." perempuan itu mengambil kantung kresek dari atas meja, kemudian memberikannya pada sang ibu
"Apa ini?"
"Martabak, kesukaan Mama."
"Oh, terima kasih, Sayang." Mama Sarah menerimanya dengan senang hati
Melani mengulum senyum, ia begitu bahagia hidup bersama Ibunya. walaupun dirinya tidak pernah merasakan kasih sayang dari sosok seorang ayah. sebab, sampai saat ini Melani tidak tahu siapakah gerangan sosok ayahnya, yang sudah berani menanam benih di rahim sang Ibu namun tidak sudi mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Ya, Mama Sarah mengandung dari hasil pemerkosaan oleh seorang pria yang tidak ia kenal. hingga tumbuh lah seorang gadis cantik didalam rahimnya, Melani. membesarkan perempuan ini dengan penuh kasih sayang dan berusaha untuk melupakan lelaki brengsek itu.
Dan Mama Sarah tidak berniat untuk menikah karena merasa tidak percaya diri, mengingat dirinya yang bisu sejak masih kecil.
Mama Sarah lebih betah hidup bersama putrinya, memberikannya cinta dan juga mendapatkan balasan cinta dari sang putri tunggal. itulah kebahagiaan hakiki yang dirasakan Mama Sarah. mereka saling mencintai antara ibu dan anak, tanpa adanya lelaki di hidup mereka.
"Nanti temani Mama antarkan cake ini ke alamat ini ya, acara putri mereka pukul tujuh malam, dan jam lima harus udah tiba di kediamannya." Mama Sarah memberikan secarik kertas yang tertera alamat, nama dan nomor ponsel pelanggannya.
Melani mengambilnya, "Siap, Ma."
"Apa ada bahan yang kurang? biar Melan ke Pasar." tanya Melani
Mama menggeleng, "Tidak ada, kamu sholat gih sebelum waktunya habis." titah Mama
Melani mengangguk dan bergegas ke kamar mandi.
Semenjak sang putri selesai magang di sebuah Hotel, keluarga kecil itu memulai kembali merintis usaha yang sempat terhenti sejenak sejak beberapa tahun yang lalu. membuat cake ulang tahun untuk pelanggan nya, dan bersyukur hampir setiap saat ada saja yang ingin mengorder pada keluarga ini.
🌴🌴🌴
Ayo like koment vote dan hadiah poinnya yaa 😉
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!