NovelToon NovelToon

Perjalanan Astral Tak Ku-inginkan

Prolog

20.30 WIT

Rumahku

Tok

tok

tok

"Siapa si malam-malam gini ngetuk pintu? Gak tau apa udah malam ini?" pikirku sambil berjalan menuju ke arah pintu depan.

"Kak... mau kemana?" sela Sela, adikku.

"Mau buka pintu," ucapku sambil menoleh ke arahnya.

"Emang ada yang ngetok?" tanyanya lagi.

"Loh, kamu gak denger apa? Kakak tadi denger loh ada yang ngetok pintu," ucapku lagi.

Tok...Tok...Tok....

"Tuh kan ada," ucapku lagi.

"Rusak nih telinganya. Gak ada, Kakak," ucap adikku dengan tegas.

"Telinga kamu rusak kali. Udah ah, aku mau lihat siapa sih itu," langsung meninggalkan sang adik yang terbengong.

"Ya udah kalau gak percaya. Lihat aja sendiri," gumamnya pelan tanpa terdengar olehku.

Aku pun tetap berjalan dari ruang keluarga menuju pintu depan. Aku tak percaya apa yang dikatakan oleh adikku. Seketika dipertengahan jalan menuju pintu depan, tepatnya di ruang tamu, sekelebat bayangan hitam melintas melewati jendela yang belum tertutup sempurna. Angin tiba-tiba menerpa gorden putih itu, seketika melayang. Mataku tertuju pada area itu.

'Ada apa sebenarnya? Kenapa tiba-tiba bulu romaku meremang?' batinku.

Di rumah, aku hanya berdua dengan adikku, sedangkan ayah dan ibuku masih melaksanakan tugas di luar kota. Selama kurang dari satu minggu ini, keadaan kami baik-baik saja. Adikku gang masih berumur 13 tahun yang seorang pelajar SMP dan aku sendiri 19 tahun yang sekarang ini adalah seorang mahasiswa di universitas negeri di daerahku.

Aku dan adikku memiliki kelebihan yang semua orang tahu, yaitu indigo. Tetapi aku dan adikku dapat mengontrol kelebihan kami. Tak sedikit yang menghujat kami berdua ketika kami kecil. Hanya saja, hujatan itu tak pernah mempan terhadap kami. Adikku bisa melakukan astral project sewaktu dia berusia 5 tahun. Sungguh dia lebih cepat berkembang daripada aku. Adikku selalu berusaha menolongku dari makhluk lain yang mengganguku waktu itu.

"Kak.... ngapain jadi bengong di sini sih?" sontak Sela yang langsung menghampiriku yang berdiri termenung di ruang tamu.

"Eh... tadi aku lihat sesuatu loh di sana," ucapku sambil menunjukkan ke arah jendela.

"Kak, udah deh. itu cuma makhluk yang pen ganggu kita. Udah tau kita ini cuma berdua. Ayah dan ibu masih lama pulang. 1 bulan lagi. Yuk ah...," sambil menarik tanganku, membawaku menjauh dari pintu utama.

Tok.... Tok.... Tok ...

"Sel, itu bunyi lagi. Kakak mau bukain," ucapku menahan langkah Sela yang ingin beranjak.

"Kakak masih gak peka? Itu cuma makhluk yang pengen ganggu kita, Kak..."

"Bukan gitu, kakak mau lihat dan marahin. Tujuannya apa sih datang malam-malam buat ganggu," terangku.

"Udah nanti kita AP aja ya,.." ajak adikku melemah.

"Huft, kamu enak udah. bisa mengendalikannya. Sementara kakak belum bisa," ucapku.

"Itu karena kakak gak pernah fokus. Udah tenang ada Sela yang bakal bantu kakak," ucapnya berusaha mengajakku beranjak dari tempat itu.

"Baiklah," seraya menganggukkan kepalaku tanda mengiyakan apa yang dia sarankan.

Aku, Indri Hapsari, seorang anak indigo yang masih belajar untuk mengendalikan astral project yang dibimbing oleh adikku sendiri. Levelku dibawah adikku. Kepekaanku selalu diuji oleh makhluk-makhluk di sekitar rumahku. Tantangan setiap detik, menit, jam, bahkan berhari-hari. Makhluk pengganggu itu selalu menyambangi kami berdua, seolah ingin memberitahukan sesuatu yang entah apa itu.

Nyi Songget

"Sel.... bentar... tapi kakak penasaran,"

"Penasaran sama apa sih? Kalau Kakak maunya gitu, ya udah, suka-suka kakak mau gimana!" menghempaskan tanganku dengan begitu kasar.

Sela pergi meninggalkanku begitu saja yang masih terpana. Entah ada apa denganku malam ini? Seperti tersihir dan mematung ditempat tanpa bisa berpikir logis. Aku masih terbengong dengan mata terbuka lebar dan mulut menganga. Seketika bayangan itupun muncul lagi.

Seeettt

Sekilas bayangan hitam pekat itu melintas lagi dan lagi ketika adikku yang pergi meninggalkanku itu pun berbalik menoleh ke arahku. Dan segara menyadarkan aku. Aku tersentak kaget dan ikut berlari menuju kamar adikku, Sela.

"Kakak duduk di sini. Jangan kemana-mana. Sela mau ambilin air putih untuk kakak. Sebentar!" perintah adikku.

Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku. Sungguh tiba-tiba aku seperti mayat hidup yang hanya bisa memandang lurus ke arah depan.

Ceklek

Kriiieetttt

Suara pintu yang dibuka dari luar dan menampakkan sosok adikku yang membawakan nampan dan segelas air putih. Aku hanya bisa tersenyum getir.

'Jangan bilang kebiasaannya mulai lagi,' batin Sela.

"Kakak" panggil Sela lembut yang duduk ditepi ranjang bersamaku.

Aku hanya tertunduk dengan wajah yang pucat pasi, terdiam. Seluruh badanku mematung tak bisa bergerak. Seakan Sela sudah tahu itu bukanlah sosok kakaknya, tetapi sosok sekelebat yang melintas tanpa permisi.

"Hihihi...." aku tertawa seketika dan menyerupai tawa kuntilanak.

"Mulai deh, kakak suka ya pergi-pergi tanpa pamit. Sekarang malah si nenek tua yang menggantikan," gumam Sela. Seketika Sela berdiri dan menjauh.

"Nenek mau ngapain ke sini? Udah jelek, suka ganggu. Jangan suka ganggu warga sini. Apalagi kami. Suka banget takut-takutin orang sekitar sini," omel adikku.

"Hihihi.... Jangan panggil aku nenek. Aku bukan nenek kamu," ucap sosok itu yang menggantikan jiwaku.

"Ya udah panggil apa? Nona? Kecakepan banget, igh.." sanggah Sela.

"Panggil aku Nyi."

Spontan Sela ingin tertawa dengan apa yang baru saja didengarnya. 'Dih udah tua, gak ngaca pula, masih mau dipanggil NYI. Udah bau. Gak pernah mandi. Emang ya, makhluk kek gini amat ya...iughhh,' batinnya mengumpat.

"Dih, pakai nego. Ini bukan ajang beli rumah atau tanah. Udah nenek pergi sana. Keluar dari tubuh kakakku," ucap Sela mengusir nenek itu.

"Gak mau. Aku mau anak kecil yang dibawa kakakmu tadi. Aku mau ajak dia pulang," ucap nenek itu menjelaskan.

"Emang rumah nenek di mana? Anak kecil mana?" tanya Sela.

"Hihihi.... aku kesepian dan aku mau cari cucu buat ku bermain denganku. Kamu gak perlu tau rumahku di mana," lirihnya.

"Rumah nenek di pohon tua itu kan? Yang tepat di simpangan jalan? Fix ini suka ganggu orang kalau warga suka lewat," tebak Sela. Dan itu benar karena setiap warga melintasi simpangan jalan, ada saja rintangan entah itu ada ular melintas lah, dan lain sebagainya. Meresahkan warga.

"Hihihi.... mana anak kecil itu?" tanyanya lagi tanpa ingin menjawab pertanyaan dari Sela.

"Aku minta nenek pergi. Karena aku sudah baik-baik minta nenek pergi dari tubuh kakak aku," pinta Sela kembali dengan nada lembut.

Dengan berat hati, nenek itu pun keluar dari tubuhku dan begitu dia keluar, aku lah yang memasuki tubuhku sendiri. Dan aku tidak menyangka melihat sosok nyi itu yang belum beranjak dari kamarku. Adikku pun marah dan segera mengusirnya.

Sosok yang menjijikan bagiku. Dengan wajah yang gosong, baju yang usang, rambut seperti rambut singa jantan, dan argh bau. Untung saja aku tidak muntah. Nyi Songget begitulah sosok itu.

Geliues

Dengan terpaksa nenek itu keluar dari tubuhku. Sejenak aku mengambil kesadaranku yang masih diujung tanduk. Dan adikku memanggilku agar kesadaranku secepatnya bisa pulih kembali.

"Kakak, nenek itu sudah pergi" ujar adikku.

"Benarkah? Tapi kenapa aku masih merinding?" ucapku dalam sadar.

"Jangan pergi lagi deh. Banyak banget sih yang ikutin kakak" ucap Sela memberitahu.

"Masa? Aku gak berasa bawa yang lain pulang. Aku cuma bawa Geliues" terangku.

"Liues, kemana aja tadi?" tanya Sela.

"Ke depan sana. Yang ada pohon gede" ucap Geliues.

Geliues yang masih sekitar usia 5-6th itu menjawab dengan takut-takut dan kepala menunduk. Seolah-olah takut untuk dimarahi.

"Tempat siapa coba? Kalau ditahan gimana? Mami susah nanti cari kamu" jelas Sela marah tapi dengan nada lembut.

"Maaf. Kan Eliues cuma mau cari permen," ucapnya manja sambul memunyungkan bibirnya.

"Ish, ada ya setan makan permen," Sela menggelengkan kepala.

"Sudah, Geliues emang gitu, Sel. Kaya gak tau aja dia" ucapku menyambung.

"Geliues tadi kemana aja? Kenapa pas diikutin gak ada?" tanyaku memastikan. Aku yang mengikutinya dari arah belakang tanpa sadar telah kehilangan Geliues waktu itu.

"Geliues di belakang pohon. Di ajak nenek itu main sama-sama. Dia kasih permen sama Eliues" jawabnya lembut dan manja sambil menunjuk pojokan kamarku.

Spontan aku dan Sela kaget. Yang kami pikir, dia menghilang rupanya dia masih stay di sana. Menunggu Geliues.

"Heh nenek ngapain lu masih di sini? Pergi sana. Pulang" perintah Sela, adikku.

"Udah biarin aja deh, tapi aku risih juga sih" ucapku tanpa basa basi.

Sementara nenek itu tetap meringkuk dengan mata merah yang melolot ke arah Geliues. Geliues seketika takut.

"Mami.... nenek itu mau ajak Eliues ke rumahnya, tapi Eliues gak mau," ucapnya takut.

"Nek, lebih baik pulang deh. Risih tau!" ucap kami berdua.

Entah nenek itu hanya duduk meringkuk seperti itu. Dan akhirnya kami hanya membiarkannya saja.

Sementara itu Geliues tiba-tiba menghilang dan hanya pamit ingin mencari ikan. 'Ada setan yang suka ikan?' batin aku dan aku selalu pesan terhadapnya jangan lupa pulang dan jangan lupa arah pulang. Sela kembali ke kamarnya. Dan aku hanya mencoba memejamkan mata untuk terlelap walaupun perasaanku masih tidak enak. Nenek yang masih duduk berjongkok di pojokkan kamarku, lambat laun menghilang.

.

.

.

Azan shubuh berkumandang, aku kembali terbangun dan ingin pergi ke kamar kecil untuk mengambil air wudhu. Saat aku menurunkan kaki ku dari atas ranjang sebelah kiri, betapa terkejutnya aku, di lantai telah berserakan butir-butir pasir dan rambut yang rontok sangat banyak. Terpikir olehku bahwa ini ulah si Nyai Songget.

Aku meneriaki adikku, agar dia juga menyaksikan penampakan ini. Sungguh ini sangat menjijikan.

"Sel..... sini deh," teriak ku dari dalam kamar menggema keluar.

"Sebentar, Kak. Ada apa?"

"Lihat ke bawah. Kotor!! Ulah si Ni kayanya nih,"

"Dasar. malah mengotori di sini. Sapu aja nanti, Kak," saran Sela kepadaku.

"Iya, mau sholat dulu. Kamu udah sholat"

"Hehe, aku gak bisa, Kak. Tiba-tiba ada tamu," jelas Sela.

"Ya udah, kakak mau ambil wudhu dulu. Nanti biar kakak yang bersihin. Kamu kerjain yg lain aja," ucapku yang santai.

"Baik, Kak" ucap adikku.

Sosok Nyi Songget tak mengganggu dan hanya ingin mencari teman bermain.

********************

Note :

Terima kasih Narasumber yang tidak ingin disebutkan namanya ceritanya keren. 🙏🙏🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!