Valerie Angelina Putri, seorang gadis yang kini telah tumbuh dewasa itu menyandang status nya sebagai mahasiswa di salah satu universitas bergengsi di kota nya, ia merupakan salah satu mahasiswi yang memiliki IQ cukup tinggi diantara mahasiswi lainnya. Hanya satu yang di sayangkan yaitu sifatnya yang sedikit nakal dan terkadang selalu berbuat seenaknya.
Valerie adalah gadis yang memiliki lekuk tubuh indah, berparas cantik dan berkulit putih perpaduan diantara kecantikan dan ketampanan orang tuanya menyatu dalam diri gadis itu. Tak jarang para pria mengejar dan menggodanya namun tak satupun dari mereka yang berhasil menggoda gadis itu.
Terkadang Valerie di juluki dengan si gadis arogan karena sifat nya yang selalu cuek terhadap pria dan terkadang hanya memandang sebelah mata. Bukan tanpa alasan ia melakukan hal itu melainkan karena janji seseorang di masalalu yang telah mengecewakannya.
Di sebuah kampus Vale berjalan seorang diri dengan pesonanya yang begitu memukau dan tidak bosan untuk di pandang. Hampir semua pria meliriknya dan tak jarang dari mereka yang telah memiliki pasangan, sampai suatu hari Valerie mendapatkan beberapa pesan misterius dan setumpuk kado dalam lokernya, namun dengan sikap santai nya ia mengabaikan semua itu.
Valerie yang mewarisi sifat pemberani dari mommy nya menjadi daya tarik tersendiri bagi para pria yang menyukainya, bagi mereka sifat itulah yang menjadi sebuah tantangan untuk memilikinya.
"Vale.. apa sore nanti ada waktu?" Tanya seorang pria yang mencoba mendekatinya.
"Tidak" Sahut Valerie dengan begitu ketus.
"Padahal aku udah beli tiket buat kita nonton." Ucap pria itu kembali.
"Apa hanya itu yang kau punya?" Tanya Valerie.
"Kamu mau apa? Aku bisa membelinya." Sahut pria itu.
"Minggir dari hadapan ku! Itu yang aku inginkan mudah bukan?" Sahut Valerie.
Pria itu pun bergeser satu langkah dan memberi jalan untuk gadis itu pergi, dengan langkah gontai nya seorang tangan menarik Valerie dan menyeretnya ke sebuah ruangan kosong. Ya, mereka adalah para gadis yang di putuskan kekasihnya karena karena pasangan mereka lebih tertarik dengan Vale.
"Ch, membosankan." Gumam Vale memutar bola matanya.
"Sombong sekali kamu! Berani menolak mereka begitu saja." Ucap salah seorang dari mereka.
"Gara-gara kamu Dion mutusin aku tau gak! Dan kamu dengan beraninya menolak ajakan dia? Kamu pikir kamu secantik apa hah?!" Hardik Mela.
"Aku gak yakin jika kita menyayat sedikit wajahnya dia masih akan menjadi perhatian para pria lagi." Sahut gadis lainnya.
Dua orang dari mereka memegang kedua tangan Vale sedangkan Mela telah bersiap dengan pisau lipatnya yang hendak menyayat wajah Vale. Namun dengan kemampuan bela diri yang masih dalam tahap belajar Vale berhasil melawan ketiga gadis itu dan membalikkannya kini ia lah yang memegang pisau itu dan mengarahkan ke wajah Mela.
"Biar ku kasih contoh cara memegang pisau dan menyayat dengan benar." Ucap Vale.
"Kalian berdua hentikan dia!" Ucap Mela yang ketakutan.
"Berani menyentuhku, aku gak yakin kalian berdua akan baik-baik saja." Ucap Vale dengan senyum miring nya.
Dengan perlahan Vale menghimpit tubuh Mela dan mulai menempelkan ujung pisau di pipi gadis itu.
"Apa kau sudah siap?" Tanya Vale.
"Tidak, jangan lakukan itu atau aku akan melaporkannya!" Ucap Mela.
"Laporkanlah aku bahkan tidak takut sama sekali." Sahut Valerie.
"Dasar psycho!" Ucap Mela.
"Akan ku tunjukkan seorang psycho yang sebenarnya." Sahut Valerie.
Saat akan menggoreskan pisau yang di pegang nya, seorang gadis lainnya datang dan menghentikan Valerie.
"Yak! Gadis liar! Apa yang kau lakukan?" Tanya Friska yang tak lain adalah teman satu-satunya Valerie.
"Ohh baby, kau mengganggu saja." Sahut Vale.
"Dasar gila, udah berapa kasus yang Daddy kamu selesaikan karena ulah kamu hah?" Ucap Friska.
"Baiklah, ayo pergi sepertinya aku harus merefresh otak ku." Ucap Vale
Gadis itu pun menjatuhkan pisaunya dan pergi bersama dengan Friska meninggalkan ketiga gadis yang sok pemberani namun tidak punya skill apapun. Sebuah mobil sport mewah berwarna merah terang yang terparkir di area parkiran kampus adalah milik Valerie, ia masuk kedalam mobil tersebut bersama dengan Friska dan menuju tempat dimana mereka selalu menghabiskan waktu bersama.
Sebuah tempat zona game online, kedua gadis yang terlahir dari kalangan sultan itu menghabiskan waktunya hanya untuk bermain sebuah game disana, tak jarang Vale bermain dengan memenangkan beberapa kali pertandingan.
Chat dalam game..
"Apa kau seorang gadis?" Tanya player lain.
"Janda anak 10." Jawab Vale.
"Haha.. ternyata kamu suka bercanda." Sahut player lain.
"Aku serius, gak ada waktu untuk bercanda." Jawab Valerie.
"Kenapa kau begitu pandai dalam bermain?" Tanya player lain.
"Takdir!" Balas Vale.
Sebuah permainan pun selesai, beberapa player dari tim maupun lawan langsung memfollow akun Vale agar suatu waktu bisa bermain bersama, sampai tatapan Vale terhenti ketika melihat nickname "King Eagle" dari sekian akun yang mengajak nya berteman hanya satu akun yang di follback oleh gadis itu.
Tak terasa waktu hampir malam, sederet panggilan dari sang mommy berjejer di log panggilan Vale. Gadis itu hanya mengabaikannya dan kembali memasukkan ponselnya kedalam tas.
"Woahh gila ternyata pesona seorang Vale tidak hanya di dunia nyata tapi juga virtual." Ucap Friska.
"Ch, menyebalkan ayo pergi." Sahut Vale.
"Hey gadis liar, apa kamu sungguh gak tergoda dengan salah satu diantara mereka?" tanya Friska sambil mengikuti langkah gadis di depannya.
"Tidak! Mereka semua sama aja gak ada yang bisa di percaya!"Sahut vale.
"Apa semua ini gara-gara anak laki-laki masalalu kamu itu?" Tanya Friska kembali.
"Entahlah, untuk saat ini aku gak percaya dengan apa itu cinta dan seorang pria."
"Cepat masuk atau ku tinggal!" Sambung Vale yang telah berada di dalam mobil.
Kedua gadis itu pun pergi meninggalkan tempat game dan menuju sebuah tempat dimana didalamnya penuh dengan orang yang hanya ingin bersenang-senang dan di iringi alunan musik DJ yang menjadi pelengkap tempat itu.
Sebuah club' malam tempat yang telah biasa di kunjungi Vale dan Friska hanya untuk sekedar hiburan sampai larut malam, bahkan tak jarang Vale pulang dalam keadaan mabuk seperti layaknya malam ini.
"Val udah woy! Jangan minum lagi." Ucap Friska merebut gelas yang di genggam Vale.
"Aku merindukannya.. sungguh rindu." Ucap Vale setengah sadar.
"Dasar kau pria sialan!!" Teriak Valerie yang berdiri dan kemudian terduduk kembali.
Friska pun segera menghubungi Ernan dan memberitahu keadaan putrinya saat ini. Tak lama kemudian setelah Friska menelpon seorang pria bertubuh tegap masuk menerobos kedalam club' itu dan menggendong Vale layaknya memikul karung beras, ia membawa Vale keluar dari tempat itu dan di susul oleh Friska.
Ini bukan sekali atau dua kalinya Vale seperti itu, tapi untuk kesekian kali Leo menjemput Vale dalam keadaan mabuk.
***
Bersambung. . .
Leo yang telah setia menjadi asisten Ernan dari jaman lajang sampai saat ini, bahkan ia tak jarang mengurusi kelakuan putrinya yang terkadang di luar batas seperti hal nya saat ini ia di tugaskan untuk menjemput Vale yang dalam keadaan mabuk parah.
"Kamu tolong bawakan mobil non Vale." Ucap Leo pada Friska.
"Baik om." Sahut Friska.
Sesampainya di rumah yang bagaikan istana itu, Leo menggendong Vale membawanya masuk di sebuah ruang keluarga Vanya dan Ernan telah menunggu putrinya, langkah Leo terhenti ketika ia melihat tuan dan nyonya nya sedang menunggu kedatangannya.
"Selalu seperti ini, bagaimana keadaannya?" Tanya Ernan.
"Dia baik-baik aja tuan, hanya tertidur setelah meminum banyak alkohol." Sahut Leo.
"Kelakuan anak aku gini amat sih ya Tuhan." Gumam Vanya melihat putrinya yang tertidur dalam pangkuan Leo.
Valerie pun tersadar dan bangun dari tidurnya, ia masih merasakan begitu pusing dan mual hingga tak sengaja Valerie memuntahkan isi perutnya ke dada bidang Leo dan mengotori kemeja serta jas yang di kenakannya.
Hueeekk... Semburan isi perut Vale pun meluap.
"Astaga.." Gumam Leo sembari mengerutkan keningnya, ingin marah namun tak bisa hanya pasrah yang kini ia lakukan.
Sementara dengan Vanya dan Ernan terkekeh melihat Leo yang kena semburan putrinya. Vale yang masih dalam gendongan Leo melihat kesekeliking rumah dan terhenti di wajah Leo yang memang cukup tampan, ia membelalakkan matanya ketika melihat Leo dan menyadari bahwa ia sedang berada dalam gendongan pria yang telah memiliki istri dan anak itu.
"Yak om m3sum! Turunkan aku!" ucap Valerie.
Ucapan Vale yang setengah berteriak itu sontak mengagetkan Leo dan dengan tidak sengaja ia melepaskan Valerie begitu saja hingga gadis itu terjatuh.
"Aaakhhh.. sakitt..." Rintih Valerie seraya memegang bokongnya.
"Maaf nona muda, aku gak sengaja." Ucap Leo.
"Sudah biarkan saja dia, sebaiknya kamu bersih-bersih dan pulanglah ini sudah cukup larut." Ucap Vanya.
Leo pun pergi ke ruangan belakang untuk bersih-bersih sebelum akhirnya ia pulang ke rumahnya yang tidak jauh dari kediaman Ernan. Sementara dengan vale yang masih terduduk di lantai merasakan kepalanya yang masih pusing dan meminta bantuan mommy Daddy nya untuk berdiri, namun alih-alih membantu putrinya mereka malah mengabaikan Valerie yang telah seperti orang depresi itu sendiri di ruangan sana.
"Yak!! Mommy.. Daddy.. kenapa kalian malah meninggalkan ku!!" Teriak Vale sambil mengacak rambutnya.
"Dasar cowok sialan! Aku benci kamu...!!"
Setelah berteriak, Vale pun menundukkan kepalanya dan bergumam sendiri entah apa yang dia katakan, sampai akhirnya Lilian datang menghampirinya dan membantunya untuk berdiri pindah ke kamar. Vale mendongak ketika merasakan ada yang menggenggam kedua bahunya.
"Huh, kau siapa? Jangan berani menyentuh ku!" Ucap Vale menepis tangan Lilian.
"Ini bibi non, ayo bangun pindah ke kamar." Sahut Lilian.
"Ahh, bibi Lian rupanya." Sahut Vanya.
Akhirnya Lilian pun berhasil membawa Vale masuk ke kamarnya, ia menidurkan gadis itu di atas ranjangnya dan menyelimutinya. Terkadang Lilian menatap sedih dengan gadis itu karena masalalunya ia menjadi gadis yang seperti sekarang, padahal dulu Valerie adalah gadis yang baik dan lugu namun setelah berusia 18 tahun karena suatu hal yang membuatnya kecewa ia berubah menjadi gadis yang seperti sekarang.
*
Pagi hari..
Lilian masuk ke kamar Valerie dan membukakan gorden yang membuat sinar mentari pagi menerobos dan menyilaukan Vale yang masih terlelap. Gadis itu mengerjapkan matanya dan menghalangi sinar mentari dengan tangannya.
"Pagi non Vale." Sapa Lilian.
"Hm pagi bi.." Sahut Vale.
"Bibi sudah menyiapkan air untuk mandi, dan ini obat pereda pengar." Ucap Lilian yang memberikan satu gelas air putih yang telah di campur dengan obat pereda mabuk.
"Makasih bi"
"Ehh iya, apa semalam mommy dan Daddy tau aku mabuk?" Tanya Vale.
Lilian hanya mengangguk pelan dan tersenyum menjawab pertanyaan Valerie.
"Aishhh, yasudah bibi boleh keluar aku akan mandi." Ucap Valerie.
"Tuan dan nyonya sudah menunggu di ruang makan, sebaiknya non Vale lebih cepat sedikit." Jelas Lilian.
"Siap bibi sayang." Sahut Valerie.
Gadis itu beranjak dari tempat tidurnya dan menuju kedalam kamar mandi, air hangat yang telah di campur dengan aroma lavender di dalam sebuah bath tub menjadikan Valeri sedikit lebih rileks. Setelah puas berendam, ia segera beranjak dan mengenakan kimono handuk yang telah di siapkan Lilian. Gadis itu bergegas menuju ruang ganti dengan beberapa lemari baju berjejer yang lengkap dengan lemari sepatu dan tas nya.
Ia mengambil sebuah celana hot pants berbahan jeans dengan t-shirt pendek berwarna putih dan outer panjangan yang menutupi kaki mulusnya. Selesai berpakaian Valerie merias wajah nya dengan memoles tipis bedak dan sedikit liptint tak lupa ia juga menata rambutnya.
"Sempurna, kau memang di takdirkan untuk menjadi gadis cantik Valerie." Ucap gadis itu yang bicara sendiri di depan sebuah cermin.
Setelah selesai semuanya, ia bergegas keluar kamar dan menapaki beberapa anak tangga untuk menuju ruang makan. Terlihat dua insan yang sedang menyantap sarapannya dengan begitu tenang tanpa perbincangan sedikit pun sampai akhirnya Valerie datang dan memecahkan keheningan di ruang makan itu.
"Pagi mommy.. Daddy..." Ucap Vale seraya mengecup pipi kedua orangtuanya.
"Pagi juga sayang." Sahut Vanya dan juga Ernan secara bersamaan.
"Gimana semalam tidur mu? Apa nyenyak?" Tanya Ernan.
"Emm.. sangat nyenyak." Sahut Valerie yang kemudian menyantap sarapan nya.
"Hari ini kamu ke kampus pakai bus." Ucap Vanya.
Jderrr... Seketika ucapan sang mommy membuat gadis itu kaget dan menatap tak percaya.
"Mommy bercanda kan?" Tanya Valerie tersenyum.
"Tidak, mommy serius." Sahut Vanya.
"Haishh.. mommy... Kenapa kau begitu tega sama anak sendiri?" Rengek Vale.
"Daddy... Help me.." Merengek.
"No! Gak ada bantuan dari siapapun, termasuk Daddy." Ucap Vanya.
Vale pun berjongkok di samping Vanya dan sambil terus merengek layaknya anak kecil.
"Cepat bangun, percuma kamu seperti itu keputusan mommy gak bisa di ganggu gugat." Ucap Vanya.
"Baiklah, aku pergi sekarang bye mom, dadd."
Sambil menggerutu Valerie melangkah meninggalkan rumah dan berjalan menuju sebuah halte bus, di sebuah jalan ia berpapasan dengan seorang anak laki-laki yang masih duduk di bangku SMA.
"Kak Vale.." Panggil Alan.
"Huh? Kau? Ngapain disini?" Tanya Vale.
"Kakak lupa rumah ku dekat sini? Harusnya aku yang bertanya Kakak ngapain jalan disini sendirian?" Tanya balik Alan.
"Aku mau kesana." Menujuk sebuah halte bus dengan mulut nya.
"Apa aku bermimpi? Seorang Valerie yang biasa berangkat dengan mobil mewah kali ini naik bus?"
"Daebak.." Sambung Alan.
"Berisik ah!" Sahut Valerie yang melanjutkan langkahnya.
***
Bersambung. . .
Sesampainya di halte bus Valerie duduk menunggu bus yang masih belum tiba, tak lama disusul dengan Alan yang kebetulan akan menggunakan bus yang sama untuk pergi ke sekolah nya. Tak lama kemudian bus pun tiba, ini untuk pertama kalinya Valerie menggunakan alat transportasi umum, setelah memasuk seorang sopir menyuruhnya untuk membayar terlebih dulu dengan menggunakan sebuah kartu sebagai alat transaksi.
"Sial, bagaimana aku membayarnya? Kartunya pun bahkan aku gak punya." Gumam Valerie sambil menengok samping kiri kanan nya.
"Hey nona cepatlah, ini sudah siang kita bisa terlambat." Ujar beberapa orang yang telah mengantri di belakang.
"Maaf pak, apa tidak bisa menggunakan kartu kredit atau semacamnya?" Ucap Valerie dengan polosnya.
"Ini bus nona, bukan tempat perbelanjaan." Sahut sang sopir.
"Tapi aku hanya punya ini." Ucap Valerie mengeluarkan black card dan gold card nya.
Seketika semua tercengang melihat apa yang di pegang gadis itu, mereka tak habis pikir bisa-bisanya putri seorang sultan menggunakan bus sebagai alat transportasi nya bahkan masih banyak taksi yang berlalu lalang atau dia bisa menggunakan mobil pribadi, pikir dari beberapa orang.
"Jika tidak bisa bayar, sebaiknya turun lah lihat di belakang mu sudah mengantri." Ucap sang sopir.
"Sial! Benar-benar hari yang menyebalkan." Gumam Valerie yang bergeser ke pinggir.
Sementara dengan Alan hanya cekikikan di belakang menertawakan gadis yang tampak kesal itu, sampai akhirnya ia pun masuk dan membayar ongkosnya berikut dengan Valerie.
"Ayo masuk." Ucap Alan.
"Benarkah? Apa aku boleh masuk?" Tanya Valerie.
"Ya, anak muda itu telah membayarkan nya untuk mu." Sahut sopir.
Akhirnya Valerie pun masuk kedalam bus itu dan duduk bersampingan dengan Alan. Ternyata tidak buruk juga pergi ke kampus dengan menggunakan sebuah bus, begitulah pikir Valerie saat ini ia begitu menikmati perjalanannya dan melihat takjub pemandangan kota dari dalam bus lain halnya dengan ia membawa mobil sendiri yang asal jalan dengan kecepatan yang selalu di atas rata-rata.
Entah karena kurang tidur atau terlalu nyaman sampai rasa kantuk pun datang, Alan yang duduk di sebelahnya menempelkan sebelah earphone pada telinga Valerie yang kebetulan ia sedang mendengarkan sebuah lagu. Dengan kaget gadis itu langsung menoleh ke arah pria di sampingnya itu.
"Dengarkan lah, lagunya sungguh enak untuk di dengar." Ucap Alan.
Valerie pun membenarkan earphone nya dan menikmati lagu yang sedang di putar Alan sampai akhirnya ia tertidur. Bus berhenti di sebuah halte dekat sekolah Alan, namun karena ia tak tega membangunkan Valerie yang bersandar di bahunya, akhirnya Alan terdiam dan melanjutkan perjalanannya sampai akhirnya bus kembali berhenti di halte berikut nya.
"Kak udah sampai, apa kau tidak mau turun?" Ucap Alan membangunkan gadis itu.
"Ehh udah sampai ya? Bagaimana bisa aku tertidur." Sahut Valerie.
"Sudahlah cepat turun." Ucap Alan.
Mereka berdua pun turun bersama, setelah menyadari ada sesuatu yang aneh Valerie pun menghentikan langkahnya dan melihat ke arah anak SMA yang berada di belakang nya itu.
"Hei.. bukan kah halte sekolah mu sudah terlewat? Kenapa kau malah turun disini?" Tanya Valerie.
"Kau sendiri tau jawabannya." Sahut Alan.
Setelah berpikir sejenak akhirnya ia menemukan jawaban sendiri.
"Apa gara-gara aku ketiduran kamu jadi gak turun?" Tanya Valerie.
Alan hanya mengangguk pelan dan tersenyum tipis.
"Ah, baiklah hari ini aku akan menemani kamu untuk bolos gimana?" Ucap Valerie.
"Ehh tidak tidak.. Kakak gak boleh bolos, akan bahaya jika om Ernan tau apalagi tante Vanya." Ujar Alan.
"Tak apa, aku bisa mengatasinya jarang-jarang loh di ajak bolos sama gadis cantik seperti ku." Ucap Valerie memuji dirinya sendiri.
"Cantik sih iya, kelakuan rada minus." Gumam Alan yang telah mengetahui seluk beluk kelakuan Valerie yang terkadang di luar batas.
Valerie pun mengubungi Friska untuk mengantarkan mobilnya ke luar gedung kampus. Tak lama setelah menelpon sebuah mobil berwarna merah pun datang menghampiri pemiliknya. Terlihatlah seorang gadis seksi berparas cantik keluar dari mobil itu, ia berjalan menghampiri Valerie dan juga Alan yang menatapnya tanpa berkedip.
"Tolong absenkan aku hari ini." Ucap Valerie.
"Mau kemana?" Tanya Friska.
"Cari hiburan." Sahut Valerie.
"Wait, siapa pria tampan di samping mu itu?" Tanya Friska dengan mode centilnya.
"Dia bocah woy! Bukan selera kamu." Sahut Vale.
"Hai ganteng, siapa namamu?" Tanya Friska.
"Alan tante." Sahut Alan.
"What? Tante? Apa aku terlihat setua itu?" Sahut Friska yang tak terima di sebut Tante.
Seketika tawa Valeri pecah mendengar Alan memanggil temannya itu dengan sebutan Tante, begitu juga dengan Alan yang tertawa melihat wajah Friska yang begitu syok.
"Canda kakak." Ucap Alan mengedipkan sebelah matanya.
"Sial, kenapa dia sengaja menggoda ku?" Gumam Friska.
Valerie pun menarik Alan masuk kedalam mobilnya, tak lupa juga dengan Friska yang tak mau ketinggalan yang langsung masuk dan duduk di kursi belakang. Sebelum ke tempat tujuan, Valerie menghentikan mobilnya di sebuah mall dan masuk ke sebuah toko baju, ia memilih beberapa pakaian pria yang cocok untuk di kenakan Alan.
"Kamu coba semua ini." Ucap Vale memberikan beberapa baju pada Alan.
"Untuk apa? Bukan kah berpakaian seperti ini lebih cocok?" Sahut Alan.
"Tidak, itu terlihat seperti anak kecil, cepat pakai aku dan Friska akan memilihkannya untuk mu." Ucap Valerie.
"Baiklah." Sahut Alan.
Pria muda itu pun masuk ke ruang ganti dan mengganti bajunya, setelah mengganti beberapa baju yang tidak cocok akhirnya dengan sepakat Valerie dan Friska menunjuk satu baju yang begitu cocok di kenakan Alan. Selesai dari toko baju merek pun bergegas pergi dan melanjutkan perjalanannya menuju sebuah taman hiburan dan arena bermain.
Satu orang pria dengan dua wanita cantik di sampingnya itu seketika menjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu lalang di tempat itu.
"Lihatlah anak muda jaman sekarang bisa menggandeng dua wanita cantik sekaligus."
"Siapa tau mereka kakaknya."
"Mana mungkin, bahkan anak itu terlihat dewasa." Dan bla bla bla...
Begitulah kira-kira ucapan mereka yang melihat Alan, Valerie dan juga Friska. Hampir semua wahana mereka naikin sampai puas, dan tak hanya itu mereka nikmati semua makanan kuliner yang ada di tempat itu. Jika untuk Valerie itu hanya sebagai hiburan lain halnya dengan Friska yang menjadikannya ajang pendekatan dengan Alan si handsome boy yang begitu menggoda.
"Apa kau punya pacar?" Tanya Friska yang to the poin.
"Tidak, mereka terlalu segan unyuk memacari ku." Sahut Alan dengan rasa percaya dirinya.
"Kau pikir kau setampan apa hah?" Tanya Friska.
"Jelas sangat tampan, sampai seorang mahasiswa pun tertarik dengan ku, benar begitu?" Ucap Alan yang lagi-lagi mengedipkan sebelah matanya.
***
Bersambung. . .
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!