NovelToon NovelToon

Cinta Pria Beristri

Prolog

Sheril Khairunnisa.

Gadis remaja yang baru saja merayakan kelulusannya di sekolah menengah. Ia gadis cantik kesayangan kakek dan neneknya. Banyak laki-laki yang memuja kecantikan Sheril. Tapi Sheril tetap teguh dengan pendiriannya. Selain cantik, Sheril juga bintang di sekolahnya. Ia sangat pandai dan cerdas. Prestasinya yang tinggi membuat Sheril dengan mudahnya melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

Sheril baru berumur 18 tahun. Kulitnya putih dan bersih, ia memiliki rambut yang lurus panjang sebahu. Tinggi tubuhnya sekitaran 159 cm. bentuk tubuhnya yang ramping, dengan perut yang datar. tubuhnya kelihatan membesar ke bawah. Boleh di katakan kalau ia memiliki bokong yang besar, bodynya yang aduhai, membuatnya digilai para lelaki.

Pihak sekolah mendatangi kediaman kakaknya di kampung, dengan maksud menawarkan universitas terbaik dan terfavorit di kota C.

Awalnya Sheril menolaknya dengan keras. Tapi dengan dukungan kakek dan neneknya akan masa depannya yang cerah. Akhirnya dengan berat hati, Sheril harus meninggalkan mereka demi pendidikannya yang lebih tinggi.

Akan tetapi hal yang tak di sangka sangka membuatnya terpuruk. Seseorang telah menghancurkan hidupnya. Menghancurkan masa depan cerahnya. Seorang Laki-laki peminum berat sudah merenggut kesuciannya.

Sejak kejadian itu. Lelaki yang sudah menodainya itu langsung mencari keberadaan gadis kecil itu. Ia mengerahkan anak buahnya untuk mencari informasi ataupun identitas keluarganya.

"Tuan. Dia hamil, yang paling menyedihkan lagi dia di permalukan dan di usir dari kampusnya."

Begitulah laporan yang dia dapatkan hari ini.

"Perempuan itu hamil, bagaimana bisa terjadi,"

Siapa yang bertanggung jawab?

Alzian Guinandra. Apakah ia mau bertanggung jawab?

Seluruh pasilitas yang dia dapatkan di cabut oleh pihak universitas. Bukan itu saja Sheril juga mendapatkan hinaan yang amat menyakitkan baginya. Ia di usir secara tidak hormat di kampusnya.

Sheril menangis tersedu meratapi nasibnya yang malang. Ia bukan menangisi di usir dari kampus, ia bukan pula menangis karena cacian dan hinaan anak-anak kampus. Tapi ia menangis akan kekecewaan kakek dan neneknya di kampung jika mereka tahu. Sejak kejadian itu Sheril menjadi pemurung. ia jarang sekali ingin bicara, apa lagi tersenyum. Iapun sangat membenci orang yang sudah menghancurkan hidupnya.

Saat Alzian ingin bertanggung jawab. Sheril malah menolaknya. Tentu saja Alzian sangat marah. Menurutnya, baru kali ini ada perempuan yang berani menolaknya. Akibat penolakan Sheril, Alzian mengerahkan anak buahnya untuk menculik Sheril, lalu mengurungnya di sebuah villa yang cukup jauh dari kotanya.

Alzian Guinandra. Seorang laki-laki tampan, gagah dan perkasa. Pria yang di takuti dan disegani di kalangan mana pun. Alzian memiliki tubuh yang paling tinggi diantara teman dan rekan lainnya. tidak ada yang berani menentang Alzian Guinandra, kecuali istrinya. Iya ... Alzian sudah memiliki istri yang sangat dicintainya.

Tapi Sheril ... ia sangat berani, dan menentang Alzian Guinandra, bahkan berkali-kali melayangkan telapak tangannya di pipi Alzian. Seketika itu pun Alzian mendapatkan sebuah permainan baru.

Ia, laki-laki yang sangat menyukai minuman a*****l itu sudah bermain di dalam api. Api yang akan membakar dirinya sendiri.

Seiring waktu berjala, rencana Alzian tidak lah sesuai dengan apa yang di harapkan nya.

Apakah Alzian berhasil menikahi sheril dengan tujuannya? atau justru mencintainya?

kisah akan segera di mulai. Tinggalkan jajak dan tap love ya.

selamat membaca 🌹🌹🌹🌹🌹

Aktifitas pagi hari

Dengan hati yang riang. Sheril membawa kelulusan dengan nilai tertinggi. Tampak wajah gembiranya menyunggingkan senyumannya saat sampai di rumah kakek dan neneknya.

"Nenek! Sheril lulus dengan nilai yang sheril harapkan," ungkap Sheril berbinar langsung memeluk neneknya yang lagi bergulat di dapur.

Neneknya yang bernama Mala itu tersenyum dan membalas pelukan cucunya dengan erat.

"Mana, coba nenek lihat," ujar neneknya dengan senang.

Nenek Mala tersenyum bangga pada prestasi cucu perempuannya. Kemudian ia memeluknya dengan erat.

"Selamat atas kelulusan mu ya, Nak," ujar neneknya membelai rambut Sheril dengan lembut.

"Mana Kakek, Nek," tanya Sheril kemudian.

"Dimana lagi kalau bukan di belakang," ujar neneknya.

"Kalau begitu Sheril akan beritahu Kakek sekarang juga," ucap Sheril gembira.

"Kakek!" Teriak Sheril, Ia meneriaki kakeknya yang lagi memberi makan ikan-ikannya.

Setelah mendekat, Sheril langsung menceritakan maksudnya berteriak seperti itu.

"Kek, Sheril lulus, dan lihat nilai sheril yang paling tinggi," ujar Sheril girang.

"Wah ... cucu kakek memang hebat ya, kakek bangga pada mu, Nak," ujar kakek Sheril yang bernama Samit.

"Ayo kita makan dahulu," ujar nenek Mala sambil membawa nampan berisi nasi dan lauk pauk. Nenek Mala membawa makanan itu ke pondok yang ada di sudut kolam ikan kakeknya. Mereka memang sering menghabiskan makanya di pondok bambu setengah tiang itu. Pondok atau gazebo itu di buat sendiri oleh kakek Samit.

Nenek Mala segera menata makanannya di atas tikar kecil, di bantu oleh Sheril. Dengan goreng ikan, tempe dan tahu, sambel terasi kesukaan cucunya, nenek mala tidak lupa menyiapkan lalapan timun dan sedikit daun kemangi, di tambah nasi panas dan juga gorengan pete kesukaan kakek Samit. Nenek Mala juga menambahkan tumisan sayur kangkung.

"Wah Nenek! Masakan mu selalu menggugah seleraku, aku sudah tidak sabaran ingin mencicipinya," ujar Sheril berbinar.

Nenek Mala tersenyum mendengar pujian dari cucunya itu. "Ayo, makanlah segera jika kamu sudah sangat lapar," ujar nenek.

Mereka makan dengan sangat lahapnya sambil memandangi ikan ikan yang berkeliaran di dalam kolam kakek Samit. Kakek Samit sudah lama ternak ikan. Setiap minggu kakek Samit menjual ikan ikannya. Sementara istrinya kakek, setiap hari masak kue untuk di pasarkan di warung warung kecil ataupun di sekolah. Sheril pun selalu membatu nenek Mala untuk memasarkannya. Sheril juga membawa kue dagangannya kesekolah dan di titipkan di kantin sekolahnya. Sheril merasa sangat senang membantu neneknya.

Dari hasil itulah mereka bisa makan dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

"Apa rencana mu setelah ini, Nak?" Tanya kakek setelah mereka menghabiskan makanannya.

Sheril terdiam sejenak. "Sheril belum tau, Kek. Yang jelas Sheril akan istirahat sebentar."

Kakek dan Nenek menatap sheril. "Kami ingin kamu tetap melanjutkan ke perguruan yang lebih tinggi lagi, Nak, sangat di sayangkan kalau tidak. Prestasimu sangat bagus," ucap kakek Sheril.

Sheril menundukkan wajahnya. "Iya, Kek. Tapi biaya kuliah itu cukup besar dan mahal, kita perlu mempertimbangkannya lagi, yang jelas Sheril ingin istirahat dahulu," ujar Sheril.

"Iya, Nak. Tapi kakek dan nenekmu mampu untuk membiayai kuliah mu, iya kan, Nek," ujar kakek Samit melirik istrinya.

"Sayang, nenek dan kakek sangat menyayangi mu, nenek cukup uang untuk membiayai kuliah mu nanti, kamu tidak usah khwatir soal itu," ujar nenek Mala meyakinkan cucu semata wayangnya.

"Tidak nenek. Simpan saja uang kalian, Sheril akan mencari pekerjaan nanti, dan setelah tabungan Sheril cukup, barulah Sheril akan melanjutkan pendidikan Sheril," imbuhnya.

...****************...

Pagi hari yang cerah. Seperti biasa Sheril selalu bangun pagi, walaupun ia tidak berangkat sekolah.

Menurut Sheril, pagi hari adalah waktu yang harus di manfaatkan sebaik mungkin, Pasalnya, pagi hari seringkali dilalui dengan penuh semangat dan suka cita. Pagi yang segar, juga menjadikan waktu yang tepat untuk memulai aktivitas.

Sheril membantu neneknya membuat kue jajanan untuk di titipkan di warung ataupun di kantin sekolah. Hari ini kakeknya tidak lagi mengantar istrinya untuk mengantar titipan kuenya, karena Sheril lah yang menggantikannya.

Dengan semangat Sheril menyusun kue kuenya di dalam box.

"Nenek, biar Sheril aja yang mengantar kue ini, nenek di rumah saja," ujar Sheril bersemangat.

"Apa kamu yakin, Nak?" Ujar neneknya.

"Iya, Nek, Sheril bisa kok," ujar Sheril lagi.

"Ya sudah, ini catatan titipan kue kemarin, jangan lupa kamu ambil uangnya ya," ujar neneknya menjelaskan pada Sheril.

"Siap, Nek," ujar Sheril lagi.

"Kamu hati-hati ya, Nak!" Ujar neneknya setengah meneriaki cucunya.

"Iya, Nek, Sheril berangkat dulu!" Ujarnya.

Sheril mengendarai motor metiknya untuk membawa bermacam-macam kue buatannya bersama neneknya. Ia menitipkan kue kuenya dengan semangat.

"Neneknya kenapa ngk ikut Sheril," ucap ibu yang punya warung itu dengan ramah.

"Ngk aja Bu, Biar Sheril saja yang mengantar setiap paginya, karena Sheril juga ngk berangkat sekolah,"

"Oh sudah selesai sekolahnya?" Tanya ibu yang bernama Ami itu.

"Iya Bu, Alhamdulillah sudah tamat," ujar Sheril lagi.

"Ngk lanjut kuliah Sher?" Tanya Ibu itu lagi.

"Belum tau Bu, Sheril mau istirahat dulu," ujar Sheril.

"Ini uang kue kemarin, semuanya habis," ujar ibu Ami tersenyum ramah.

"Alhamdulillah, terimakasih banyak bu, saya langsung pamit," ujar Sheril.

"Iya, hati-hati ya, Nak," ucap bu Ami.

Sheril hanya menganggukkan kepalanya saja, sambil tersenyum menoleh ibu Ami.

Dengan perasaan riang Sheril kembali kerumah habis mengantar kue kuenya.

"Nenek!" Seru Sheril, ia mendapati neneknya sedang berkutat di dapur membuat sarapan untuk mereka.

"Kamu sudah pulang, Nak," ujar neneknya menoleh Sheril.

"Iya, Nek." Ujar Sheril sambil meletakkan box kue yang kosong di tempat cucian. Lalu Sheril merogoh saku celananya.

"Nenek. Ini uang hasil jualan kemarin, semuanya habis, Nek," ujar Sheril tersenyum bahagia.

"Alhamdulillah, coba kamu hitung berapa jumlah semuanya," ujar neneknya yang masih berkutat di dapur.

Sheril menghitung nya dengan teliti, mulai dari uang receh dan pecahan 50 ribuan ada juga yang seratus ribuan.

"Semuanya 570 ribu, Nek!" Seru Sheril girang. Karena biasanya sehari hanya mendapatkan 280-300 ribu saja.

Nenek Mala menghampiri Sheril, dan Sheril menyerahkan uang itu pada neneknya.

"Ini simpan untuk mu, Nak, siapa tau kamu ada keperluan," ujar neneknya memberikan uang sejumlah 300 ribu buat Sheril.

"Tidak, Nek. Simpan saja sama nenek," ujar Sheril menolaknya.

Sheril memang begitu, setiap kali neneknya memberikan uang untuk di simpan, ia pasti menolaknya. Sheril paling akan meminta uang kapan ada keperluan di sekolahnya saja. Tapi nenek Mala sangat mengerti akan cucu kesayangannya itu. Ia memenuhi segala kebutuhan cucunya tanpa di minta Sheril. Dengan begitu Sheril tidak bisa menolaknya.

vote ✅

like ✅

komen ✅

jangan lupa berikan hadiah buat author ya.

Kota metropolitan

Siang harinya. Sheril dan neneknya sedang duduk di ruang keluarganya sambil menonton acara kesukaan mereka.

Tok-tok-tok ....

Suara pintu rumahnya di ketuk dari luar. "Siapa ya, Nek?" Tanya Sheril menerka tamunya yang datang pada saat siang begini.

"Biar nenek lihat," ucap nenek Mala bergegas keruang tamu dimana pintu utamanya berada.

"Assalamualaikum Nenek," ujar orang itu membuat nenek Mala mengernyitkan keningnya.

"Kami dari pihak sekolah, apakah Sheril Mehrunnisa ada, Nek?" Tanya perempuan yang memakai pakaian dinas.

"Oh, gurunya Sheril. Ayo silahkan masuk," ujar nenek Mala mempersilahkan mereka masuk keruang tamu.

"Silahkan duduk, nenek akan panggilkan Sheril sebentar," ujar nenek Mala mempersilakan tamunya duduk.

"Sheril, ada gurumu datang. Ayo buatkan minuman untuk mereka, jangan lupa hidangkan kue juga ya," titah neneknya.

Sheril merasa ada sesuatu dari sekolah. Karena tidak biasanya gurunya mendatangi kediamannya.

Sambil meletakkan teh dan beberapa potong kue kedalam nampan, hati Sheril masih bertanya tanya. Lalu ia pun pergi keruang tamu menyajikan teh dan cemilan buat tamunya.

"Silahkan di minum Buk, Pak," ujar Sheril tersenyum ramah. Kemudian ia ingin beranjak mengembalikan nampan.

"Sheril, duduk di sini, Nak," ujar salah satu gurunya yang bernama Yusri. Ia wali kelas Sheril di kelas 12 A.

Sheril pun menuruti titah ibu Yusri.

"Kalau boleh tau, ada apa ya Ibu dan Pak guru datang kemari?" Ucap nenek Mala membuka percakapan.

"Maaf sebelumnya, Nek. Kakeknya ada?" Tanya ibu Yusri lagi.

"Oh, ada di belakang, biar saya panggilkan," ujar nenek Mala ingin beranjak dari duduknya.

"Biar Sheril saja yang memanggilnya, Nek," ujar Sheril.

"Iya, panggilah, Nak, agar keluarga tau apa tujuan kami datang kemari," ujar ibu Yusri lagi.

Sheril makin penasaran dengan apa yang di ucapkan ibu Yusri.

......................

Setelah kakek Samit ikut duduk bersama mereka. Nenek Mala kembali bertanya.

"Katakan Bu guru, kesalahan apa yang sudah cucu saya buat," ujar nenek Mala sedikit cemas.

Ketiga guru itu pun tersenyum mendengar ucapan neneknya Sheril.

"Cucu kalian tidak membuat kesalahan, hanya kami datang kemari ingin memberikan kabar gembira pada Sheril," ujar ibu Yusri tersenyum lebar.

"Iya Nek, Kakek. Kami perwakilan dari sekolah, kami sangat bangga memiliki siswa seperti Sheril ini. Sheril mendapatkan kejuaraan tingkat internasional, yang sudah diakui oleh kementerian lembaga pemerintah, yang ditetapkan sebagai agenda internasional resmi yang relevan dengan prestasi," ujar ibu Yusri menjelaskan.

"Iya, maka dari itu, Sheril berhak mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di universitas yang sudah di tentukan dan sudah di pasilitasi lengkap dengan tempat tinggal berupa apartemen," ujar salah satu guru laki-laki paru baya itu.

Mereka berbincang-bincang panjang dan lebar.

"Sangat di sayangkan jika kamu tidak meneruskan pendidikan mu, Nak, prestasimu sangat tinggi, kapan lagi kamu akan memanfaatkan kesempatan emas ini," ujar ibu Yusri meyakinkan Sheril, karena sudah mendapatkan penolakan langsung dari Sheril.

"Bu, Sheril tidak punya siapa-siapa di sana, Sheril takut. lagi pula tidak mungkin saya meninggalkan kakek dan nenek saya, mereka sudah tua," ujar Sheril menundukkan wajahnya.

"Sayang, ini demi masa depanmu, kamu tidak perlu menghawatirkan nenek dan kakek di sini, kamu tau, kan, kami sudah menua, jadi ini kesempatan mu untuk meraih cita-cita mu," ujar kakek Sheril.

"Sheril. Ini masih dalam satu negara, bukan luar negeri yang sudah kamu tolak tempo hari, lembaga prestasi masih memberikan satu kesempatan pada mu," ujar bapak guru menimpali ucapan ibu Yusri.

"Tapi, Kek ... "

"Nak, ini saatnya kamu membahagiakan kakek dan nenekmu, di sisa umur nenek dan kakek mu ini, kami ingin melihat cucu nenek sukses," ujar nenek Mala memotong pembicaraan Sheril, ia menitikkan air matanya.

"Nenek," Sheril memeluk neneknya dengan erat.

"Baiklah, Sheril mau, Nek," ujar Sheril lirih.

Ibu Yusri dan yang lainnya, memberikan penjelasan dan pengarahan pada Sheril. Setelah sedikit berbincang-bincang, mereka pamit undur diri.

......................

Sheril tidak kuasa menahan air matanya saat berpamitan pada kakek dan neneknya. Ia memeluk erat tubuh yang sudah menua itu. Sheril sangat sedih meninggalkan kedua orang yang dia cintai setelah kedua orang tuanya.

"Nenek dan kakek jaga kesehatan ya, hiks-hiks-hiks ... " Sheril menangis tersedu di pelukan kedua orang tua itu.

Nenek Mala menghapus air mata cucunya. "Sudah. Nenek dan kakek akan selalu mendoakan yang terbaik buat mu, jaga dirimu ya, Nak," ujar nenek dan kakek itu serta mencium keningnya.

Sheril sudah berada di dalam pesawat. Untuk pertama kalinya Sheril akan terbang dengan Burung raksasa berbaju besi.

Ada perasaan cemas dan gelisah. Isak tangisnya masih terdengar samar. Iya, Sheril akan meninggalkan kampung halamannya untuk menuntut ilmu setinggi langit, sama seperti burung raksasa yang di tumpanginya, yang sebentar lagi akan melebarkan sayapnya menuju angkasa langit, menuju tujuan utamanya.

Sheril menatap sedih saat burung raksasa itu mulai melebarkan sayapnya di udara. Air matanya sudah membanjiri pipi mulusnya. Untuk pertama kalinya juga, Sheril berpisah dengan dua orang yang sudah membesarkannya dengan penuh kasih dan sayang.

Sheril tidak peduli dengan orang di sekitarnya yang terus saja memandanginya menangis. Ia hanya menumpahkan kesedihannya.

"Hapus air mata mu," ujar seorang penumpang pesawat yang duduk tepat sampingnya, ia memberikan sebuah sapu tangan miliknya.

Tanpa menoleh, Sheril menolaknya dengan halus.

"Terimakasih tuan, nanti sapu tanganmu kotor,"

"Tidak perlu sungkan, ambil saja untuk mu," ujarnya menawarkan.

Sheril melirik laki-laki itu dengan tersenyum ramah, kemudian mengambil sapu tangan yang di berikan untuknya.

"Terimakasih tuan, saya akan mengembalikannya, setelah saya mencucinya," ujar Sheril tanpa pikir panjang.

"Tidak perlu, buat kamu saja," ujar laki-laki itu dengan suara dinginnya.

Sheril tidak pikir panjang, bagaimana ia akan mengembalikannya? Sementara kenal saja tidak, alamatnya pun Sheril tidak tau. Tapi itu sama sekali tidak terpikir oleh Sheril karena di dalam dadanya masih terasa sesak saat berpisah dengan kedua kakek dan neneknya.

Kini Sheril sudah menginjakkan kakinya di kota metropolitan tanpa seorang pun yang dia kenal.

Sinar tenggelam malam pun tiba. Seorang gadis cantik menyetop taksi menuju ke sebuah apartemen yang di pasilitasi oleh pihak keluarga universitas.

Di perjalanan menuju apartemennya. Seulas senyum Sheril tampilkan, untuk pertama kalinya setelah menangis berpisah dengan orang yang sangat dia sayangi.

Dengan hati yang takjub, Sheril menatap keluar kaca mobil. Ia memandangi Kota metropolitan ini penuh dengan gemerlapan, yang seakan tidak ada habisnya. Gedung-gedung pencakar langit membuat kota Jakarta terlihat berwarna-warni ketika malam tiba.

"Kota yang sangat indah, sekarang aku melihatnya langsung, bukan hanya di dalam layar," gumam Sheril dalam hatinya. Ia tersenyum bangga melihat suasana kota Jakarta.

Tanpa Sheril sadari kalau mobil taksi yang di tumpanginya sudah berhenti tepat di alamat apartemen yang ada di dalam kartu nama itu.

Sheril segera membayar ongkos taksi. Setelah itu, ia pun langsung mecari nomer apartemen yang sudah tertera lengkap di kartu miliknya.

Tidak susah bagi Sheril untuk menemukan apartemennya. Setelah mencocokkan nomor apartemen, tanpa ragu Sheril menekan tombol password dan pintu pun langsung terbuka.

Sheril pun langsung masuk dan mengedarkan pandangannya di seluruh apartemen. Sheril memeriksa di berbagai sudut mulai dari kamar mandi, tempat masak, tempat jemuran dan terakhir adalah kamar.

Melihat kasur yang begitu empuk menurut Sheril, ia langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur itu. Matanya memandang langit-langit kamarnya yang bernuansa keabuan, desain kamar pun di sukai oleh Sheril.

Saking lelahnya, Sheril langsung saja tertidur.

ayo, berikan Author secangkir kopi dong, biar author tidak sakit kepala lagi.

jangan lupa vote dan like ya.

komen dan dukung terus karya author.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!