NovelToon NovelToon

Kekasihku Kekasih Ibu Tiriku

Bab Satu

"Kamu bisa sedikit sopan jika bicara. Bagaimanapun juga Santi adalah ibumu meskipun usianya masih muda" ucap ayahnya Naura dengan suara keras

"Dia bukan ibuku. Ibuku telah meninggal karena wanita murah*n ini" ucap Naura dengan suara tak kalah keras.

"Jangan memulai pertengkaran lagi, Naura"

"Ayah, siapa yang memulai. Ayah yang selalu saja memintaku menghormati wanita ini. Bagaimana bisa aku menghormati wanita yang telah membuatku ibuku meninggal"

"Jaga mulutmu. Ibumu meninggal karena penyakitnya. Bukan salah siapa siapa "

"Ayah telah dibutakan karena cinta. Apakah ayah yakin jika wanita ini juga mencintai ayah, bukan karena harta. Mana ada wanita muda menikahi pria yang lebih cocok jadi ayahnya jika bukan karena uang"

Ayah Naura berdiri dari duduknya dan langsung menghampiri Naura.

"Coba kamu ulangi ucapanmu itu"

"Mas, sudahlah. Naura hanya terbawa emosi. Jangan mas tanggepin. Aku nggak tersinggung dengar ucapannya " ucap Santi, ibu tirinya Naura sambil mengusap lengan ayahnya.

"Dasar munafik... terus aja ambil muka " ucap Naura sambil melangkah ingin meninggalkan ayah dan ibu tirinya itu.

Baru beberapa langkah berjalan, Naura merasakan tangannya yang dipegang erat.

"Minta maaflah pada ibumu. Ayah tidak pernah mengajarkan kamu kurang ajar"

Naura membalikkan tubuhnya menghadap kepada ayah dan ibu tirinya.

"Kenapa aku yang harus minta maaf. Aku tidak merasa mengatakan sesuatu yang salah. Ayah aja yang tak menyadari siapa wanita yang ayah nikahi saat ini. Wanita berkepala ular... "

Plak... sebuah tamparan ayah Naura layangan ke pipi kiri putrinya. Selama ini ia tak pernah menyakiti putrinya itu.

Naura memegang pipinya yang panas bekas tamparan ayahnya.

"Ayah menamparku.... " ucap Naura sambil menahan tangisnya

"Kamu pantas mendapatkannya "

"Sejak aku kecil, tak pernah sekalipun ayah menyakitiku. Tapi semenjak kehadiran wanita jal*ng ini ayah tega menyakiti hatiku bahkan tubuhku. Ayah lebih menyayangi dirinya dari aku anak kandung ayah sendiri"

"Ayah tak mau kamu menjadi anak yang tak sopan dan tidak tau tata krama. Jangan pernah berkata kasar lagi pada ibumu jika kau kalau masih mau tinggal di rumah ini" ucap ayah Naura

Naura meninggalkan ayah dan ibu tirinya sambil memegang pipinya yang terasa panas dan sakit.

Sampai di kamar, Naura langsung menumpahkan tangisnya.

Ayah Naura terduduk ketika anaknya telah berlalu dari hadapannya.

Santi ibu tiri Naura duduk di sebelah suaminya itu sambil mengusap tangan ayah Naura.

"Mas, tak seharusnya menampar Naura. Ia pasti akan tambah membenciku"

"Tak seharusnya ia mengatakanmu seperti itu. Ia tak mengenalmu.... "

"Karena ia tak mengenalku itulah, ia membenciku. Aku akan mencoba membujuknya dan meminta maaf"

"Kenapa kamu yang harus meminta maaf"

"Bagaimanapun ini salahku juga, karena aku hadir dihidup mas saat istri mas masih ada"

"Semuanya telah menjadi takdir dari Tuhan" gumam ayah Naura.

Reno ayah Naura seorang pengusaha yang cukup terkenal dan memiliki wajah yang masih terlihat tampan meski usianya hampir memasuki kepala lima.

Ia mengenal Santi, istri mudanya saat Santi melamar kerja diperusahaan miliknya.

Dari pandangan pertama Reno sudah langsung jatuh cinta. Ia mengangkat Santi menjadi sekretarisnya.

Perselingkuhan mereka berawal saat Reno dan Santi harus keluar kota untuk urusan bisnis.

Santi yang berasal dari keluarga kurang mampu menerima cintanya Reno agar dapat merubah nasibnya.

Santi masuk ke kamar Naura dan melihat anak tirinya itu yang sedang menangis.

"Maafkan aku" ucap Santi

Naura membalikkan badannya dan memandangi wajah ibu tirinya dengan wajah yang masam.

"Maafkan jika kehadiranku membuatmu tidak nyaman"

"Jangan pura-pura baik. Aku tau maksud kehadiranmu dihidup ayahku. Kau hanya ingin menguras hartanya. Kau tak pernah mencintainya"

"Kamu salah, Naura. Aku mencintai ayahmu. Jika kamu menduga berpikir aku menikahi ayahmu hanya semata demi harta, itu salah besar."

"Keluarlah, aku tak sudi melihatmu. Jangan pernah menginjakkan kakimu di kamar ini lagi"

"Berbaiklah dwngan ayahmu jika kamu tak ingin ayahmu makin marah dan mengusirmu"

"Bukankah itu keinginanmu"

"Aku tidak serakah, Naura. Aku akan berbagi denganmu."

"Akhirnya kau mengakui jika kau menginginkan harta ayahku"

"Munafik jika ada wanita yang mengatakan jika ia mencintai seorang pria apa adanya tanpa memandang harta dan tahta. Apa yang kita dapat jika hanya mengandalkan cinta. Kamu jangan naif jadi wanita"

"Dasar wanita murah*n .... " teriak Naura.

Suara teriakan Naura terdengar hingga ke telinga ayahnya.

Reno sang ayah lalu berdiri dan berjalan menuju kamar putrinya.

Saat ia akan masuk Reno melihat Naura yang mendorong tubuh Santi, istri mudanya.

Reno tampak makin marah, ia memeluk tubuh istrinya agar tak terdorong.

"Apa lagi yang ingin kamu lakukan, Naura. Kamu semakin hari ayah lihat makin tak terkendali. Apakah ini yang ibu kamu ajarkan selama ayah tak ada" ucap ayah Naura dengan suara keras

"Jangan bawa nama ibu. Ibu tak pernah mengajariku hal yang tak baik"

"Jika bukan dari ibumu, siapa yang telah membuatmu menjadi anak liar seperti ini. Kamu selama ini selalu berdua ibumu"

"Jangan pernah membawa nama ibuku" teriak Naura keras.

Reno yang telah emosi kembali menampar pipi Naura.

Naura kaget dengan tindakan ayahnya. Ia memegang pipinya.

Ia memandangi wajah ayahnya dengan sorot wajah yang emosi.

"Apakah sekarang sudah menjadi kebiasaan ayah menyakitiku"

"Kamu pantas mendapatkan itu"

"Terima kasih, aku memang pantas mendapatkannya " ucap Naura sambil melangkah meninggalkan kamarnya.

Ia keluar dari rumah dengan hati yang sedih. Naura berjalan hingga keluar halaman rumahnya.

Ia memanggil taksi yang kebetulan lewat depan rumahnya. Di dalam taksi tangis Naura kembali pecah.

Naura meminta supir taksi membawanya menuju tempat pemakaman ibunya.

Bersambung

********************

Terima kasih. Selamat membaca novel terbaruku. Semoga pembaca semua suka dengan novelku ini.

Bab Dua

Naura membayar ongkos taksi sebelum keluar. Ia berjalan perlahan mendekati kuburan ibunya.

Naura meletakan bunga yang dibelinya sebelum ke sini.

Untuk setiap bunga yang aku taruh di atas makammu, aku teringat semua hal yang telah kamu lakukan untuk membuat hidupku seindah dan seharum rangkaian bunga. Aku rindu kamu, ibu.

Ia bersimpuh didepan kuburan itu dengan memegang batu nisan yang bertuliskan nama ibunya.

Ibu, Naura datang lagi. Naura kangen ibu. Kenapa ibu meninggalkan Naura sendirian. Ayah tidak lagi menyayangiku, ia telah tega menyakitiku. Ibu, Naura mau ikut ibu.

Langit tampak mendung, pertanda hujan akan segera turun. Tapi Naura tidak juga beranjak dari kuburan ibunya.

Ibu masih ingat, dulu ayah tak akan pernah membiarkan seekor nyamukpun menggigit kulitku. Ia akan mencari kemananpun nyamuk itu terbang jika ada yang menggigitku. Tapi hari ini, dua kali sudah ayah menamparku ibu. Bukannya sakit karena tamparan ayah yang membuat aku sedih, tapi sakit karena ayah yang lebih membela wanita itu dari pada aku anak kandungnya .

Hujan mulai turun membasahi bumi seakan ikut merasakan kesedihan yang saat ini Naura alami.

Baju yang Naura kenakan telah basah karena hujan. Tapi ia tak juga beranjak dari tempatnya.

Ketika ia menyadari hari yang sudah mulai beranjak senja, barulah Naura berdiri.

Ibu Naura pamit. Semoga ibu tenang disana. Dan surga tempat ibu berada saat ini.

Naura berjalan meninggalkan makam ibunya. Ia berjalan tanpa tau arah tujuannya.

Naura tak ingin pulang. Hatinya masih terasa sakit. Jika sakit dipipinya bisa hilang, tidak dengan hatinya.

Aku merindukanmu ibu, seperti bumi memandang awan, dengan kata paling rahasia ia mendoakanmu menjadi hujan. Aku titipkan rindu ini pada langit untuk disampaikan kepada mu lewat hujan, ibu.

Gaishan Raffasya Hafis , yang biasa dipanggil Raffa mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia teringat adiknya yang berada diapartemen seorang diri.

Alesha, adiknya Raffa takut akan hujan apalagi jika disertai petir. Ia akan menangis jika tak ada orang yang menemaninya.

Karena hujan yang begitu deras, Raffa tidak melihat ada seseorang yang akan menyeberang.

Naura yang akan menyeberang kaget melihat mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi.

Beruntung Raffa menginjak rem dengan cepat, sehingga kecelakaan dapat dihindari.

Naura berjongkok karena ketakutan. Ia menutup mata dengan kedua tangannya.

Raffa turun dari mobil dan menghampiri Naura. Ia memegang bahu Naura, karena kaget Naura berteriak.

"Mbak, kamu nggak apa-apa" tanya Raffa

Naura memandangi wajah Raffa dan langsung berdiri.

"Apa kamu nggak punya mata."

"Maaf, aku ingin segera sampai rumah. Aku tak melihat saat kamu menyeberang"

"Untung saja aku nggak mati. Jika aku mati, aku akan gentayangan meminta pertanggungjawaban darimu "

"Sekali lagi aku minta maaf"

"Aku akan memaafkan kamu, tapi dengan satu syarat"

"Apa itu, boleh saya tau"

"Aku ingin ikut denganmu"

"Mbak, apa kamu nggak salah"

"Kenapa, kamu nggak mau"

"Mbak, aku ini seorang pria. Seandainya aku ini berniat jahat apa kamu nggak takut"

"Aku bahkan ingin kamu membunuhku"

"Apa maksud, mbak"

"Aku ingin mati. Biar bisa menyusul ibu" ucap Naura. Air matanya kembali jatuh membasahi pipinya.

Raffa dapat melihat air mata yang jatuh itu. Ia akhirnya membawa Naura masuk ke mobil dan ikut pulang ke apartemen miliknya.

Sampai di apartemen, Raffa meminta Naura masuk. Dengan langkah ragu Naura masuk.

"Kenapa, takut. Tadi katanya ingin ikut denganku"

"Siapa yang takut .... " ujar Naura

Raffa mempersilakan Naura duduk, ia langsung membuka pintu kamar adiknya.

Raffa melihat adiknya yang bergulung dengan selimut. Ia membuka selimut adiknya.

Alesha membuka mata, dan langsung memeluk Raffa.

"Abang kemana aja. Aku takut.... "

"Maaf, abang masih ada kerjaan tadi"

"Abang tahukan jika aku takut hujan"

"Iya, maaf" ucap Raffa lagi

"Sekarang ikut abang. Hujan sudah reda, jangan takut.... "

Alesha mengikuti langkah abangnya menuju ruang tamu. Ia melihat ada seorang wanita yang sedang duduk membelakangi dirinya.

"Siapa wanita itu. Apakah karena itu abang telat pulang"

"Bukan, abang aja belum sempat berkenalan"

"Jika abang belum kenal, kenapa abang membawanya ke sini"

"Nanti abang ceritakan. Sekarang kamu apa dan bawa ia ke kamar. Pinjamkan pakaianmu "

Alesha melangkah mendekati Naura.

"Mbak .... " ucap Alesha membuat Naura kaget.

"Eh... iya"

"Kenalkan nama saya Alesha"

"Naura " ucap Naura mengulurkan tangannya

"Baju mbak basah, sebaiknya mbak ganti dulu bajunya. Nanti mbak bisa masuk angin"

"Aku nggak ada baju ganti" gumam Naura

"Pakai bajuku saja. Ayo ganti di kamar. "

Naura mengikuti kemana Alesha melangkah. Alesha meminta Naura mandi agar nanti tidak sakit.

Alesha meminjamkan pakaiannya. Kebetulan badannya tidak jauh berbeda sehingga Naura bisa memakainya.

Setelah mengganti baju, Alesha meminta Naura keluar kamar menuju meja makan.

Tampak di dapur Raffa yang sedang memasak. Ia tampak terampil dengan peralatan dapur.

Raffa menyajikan masakannya di meja. Ada telur dadar dan nasi goreng.

"Maaf, aku hanya bisa menyajikan ini. Semua bahan makanan ternyata telah habis"

"Nggak apa, ini juga kelihatan sangat enak"

"Silakan makan ... siapa namamu" ucap Raffa

"Naura.... "

"Semoga kamu bisa menikmatinya"

Naura yang sejak siang belum makan langsung mengambil nasi goreng, dan memasukan kepiringnya lengkap dengan telur dadar.

Raffa dan Alesha melihat Naura yang makan dengan lahapnya.

"Udah berapa hari mbak nggak makan" tanya Alesha

Ucapan Alesha membuat Naura tersedak mendengarnya.

"Oh, nasi gorengnya enak" ucapnya dengan wajah yang memerah menahan malu.

Raffa tersenyum mendengar jawaban Naura. Ia memandangi wajah Naura dengan intens.

Setelah makan, Raffa dibantu Alesha membersihkan dapur yang berantakan bekas Raffa masak .

Naura hanya memperhatikan dari tempat ia duduk. Selama ini ia tak pernah turun langsung ke dapur. Ia tak pernah mencuci piring.

Setelah makan Alesha membawa Naura untuk menonton di ruang keluarga.

Bersambung

*****************

Terima kasih

Bab Tiga

Di rumah kediaman Naura , ayahnya berjalan mondar mandir dengan gelisah. Sebentar-sebentar ia melihat ke arah pintu masuk. Reno melihat jam dinding yang telah menunjukkan pukul dua belas malam.

Santi, istrinya telah tidur dari jam sepuluh tadi. Reno masuk ke kamar putrinya. Dulu Naura tak akan tidur sebelum ia mencium pipinya.

Jika ia keluar kota, Naura akan tidur dengan memeluk pakaian bekas ayahnya. Ia akan mencium pakaian itu sampai tertidur.

Reno duduk di tepi ranjang, dan mengambil boneka yang ada di atas tempat tidur putrinya.

Boneka itu ia beli saat Naura berusia lima tahun. Walau banyak boneka Reno belikan setelah itu, tapi Naura lebih menyukai boneka ini. Boneka itu Reno beli saat pertama kali ia harus pergi keluar kota untuk bisnis.

Maafkan ayah Naura. Ayah hanya ingin melihatmu akur dengan ibumu. Kamu harus tau, kehadiran Santi dihidup ayah membuat hari hari ayah terasa berwarna. Kamu tetap nomor satu di hati ayah. Tapi ayah juga tak bisa pisah dengan Santi. Jangan meminta ayah memilih, nak. Ayah takut nanti keputusan yang ayah pilih salah.

Santi yang terbangun dan melihat suaminya tidak berada di kamar, keluar mencari Reno.

Melihat pintu kamar Naura yang terbuka, Santi melangkah masuk. Ia menghampiri Reno yang termenung sambil memeluk boneka putrinya.

"Mas .... " ucap Santi memegang bahu suaminya.

"Sayang, kamu terbangun"

"Ya, aku tak melihatmu. Aku keluar mencari. Ternyata kamu di sini"

"Kemana, Naura " gumam Reno

"Mungkin menginap ke rumah temannya"

"Ia tak memiliki teman dekat. Anak itu hanya dekat dengan ibunya selama ini. Kemanapun pergi, ibunya yang menemani"

"Mungkin mas yang tak mengenal sahabatnya. Besok kita coba cari.... "

"Apa ia akan kembali"

"Tentu saja, bukankah mas yang mengatakan jika ia sangat menyayangi mas"

"Dulu.... " gumam Reno lagi

"Apa karena kehadiranku yang membuat Naura jadi berubah"

"Sayang, maaf. Aku tak bermaksud menyinggungmu. Kamu tak ada hubungannya. Pasti Naura melakukan ini karena ada yang mempengaruhinya. Ia tak pernah bersuara keras denganku. Bahkan tadi ia berteriak"

"Tak seharusnya mas menamparnya"

"Aku emang salah. Aku terlalu terbawa emosi. Aku harap kamu tak pernah tersinggung dengan perlakuan Naura. Kamu dan Naura adalah hal paling penting dihidupku. Aku tak akan bisa berpisah dari kamu ataupun Naura"

"Mas, aku mengerti bagaimana perasaan Naura. Aku sudah menentang saat mas mengajakku untuk tinggal bersama Naura"

"Aku hanya ingin kalian dekat "

"Tidak mudah bagi Naura menerimaku sebagai ibu penggantinya"

"Terima kasih karena bisa mengerti keadaan ini"

"Aku yang harus berterima kasih, karena sejak kamu hadir dihidupku, kamu telah merubah segalanya. Orang orang tak lagi memandangku sebelah mata. Terutama orang orang dikampungku"

"Sekarang kita tidur lagi" ujar Reno, ia berdiri dan memeluk bahu istrinya berjalan menuju kamar.

"Mas.... " ucap Santi dengan suara yang merayu

"Ada apa, sayang"

"Aku akan membuat mas melupakan semuanya"

Santi membuka seluruh kain yang melekat ditubuhnya. Ia lalu duduk dipangkuan Reno dan membuka kancing baju Reno satu persatu.

Santi membuang kemeja Reno sembarangan. Ia lalu turun dari pangkuan dan membuka seluruh pakaian bagian bawah Reno.

Setelah mereka berdua sama sama polos, Santi kembali naik kepangkuan Reno.

Ia mulai menggoda Reno dengan mengecup bibirnya. Santi kini bermain diseluruh bagian tubuh Reno sebagai pemanasan, sebelum melakukan penyatuan.

Santi selalu bisa membuat Reno puas. Mungkin karena usianya yang masih muda.

Reno dan Santi tidur berpelukan dengan tubuh yang masih sama - sama polos.

..............

Di apartemen Raffa, ia baru saja kembali dari membeli sarapan untuk dirinya dan Naura.

Ia menata diatas meja sarapan itu. Bubur ayam yang menjadi menu pagi ini.

Naura yang baru selesai mandi, menuju dapur. Ia melihat Raffa yang sedang menyeduh teh.

"Selamat pagi, ganteng"

"Kamu udah bangun.... "

"Kalau aku masih tidur, nggak mungkin aku ada disini"

"Apa kamu nggak bisa menjawab pertanyaan dengan serius"

"Hidupku udah terlalu serius. Bisa gila aku kalau semua dibawa serius"

"Sarapanlah, setelah itu aku antar kamu pulang"

"Aku nggak mau pulang"

"Kamu nggak mungkin tinggal di sini selamanya"

"Kenapa tidak"

"Aku tak mungkin bisa menghidupimu dengan baik. Dari penampilanmu aku tau kamu bukanlah dari keluarga biasa. Mungkin mencuci satu piring aja kamu tak bisa"

"Siapa bilang, aku bisa. Nanti biar aku yang mencuci semua piring kotor di dapur. Alesha mana, ya"

"Ia telah berangkat kuliah"

"Kamu nggak kerja"

"Nanti agak siangan"

"Kamu takut tinggalkan aku sendiri. Pasti kamu takut aku membawa pergi barang barang dirumahmu ini"

"Tak ada yang berharga untuk kamu bawa pergi"

"Aku bisa saja mencuri televisi mu"

"Harganya mungkin jauh lebih kecil dari uang jajanmu sehari"

"Jangan sok tau, kamu belum mengenalku. "

"Makanlah, nanti keburu dingin jadi nggak enak"

"Yup.... "

Naura menyuapi bubur ayam dengan lahapnya. Setelah habis ia memandangi Raffa yang sedang meneguk kopinya.

"Kamu hanya tinggal berdua dengan Alesha"

"Ya "

"Orang tua kamu mana"

"Mereka telah tiada"

"Hhmmm... kamu udah punya pacar"

"Belum" jawab Raffa dengan singkat

"Kamu sakit gigi ya"

"Nggak"

"Kenapa jawab pertanyaanku singkat banget. Aku kira kamu sariawan atau sakit gigi."

"Aku akan berangkat kerja satu jam lagi. Kamu bersiaplah."

"Untuk apa bersiap , aku akan tinggal bersamamu"

"Kamu bukan istriku"

"Kalau gitu kita bisa menikah sekarang"

"Kamu pikir pernikahan itu lelucon"

"Nggak ada yang mengatakan pernikahan itu lucu. Kamu aja yang sensitif orangnya"

Raffa berdiri dari duduknya dan menuju wastafel tempat piring kotor menumpuk "

Naura juga ikutan berdiri dari duduknya. Ia mendekati Raffa.

"Biar aku yang mencuci piringnya"ucap Naura

"Apa kamu bisa "

"Jangan terlalu menganggapku lemah"

"Baiklah, aku mau bersiap pergi kerja"

Naura mengambil alih piring. Dengan pelan ia memegang piring. Tapi karena licin dan ia tak terbiasa, piring itupun jatuh kelantai dan pecah.

Naura kaget. Untung pecahan kaca tidak mengenai kakinya.

Naura memungut kaca piring yang berserakan itu. Raffa yang mendengar suara pecahan kaca berlari menuju dapur.

Ia melihat Naura yang berjongkok sedang mengambil pecahan kaca itu. Karena kurang hati- hati kaca mengenai jarinya.

Raffa berjongkok dihadapan Naura dan menarik jarinya dan menghisap darah yang mengalir.

Naura kaget dengan tindakan yang dilakukan Raffa. Ia memandangi Raffa tanpa kedip.

"Lain kali jangan memaksakan diri mengerjakan sesuatu yang tak pernah kamu lakukan. Jujur aja ...."

"Aku malu"

"Malu kenapa"

"Aku sudah menginap dan makan gratis, tapi tak bisa membantu apa - apa"

"Kamu bisa mengerjakan sesuatu yang tidak berbahaya, misalnya menyapu rumah"

Raffa berdiri diikuti Naura. Ia mengambil kotak P3K dan meminta Naura duduk. Raffa memebersihkan dan mengobati luka Naura.

Bersambung

********************

Terima kasih

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!