NovelToon NovelToon

Kisah Cinta Kalila

Bab 1 Prolog

Kehadiran buah hati kembar tentunya membuat sepasang suami istri yang bernama Ana dan Alaric sangat kerepotan. Beruntungnya dia dibantu oleh sang mertua untuk merawat kedua buah hatinya. Buah hati Ana bernama Kama Putra Wicaksono dan Kalila Putri Wicaksono yang kini tidak terasa sudah beranjak remaja. Keduanya tumbuh dengan sehat dan sangat cantik juga tampan.

Kelahiran buah hati Ana bersamaan dengan lahirnya seorang bayi mungil cantik dari adik ipar Ana yang bernama Elina Fradella. Dia tumbuh menjadi cewek yang anggun tidak seperti Kalila yang bisa dibilang tomboy. Ketiganya kerap dikatakan kembar tiga, karena ketiganya selalu merayakan ulang tahun secara bersamaan.

Penampilan Kalila yang seperti laki-laki, membuat Ana merasa cemaa. Ana tidak tahu kenapa anaknya merubah penampilan seperti laki-laki. Dulu Kalila adalah anak yang sangat manis dan selalu memperhatikan penampilannya. Tapi, semenjak masuk SMA semua berubah dan membuat semua orang merasa ada yang aneh dengan Kalila.

Berbeda dengan Kama kembarannya, Kalila lebih menutup diri. Dia tidak pernah terbuka masalah apapun pada ibunya. Apapun yang terjadi pada Kalila, dia lebih menyimpan untuk diri sendiri. Pikir Kalila, dia tidak mau menyusahkan orang lain dengan masalah yang dia alami. Maka dari itu, perubahan penampilan Kalila tidak ada satu pun yang tahu bahkan kembarannya sendiri.

Kama, Kalila dan Elina kini sudah duduk di bangku SMA kelas XII. Berbeda dengan Kama dan Elina yang memlilih jurusan IPA, Kalila justru memilih jurusan IPS. Walaupun Kalila yang terkesan cuek, tapi dia termasuk anak yang berprestasi di sekolahnya. Kalila tidak terlalu suka bergaul berbeda dengan Elina. Dia sangat ramah dan juga mudah bergaul, karena itu Elina banyak digemari oleh para pria di sekolahnya. Selain sangat feminim, Elina juga model di salah satu majalah remaja.

Bukan hanya di lingkungan rumah saja, tapi ketiganya juga sangat terkenal anak kembar tiga, kerena mereka selalu bersama-sama saat di sekolah. Kama dan Elina dijuluki Ratu dan Rajanya sekolah, karena kecantikan dan ketampanan keduanya. Berbeda dengan Kalila, tidak ada satu pun yang berani mendekat padanya. Bahkan Kalila bisa dibilang lebih maco dibanding dengan kakanya Kama.

“Kama! Kalila! Cepat turun, makan!” teriak Ana yang baru saja selesai menata makanan di atas meja.

“Pagi Mami!” sapa Kama dan juga Alaric suaminya sambil mencium pipi Ana yang sudah menjadi kebiasaan mereka.

“Bang Kama, Kalila mana?” tanya Ana yang melihat anak perawannya 'tak kunjung datang.

“Tahu tuh, Mi. Abang sudah coba membangunkan Kalila, tapi dia sama sekali tidak mau bangun,” jawab Kama sambil menikmati makanannya.

“Ampun anak itu, enggak bisa apa dia berkelakuan seperti remaja wanita lainnya?” kesal Ana langsung naik ke atas untuk membangunkan anaknya.

Ana langsung masuk ke kamar Kalila dan hanya bisa menggelengkan kepalanya saat melihat anak perawan dia tidur dengan gaya superman terbang dengan lendir di wajahnya. Saking geramnya Ana pada Kalila, dia mengambil sedikit air menggunakan gayung, membasahi tanganya kemudian dilap ke wajah Kalila sampai membuat gadis cantik itu kaget.

“Mami! Ampun, Mi! Lila bangun sekarang!” teriak Kalila langsung bangun dan berlari ke kmar mandi. Alaric dan Kama yang sedang menikmati sarapan mereka hanya tertawa saat mendengar teriakan Kalila yang terdengar sampai lantai bawah.

Hal ini sudah menjadi rutinitas Ana yang membangunkan anaknya gadisnya. Ana merasa heran, entah kenapa anak gadisnya malah cuek dan tomboy tidak seperti kama yang kalem. Tidak butuh waktu lama, Kalila pun bergabung ke meja makan.

“Lo mandi atau cuci muka, De?” tanya Kama sambil tertawa. Pasalnya Kalila hanya membutuhkan waktu tidak sampai lima menit untuk bergabung ke meja makan setelah bagun dari tidurnya.

“Rese lo, Bang!” kesal Kalila dan langsung menyantap makanannya.

“Kalila! Mami enggak suka ya kamu terus-menerus seperti ini. Kamu itu perempuan, cobalah untuk bersikap feminim sedikit, lihat tuh ....”

“Elina, sudah cantik, anggun, kalem dan selalu memperhatikan penampilannya.” dengan cepat Kalila langsung melanjutkan apa yang diucapkan Ana. Saking seringnya Ana mengucapkan kata-kata ini setiap pagi, membuat Kalila hafal semuanya kata-perkata di luar kepala.

“Kalila, Mami serius! Bisa enggak sih kalau kamu tuh dengerin mami!”

“Iya Mi, Iya. Kalila bakal berubah seperti yang Mami mau. Tapi nanti aja kalau sudah kuliah. Oke, deal!” ucapnya langsung berdiri mencium tangan dan pipi Alaric juga Ana. Si kembar pun pamit untuk berangkat ke sekolah, karena Elina yang sudah menjemput mereka.

Ana memang sengaja belum mengizinkan kedua anaknya untuk membawa kendaraan sendiri. Padahal anak-anaknya sudah mempunyai kendaraan masing-masing. Ana sangat khawatir kalau mereka akan salah bergaul dan terlalu bebas, maka dari itu, kendaraan mereka Ana tahan sampai mereka lulus dari SMA.

Sama halnya dengan Sonia, dia memperbolehkan Elina untuk membawa kendaraannya dengan syarat mengunakan sopir pribadi. Oleh karena itu, Elina selalu menjemput Kama dan Kalila saat mereka pergi sekolah. Selain alasannya lebih hemat, mereka juga lebih mudah terkontrol.

“Mi, enggak baik loh membanding-bandingkan anak kita sama orang lain. Kasihan mental Kalila, dia juga punya hak untuk menjadi diri dia sendiri,” ucap Alaric.

“Mami bukannya membandingkan, Pi. Mami hanya mau dia menjadi gadis yang sewajarnya, tidak seperti sekarang. Pokoknya Papi tenang saja, Mami bakal merubah Kalila menjadi wanita yang cantik dan anggun.” mendengar itu Alaric hanya bisa pasrah, karena semua keputusan ada pada istrinya.

Apa yang dikatakan Alaric sebenarnya ada benarnya. Kalila cukup tertekan dengan banyak orang yang selalu saja mempermasalahkan penampilannya. Kalila ingin merasakan hidup bebas sesuai yang dia mau, tapi sepertinya itu sangat sulit, karena semua yang dia lakukan selalu dibawah pengawasan ibundanya.

~Bersambung~

Hai Guys ....

yeay akhirnya Author bisa balik lagi ke Noveltoon setelah sekian lama hijrah wkwkwk.

Sesuai janji Author, Author akan melanjutkan kisah Kalila seperti yang kalian para Readers minta.

Hayooo, Author bakal dikasih apa nih??? wkwkkwkw

#Canda

Jangan lupa terus ikuti semua karya-karya Author dengan cara ikut IG/Instagram Author ya @SEPTRIANI_WULAN15. Disana Author bakal kasih tahu novel-novel apa saja yang on-going bulan ini...

Terima kasih buat apresiasi kalian yang selalu mendukung Author dimanapun Author berada.

Tanpa kalian Author bukan apa-apa. Jaga kesahatan dengan selalu mengkonsumsi makanan-makanan yang sehat...

Nantikan kelanjutan kisah Kalila yaa...

Aku Padamu ❤️❤️

Bab 2 Cinta Pertama

Bab 2 Cinta Pertama

Selama perjalanan menuju sekolah, Kama dan Elina pasti saja membahas pelajaran, karena sebentar lagi mereka akan menghadapi ujian nasional. Berbeda dengan Kalila yang duduk di depan, di samping supir hanya asik mendengarkan musik rock kesukaannya. Entah apa yang yang terjadi pada Kalila sehingga dia menjadi seperti sekarang ini. Karena, sebelum itu dia sama seperti Elina, kalem dan feminim. Perubahannya itu terjadi setelah dia masuk ke SMA.

Sesampai di Sekolah, Kalila dan yang lainnya langsung ke kelas masing-masing. Kalila ke XII IPS sedangkan Kama dan Elina ke kelas yang sama yaitu XII IPA. Walaupun Kalila tomboy dan juga suka seenaknya, dia selalu berprestasi di kelasnya. Kalila selalu mendapatkan juara umum, bahkan dia suka mengikuti lomba cerdas cermat perwakilan sekolah dan selalu mengharumkan nama sekolah. Kalila tidak pernah belajar, bahkan di dalam buku catatannya pun sama sekali tidak ada tulisan. Tapi dia mengingat semua pelajaran yang diterangkan oleh gurunya.

“Lila, lo udah buat tugas ekonomi belum?” tanya Hesti teman sebangkunya. Kalila yang asik mendengarkan musik hanya menggelengkan kepalanya, “Emangnya ada tugas ya? Kok gue enggak tahu,” ucapnya sambil membuka tugas yang disodorkan teman sebangkunya itu. Tidak butuh waktu lama, Kalila mengerjakan tugas ekonominya dengan waktu yang singkat dan itu membuat Hesti menggelengkan kepalanya. Pasalnya dia membutuhkan waktu berjam-jam sedangkan Kalila tidak butuh waktu satu jam untuk menyelesaikan semua tugas.

“Beda ya otak encer, ngerjain tugas ngedadak saja secepat pesawat jet,” ucap Hesti dan membuat Kalila tertawa.

“Soal seperti ini enggak harus banyak mikir, Hesti!”

“Ya itu 'kan kata lo, kata gue soal itu susah pake banget.” Kalila hanya tersenyum menggelengkan kepalanya.

Seketika kelas menjadi hening, saat ketua kelas Kalila masuk memberikan penggumuman. Dengan napas yang tersengal-sengal, Beni mengumumkan penggumuman penting yang mengegerkan seisi kelas.

“Guys, sekarang ada guru ekonomi baru, gantiin sementara Bu Wati yang baru saja lahiran. Katanya dia cakep loh,” ucap ketua kelas Kalila. Semua anak-anak yang ada di kelas sangat heboh dengan kedatangan guru baru itu, tapi tidak dengan Kalila. Dia sama sekali tidak peduli dengan apa yang terjadi. Dia masih saja menikmati musik dengan menggunakan earphone, sambil melihat insta story yang ada di Instagram-nya.

Para siswa dan siswi yang ada di kelas masih sibuk membicarakan guru baru itu. Bel sekolah berbunyi dan semua orang pun sudah bersiap di bangku masing-masing. Benar saja yang dikatakan teman-teman Kalila, kalau guru baru yang menggantikan Bu Wati, lelaki yang tampan dan masih muda. Dia memasuki kelas dan seketika itu kelas menjadi sangat ricuh. Guru itu hanya tersenyum, saat para murid tepuk tangan menyambutnya. Kalila masih saja sibuk dengan ponselnya dan tidak sama sekali melihat ke arah depan.

Ketua kelas mulai dengan aba-abanya, menyuruh semua siswa untuk berdiri dan memberikan hormat pada guru. Dengan terpaksa Kalila menyimpan ponselnya dan ikut berdiri. Semua murid pun duduk ke tempat duduk semula, tapi tidak dengan Kalila. Dia masih diposisi berdiri dan tercengang saat melihat pria yang berdiri di hadapannya. Bukan hanya Kalila saja yang merasa kanget, tapi guru baru itu pun sama. Keduanya diam mematung saling menatap dan membuat semua anak-anak yang ada di kelas merasa kebinggungan.

“Lila! Duduk!” lirih Hesti sambil menarik tangan Kalila agar segera duduk.

“Ah ... i-iya,” jawabnya terbata dan langsung duduk. Jantungnya berdebar-debar dan napas tidak karuan. Kalila tidak menyangka akan bertemu dengan lelaki yang bisa dibilang merubah hidupnya. Seketika suasana menjadi sangat hening. Kalila diam tertunduk dan membuat semua merasa heran, dengan apa yang terjadi sebenarnya antara mereka berdua.

“Selamat pagi anak-anak! Perkenalkan saya Pak Akbar. Dan saya akan mengantikan sementara Bu Wati yang kalian tahu sendiri kalau beliau kenapa,” ucap Akbar mencairkan suasana.

“Pak, status Pak!” teriak salah satu murid perempuan diikuti sorakan murid perempuan lainnya. Tapi tidak dengan Kalila, dia hanya diam tertunduk, walaupun sebenarnya Kalila sangat penasaran dengan jawaban akbar atas pertanyaan itu.

Akbar hanya melempar senyuman manisnya, “Kita mulai pelajaran ya!” ucapnya tanpa menjawab pertanyaan muridnya. Semua bersorak kecewa, karena tidak mendapat jawaban dari sang guru idola.

Akbar pun mulai menyuruh semua siswa untuk mengumpulkan tugas dan memulai pelajarannya. Dia sesekali melayangkan humor dan membuat seisi kelas tertawa, kecuali Kalila. Sedikit cerita tentang Kalila jaman dulu. Kalila adalah gadis manis, feminim, sikap yang dewasa dan sejak dulu dia memang selalu berprestasi. Pada saat dia kelas IX, dia les di salah satu tempat les terbaik di kota Jakarta. Di sanalah Kalila bertemu dengan Akbar, gurunya.

Akbar pada saat itu masih berusia 20 tahun dan bekerja sebagai guru matematika. Karena kebutuhan ekonomi yang mendesak, Akbar kuliah sambil bekerja. Beruntungnya dia berprestasi dan mempunyai nilai yang bagus, sehingga dia diterima mengajar di tempat Kalila mengambil pelajaran tambahan.

Di tempat les itulah Kalila pertama kali bertemu dengan Akbar. Pada saat itu kebetulan Akbar memang hanya mengajar empat siswa saja. Selama empat bulan keduanya semakin dekat, bahkan Kalila selalu datang lebih awal dan pulang lebih akhir agar bisa mempunyai waktu berdua dengan gurunya. Mungkin untuk Kalila ini adalah cinta pertamanya, karena dia benar-benar sangat menyukai Akbar. Terlebih, Kalila tipikal orang yang sangat sulit menyukai seseorang. Bahkan dia sangat sulit mencari teman, karena dia hanya akan berteman dengan orang-orang yang menurut dia nyaman.

Pada saat itu tidak bisa dipungkiri kalau Akbar juga menyukai Kalila. Siapa sih yang tidak menyukai gadis manis dan cantik seperti Kalila. Tapi, akbar harus membuang jauh-jauh perasaannya pada saat Kalila jujur dengan perasaan dia, karena dia tidak mau membuat kuliahnya berantakan hanya karena cinta, apalagi wanita yang dia sukai adalah seorang gadis yang masih duduk di bangku SMP. Saat Kalila memutuskan untuk mengutarakan perasaannya, terlebih dulu Akbar menjauh. Setiap kali Kalila ingin mendekat, pasti akbar menjauh. Mulai dari sana Kalila merasa ada yang aneh dengan gurunya. Sampai suatu saat Kalila mengikuti Akbar seusai pulang dari tempat les.

“Kak!” panggil Kalila saat Akbar sedang berjalan menyusuri gang rumahnya. Melihat Kalila jujur Akbar sangat kaget.

“Ka-Kalila! Ngapain di sini?” tanya Akbar terbata.

“Kakak, kenapa akhir-akhir ini menjauhi aku? Apa aku melakukan kesalahan?” jantung akbar berdebar dengan kencang. Dia tidak tahu harus menjawab apa, karena dia takut melukai perasaan Kalila.

“... kenapa diem, Kak? Aku cuma ingin tahu, kesalahan apa yang membuat Kak Akbar menjauhiku.”

“Maaf Kalila! Bukannya menjauhi, tapi memang Kak Akbar sangat sibuk akhir-akhir ini dengan tugas kuliah. Memangnya ada perlu apa?”

Kalila orangnya selalu jujur dengan apa yang dia rasa. Saat itu juga, Kalila mengungkapkan perasaannya pada Akbar, sampai membuat guru lesnya itu tercengang. Akbar tidak tahu harus berbuat apa. Dia juga menyukai Kalila, tapi dia tidak bisa menerima gadis 15 tahun ini. Akbar melihat dari status mereka yang berbeda dan juga umur mereka yang terpaut jauh menurutnya.

“Maaf, Kalila! Bukannya Kakak tidak menyukai kamu, tapi kamu masih terlalu kecil dan hubungan kita tidak akan mungkin terjalin.” mendengar itu membuat Kalila sangat kecewa.

“Tapi, Kak Akbar menyukai aku juga 'kan?” tanya Kalila yang sudah mulai berkaca-kaca. Pasalnya ini adalah cinta pertamanya.

“Maaf Kalila, aku tidak bisa menjawab itu. Lebih baik kamu pulang sekarang ya!” Akbar pun memutuskan untuk pergi meninggalkan Kalila yang masih berdiam mematung sambil meneteskan air matanya.

Sejak saat itu, Akbar berhenti dari kerja mengajar di tempat les dan memilih fokus pada kuliahnya. Dan pastinya ini membuat Kalila semakin terpukul. Mulai saat itulah, Kalila menjadi berubah. Dia tidak peduli dengan penampilannya, tidak peduli dengan keadaan sekitar. Kekecewaan pada cinta pertamanya membuat Kalila menjadi cuek dan tomboy. Dia takut untuk jatuh cinta lagi, karena menurut Kalila itu sangat menyakitkan.

~Bersambung~

Bab 3 Benci

Bab 3 Benci

Tiga tahun berlalu dan Kalila pun berubah 180°. Perubahan Kalila membuat semua orang tampak binggung termasuk maminya sendiri. Pasalnya Kalila termasuk anak yang tertutup berbeda dengan kembarannya Kama. Berulang kali Ana mendekati Kalila untuk mengetahui kenapa dia menjadi berubah, tapi berulang kali juga dia mendapat kekecewaan. Karena Kalila memutuskan untuk diam.

“Oke! Untuk tugas selanjutnya, kalian kerjakan di halaman 27 menggunakan kertas polio ya. Kelas sampai di sini, selamat siang dan selamat istirahat semua,” ucap Akbar dan langsung meninggalkan kelas. Sebelum dia meninggalkan kelas, matanya terlebih dahulu melirik ke arah Kalila yang sedang menunduk memainkan ponselnya.

‘Kamu masih terlihat cantik Kalila,’ gumam Akbar dan langsung melangkah keluar kelas.

“Sumpaaah, ganteng banget sih itu guru. Udah married belom ya dia?” ucap Hesti yang heboh seperti biasanya. Bukan hanya Hesti saja yang heboh, tapi juga para cewek lainnya. Kalila hanya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya.

Para murid pun berhamburan keluar setelah mendengar bel berbunyi tanda istirahat. Kama dan Elina seperti biasa akan menunggu di depan kelas Kalila, karena kelas keduanya yang pasti akan dilewati oleh mereka saat menuju ke arah kantin. Menunggu Kalila yang 'tak kunjung keluar, Kama dan Elina pun memutuskan untuk masuk ke kelasnya. Kelas tampak kosong dan hanya ada Kalila di dalam sana yang sedang asik mendengarkan musik sambil menyenderkan kepalanya di dinding.

“Ni anak ditungguin dari tadi, malah asik denger musik di sini. Ayo ke kantin, gue laper!” ucap Elina sambil duduk di sebelah Kalila, sedangkan Kama, dia duduk di atas meja sambil melihat sekeliling kelas Kalila.

“Males gue, enggak laper. Kalian berdua makan aja gih!” Kama dan Elina saling menatap dan memberikan kode. Keduanya pun langsung menarik tangan Kalila memaksa dia untuk berdiri dan ikut keduanya ke kantin.

“Abang, Elin! Please deh, gue enggak laper!” teriak Kalila yang berusaha memberontak. Kedua saudaranya ini tidak memedulikan dia dan terus menyeret Kalila sambil tertawa.

Bug! Seketika mereka bertabrakan saat hendak belok ke kantin. Kalila yang menabrak dada orang di depannya menundukan kepala minta maaf, begitu juga dengan Kama dan Elina. Betapa kagetnya Kalila saat mengangkat wajahnya melihat sosok yang selama ini dia rindukan.

“Ma-maaf, Pak! Kita bertiga tidak sengaja!” ucap Kama dan Akbar hanya tersenyum. Kalila langsung tertunduk diam dan berjalan terlebih dahulu meninggalkan mereka tanpa sepatah kata pun. Sama halnyabseperti teman-teman Kalila, Elina yang melihat Akbar langsung terpana. Dia baru pertama kali melihat guru muda seganteng ini di sekolahnya

“Pak, sekali lagi kita minta maaf ya! Kalau begitu, kita izin pamit, Pak,” ucap Elina sambil melemparkan senyuman manisnya dan berlari menyusul Kalila begitu juga dengan Kama.

Akbar membalikkan badannya ke belakang, melihat tajam punggung Kalila. Dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri, kalau saat ini dia sangat merindukan gadis kecil cantik yang tiga tahun lalu membuat dia menyerah mendekatinya. Tapi, Akbar merasa sedikit binggung dengan penampilan Kalila sekarang. Yang dia tahu kalau Kalila adalah gadis manis, cantik dan sangat feminim, berbeda dengan dia yang sekarang.

“Pak Akbar! Lagi apa di sini?” tanya Bu Gendis guru bahasa Inggris yang bisa dibilang seumur dengan Akbar, karena mereka sama-sama guru magang di sana.

“Eh, Bu Gendis. Saya habis dari toilet Bu. Ibu sendiri mau kemana?” jawab Akbar sedikit salah tingkah.

“Saya mau ke kantin, Pak. Bagaimana kalau kita makan siang bareng ke kantin?” Akbar tidak enak menolak tawaran Gendis dan terpaksa mengikuti dia ke sana.

Saat sampai di kantin, semua mata tertuju pada keduanya. Bagaimana tidak? Kedua guru baru ini masing-masing adalah idola para siswa dan siswi sekolah ini. Kalila yang ada di sana pun ikut melirik keduanya. Melihat mereka, ada rasa kesal dan juga sesak di dada. Entah kenapa saat ini dia sangat benci melihat Akbar. Kalila pun berdiri tanpa menghabiskan makanannya dan berlari menuju ke kelasnya. Kama dan Elina yang sedang menikmati makanan yang baru saja mereka beli hanya saling memandang.

“Ada apa dengannya hari ini?” tanya Elina pada Kama. Kama hanya menaikkan bahu dan lanjut menghabiskan makanannya. Elina yang melihatnya menggeleng kepala. Dia pun pergi menyusul Kalila, karena merasa sangat khawatir. Melihat semua orang pergi meninggalkan dia, dengan cepat Kama menghabiskan makanan.

Dengan mulut yang sangat penuh makanan, Kama pun ikut berlari menyusul kedua saudaranya.

Elina terus menyusul Kalila yang masuk ke dalam toilet wanita sebelum dia pergi ke kelas.

“Lila, lo kenapa? Sakit?” teriak Elina sambil mengetuk pintu toilet yang di dalamnya ada Kalila.

“Enggak kok, gue baik-baik saja,” jawab Kalila agar tidak membuat Elina khawatir padanya.

Mendengar jawaban Kalila sedikitnya membuat Elina merasa tenang. Walaupun dalam hati Elina sebenarnya sangat penasaran apa yang terjadi pada Kalila. Ingin rasa Elina menanyakan apa yang terjadi, tapi dia mengurunkan niatnya untuk menanyakan Kalila lebih lanjut.

Sambil merapihkan penampilannya, Elina menunggu Kalila yang 'tak kunjung keluar. Elina mlihat jam yang ada di tangannya. Dia berniat untuk membuka pintu toilet, tapi Kalila keburu keluar dari sana.

“Ih ... lo bikin gue khawatir deh. Lagi apa sih lama-lama banget di dalam,” keluh Elina.

“Lagi nyetor,” jawab Kalila yang terpaksa berbohong sambil cengengesan.

“La, emmm ....” Elina ragu untuk menanyakan pada Kalila.

“Ada apa Lin?” tanya Kalila sambil memainkan ponselnya.

“Gue cuma mau bilang, kalau lo ada masalah, gue ada di sini untuk lo.” langkah Kalila berhenti tepat di depan kelasnya. Elina ikut berhenti dan melemparkan senyumannya pada Kalila. Mendengar kata-kata kepedulian Elina terhadapnya Kalila hanya mengangguk tersenyum. Elina pun pamit ke kelasnya, berjalan sambil melambaikan tangan pada Kalila.

~Bersambung~

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!