NovelToon NovelToon

Cinta Dan Luka

Prolog

Mentari begitu terik, terlihat dedaunan yang masih basah karena hujan semalam. Pria yang tengah duduk di kursi rodanya menatap keluar dari jendela kamarnya.

Wajahnya yang sudah keriput, serta rambut yang sudah memutih.

"Selamat pagi, Kakek" ucap segerombolan anak yang berjalan kaki mengenakan seragam putih merah menyapanya dari jalan.

"Pagi juga cucu-cucuku, sudah segeralah menuju ke sekolah. Nanti kalian terlambat" ucapnya membalas sapaan dari anak-anak tadi.

Dirinya memang dikenal ramah, sedari dulu ia memang paling menyukai anak-anak. Maka dari itu, meskipun ia hanya melihat dari kejauhan, namun anak-anak tersebut selalu saja menyapa paginya.

Matanya memandang sebuah bingkai foto, potret dirinya dan dambaan hatinya.

"Sudah lama sekali.." gumamnya sembari mengusap foto tersebut.

Tangannya meraih sebuah kotak yang tak jauh dari foto tersebut. Di bukanya kotak yang berisi dua buah gelang tampak sudah usang. Sepasang gelang yang bertuliskan endless love.

"Sudah 20 tahun lamanya. Maafkan aku yang lagi-lagi membuatmu menunggu lama" gumamnya.

Tak terasa air mata pun menetes di pipi keriputnya. Kenangan akan kepedihan serta air mata yang dilalui bersama wanita terhebatnya itu tidaklah mudah.

Dimana mereka harus menyatukan sebuah serpihan luka yang menggabungkannya menjadi cinta lagi, namun berujung takdir yang cukup memilukan.

"Ucapanmu selalu benar, cinta dan luka memang selalu berkaitan" ucapnya saat mengingat masa-masa yang lalu.

Ceklekk..

Seseorang tampak memutar kenop pintu, dilihatnya gadis yang sudah memasuki umur 25 tahun dari balik pintu.

"Maaf Pa aku sedikit terlambat, temanku berkunjung ke resto dan aku tidak enak hati jika meninggalkannya" jelas gadis tersebut.

"Tidak apa-apa, Dini. Apakah kau sudah membeli bunga?" tanya David mengusap jejak air matanya.

"Tentu Pa, aku sudah menyiapkannya" ucap Dini bersemangat.

"Apakah kita berangkat sekarang?" tanya Dini.

David tersenyum dan kemudian menganggukkan kepalanya pelan. Gadis itu membantu sang papa mendorong kursi rodanya.

Sesampainya didepan mobil, Dini memapah sang papa masuk ke dalam mobil. Gadis itu pun melipat kursi roda tadi dan diletakkannya di bagasi.

"Mama kami datang" ucap Dini bersemangat sembari menghidupkan mesin mobilnya. Hal tersebut dilakukannya agar pria yang ada disebelahnya ini tidak terlalu sedih. Terlihat dari matanya yang memerah seusai menatap foto ibunya tadi.

Senyum pun terukir dari bibir David. Wajahnya yang keriput tak sedikitpun menghilangkan nilai ketampanan dari pria yang sudah lanjut usia ini.

Tak lama kemudian, keduanya pun sampai disebuah pemakaman umum. Dini mengambil kembali kursi roda dari dalam bagasi dan setelah itu membantu sang papa untuk turun dan menduduki kursi rodanya itu.

Perlahan Dini mendorong kursi roda papanya itu. Mengajak sang Romeo untuk bertemu dengan Julietnya yang telah lama tiada.

Seketika langkah mereka terhenti tepat di depan nisan yang bertuliskan nama Keysha Amanda. David menatap seksama ke arah nisan tersebut. Perasaan rindu serta hancur berbaur menjadi satu.

"Bisakah kau membantu papa untuk duduk disamping nisan mamamu?" tanya David.

Dini pun mengangguk, ia membantu papanya berdiri dan duduk didekat nisan wanita yang pernah ia sebut mama itu.

"Sayang, aku datang lagi" ujar David sembari mengusap lembut nisan yang ada dihadapannya.

"Masih dengan perasaan yang sama seperti dua puluh tahun lalu, cinta yang sama dan untuk orang yang sama" suara David sedikit bergetar saat mengucapkan kalimat yang selalu saja diucapkannya saat berada di tempat itu.

Dini memalingkan wajahnya, menghapus air mata yang tak sopannya mengalir begitu saja saat mendengar ucapan romantis dari papanya itu. Pria setia yang berpegang teguh untuk satu wanita yang kini sudah berbaur dengan tanah.

"Lihatlah, aku sudah semakin menua. Dan mungkin tak lama lagi aku akan menemuimu di surga, Sayang. Aku berharap untuk segera bertemu kau dan anak kita disana. Dua puluh tahun yang ku lalui sendiri tidaklah mudah. Untung saja Dini dengan senang hati mau merawatku yang hanya merupakan orang tua angkatnya ini" ujar David mengalihkan pandangannya pada Dini.

Dini pun langsung memeluk ayahnya sembari menitikkan air mata.

"Semuanya tak sebanding dengan kasih sayang yang diberikan oleh mama dan papa kepadaku. Maka dari itu jangan pernah untuk mengatakan hal itu" ujar Dini yang kemudian melepaskan pelukannya.

David mengusap surai hitam sang anak, kemudian menghapus air mata putrinya itu.

"Kelak jika ajal papa sudah tiba, tolong kuburkan papa tepat disamping makam mama mu. Biarkan papa bersama mama hingga akhir" ucap David.

Dini kembali menitikkan air matanya, mendengar ucapan yang seakan menjadi wasiat dari pria yang dipanggil papa olehnya itu membuat hatinya sakit. Namun lebih sakit lagi saat melihat sang papa selalu kesepian yang hanya ditemani oleh semua kenangan dari mamanya itu.

David POV:

Seluruh hidupku sudah kuberikan pada sosok yang tinggal nama tepat di hadapanku ini. Pahit manis kami lalui bersama, meskipun pada akhirnya serpihan luka yang menjadi cinta kini kembali menyisakan luka lagi.

Aku cukup lama menunggu waktuku tiba, tanpa sadar kini diriku pun menua tanpa dirinya. Jalan yang kami tempuh tidaklah mudah. Rasa dendam serta luka secara bersamaan namun juga diiringi dengan rasa cinta yang mendalam.

Mengikhlaskannya pergi terlebih dahulu bukanlah sesuatu yang mudah bagiku. Kini aku membuktikan sebuah cinta dan kesetiaan tak perduli seberapa parah luka yang ku rasakan.

Seperti yang pernah diucapkannya dulu bahwa cinta dan luka saling berkaitan. Jika kita mencintai maka kita juga harus sanggup terluka olehnya.

Dan dari sinilah awal dari kisah kami

.

.

.

Bersambung ...

Note: cerita ini pake alur mundur ya. Jadi untuk bab selanjutnya bakalan diceritain awal dari pertemuan dan masa muda mereka. Jadi ikuti terus kisahnya dan jangan lupa untuk memberikan dukungannya❤️

Pertemuan

KRING.. KRING..

Suara bel dari sepeda tampak sangat jelas terdengar. Seorang wanita tengah mengayuh sepedanya dengan mengembangkan senyumnya, gadis berusia 23 tahun itu membawa gitar dibelakangnya.

Sesekali ia menunduk sembari tersenyum saat melihat orang yang lebih tua menatap ke arahnya. Sinar mentari yang tak begitu terik menyambut paginya yang terasa begitu sempurna.

Gadis itu memberhentikan sepedanya, memarkirkan benda tersebut di depan sebuah restoran.

"Keysha, kau selalu saja datang terlambat. Jadwal manggungmu seharusnya sudah dimulai sejak lima belas menit yang lalu" ucap seorang gadis yang usianya jauh lebih tua tengah menunggunya didepan pintu sembari bersedekap.

"Maafkan aku kak Indah, ya.. tahu sendiri bagaimana caraku menuju kesini? tentunya secara diam-diam." jelas Keysha setengah berbisik.

Gadis yang disapa kakak oleh Keysha hanya menggelengkan kepalanya mendengar penjelasan yang sama setiap harinya.

"Jangan bermuka masam kak, kau akan susah mendapatkan jodoh nantinya jika terus seperti itu" gurau Keysha.

"Aku akan memaafkanmu jika kau mencarikan pasangan untukku" ucap Indah yang kemudian merangkul gadis yang dulunya adalah adik kelasnya semasa putih abu-abu.

"Bagaimana jika aku menolak tawaran itu" sahut Keysha.

Keduanya pun tertawa bersamaan sembari melangkah masuk ke dalam resto.

...

Keysha kini tengah berada di atas panggung yang hendak menghibur para pelanggan yang tengah menikmati hidangan di resto tersebut. Sesekali gadis itu tampak mengatur kunci gitarnya itu.

"Selamat datang di resto kami dan selamat menikmati hidangan yang ada disini. Sembari menyantap hidangan yang disajikan saya akan membawakan beberapa lagu, selamat mendengarkan dan semoga terhibur" sambutan panjang lebar dari Keysha sebelum menyanyikan sebuah lagu.

Keysha pun mulai memainkan gitarnya sembari bernyanyi. Orang yang ada disana mulai melihat dengan seksama. Suara yang merdu serta tangan yang dengan lihainya memetik senar gitar hingga menciptakan sebuah melodi yang sangat indah, dan ditambah pula penyanyinya yang berparas cantik. Tentu saja semuanya tampak sempurna.

Hold me now, touch me now

I don't want to live without you

Nothing's gonna change my love for you

You oughta know by now how much I love you

One thing you can be sure of

I'll never ask for more than your love

Nothing's gonna change my love for you

You oughta know by now how much I love you

The world may change my whole life through

But nothing's gonna change my love for you

Sesekali Keysha memejamkan matanya, meresapi lagu yang kini tengah dinyanyikannya itu. Tanpa sengaja matanya menangkap sosok pria mengenakan seragam resto sedang mencatat pesanan salah satu pelanggan yang ada disana.

Keysha pun menarik garis senyum disudut bibirnya, saat melihat pria tersebut tampak menyunggingkan senyum ramahnya pada pelanggan yang ada disana.

Setelah menghabiskan dua buah lagu, riuh tepuk tangan pun memenuhi tempat tersebut. Keysha pun menunduk sembari tersenyum, kemudian gadis itu turun dari panggung.

Dilihatnya pemilik resto yang juga dulunya adalah kakak kelasnya tengah mengotak-atik ponselnya di salah satu meja yang terletak disudut.

"Mengapa cepat sekali? nyanyikan sekitar sepuluh lagu. Suaramu membuatku candu" ujar Indah yang meletakkan ponselnya di atas meja.

"Sepuluh lagu?" Keysha membulatkan matanya.

"Hmmm.. nanti honornya akan ku tambah" ucap Indah yang tak merasa berdosa.

"Suaraku juga butuh istirahat. Ehemmm... bahkan kerongkonganku merasa kering" tukas Keysha.

"Pelayan.." baru saja Indah memanggil salah satu pelayan, namun Keysha lebih dulu menyesap jus jeruk yang ada dihadapan Indah.

"Hei itu milikku!" tukas Indah saat menyadari Keysha yang telah mengambil gelasnya.

"Kakak ambil yang baru saja"

"Kau meminum sisa ku, Keysha"

"Tidak apa-apa, bukankah kakak tidak memiliki rabies" timpal Keysha.

"Aku bahkan sudah meludahinya"

Mata Keysha pun membulat sempurna, perlahan ia meletakkan gelas tersebut diatas meja.

"Benarkah?" tanya gadis itu bersusah payah menelan salivanya. Bagaimana pun juga isi dalam gelas tersebut hampir habis.

"Aku hanya bercanda" ucap Indah tiba-tiba, gadis itu pun tertawa terbahak-bahak melihat kepolosan Keysha yang percaya akan ucapannya itu.

"Ckckck.." Keysha berdecak kesal karena merasa sudah ditipu.

Mata Keysha kembali menangkap sosok pria tegap tadi. Kini pria itu tengah membawa nampan berisikan hidangan sesuai pesanan pelanggan. Ia pun meletakkan hidangan tersebut di salah satu meja yang ada disana.

Pria itu tampak mengucapkan beberapa kata yang kemudian menunduk lalu tersenyum.

"Apakah dia pegawai kakak yang baru?" tanya Keysha.

Indah pun mengikuti arah pandang Keysha yang melihat pria yang tengah kembali menuju ke dapur.

"Iya, namanya David. Dia baru hari ini bekerja namun kinerjanya sudah cukup bagus" jelas Indah.

Indah kembali memperhatikan Keysha yang matanya tak lepas dari salah satu pelayannya itu.

"Dan nilai tambahnya dia tampan" goda Indah.

Saat telinganya menangkap apa yang baru saja keluar dari mulut Indah, Keysha pun segera mengalihkan pandangannya dari pria itu.

"Apakah ucapanku benar bahwa dia pria tampan?"tanya Indah.

"Semua pria di dunia ini tampan" sahut Keysha menyembunyikan rasa malunya. Gadis itu pun beranjak dari kursinya dan kembali ke atas panggung untuk bernyanyi lagi.

Indah hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat adik kelasnya itu tersipu malu. Ia pun kembali meraih ponselnya dan kembali membuka sosial medianya.

Visual pemeran:

Keysha Amanda

David Anggara

Visual hanya mempermanis ya, yang gak suka sama visualnya silahkan menghalu versi kalian😁

Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejaknya berupa like, komen, serta votenya ❤️🥰

Kasih Sayang Yang Terlupakan

Beberapa kali Indah melirik ponsel Keysha yang sedari tadi tak berhenti berdering. Saat dilihatnya nama pemanggil yang tertera di layar ponsel tersebut membuat Indah membulatkan matanya.

Ia pun tak sabar menunggu Keysha menghabiskan lagu yang tengah dinyanyikannya itu. Saat sudah di ujung lagu, Indah segera memberi isyarat untuk temannya itu lekas turun dari panggung.

Setelah mengucapkan beberapa kalimat singkat untuk mengakhiri manggungnya, Keysha segera menghampiri gadis yang sedari tadi tengah menatap dirinya dengan gusar.

"Ada apa?" tanya Keysha tampak kebingungan.

"Lihatlah ini" ucap Indah yang memperlihatkan beberapa panggilan terlewat dari ART yang bekerja dirumahnya itu.

Keysha mengambil ponselnya dari tangan Indah. Jika ART nya menelepon belasan kali saat ia keluar, itu adalah pertanda bahaya.

Keysha pun segera bersiap untuk meninggalkan restoran tersebut.

"Tunggu!" gumam Keysha menghentikan langkahnya.

"Kak, aku titip gitarku disini. Tolong jaga dengan baik"ujar Keysha yang tampak terburu-buru.

"Baiklah" sahut Indah memandang temannya itu dengan penuh kekhawatiran.

Keysha pun bergegas pergi dari tempat tersebut. Di bawah matahari yang mulai terik, ia mengayuh sepedanya dengan kencang agar cepat sampai ke rumahnya.

Sesekali gadis itu melirik jam tangannya, hanya untuk mengetahui berapa waktu yang telah ditempuhnya.

Dan akhirnya Keysha pun tiba di rumahnya.

Gadis itu menyembunyikan sepedanya di halaman belakang. Dengan memiliki seribu keberanian, gadis itu memanjat tembok pagar rumahnya. Tentunya hanya Keysha lah yang mengerti triknya.

Setelah berhasil melalui pagar tersebut, Keysha pun mengendap-endap berjalan tanpa bersuara. Dan kemudian ia memasuki kamarnya melalui jendela.

"Hufttt.." Keysha menghembuskan nafasnya dengan kasar sembari menyeka keringat yang ada diwajahnya.

Namun Keysha terkejut saat membalikkan badannya. Dilihatnya Bik Asih yang merupakan asisten rumah tangga yang tadi meneleponnya hanya menunduk ketakutan. Dan orang yang paling ditakuti tengah menatap ke arahnya dengan tatapan tajam.

"Dari mana saja kau?!" tanyanya dengan nada tinggi.

"Maaf Pa, aku hanya keluar untuk mencari udara segar" jawab Keysha dengan asal.

"Mana ada udara segar di siang hari seperti ini, kau jangan membohongi papa dengan alasan konyol mu itu" ujar Danu.

Keysha terdiam tak berani lagi menjawab ucapan sang papa. Ujung jarinya kini terasa sangat dingin, pria yang ada dihadapannya ini selalu membawa hawa yang kurang mengenakkan.

Danu Irawadi, pria yang dipanggil papa oleh Keysha merupakan pebisnis sukses yang cukup terkenal. Memiliki istri cantik bernama Kirana yang kini juga memiliki butik yang cukup besar dan bahkan sudah memiliki beberapa cabang di kota tersebut.

Danu duduk di atas kursi sembari bersedekap menunggu jawaban dari Keysha.

"Baiklah jika kau tidak mau berkata jujur, papa akan mencari jawabannya sendiri" ujar Danu yang kemudian melangkah pergi meninggalkan kamar putri semata wayangnya itu.

Setelah kepergian sang papa, Keysha pun langsung luruh ke lantai. Tubuhnya bergetar hebat saat mendengar ancaman dari papanya itu.

Bik Asih langsung menghampiri Keysha. Wanita paruh baya itu memeluk gadis yang di asuhnya sedari kecil.

Sesekali ia memberi tepukan di pundak Keysha, berusaha menenangkan gadis itu.

"Bik, kapankah aku mendapatkan sebuah kebebasan?" ujar Keysha dengan nada bergetar.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan air matanya agar tak tumpah. Masa kecilnya tak seindah anak-anak yang seusianya. Dimana ia tak sedikit pun mendapatkan belai kasih dari orang tua serta kehangatan akan kasih sayang dari dua manusia yang kerap disebut orang tua itu.

Sedari kecil Keysha dituntut untuk menjadi sempurna. Harus memiliki sebuah prestasi dan tidak mencoreng nama baik orang tua.

Akan tetapi adakah sebuah dukungan dari kedua orang tuanya itu? jawabannya adalah tidak. Anak-anak yang lain jika memiliki sebuah prestasi tentu saja orang tuanya merasa bangga, namun Keysha melalui semua itu hanya sendirian.

Disaat perkumpulan orang tua di sekolah, hanya orang tuanya yang tak pernah hadir. Dan Bik Asih lah yang menjadi penggantinya.

Saat pembagian raport sekolah, teman-temannya pasti dengan sangat bangganya memperlihatkan nilai-nilai yang sempurna pada orang tuanya, dan mendapatkan hadiah ataupun dukungan dari orang tuanya. Namun tidak dengan Keysha.

Pernah Keysha memperlihatkan hasil raportnya pada kedua orang tuanya, namun tak sedikit pun keduanya melirik benda tersebut. Keduanya hanya sibuk bergelut dengan ponsel dan laptop masing-masing.

Terkadang didalam hati Keysha sering bertanya-tanya.

Apakah aku adalah anak kandung kalian?

Sebenarnya Keysha adalah murid terpintar di sekolahnya dulu. Namun gadis itu memilih untuk tidak melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi.

Rasanya percuma baginya menjadi anak yang baik dan penurut namun tidak mendapatkan sedikit pun dukungan dari orang tua.

Bergelimang harta pun rasanya percuma jika kita hanya dianggap sebagai boneka yang diharuskan untuk selalu memberikan kesan baik namun tanpa imbalan apapun.

Dengan melakukan sedikit pemberontakan, alhasil sang papa pun sedikit bertanya tentangnya. Namun hal itu lagi-lagi menyangkut nama baiknya. Tak sedikit pun orang tuanya itu menanyakan apa yang dikehendaki oleh putri semata wayangnya itu.

Namun seberapa pun keras Keysha mencoba untuk membangkang, tetap saja dirinya sangat takut menghadapi kemarahan dari sang ayah.

Papanya itu mengancam dengan halus namun bermain dengan secara sadis. Sudah berapa kali gitar Keysha yang dihancurkan oleh papanya, namun Keysha lagi-lagi membeli benda tersebut dari hasil kerjanya menjadi penyanyi di resto milik Indah.

Ia mencintai musik sejak duduk di bangku SMA. Setelah bernyanyi serta memainkan musik, dirinya selalu mendapatkan apresiasi meskipun itu hanya sekedar sebuah tepuk tangan.

...****************...

Malam ini Bik Asih tampak sibuk memasakkan makanan kesukaan Keysha. Karena sejak siang tadi, Keysha tidak keluar kamar dan melewatkan makan siangnya.

Dengan nampan yang berisikan makanan serta segelas air minum, Bik Asih pun langsung menuju ke kamar Keysha.

TOKKK.. TOKKK..

"Non, ayo makan dulu. Bibi sudah buatkan bubur ayam kesukaan Nona Keysha" seru Bik Asih dari luar.

Keysha pun langsung bangkit dari tidurnya dan segera membukakan pintu untuk Bik Asih.

"Ini Non, ayo di makan buburnya selagi hangat" ucap Bik Asih meletakkan nampan tersebut di atas nakas.

Keysha menatap Bik Asih dengan seksama, setelah Bik Asih meletakkan nampan tersebut Keysha pun tiba-tiba memeluk ART nya itu.

"Terima kasih Bik, hanya bibi yang benar-benar perduli padaku" ucap Keysha yang lagi-lagi menjatuhkan air matanya itu.

Keysha mengurung dirinya di kamar, namun apakah kedua orang tuanya itu memperhatikannya? tentu tidak. Bahkan mungkin jika ia mati kelaparan didalam kamar pun orang tuanya tak perduli.

"Non Keysha jangan berkata seperti itu, tuan dan nyonya juga perduli dengan Non Keysha" ujar Bik Asih sembari mengelus puncak kepala Keysha.

"Sekarang Non Keysha harus makan. Bibi sudah membuatkan ini untuk non Keysha" ujar Bik Asih yang membujuk Keysha untuk membuka mulutnya.

Keysha pun menerima suapan dari Bik Asih sembari tersenyum. Sesekali gadis itu pun menyuapi Bik Asih dengan bubur yang dibuatnya. Bik Asih sempat menolak namun Keysha tetap saja memaksanya. Keduanya pun tampak mengobrol sembari menikmati semangkuk bubur.

.

.

.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!