"Azriel," suara itu terdengar menusuk ke telinganya.
Seorang pria dengan gagah berjalan di Koridor kelas yang berada di lantai satu, suara panggilan tadi berhasil menghentikan langkah kaki panjang milik pria itu. Pria itu kini mencari asal suara orang yang barusan memanggilnya, hingga akhirnya ia menemukan dua pria yang sedang melambaikan tangan di tangga menuju lantai dua.
Pria yang memanggilnya adalah kedua temannya yang bernama Mahesa dan Ardi, sedangkan dirinya bernama Azriel Weizmann Smith. Azriel berjalan menghampiri kedua temannya dan menyapa mereka dengan ramah.
"Tumben senyum?" tanya Mahesa setelah Azriel berada di sampingnya.
"Emangnya kenapa kalau gue senyum? Masalah?" tanya balik Azriel berjalan mendahului mereka menuju kelas yang ada di lantai dua.
Saat di tangga seorang wanita menghentikan jalannya, "EM..... Kamu orang yang kemarin yah?" tanya wanita itu sambil memperhatikan wajah Azriel.
Azriel mencoba mengingat wanita di hadapannya, hingga pada akhir ia ingat siapa wanita di depannya itu, "Oh..... Yang kemarin di depan supermarket?"
Wanita itu menganggukkan kepalanya, jadi kemarin Azriel hampir menabrak orang di depan supermarket karena ia membawa motor dalam keadaan marah dan kesal.
"Jadi lu sekolah di sini?" tanya Azriel kembali.
"Makannya kalau sekolah tuh perhatiin orang-orangnya juga, jangankan sama cewek ini yang beda kelas. Lu mah sama temen satu kelas aja enggak kenal semua," timpa Ardi menyela obrolan Azriel dan wanita itu.
"Ini, aku mau balikin uang yang kemarin," wanita itu menyodorkan beberapa lembar uang, jadi kemarin untuk ganti rugi Azriel juga memberikan uang pada wanita itu.
"Enggak usah, kan udah gue bilang enggak usah di balikin," tolak Azriel.
"Tapi....." wanita itu tidak biasa menerima uang dari orang lain jadi ia sedikit ragu untuk menerima uang itu.
Azriel tanpa pikir panjang meninggalkan wanita itu, Ardi dan Mahesa ikut mengejar Azriel.
"Kalau enggak mau, nanti pulang sekolah kasih gue aja," teriak Mahesa bercanda.
Azriel mendekap mulut Mahesa dan menyeretnya menuju kelas, Ardi bukan membantunya malah menertawakan Mahesa. Sampailah ketiganya di kelas, tidak lama setelah duduk di kursi Bel pertanda masuk kelas telah berbunyi di barengi dengan masuknya seorang guru dengan seorang perempuan yang kemungkinan akan menjadi murid baru di sekolah ini.
Perempuan itu membulatkan matanya saat melihat Azriel, ia juga menelan ludahnya sendiri dengan susah payah.
"Bu boleh pindah kelas enggak?" tanya wanita itu sambil berbisik pada guru di sampingnya.
"Kenapa? Bukannya tadi kau semangat masuk ke kelas ini," tanya gurunya tanpa mengecilkan suaranya.
Wanita itu tidak berani menatap ke arah depan terutama ke arah Azriel, "Bu jangan keras-keras dong ngomongnya, pokoknya pindah kelas yuk," wanita itu terus meminta di pindahkan.
"Tidak bisa, sekarang lebih baik kau perkenalan," tolak guru itu.
Perempuan itu menghela nafasnya lalu perkenalan, "Halo, nama aku Angelina Margaret, kalian bisa panggil aku Angel."
"Baik Angel kau duduk di samping Azriel, karena cuman di sana yang kosong," guru itu meminta Angel duduk di sebelah Azriel.
"Maaf Bu, Azriel yang mana yah? Saya kan baru masuk mana kenal sama yang namanya Azriel," tanya Angel bingung.
"Kau tinggal lihat saja Angel mana kursi yang kosong, bukannya tadi ibu sudah bilang kalau kursi yang kosong tuh cuman tinggal satu," balas guru itu.
"Oh iya bu maaf," dengan terpaksa ia akhirnya duduk di sebelah Azriel, tapi sampai ia duduk ia tidak mau menatap Azriel.
"Lu cewek yang kemarin yah?" tanya Azriel tanpa menatap Angel.
Deg, suara detak jantung Angel berdenyut dengan keras dan kencang, "Perasaan gue enggak punya riwayat penyakit jantung deh, tapi ini kenapa jantung gue jadi kek gini," gumam Angel dalam hatinya.
"Di tanya bukannya jawab malah ngelamun," tambah Azriel masih tanpa menatap Angel.
Angel seketika langsung menatap Azriel sambil cengengesan, "Kok masih kenal sih? Iya gue cewek yang kemarin, jadi gue minta enggak usah di bahas lagi yah," Angel pun mengaku kalau ia adalah wanita yang kemarin.
Jadi setelah tidak sengaja menabrak wanita di depan supermarket, Azriel juga bertemu dengan Angel di jembatan. Angel yang melihat Azriel berdiri di pembatas jembatan malah menganggap kalau Azriel akan bunuh diri, tanpa menunggu penjelasan dari Azriel, Angel terus memperingati Azriel bahwa bunuh diri itu tidak baik.
Padahal Azriel memang tidak ingin bunuh diri, itulah mengapa Angel malu saat harus bertemu lagi dengan Azriel hari ini.
"Lu tau enggak, padahal gue berharap kita enggak akan ketemu lagi," tambah Angel.
"Mungkin takdir," balas Azriel menatap Angel hingga membuat tatapan mereka bertemu untuk beberapa detik saja, Angel segera memalingkan tatapannya ke arah lain.
Beberapa menit kemudian, waktunya jam istirahat pertama telah di mulai Azriel mengajak Angel pergi ke kantin bersama dengan teman-temannya juga. Di kantin Angel tidak sengaja menabrak wanita yang tadi di awal ingin mengembalikan uang Azriel.
Wanita itu bernama Senja ia murid di kelas sebelah, Senja memiliki paras yang cantik dengan otak yang lumayan pintar. Karena itulah beberapa wanita di kelasnya sering membully dan tidak mau berteman dengan Senja. Angel membantu Senja yang terjatuh ke lantai.
"Enggak papah kan?" tanya Angel takut Senja kenapa-napa.
Senja berdiri berkat bantuan Angel, ia membereskan rok pendeknya yang kusut, "Enggak papah kok," balas Senja juga dengan senyuman ramahnya.
"Makannya kalau jalan tuh pakai mata," sindir Azriel tanpa melirik keduanya.
Angel memukul lengan Azriel, "Jangan banyak bicara dulu," balasnya.
"Sendirian aja?" tanya Angel pada Senja kembali.
Senja menganggukkan kepalanya.
"Gabung sama kita aja yuk? Kebetulan aku belum punya temen," ajak Angel tanpa ragu.
"Tapi..... Nanti kalau yang lainnya enggak boleh gimana?" tanya Senja ragu kalau Azriel akan mengizinkannya duduk di meja yang sama.
"Iya boleh juga tuh," setuju Mahesa.
"Beneran?" tanya Senja sekali lagi.
"Iya beneran, ya udah yuk kita cari meja kosong," Angel merangkul Senja dan membawanya pergi untuk segera duduk.
"Sini woy," panggil Ardi menunjuk meja yang biasa mereka tempati.
Angel membawa Senja ke meja itu dan duduk berdampingan, semua mata tertuju pada mereka berlima. Para siswa heran dengan tingkah aneh yang Azriel perlihatkan hari ini, pasalnya selama ini Azriel di kenal sangat pendiam dan tidak pernah bersama dengan wanita di sekolah.
Walaupun sebenarnya banyak wanita yang mencoba mendekati Azriel, namun pria itu selalu menolaknya dengan tegas bahkan tidak membiarkan wanita manapun duduk di sebelahnya. Tapi kali ini ia bahkan banyak bicara pada wanita yang merupakan murid baru tersebut.
"Karena gue baik hati dan tidak sombong, kalian gue traktir deh," ucap Angel.
"Wah...... Emang enggak salah lu jadi temen kita sekarang," balas Ardi kegirangan.
"Denger traktiran aja lu semangat," sindir Mahesa.
Ardi langsung menatap Mahesa dengan tatapan datar, "Emangnya lu enggak semangat denger ada yang mau traktir lu?" tanyanya.
"Ya semangat sih," balas Mahesa cengengesan.
"Ah sama aja kalau gitu," sinis Ardi memalingkan wajahnya.
"Udah jangan pada ribut, mending kalian pesan makanannya sekarang sana," Angel melerai keributan kecil antara Mahesa dan Ardi.
"Aku ke kamar mandi dulu yah bentar," izin Senja sambil berdiri.
Angel menatap Senja, "Ya udah tapi jangan lama-lama nanti keburu masuk lagi kelasnya," balas Angel tersenyum.
"Iya," Senja berlari kecil menuju kamar mandi, di perjalanan Senja tersenyum sembari memegang dadanya.
Di lorong kamar mandi tiba-tiba ada yang mendorong Senja sampai jatuh ke lantai, tiga wanita berdiri di hadapan Senja.
"Lu ngapain deketin Azriel? Pake segala satu meja sama dia," tanya salah satu wanita itu.
Senja berusaha bangun untuk membereskan pakaiannya yang kusut, "Tapi......Tapi-" belum saja ia menyelesaikan ucapannya wanita itu kembali berbicara.
"Jangan banyak ngeles jadi orang, gue tau kalau lu suka kan dari dulu sama Azriel? Dan harusnya lu juga tau kalau gue suka juga sama dia, enggak ad adi dunia ini yang bisa deketin Azriel selain gue," potong wanita itu mendorong Senja ke tembok.
Wanita itu bernama Amanda, salah satu wanita yang populer karena gayanya yang terlalu dewasa bagi siswa SMA. Wanita itu juga memiliki geng yang beranggotakan dua temannya yang bernama, Mery dan Anggun. Amanda sangat mencintai Azriel walaupun tidak pernah di anggap oleh Azriel, siapapun yang mendekati Azriel maka ia akan memperingatinya sampai wanita itu tidak berani lagi mendekati Azriel.
"Sorry ada apa yah?" tanya seseorang yang tiba-tiba ada di sana.
Senja langsung menatap ke arah orang yang datang itu, "Angel kamu mending pergi aja deh," ujar Senja.
Jadi yang barusan datang adalah Angel, ia datang mencari Senja karena terlalu lama berada di kamar mandi.
"Ini lagi, murid baru tapi udah berani deket-deket sama Azriel," Amanda mengalihkan perhatiannya pada Angel, Amanda berdiri di hadapan Angel.
"Lah..... Emang Azriel pacar lu? Lagian yang ngajakin ke kantin bareng si Azriel loh bukan gue," balas Angel tidak takut dengan gertakan Amanda.
"Wah punya nyali juga nih cewek," Mery membuat suasana semakin panas.
"Biasalah murid baru, dia enggak tau kita soalnya," timpa Anggun.
"Emangnya kalian siapa? Gue harus takut sama kalian gitu?" tanya Angel dengan nada meledek.
"Wah......" Amanda menarik kerah seragam milik Angel karena terlalu kesal dengan ucapan Angel.
Angel tersenyum bengis, "Lu mau gue bunuh? Berani-beraninya pegang kerah baju gue," ancam Angel melepas lengan Amanda sambil meremasnya dengan keras.
Saat Angel hendak menendang tubuh Amanda yang ada di depannya, Azriel dan dua temannya datang menarik Angel agar tidak jadi menendang Amanda, "Pergi yuk," Azriel menarik tubuh Angel agar segera pergi dari sana.
"Ah..... Lepasin gue belum selesai sama tuh orang," Angel yang di seret oleh Azriel berusaha melepaskan tarikan Azriel, namun tetap tidak bisa.
Ardi merangkul Senja untuk ikut pergi juga dari sana, sebelum pergi Ardi menatap sinis pada Amanda karena perlakuannya.
"Kasian banget yang di cuekin terus," sindir Mahesa saat berjalan pergi mengikuti Ardi.
Mereka semua kembali ke kantin, Angel duduk dengan wajah kesal, "Lu ngapain gangguin gue sih? Gue mau kasih mereka sedikit pelajaran aja," tanya Angel menatap Azriel yang berada di sampingnya.
"Jangan di sekolah," dingin Azriel tanpa menatap Angel.
Ardi, Senja dan Mahesa datang dan kembali duduk di tempat tadi, Senja menatap Azriel dan Angel bergantian. Tidak lama setelah itu Bel pertanda masuk kelas berbunyi membuat Angel berdecak sebal, "Kok udah masuk lagi sih?"
"Aku duluan yah," Senja pamit duluan untuk masuk kelas karena kelasnya berbeda dengan mereka.
"Iya, hati-hati yah," balas Angel melambaikan tangannya ke arah Senja.
"Hati-hati kayak yang mau nyebrang segala hati-hati," sindir Mahesa sambil menghabiskan sisa minumannya.
"Biarin, ya udah yuk ke kelas," Angel bangkit dari duduknya dan mengajak mereka ke kelas bersama.
Di tempat lain Amanda masih kesal dengan kelakuan Angel di lorong kamar mandi, "Pokoknya gue harus kasih dia pelajaran, gue pengen dia bertekuk lutut di hadapan gue dan minta maaf sama gue," gumam Amanda yang kini berada di gudang bersama kedua temannya.
"Gue setuju, kita abisin aja dia. Siapa suruh sok jagoan di hadapan kita," setuju Mery.
"Iya-iya," sementara itu Anggun hanya mengangguk-ngangguk saja.
"Ya udah sepulang sekolah kita cegat mobilnya di jalan, tapi sebelum kita harus pastiin bahwa dia pulang enggak sama Azriel dan teman-temannya," Amanda merencanakan hal buruk untuk Angel.
"Sekalian buat jaga-jaga kita bawa Erik sama temennya, biar si Angel makin ketakutan juga," usul Mery kembali.
"Gue setuju, setuju banget malah," sekali lagi Anggun hanya setuju-setuju saja.
"Ide yang bagus, bentar gue hubungin Erik dulu," Amanda mengeluarkan ponsel dari dalam saku, ia menelpon Erik untuk mengajaknya menemui Angel dengan senang hati Erik setuju dengan ajakan Amanda.
Jadi Erik adalah salah satu ketua geng motor yang cukup terkenal di kalangan anak sekolah, Erik sekolah di SMA yang sama namun ia jarang masuk karena memang malas sekolah dan kalaupun sekolah ia hanya akan membuat ribut, Amanda kenal dengan Erik karena Erik adalah saudaranya.
Barulah setelah itu Amanda dan kawan-kawan nya pergi dari sana, selama perjalanan Amanda hanya tersenyum kemenangan. Ia yakin kali ini Angel akan takut dan minta maaf padanya, jadi tidak ada lagi yang bisa mendekati Azriel selain dirinya, Amanda bahkan sudah membayangkan bagaimana Angel nanti minta maaf padanya.
Amanda satu kelas dengan Senja.
Di kelas sebelah Angel malah tidur dan tidak mendengarkan penjelasan yang di berikan oleh guru di depan, "Hey kamu, cewek yang di sebelah Azriel bangun Hey," guru yang menjelaskan materi di depan sadar kalau Angel malah tidur di jam pelajaran.
Angel tidak membuka matanya karena mungkin tidak mendengar ucapan guru itu, Azriel menepuk meja dengan keras membuat Angel yang tengah tidur nyenyak terbangun dan kaget, "Ayam-Ayam," kaget Angel langsung menatap Azriel.
"Ih...... Kaget tau," Angel menepuk lengan Azriel dengan keras.
"Angel," panggil guru tadi di depan.
Angel kini sadar kalau ia sedang jadi pusat perhatian orang-orang sekarang, dengan senyuman tanpa dosanya ia menatap guru di depannya, "Maaf Bu, saya ngantuk soalnya," ucap Angel dengan santai.
"Karena ini adalah hari pertama mu sekolah saya maafkan, tapi awas kalau nanti kau seperti ini lagi saya akan hukum kau hormat di tiang bendera," jelas guru itu.
"Siap bu," balas Angel memberi hormat padanya.
"Baik anak-anak kita mulai lagi pembelajarannya," pembelajaran kembali di mulai.
Angel menyenderkan punggungnya ke senderan kursi sambil menguap, Angel menatap Azriel yang dengan serius memperhatikan guru di depan, "Lain kali lu bisa kan bangunin gue dengan lebih sopan lagi? Kaget tau, mana barusan gue lagi mimpi jadi juragan ayam lagi."
Azriel berbalik ke arah Angel dengan tatapan dinginnya, "Lu bukan salah satu cewek yang harus di perlakukan seperti itu," balas Azriel dingin.
Angel memutar bola matanya malas, "Oke fine."
Waktunya pulang sekolah pun tiba, Angel berjalan bersama Senja menuju parkiran.
"Pulang bareng yuk?" ajak Angel.
"Tapi emangnya enggak ngerepotin?" tanya Senja menatap Angel.
"Enggak lah, boleh enggak kalau misalkan nanti gue main dulu di rumah lu?"
"Rumahku jelek, emangnya enggak papah?"
"Ya ampun ya enggaklah, rumah gue juga jelek kok."
"Kalau kamu enggak keberatan dengan rumahku yang jelek sih enggak papah mau main dulu juga."
Setelah percakapan kecil itu selesai mereka segera masuk mobil, di belakang mereka Azriel dan temannya tengah berjalan juga menuju parkiran.
"Eh abis pulang sekolah kita main yuk di rumah lu lagi," ujar Mahesa dengan semangat.
"Kalau mau main jangan di rumah gue, soalnya masih ada nyokap sama bokap gue di sana," balas Azriel datar.
"Oh gitu...... Gimana kalau kita ke markas kita aja sekarang," usul Ardi.
"Kalian pergi aja, gue mau pulang mau tidur," balas Azriel berjalan mendahului mereka ke arah mobilnya.
"Ya elah enggak seru banget si dia, ya udahlah gue juga mau pulang mau tidur ganteng," ujar Ardi ikut berjalan ke arah mobilnya di susul oleh Mahesa yang juga memilih untuk pulang saja.
Sementara itu di mobil Angel sedang fokus menyetir, tapi tiba-tiba sebuah mobil Sedan berwarna putih berhenti di depan mobilnya secara mendadak membuat dirinya dengan cepat menghentikan mobilnya sebelum tabrakan. Tidak hanya ada mobil itu di belakang beberapa motor mengitari mobilnya.
"Ya ampun...... Untung aja nih yah mobil gue enggak lecet, kalau sampai lecet habis gue di marahin nyokap," kesal Angel yang malah memikirkan nasib mobilnya.
Sedangkan Senja kini malah sedang gelisah dan ketakutan, Angel menatap Senja, "Lu kenapa?" tanyanya.
"Mereka pasti Amanda dan teman-temannya," balas Senja.
"Wah..... Bagus dong, tadinya gue mau maafin dia tapi ternyata dia datang sendiri ke hadapan gue," bukannya takut Angel malah sangat bersemangat menghadapi Amanda dan yang lainnya.
Angel keluar dari mobilnya, ia juga mengunci mobilnya agar tidak ada yang masuk untuk menyerang Senja, Amanda dan kedua teman wanitanya keluar juga dari mobil dengan senyuman miringnya ia menghampiri Angel.
Erik dan beberapa temannya yang mengendarai motor juga menghampiri Angel.
"Kalian semua kalau mau ketemu sama gue bilang aja yah lain kali, jangan kayak gini. Kalau mobil gue lecet gimana?" ujar Angel dengan santainya.
Amanda tersenyum sinis, " Bisa-bisanya lu masih santai."
"Ya terus gue harus ngapain? Harus nangis-nangis gitu di sini?" tanya Angel.
Erik merangkul Angel, Angel pun menatap ke arah Erik yang berada di sampingnya, "Boleh juga lu jadi cewek," ujar Erik dengan tatapan menggoda.
Angel tersenyum pada Erik, "Maksud lu?" tanyanya.
Baru saja Erik akan membalas ucapan Angel tiba-tiba Angel mendaratkan pukulannya di perut Erik, Erik berniat membalas serangan Angel namun ternyata Angel bisa menghindarinya dengan sangat mudah. Angel menendang tengkuk kepala Erik dengan sangat keras hingga membuat Erik terkapar di aspal.
Temannya Erik juga berusaha menyerang Angel tapi sayang mereka juga kalah dengan mudahnya oleh Angel, "Cuman segini doang?" tanya Angel berkacak pinggang.
Amanda kini malah ketakutan dan memilih untuk kabur bersama yang lainnya, Erik yang masih pingsan di bawa masuk ke mobil Amanda. Saat mereka sedang kabur tiba-tiba mobil Mahesa dan Ardi datang bersamaan, mereka berdua keluar dari mobilnya dan menghampiri Angel.
"Mana? Katanya ada Erik di sini," tanya Mahesa celingukan.
"Udah kabur," balas Angel.
"Lu enggak papah kan?" tanya Ardi khawatir sembari memutar-mutar tubuh Angel.
"Ih pusing, enggak gue enggak papah," balas Angel melepas tangan Ardi di pundaknya.
"Lu tau dari siapa gue di sini?" tanya Angel.
"Senja tadi telpon gue, katanya lu di serang Amanda sama Erik, makannya gue langsung ke sini sama Ardi. Tadinya gue telpon Azriel juga cuman dia enggak angkat telpon gue," jelas Mahesa.
Angel hanya mengangguk kepalanya perlahan.
"Tapi ngomong-ngomong emangnya lu bisa berantem sampai ngalahin Erik dan teman-temannya?" Ardi penasaran dengan itu.
"Sebenarnya gue dulu sempat belajar karate dan udah sabuk item juga, terus gue juga belajar bela diri yang lainnya sedikit-sedikit," jelas Angel.
"Yah pantesan, ya udah ah kita pulang dulu," Ardi dan Mahesa pamit pulang karena nampaknya Angel tidak perlu di lindungi lagi.
"Ya udah makasih yah udah khawatir sama gue," balas Angel melambaikan tangannya ke arah Ardi dan Mahesa.
Di tempat lain Azriel baru sampai di rumahnya, ia berjalan menuju kamar.
"Azriel makan sini," panggil ibunya di meja makan.
"Aku ganti baju dulu," balas Azriel tidak menghentikan langkah kakinya.
"Oke."
Ibunya Azriel bernama Haruka sedangkan ayahnya bernama Nathan. Setelah beberapa menit berlalu Azriel keluar dan menghampiri meja makan untuk makan siang bersama orang tuanya, Haruka menyiapkan makanannya untuk Azriel.
"Gimana sekolahnya lancar?" tanya Haruka mencoba dekat dengan anaknya, karena ia baru bertemu lagi dengan Azriel setelah beberapa tahun berpisah.
"Lancar-lancar aja sih," balas Azriel sambil makan.
"Anak papa udah punya pacar belum? Masa ganteng kayak papa nya gitu enggak ada yang mau sih," tanya Nathan.
"Apaan sih Pa, aku belum punya pacar. Belum ada yang cocok aja," balas Azriel.
"Lagian masih sekolah tuh kalau bisa jangan pacaran dulu, kamu mah malah nyuruh dia pacaran," Haruka memukul tangan Nathan karena menyuruh anaknya pacaran.
"Aku enggak suruh dia pacaran, tadi tuh cuman nanya," balas Nathan menatap Haruka.
"Ah..... Sama aja, tadi tuh juga ada unsur nyuruhnya," kekeh Haruka.
Azriel yang melihat itu hanya dapat tersenyum tipis, ia senang bisa bertemu dengan orang tuannya kembali. Walaupun sebulan lagi mereka juga akan kembali pergi ke Amerika untuk menjalankan pekerjaannya sebagai Mafia.
Kembali ke Angel, kini ia sudah sampai di rumah Senja. Rumah sederhana yang ada di gang kecil.
"Sebenarnya aku sekolah di sana juga karena dapat beasiswa, aku enggak akan mampu bayar kalau bukan karena beasiswa," jelas Senja saat masuk ke rumahnya.
"KENAPA BARU PULANG? LU ENGGAK TAU APA KITA BELUM MAKAN. LU HARUS MASAK BUAT KITA KAN," Bentak seorang wanita tua di hadapan Senja.
Angel yang melihat itu hanya bisa terdiam, karena ia tidak bisa ikut campur dalam urusan keluarga.
"Aku masak sekarang, maaf tadi ada urusan kecil dulu," balas Senja lemah lembut.
"Tunggu dulu di luar yah? Nanti abis masak aku ke luar," ujar Senja pada Angel.
Angel berjalan keluar dan duduk di sebuah kursi yang terbuat dari kayu, beberapa menit berlalu Senja keluar dan menghampiri Angel, ia duduk di sebelah Angel.
"Maaf yah," Senja minta maaf pada Angel.
Angel menatap Senja, "Dia ibu lu?" tanya Angel.
"Bukan, orang tuaku udah lama meninggal, dan aku hidup sama kakak dari ibuku," jelas Senja mencoba tersenyum.
"Lu betah tinggal di sini?" tanya Angel.
"Yah mau gimana lagi aku enggak punya tempat tinggal lain selain ini," balas Senja.
"Gimana kalau lu tinggal aja di rumah gue," ajak Angel.
"Kebetulan rumah gue cukup luas dan orang tua gue enggak ada di rumah," tambah Angel.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!