Tamat sudah cerdas duda Bucin ini dan ada sedikit cerita sempilan yang belum di lanjut karena ide mentok...
Di tengah-tengah rumah bergaya minimalis modern, lebih tepatnya di meja makan minimalis itu, satu keluarga yang terdiri dari empat orang tengah menikmati makan malam bersama, suara dentingan yang tak di sengaja keluar saat mereka melakukan aktivitas tersebut menjadi backsound obrolan ringan mereka.
"Jadi gimana sama proyek baru Papah, Pah? Apa jadi?" Tanya Marta Nyonya besar di rumah itu, ibu dari dua orang anak yang super rupawan.
"Susah, belum berhasil, salah satu dari pemilik tanah lokasi yang akan di bangun, ada yang ga mau menjual tanahnya, apa lagi ternyata yang punya tanah itu, orang kaya." Sahut Hardian Tuan besar di rumah besar itu.
Hardian sendiri bekerja di PT HAHA group perusahaan kontraktor kelas kakap. Juga memiliki tiga puluh persen saham di perusahaan tersebut.
"Yah, padahal kalo di situ di bangun Mall, akan lebih ramai Pah, pemekaran wilayah namanya, biar desa itu ga sepi lagi." Sambar Tito si Tuan muda, anak bungsu Hardian, berusia enam belas tahun, masih SMA kelas dua, manja tapi play boy, Tito benar benar tak menyia-nyiakan wajah tampan alaminya.
"Hieleh, sok tahu! Bilang aja kalo di situ ada Mall, lebih gampang bolos sekolah nya lu! Jadi ga jauh-jauh mojok, ngajakin cewek bolos nya!" Serobot Pinkan Arora berusia dua puluh satu tahun anak sulung Hardian yang masih kuliah semester enam tapi meskipun Pinkan kakaknya sudah lebih tinggi adiknya, ratu kampus, sejuta bakat dan prestasi, gadis itu miliki, otaknya tercepat jika memikirkan cara untuk menyelesaikan masalah, wajahnya memang sedikit bule karena masih ada keturunan dari leluhurnya yang orang Rusia, kekurangannya satu, terlalu percaya dengan sahabatnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Chapter ****satu**** di mulai selamat membaca 🤗...
Pinkan Arora berjalan tergesa-gesa menuju apartemen milik sahabatnya yang beberapa waktu lalu menelepon nya, menangis tersedu meminta bantuan. Dan kini gadis itu pun mendatangi nya.
Pintu apartemen milik Miska tak tertutup, Pinkan pun langsung masuk tanpa menekan bel terlebih dahulu.
BRAK! suara yang terdengar sangat keras dari ruang TV.
"Ini peringatan terakhir Nona, kau tidak boleh mendatangi kantor atau rumah Tuan kami lagi! Enyah lah dari pandangan Tuan kami! Atau aku tidak segan menyakiti mu!"
Pingkan mendengar teriakan seorang pria yang mengancam, kemudian dengan berjalan mengedap-ngedap gadis itu bersembunyi di balik ornamen penyekat ruangan, menguping pembicaraan dua pria kekar dan Miska sahabatnya.
"Kenapa Tuan kalian sekejam itu padaku? Hiks hiks!" Miska terlihat mengiba pada dua orang pria itu. Dua orang suruhan mantan suaminya yang baru saja menceraikan nya.
"Itu bukan urusan kami, tugas kami hanya memastikan kau menandatangani surat ini! Kau harus berjanji tidak akan pernah menemui bayi mu lagi!" jelas pria itu.
"Aku tidak mau! Aku tidak mau menandatangani surat ini, aku tidak mau terikat janji seperti itu, sampai kapan pun dia tetap anakku!" Sanggah Miska histeris.
"Ah sudahlah, ini sudah malam, besok pagi kita datang lagi, tapi harus mendapatkan tanda tangan dari mu Nona!" Sambar satu pria itu menyerah karena sudah dari sore mereka berdebat.
"Iyah, hari ini cukup sampai di sini aku mengobrak abrik rumah mu! Awas saja besok kalo kau tak menurut, aku hancurkan semua isi apartemen ini!" Ancam satu pria lainnya.
"Kita pulang pul!"
Kemudian setelah itu kedua pria kekar itu pergi dari ruang TV menuju ke arah pintu utama apartemen itu, Pinkan yang masih bersembunyi di balik ornamen penyekat ruangan menundukkan kepalanya supaya tidak di ketahui keberadaannya.
"Dasar centeng bajingan! Beraninya mengancam wanita lemah!" Umpat dalam batin Pinkan sambil menatap berlalunya kedua pria itu.
Setelah itu gegas Pinkan mendatangi sahabatnya yang masih menangis tersedu di sofa ruang TV.
"Miska ya ampun! Lu ga papa kan hm?" Tanyanya dengan nada keperdulian tingkat dewa.
Miska sendiri terkejut tak tahu sejak kapan sahabatnya itu berada di dalam sana "Pink, lu di sini?" Tanya balik nya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung
Pinkan mengangguk "Iyah, gue udah dari tadi di sini, tapi gue gak berani muncul di hadapan orang-orang bengis itu, maaf yah!" Jawabnya.
"Iyah, makasih ya, udah mau dateng ke sini nemenin gue! Gue bener-bener lagi butuh lu Pink." Ucap Miska memelas.
"Sekarang lu cerita ke gue, sebenernya ada apa sama lu? Kenapa lu berurusan sama orang orang kekar itu?" Tanya Pinkan penasaran.
"Hiks hiks!" Setelah sejenak melepaskan tangisnya Miska mengumpulkan energi untuk menceritakan nasib buruknya.
"Bayi gue Pink, lu tau kan, gue baru aja ngelahirin?" Tanya balik Miska dan Pinkan mengangguk.
"Bayi gue di rebut sama mantan suami gue, gue bener bener gak rela Pink, gue yang udah hamil selama sembilan bulan, gue yang sengsara, tapi pas lahir malah di ambil gitu aja sama mantan suami gue!"
"Tunggu tunggu? Mantan suami? Maksud lu? Lu udah cerai sama laki lu? Kapan? Kok gue baru tau? Apa masalah nya?" Cecar Pinkan berkerut kening.
"Pokoknya dia jahat Pink, dia laki-laki ter egois yang pernah gue kenal sepanjang sejarah hidup gue! Dia merenggut semua kebahagiaan gue!" Sarkas Miska sambil terisak.
"Dasar laki! Seenaknya aja main cerai, dia pikir dia siapa!" Sambung ketus Pinkan tak terima.
Miska menatap lekat wajah sahabatnya dan terbesit pikiran untuk meminta bantuan pada gadis itu "Pink, btw, lu bisa kan bantu gue?" Tanyanya.
Pinkan mengangguk pasti "Tentu saja, gue bantu sebisa gue, lu tau kan, dari dulu kita sahabat yang ga pernah bisa terpisahkan! Forever!" Jawabnya.
"Bantu gue mengambil bayi gue dari tangan mantan laki gue Pink, lu mau kan hm?" Tanya Miska.
"Tentu saja! Kapan? Di mana?"
"Besok, kita ke kediaman nya, lalu, kita amati dulu keadaan sekitar. Kalo memungkinkan kita langsung ambil kesempatan buat ambil bayi gue dari sana, lu mau kan Pink?"
Pinkan pun mengangguk tersenyum setuju.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Esok harinya, sesuai rencana Pinkan dan Miska langsung menuju ke kediaman keluarga Baskara, yah salah satu keluarga kaya raya terpandang di antero jagat raya ini.
Pinkan memarkirkan mobilnya tepat di sudut jalan dekat dengan pintu gerbang rumah asri modern yang tampak sepi, mungkin penjaga nya hanya berjaga di dalam saja.
"Buset, ini rumah mantan suami lu Mis?" Tanya Pinkan dengan tatapan kagum yang mengedar ke bangunan mewah itu.
Saat ini Pinkan dan Miska masih duduk di jok mobil, mengawasi rumah besar itu dari balik kaca.
"Iya, di sini rumah Raka, mantan suami gue!" Jawab Miska.
"Raka? Jadi nama mantan suami lu Raka?" Tanyanya
"Iya."
"Jadi mantan suami lu tu orang kaya ya? Pantes kejam, ternyata sultan sejati dia!" Gumam Pinkan pelan tapi Miska masih bisa mendengar.
"Sebenernya alasan dia minta cerai dari lu, apa sih Mis? Gue penasaran!" Tanya Pinkan kemudian.
"Emangnya laki-laki butuh alasan buat ninggalin cewek yah Pink? Mereka mah kalo udah bosen ya udah, tinggal aja, gak mikirin perasaan wanita!" Jawab Miska berapi-api.
"Iya sih, lu bener, apa lagi, mantan suami lu Tuan muda, pasti persis seperti novel novel yang gue baca gratisan di online itu deh!" Sambung Pinkan "Gue yakin mukanya serem! Tuan muda yang kejam terus ganteng mah cuma ada di novel doank, gue rasa si begitu." Batinnya.
"Eh Pink, itu siapa tu?" Miska menunjuk ke arah wanita berpakaian khas kampung membawa ransel turun dari mobil taksi dan berjalan ke gerbang rumah besar milik keluarga Baskara.
"Emang lu gak tau? Siapa dia?" Tanya balik Pinkan.
Miska menggeleng "Gak Pink, gue baru liat!" Sanggahnya.
"Atau jangan-jangan, dia calon pembantu baru di rumah ini Pink?" Pendapat Miska.
"Iya, gaya pakaiannya persis bik Mina, asisten rumah tangga nyokap gue." Sambung Pinkan mengangguk.
Keduanya pun terdiam sejenak menatap gerak tubuh wanita itu, tapi agaknya otak encer Pinkan mulai berfungsi di sela sela kejepit nya.
"Wah! Gimana kalo kita suruh dia yang mengambil bayi lu Mis?" Usul Pinkan menoleh ke arah sahabatnya.
"Hah?" Miska menatap Pinkan terdiam tapi memikirkan sesuatu yang di usulkan oleh sahabatnya.
"Ok ok, kita samperin dia yuk Pink!" Ajak Miska seraya turun dari mobil berwarna pink milik Pinkan.
Pinkan pun menurut, gadis itu lalu turun dari mobil dan membegal jalan wanita yang sudah sedikit lagi sampai ke pintu gerbang yang menjulang tinggi itu.
"Eh eh Mbak!" Sambar Pinkan pada wanita itu membuat wanita itu menghentikan langkahnya.
"Iya ada apa yah Non? Apa kalian pemilik rumah ini?" Tanya wanita itu.
"Emm, saya menantu di rumah ini Mbak!" Sahut Miska membual.
"Oh, salam kenal Nona, saya yang akan bekerja di sini, sebagai Babysitter baru di rumah ini." Jelas wanita itu menundukkan wajahnya sopan.
"Babysitter?"
Miska dan Pinkan saling menatap, dan terbesit sesuatu kembali di pikiran Pinkan, sudah jelas, jika babysitter berarti yang akan berhubungan langsung dengan bayi Miska.
"Sini sini kalo begitu, jangan masuk dulu, kita ngobrol dulu di mobil, yuk!" Ajak Pinkan menarik paksa wanita itu dan menurut, kemudian ketiganya memasuki mobil pink milik Pinkan tanpa ada yang curiga.
"Kok saya malah di suruh masuk mobil Nona? Bukanya saya sudah di tunggu oleh Tuan besar yah?" Tanya wanita itu sedikit protes.
Pinkan dan Miska menatap ke belakang ke arah wanita itu "Gini Mbak, Mbak nya telat datang, jadi kami sudah mencari Baby sitter lain, maaf yah Mbak, jadi sekarang Mbak pergi lagi saja." Usir Pinkan dengan siasat bulus di otaknya sedang Miska masih diam, belum mengerti apa yang coba Pinkan rencana kan.
"Apa?" Wanita itu terkejut "Ya Allah Non, padahal saya datang dari kampung, ke sini modalnya utang, pengen cari kerjaan loh Non, terus gimana sekarang, kok saya malah di suruh pulang lagi Non?" Ucapnya memelas.
Pinkan terenyuh mendengar ucapan wanita itu, kasihan juga "Ok, kalo begitu, untuk ganti ruginya, saya kasih uang ongkos pulang, sebesar lima kali lipat gaji bulanan Mbak, lalu Mbak bisa cari kerjaan lainnya, gimana?" Tawarnya.
Wanita itu terdiam sejenak kemudian mengangguk tersenyum "Boleh Non, terimakasih ya Non? Beneran saya terimakasih! Padahal belum bekerja, tapi Nona sudah baik mau menggaji saya!" Ucapnya.
"Iya, kalo begitu, Emm, saya boleh tidak mengambil surat pengantar dari yayasan Mbak? Untuk kenang kenangan!" Tanya Pinkan dan Miska benar benar masih belum paham dengan rencana sahabatnya.
"Oh, boleh boleh!" Wanita itu mengambil amplop putih dari dalam tasnya yang berisi surat pengantar resmi dari yayasan ketenagakerjaan kemudian menyodorkan nya pada Pinkan dengan wajah polosnya.
"Ini Non!" Ucapnya.
Pinkan menerima amplop putih dari tangan wanita itu "Ok, nanti, Mbak, di antar sama temen saya yang ini yah, sekarang saya mau ngobrol sebentar sama temen saya, Mbak tunggu di sini saja!" Ucapnya pamit yang lalu di jawab dengan anggukan kecil wanita itu.
"Mis, kita bicara sebentar!" Ajak Pinkan seraya turun dari mobil yang lalu di ikuti oleh sahabatnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung.....
"Ada apa Pink? Sebenernya, apa rencana lu? Gue beneran gak paham!" Tanya Miska.
"Lu dodol sih, otak lu lemot, makanya gak bisa cepet bertindak!" Sela Pinkan mencibir "Sekarang lu anter tu Mbak Mbak, pulang, gue, biar gue yang gantiin dia masuk ke rumah besar ini, lalu kalo ada kesempatan, gue ambil bayi lu!" Jelasnya.
"Wah jenius lu Pink! Gak salah gue minta bantuan ke lu Pink! Makasih ya Pink, lu emang temen Ter the best sepanjang sejarah!" Sambung Miska berapi-api.
"Ok, sekarang, lu masuk gih, gue bakal bawa surat pengantar ini ke dalam, lalu, untuk selanjutnya lu tunggu kabar dari gue!" Ucap Pinkan mengatur.
Miska mengangguk "Ok!" Ucapnya.
Setelah itu Pinkan membawa tas selempang miliknya kemudian membiarkan Miska pergi membawa mobilnya, dan segera memasuki pagar tinggi rumah kediaman Baskara.
Teeeetttt!!
"Eh buset!" Pinkan menaikan kedua bahunya tersentak mendengar suara bel yang ia tekan sendiri "Ini bel rumah apa bel pemanggil bebek? Gini amat bunyinya!" Gerutunya.
Teeeetttt teeeetttt!
Kreeeeet!
Tak lama kemudian seseorang membuka gerbang tinggi itu dan tatapan penuh tanya tertuju pada Pinkan, terlihat seorang wanita menatap Pinkan dari atas hingga bawah menyisir seluruh tubuh gadis itu yang terlihat sangat seksi, cantik, perfect!
"Nona ini mencari siapa ya?" Tanya wanita itu yang agaknya asisten rumah tangga di rumah itu.
Pinkan memberi tundukkan kepala sopan "Saya yang mau bekerja di rumah ini Mbak! Saya di kirim dari yayasan untuk jadi Baby sitter di rumah ini!" Jawabnya tersenyum ramah.
"Hah?" Wanita itu terkejut, masa iya secantik dan seseksi ini mau menjadi baby sitter? Pikirnya sambil melongo.
"Kenapa melamun Mbak? Saya boleh masuk kan?" Tanya Pinkan saat menyadari keterkejutan wanita itu.
"Iya, boleh, silahkan!" ucap sopan wanita itu menyambut.
Setelah itu keduanya memasuki halaman rumah mewah itu, Pinkan mengedarkan pandangannya ke segala arah, mengamati setiap inci gaya unik rumah besar itu, ayahnya seorang kontraktor, dan bangunan mewah seperti ini sudah pasti bukan bangunan sembarangan, pasti arsitek nya juga terkenal.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Lima belas menit berselang. Kini Pinkan sudah duduk di bangku taman kediaman keluarga Baskara, dan seorang wanita paruh baya mendatangi nya, dia Irma Nyonya besar di rumah tersebut.
"Selamat siang Nyonya." Pinkan mengucap seraya beranjak dari duduknya, berdiri memberikan tundukkan kepala pada wanita cantik itu.
"Iya, selamat siang!" Jawab Irma tersenyum kemudian matanya menyisir seluruh tubuh gadis tinggi nan cantik itu dari atas hingga bawah yang terlihat seperti model terkenal.
"Jadi kamu yang di kirim yayasan itu yah? Kamu pengasuh cucuku?" Tanya Irma memastikan, di lihat dari pakaiannya sepertinya bukan merek abal-abal, kulitnya pun terawat tanpa goresan, mulus, Irma sedikit mengerutkan keningnya.
Pinkan mengangguk "Iya betul Nyonya!" Jawabnya tersenyum.
"Coba berikan saya surat pengantar mu! Bukan tidak percaya, saya hanya ingin memastikan saja." Ucap Irma dengan tangan yang di asongkan pada gadis itu.
"Iya Nyonya, ini." Pinkan langsung memberikan amplop putih berisi surat pengantar dari yayasan ketenagakerjaan pada Irma.
"Untung otak ku encer, mulus dah jalan gue!" Batin Pinkan sambil menatap Irma membuka amplop putih itu.
Dan Irma membaca surat pengantar tersebut "Marni? Jadi namamu Marni?" Tanyanya melirik wajah Pinkan dan gadis itu mengangguk sambil tersenyum sejujurnya Pinkan sendiri belum membaca surat itu, jadi ternyata nama samaran nya Marni, ya sudahlah keren batinnya.
"Oh, ya sudah kalo begitu, kamu bisa mulai bekerja Minggu depan, soalnya Baby sitter yang lama masih bekerja, jadi kamu bisa datang lagi ke sini Minggu depan dan langsung bekerja." Ucap Irma. Tentunya setelah membaca surat pengantar dari yayasan, Irma mulai percaya, lagi pula memang ada gadis desa yang memang sudah cantik dari sananya dan mungkin Marni salah satunya, pikir Irma seperti itu.
Mata Pinkan membulat, ternyata semudah itu jalan dia memasuki rumah itu "Oh ok, eh maksud saya, baik Nyonya, terimakasih ya Nyonya, saya janji Minggu depan akan datang pagi-pagi sekali." Janjinya.
"Iya, saya tunggu, dan ingat, kamu sudah janji loh, jadi harus di tepati! Minggu depan datang ke sini pagi-pagi!" Tuntut Irma tersenyum sambil mengayunkan jari telunjuk nya ke wajah gadis itu.
"Siap Nyonya!" Sahut Pinkan dengan tangan yang memberi hormat pada wanita ramah itu.
"Hus! Sekarang kamu boleh pergi!" Usir Irma dengan senyuman sambil mengibaskan tangannya.
"Iya Nyonya, permisi." Pinkan mencium tangan wanita berwajah damai itu bak mencium tangan calon mertuanya, kemudian melengos pergi menuju gerbang pintu masuk utama lagi.
Bibirnya tersenyum "Ya ampun, tu Nyonya ramah banget, andai aja, mertua gue nanti seramah Nyonya itu." Gumamnya.
"Eh tapi, kenapa bisa wanita ramah seperti itu punya anak yang kejam? Bener bener gak masuk akal kan?" Gumamnya lagi.
Dug!!
"Aw!" Keluh Pinkan meringis sambil mengelus lengan yang terasa sakit karena membentur dada bidang seorang pria yang sangat tampan di matanya.
"Alamak! Ganteng nya!" Batin Pinkan menganga menatap lekat wajah pemuda itu, TERPESONA!
"Hai! Siapa kamu?" Sapa pemuda itu menjentikkan jarinya tepat di wajah Pinkan.
"Eh, iya, saya, eh, anu!" Pinkan grogi.
"Murat!" Pemuda itu menyebutkan namanya sambil mengasongkan tangannya menawarkan jabat tangan.
"Hm?" Pinkan baru tersadar dari keterpakuan nya "Pink, eh maksud saya Marni." Jawabnya menerima jabat tangan dari Murat.
Murat tersenyum dan senyumnya persis seperti Nyonya besar yang Pinkan temui barusan "Marni?" Tanyanya dan Pinkan mengangguk antusias "Senang bisa berkenalan dengan wanita cantik seperti mu, tapi untuk apa kamu di sini?" Tanyanya lagi.
Setelah melepas tangannya dari Murat Pinkan menjawab "Saya mau bekerja di sini Tuan muda." Ucapnya, meski belum tahu siapa pemuda ini, tapi Pinkan sok tahu saja pokoknya, mungkin saja pemuda ini salah satu Tuan muda di rumah ini, Miska sempat bercerita bahwa Raka memiliki dua adik laki-laki yang sangat tampan, mungkin Murat salah satunya.
Murat berkerut kening, terkejut mendengar jawaban Pinkan "Hah? Bekerja? Di sini? Sebagai?" Tanyanya mencecar.
"Baby sitter Tuan muda." Jawab Pinkan seraya menunduk malu berusaha terlihat seperti gadis desa.
"Begitu kah?" Murat sedikit tak percaya.
"Murat!" Dan suara itu berhasil membuat perhatian pemuda itu teralihkan.
"Tuan muda di panggil." Ucap Pinkan tersenyum, melebarkan bibirnya membentuk garis lurus.
"Iya, itu suara Mami, Ok, sampai ketemu lagi." Ucap hangat pemuda itu tersenyum sangat manis pada Pinkan. Dan senyuman itu berhasil melelehkan hati beku seorang Pinkan Arora.
"Ya Tuhan senyuman nya! Tembak aku Bang tembak Eneng sekarang Bang!" Batinnya.
Murat sudah berlalu pergi sedang Pinkan masih menatap punggung gagah laki-laki itu "Oh ya ampun, kenapa setiap Tuan muda setampan itu?" Ucapnya terpaku.
"Kecuali Tito, si Tuan muda manja, nyebelin!" Keluh Pinkan menaikan ujung bibirnya saat mengingat adik rese nya yang juga di panggil Tuan muda.
Setelah itu Pinkan melanjutkan langkahnya menuju pintu gerbang lagi, senyum Murat masih membayangi pikirannya "Uh ganteng nya! tu cowok, bener bener idaman gue banget. Sayangnya gue gak mungkin ngegebet do'i, gak mungkin do'i mau sama gue yang cuma Baby sitter ini." Gumamnya sedikit menyesal, kenapa harus di pertemukan dengan cara seperti itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!