Hirup piruk kota di sana terdapat sebuah istana megah. Hari ini mengadakan sebuah pesta di dalamnya banyak anggota parlemen dan kalangan atas yang menghadiri pesta itu.
Sampai ada seseorang yang membunyikan gelas. dan semua pandangan hadirin mengarah ke seorang pria yang berusia 35 tahun yang memakai tuksedo hitam mahal.
" Terima kasih karena telah menghadiri pesta ulang tahun Puteriku Leoner Graziana Hermione yang ke 8. Saya harap kalian bisa mendoakan sang Puteri supaya bisa menjadi seorang Ratu yang baik di masa depan." Ucap nya dengan lantang dan berwibawa.
Para tamu undangan langsung memberikan tepukan tangan setelah sang pria yang di yakini sang Raja selesai berpidato.
Setelah itu acara selanjutnya adalah pemotongan kue sang Puteri kecil.
Puteri Leoner di bantu sang Ayah untuk memotong kue tersebut. Selesai kue itu di potong kemudian Puteri Leoner memberikan potongan nya dan menyuapi sang Ayah.
Lagi-lagi mereka semua bertepuk tangan dengan meriah melihat sepasang Ayah dan Anak yang sangat akrab.
Di pojokan ruangan terdapat seorang wanita berusia 34 tahun yang sedari tadi memperhatikan Ayah dan Anak itu dari jauh. Ia menggoyangkan gelas yang berisi anggur dengan anggunnya.
" Aku mengakhiri nya." Ucap nya yang setelah itu meletakkan gelas yang tadi di pegang nya dia atas meja.
Kemudian ia berjalan maju dengan menggunakan gaun merah yang memperlihatkan pahanya yang putih dan rambut pirangnya yang bergelombang di uraikan. Membawa kesan sexy di dalamnya banyak pria yang melihatnya dengan tatapan memuja.
" Hei itu bukannya CEO dari perusahaan La yang terkenal itu."
" Benar bahkan alat kecantikannya kualitas nya sangat bagus, bahkan aku sering membeli nya."
" Dia cantik."
Wanita itu sama sekali tidak menanggapi omongan orang-orang itu karena pandangannya tertuju ke depan.
Sedangkan orang itu yang menjadi tujuan sang wanita hanya menatap nya datar dan dingin. Meskipun tatapan nya dingin tapi sebenarnya ia sedang memandang wanita itu dengan sendu.
" Kau sudah berubah sejak terakhir pertemuan kita. Honey." Batinnya.
Wanita itu terus memandang pria di depannya dengan tatapan lembut dan anggun. Meskipun dalam hatinya dia sedang merasa cemas.
" Aku harus mengakhiri pernikahan ini." Batin nya.
Dengan mata yang saling memandang dengan Pancaran berbeda-beda.
Continue...
Sebelas Tahun Yang Lalu...
Di sebuah tempat yang gelap terdapat sebuah pasangan yang sedang berdiri di tengah hujan yang deras.
" Apa kita tidak bisa bersama?" Ucap seorang pria dengan mata berwarna biru dan surai cokelat.
Sedangkan sang gadis hanya bisa menggelengkan kepalanya.
" Maafkan aku, kita tidak mungkin bersama kau harus memilih rakyat mu daripada diriku. Apalagi sekarang kau sudah memiliki seorang calon Isteri Austin. Sekali lagi aku minta maaf." Ucap nya sambil mengeluarkan air matanya.
Pria yang mendengarnya langsung memandang lesu wanita di hadapannya. Tapi sedetik kemudian senyuman atau lebih tepatnya seringai muncul di wajahnya.
" Baiklah, jika itu keinginan mu. Tapi aku pastikan kau akan kembali menjadi milikku lagi, selamanya." Ucap Austin sebelum beranjak pergi meninggalkan sang gadis yang tubuhnya basah kuyup.
Gadis tersebut menangis sebenarnya dirinya tidak ingin kehilangan pria yang di cintainya. Tapi karena sebuah takdir perbedaan di antara mereka. Gadis itu harus merelakan kepergian sang suami menuju ke pelukan gadis lain.
" Semoga kau bahagia Austin, aku akan selalu mendukungmu dari jauh Austin hah...tidak Raja Austin." Ucap nya sambil tersenyum sendu.
Keesokan harinya seluruh negara Nerdelands sedang bersuka cita menyambut penobatan Raja yang baru.
Seorang pria tampan dengan menggunakan pakaian bangsawan berwarna merah dengan jubah senada.
" SAYA NOBATKAN AUSTIN WILIAMS HERMIONE SEBAGAI RAJA YANG BARU DI NEGARA NERDELANDS ." ucap sang ketua Uskup agung sambil memasangkan mahkota di kepala pria itu.
Setelah pemasangan mahkota selesai kini saatnya mereka mendengarkan pidato perdana Austin sebagai Raja yang baru.
" SAYA AUSTIN WILIAMS HERMIONE BERJANJI AKAN MENGABDIKAN DIRI BAGI NEGERI. SAYA AKAN SELALU BERUSAHA MEMBUAT NEGARA INI SEMAKIN MAJU." ucap Austin dengan lantang.
" HIDUP RAJA AUSTIN,HIDUP RAJA AUSTIN..." ucap Rakyat yang bersorak gembira.
Seorang wanita paruh baya yang sedari tadi berdiri di belakang sang Raja muda mulai berjalan menghampirinya.
" Selamat sayang kau sudah menjadi Raja, ibunda harap kau bisa membuat negara ini lebih baik." Ucap nya sambil memegang bahu Puteranya dengan bangga.
Sebelum tiba-tiba Ibunda Austin mendekatkan wajahnya ke telinga sang Putera.
" Ingat Liam jika sampai kau berani mendekati wanita itu lagi. Kau akan kehilangannya selamanya, dan selamat kau akan menikah dengan pilihan ibunda." Ucap nya sambil tersenyum miring.
Austin yang mendengar ucapan Ibunda mengepalkan tangannya. ia sama sekali tidak suka mendengar nada bicara Ibundanya yang seakan merendahkan wanitanya. Tapi sekarang ia harus mematuhi perintah Ibunda. Mengingat bahwa Ibundanya merupakan salah seorang berpengaruh di negaranya. Sampai ia memiliki kekuasaan yang lebih tinggi dari ibundanya.
" Baiklah ibunda saya tidak akan mendekatinya lagi. Tapi ingat jika anda mendekati isteri dan anak saya lagi. Saya tidak akan segan-segan menghabisi nyawa sekalipun kau adalah ibuku." Ucap Austin dengan nada penuh penekanan sebelum berlalu pergi tanpa mempedulikan Ibundanya memanggil namanya.
...****************...
Sedangkan di sisi lain seorang gadis atau lebih tepatnya seorang wanita sedang membuat sarapan.
Tiba-tiba saja datanglah seorang anak laki-laki yang berkisar berumur 3 tahun menghampiri wanita itu.
" Mom, my hungry." Ucapnya sambil memegang perutnya yang sedikit membulat.
Wanita itu yang bernama Atasya Listia Mauren berumur 23 tahun memandang anak nya dengan hangat.
" Bisa tunggu sebentar Ar, Mommy sekarang sedang memasak." Ucap Atasya sambil tersenyum hangat.
Membuat anak laki-laki bernama Arthur Geraldo Hermione hanya mengacungkan jari jempolnya sebelum berlari ke tempat meja makan.
Atasya yang melihat keimutan Puteranya tersenyum. Setidaknya dia masih memiliki seseorang yang di tinggalkan oleh Suaminya termasuk janin yang sekarang tumbuh di perutnya.
" Mommy akan selalu melindungi kalian. meskipun kau tidak ada di samping kami." Batin Atasya.
Tetapi tiba-tiba saja Atasya di buat terkejut ketika mendengar pertanyaan dari Puteranya.
" Mommy di mana Daddy?" Tanya Arthur dengan polosnya.
Atasya yang mendengar pertanyaan polos dari Puteranya berusaha menahan air matanya supaya tidak keluar.
Kemudian Atasya berjalan sambil membawa dua piring nasi goreng dan di hidangkan di atas meja. Atasya duduk di samping Arthur dan menggenggam kedua tangannya dengan lembut.
" Sayang saat ini Daddy..." Jeda Atasya sambil memandang wajah Arthur.
Atasya sama sekali tidak tega mengingat bagaimana Arthur sangat dekat dengan Daddy nya. Bahkan setiap Minggu mereka sering menghabiskan waktu bersama-sama seperti bermain dan menghabiskan sepanjang hari di rumah.
Arthur yang melihat raut sedih dari Mommy nya bingung.
" Kenapa Mommy? Apa Daddy baik-baik saja? Bukannya sekarang seharusnya kita bermain bersama Daddy?" Tanya Arthur yang beruntun.
Atasya yang tidak sanggup lagi langsung pergi ke kamar mandi tanpa mempedulikan Arthur yang masih kebingungan.
Atasya mengunci dirinya di kamar mandi dan mengguyur tubuhnya di bawah air dingin shower sambil mengingat kehidupan mereka.
" Apa aku menyesal telah memilih pria seperti mu? Mengapa kau tega membiarkan kami sendiri? Apa kau sama sekali tidak ingin bertemu dengan Arthur untuk terakhir kalinya?" Batin Atasya yang hatinya merasa perih mengingat bagaimana wajah penuh harap Arthur.
...****************...
Sedangkan di sisi lain Austin sedang bertemu dengan seorang gadis yang merupakan calon isterinya. Mereka akan menikah besok. Tapi Austin sama sekali tidak menyukai pernikahan ini. Ia ingin sekali bersama-sama dengan isteri dan anaknya.
" Yang Mulia Raja, saya senang anda mengundang untuk makan malam bersama sebelum acara pernikahan." Ucapnya sambil tersenyum lembut.
Austin yang mendengarnya terkekeh pelan.
" Benarkah." Ucap Austin sambil memandang dingin gadis itu.
Membuat sang Gadis itu terkejut melihat tatapan dingin dari Raja sekaligus calon suaminya.
" Maaf, apa saya membuat salah kepada anda. Jujur saja tatapan anda membuat saya tidak nyaman." Ucap nya lagi.
Tapi Austin sama sekali tidak peduli malahan ia dengan santai meminum anggur yang berada ditangannya.
" Berapa yang anda butuhkan, Grace Grabriela Annor anak dari salah satu Puteri dari negara miskin. Sepertinya anda memang di jual oleh keluarga anda untuk menutupi utang kepada negara saya." Ucap Austin dengan sarkas.
Membuat Grace yang mendengarnya merasa marah. Kemudian selanjutnya ia menggebrak meja dengan keras.
" ANDA JANGAN SEMBARANGAN BERBICARA SEPERTI ITU KEPADA NEGERI SAYA. SAYA YAKIN BAHWA MEREKA TIDAK AKAN MENJUAL SAYA DEMI PRIA SOMBONG SEPERTI ANDA." ucap Grace dengan nafas yang tidak beraturan.
Grace merasakan sakit hati kepada Calon Suaminya yang berani memfitnah Keluarga nya.
Sayangnya Austin sama sekali tidak peduli dengan ocehan gadis di hadapannya. Kemudian ia mengeluarkan sebuah berkas yang berisikan perjanjian.
" Ini dokumen nya di sana tertulis bahwa kerajaan Annor menyerahkan Puterinya sebagai salah satu calon isteri Raja." Terang Austin sambil menyilang kan kakinya.
Grace sama sekali tidak bisa menyembunyikan raut wajah terkejut melihat dokumen itu berisikan tanda tangan Ayahnya dan perjanjian.
Austin yang melihat raut wajah Grace merasa puas.
" Ingat satu hal kau sama sekali tidak bisa mendapatkan hati saya. Karena selamanya hati ini hanya untuk wanita saya." Ucap Austin sebelum beranjak pergi.
Meninggalkan Grace yang sedang menangis tersedu-sedu meratapi nasibnya
Continue...
Malam harinya Atasya sedang menidurkan Arthur di atas ranjangnya. Untuk malam ini dirinya ingin menghabiskan waktu bersama Putera kecilnya.
Arthur sedari tadi di buat bingung melihat wajah sedih Atasya.
" Mom, are' you okay?" Tanya Arthur dengan menggunakan bahasa Inggris dengan lancar.
Memang sejak berusia Arthur yang ke 2 tahun Austin selalu membiasakan berbicara menggunakan bahasa Inggris daripada bahasa negaranya.
Katanya agar supaya Arthur bisa berkomunikasi dengan mudah ketika mereka sedang berada di luar negeri.
" Mom baik-baik saja, sekarang Arthur harus tidur bukannya kita besok akan naik pesawat." Ucap Atasya sambil mengelus rambut Arthur yang berwarna cokelat mirip seperti Ayah kandungnya.
Arthur yang mendengar kata Pesawat langsung berbinar.
" Benarkah Mom kita akan naik pesawat?" Tanya Arthur dengan antusias.
Tentu saja Atasya langsung menggangguk kepalanya membuat Arthur melompat di atas kasur dengan gembira nya.
" Arthur akan naik pesawat yeah...." Ucap Arthur sambil terpekik senang.
Atasya yang melihat kebahagiaan Arthur membuat nya tersenyum.
Sebelum senyumannya luntur. Setelah mendengar suara seseorang yang ia kenali.
" Wah....apa yang membuat Jagoan Daddy senang?" Tanya nya sambil tersenyum.
Arthur yang mendengar suara seseorang dikenali nya langsung tersenyum bahagia melihat kehadiran Daddy yang sejak tadi selalu ia tunggu. Kemudian dengan semangat Arthur lompat dari kasur dan berlari menuju Daddy nya sambil merentakan kedua tangannya.
Melihat wajah Puteranya yang tersenyum menyambut kehadiran membuat Austin merasa bahagia. Langsung saja Austin mengangkat tubuh Puteranya dan melemparkannya tinggi-tinggi.
Membuat Arthur tertawa kegirangan mengubah suasana menjadi hangat.
Termasuk Atasya yang melihat kebahagiaan Arthur ketika kedatangan Austin tapi ia bahwa semuanya akan berubah besok. Ketika besok Austin akan mengucapkan janji suci bersama wanita lain.
Wanita yang pantas mendampingi nya sebagai Raja. Tidak seperti dirinya yang hanya seorang yatim piatu miskin. Bisanya hanya menjual roti untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Sebelum akhirnya pertemuannya dengan Austin mengubah semuanya.
Flashback On....
5 tahun yang lalu....
Di sebuah negara kecil bernama Nerdelands. Merupakan negara yang menggunakan sistem Monarki absolute yang berarti seorang Raja merupakan salah satu pemimpin tertinggi.
Saat ini Nerdelands sedang di landa musim dingin. Di sebuah taman terdapat seorang gadis berkisar berumur 19 tahun sedang menjajar roti- rotinya. Dengan tampang lesu ia menunggu seseorang untuk membeli hasil roti buatannya.
" Huh.... sepertinya cuaca akan semakin dingin. Tapi jika roti ini tidak habis besok aku harus makan apa?" Ucapnya dengan raut wajah sedih.
Sampai tiba-tiba seseorang datang menghampirinya. Merasa ada orang berdiri di hadapannya dengan cepat gadis itu berdiri.
" Selamat datang, apa anda ingin membeli Roti?" Ucapnya dengan nada ceria.
Tanpa mengetahui bahwa orang tersebut menatap nya dengan minat. Kemudian orang itu mengambil dompetnya dan mengeluarkan sejumlah uang untuk di berikan kepada Gadis itu.
" Ini ambillah untuk makan mu." Ucapnya sebelum melanjutkan jalannya.
Sampai langkahnya terhenti ketika Gadis itu menghampirinya sambil memegang keranjang berisi Roti.
" Maaf, Tuan jika anda sama sekali tidak berminat membeli Roti saya. Lebih baik uang nya saya kembalikan saja. Karena kata ibu panti saya harus berusaha dengan usaha sendiri tanpa belas kasihan dari orang lain." Ucap nya sambil menyerahkan segenggam uang kepada pria itu.
Pria itu yang mendengar ucapan sang gadis semakin tertarik untuk mengenalnya.
" Jadi siapa namamu?" Tanya pria sambil mengulurkan tangan untuk berkenalan.
Gadis itu langsung menerima uluran tangan tersebut.
" Atasya Listia Mauren kau bisa Panggil aku Lia." Ucap nya sambil tersenyum manis.
Membuat pria tersebut jatuh dalam pesona gadis itu. Kemudian tidak lama setelah tesadar pria itu mengambil sekeranjang roti tersebut.
" Baik, aku akan mengambil rotimu dan ingatlah namaku adalah Austin Wiliams Hermione, dan kupastikan suatu saat nanti kita akan bertemu kembali." Ucapnya sambil berjalan berlalu pergi.
Entah sadar atau tidak benang merah telah merekah di hati sepasang sejoli tersebut sampai suatu saatnya mereka akan menjalani hubungan terlarang.
Flashback off...
Mengingat pertemuan itu semuanya membuat Atasya merasakan apa arti cinta dan keluarga. Dia bersyukur telah bertemu dengan pria itu karena nya ia bisa memiliki sebuah keluarga.
Meskipun besok Keluarga ini akan kehilangan seseorang sebagai kepala keluarga.
Austin melihat kesedihan Atasya langsung menurunkan Puteranya dan membisikkan sesuatu. Setelah itu Arthur langsung pergi meninggalkan kamar mereka.
Austin berjalan mendekati Atasya yang masih termenung tanpa menyadari bahwa Arthur sudah keluar kamar dan menyisakan dirinya bersama Suaminya.
Kemudian Austin duduk di samping tempat Atasya tadi berbaring dan memeluknya.
Merasakan pelukan hangat seseorang membuat Atasya menangis. Ia menumpahkan segala perasaan sakitnya di pelukan Suaminya yang sangat di cintainya. Seorang Pria yang telah berhasil menjadikannya seorang ibu bagi Putera mereka.
Austin hanya diam sambil sesekali mencium pucuk kepala Atasya. Ia memejamkan mata nya tanpa di sadari olehnya dirinya mengeluarkan air matanya. Andaikan ia mampu melawan semua protokol istana pasti sekarang dirinya dan Atasya akan mengumumkan pernikahan mereka. Andaikan Ibunya tidak memiliki kekuasaan tertinggi pasti sekarang ia sudah bisa mengubah semua peraturan Istana yang tidak mengijinkan seorang calon Raja menikahi rakyat biasa.
" Suatu hari nanti kita pasti akan bersama sayang. Hanya ada kita dan Anak-anak. Tapi sekarang kita hanya bisa bertahan di posisi ini." Batin Austin yang perih.
Seharusnya ia bisa mengatakan hal itu kepada Atasya tapi dia tidak ingin berharap tinggi
Sedangkan Atasya yang sudah merasa tenang tetap tidak ingin melepaskan pelukannya. Karena takut Austin akan meninggalkan besok.
" Maafkan aku Austin atas ucapan ku Minggu lalu. Apa aku bisa meminta mu untuk tidak kembali ke istana? Kami di sini membutuhkan mu aku, Arthur,dan..." Jeda Atasya yang merasa ragu mengungkapkan sesuatu kepada Austin.
Tapi alangkah terkejutnya ketika Atasya merasakan tangan besar dan hangat mengelus perutnya. Ketika ia mengalihkan pandangannya dirinya bersisi tatap dengan mata cokelat yang memandangnya dengan hangat.
" Aku tahu bahwa saat ini kau sedang mengandung anak kita sayang. Adik Arthur Hem...inikah yang ingin kau ucapkan." Ucap Austin sambil memandang lembut wajah Atasya sebelum kemudian ia mendekatkan wajahnya dan menciumnya dengan lembut seakan cinta selalu tumbuh di hati mereka.
Atasya yang melihat bahwa Austin menciumnya langsung membalasnya.
Akhirnya malam itu mereka menghabiskan waktu berdua menyalurkan perasaan cinta mereka. Sepertinya tidak akan tersampaikan keesokan harinya.
Kebesokan harinya Atasya bangun hanya beralaskan selimut untuk menutupi tubuh nya yang polos. Ia menatap ke samping yang ternyata kosong. Kemudian senyum hinggap di wajah nya membayangkan bahwa saat ini Austin bukan lagi miliknya.
Sekarang hidupnya hanya untuk kedua anaknya.
Continue...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!