NovelToon NovelToon

CEO KEJAM ITU AYAH DARI ANAK-ANAKKU

Sahabat

Pagi ini Alina terburu-buru menghadiri acara peresmian butik milik ibu dari sahabatnya Putri. Dengan menggunakan dress sederhana berwarna peace dan sepatu kets yang senada membuat tampilannya hari ini terlihat begitu manis.

Dengan make up natural Alina terlihat imut pagi ini, dia memang tipe cewek yang tidak terlalu suka berdandan ala cewek-cewek milenial jaman sekarang.

"Harus bergegas nih. Kalau tidak bisa bisa si nenek lampir marah." Ucapnya terkekeh.

Dengan cepat Alina masuk kedalam taxi online yang sudah dipesannya sejak jam 7 pagi tadi. Sesampainya disana Alina melompat turun dari mobil taxi.

Acara akan segera dimulai. Dia tahu bahwa jika datang terlambat maka sahabatnya itu akan benar-benar murkah. Alina bergidik tatkala mengingat saat dia melupakan janjinya ketika itu putri benar-benar dibuat kesal oleh Alina. Alhasil dari perbuatannya tersebut membuat seisi kota mencari keberadaannya sebagai tersangka pencuri ayam milik ayah Putri. " Hahahaha... Putri benar-benar mengerikan." Kata Alina sambil tertawa.

"Kok baru datang sih Lin." Kata Putri muncul tiba-tiba di hadapan Alina, sontak membuatnya terkejut.

"Haaiish, kau ini bisa tidak jangan tiba-tiba muncul begini! Lebih horor dari hantu tau nggak!!" Celetuk Alina sambil mengelus dadanya yang sudah hampir copot.

"Hahahhaa, ekspresimu luar biasa Lin. Kali in bisa dijadikan foto sampul majalah. Sangat cantik luar biasa." Kata Putri, sambil memegang perutnya tertawa terbaha-bahak.

"Lanjutkan tawamu. Kau bahkan jadi pusat perhatian kali ini karena ekspresi wajahmu itu!" Umpat Alina yang masih kesal.

"Baiklah-baiklah. Aku tahu pagi ini sangat berat buatmu kan? Harus bangun pagi demi taxi online kemudian dan memilih tidur lagi." Dengan tatapan tajam. " Benarkan Alina Ghisya Ardhana!" Lanjutnya kini tanpa ekspresi.

"Baiklah kau memang benar, jangan menatapku seperti itu aku kan sangat menyayangimu." Bujuk Alina malu, sambil menggandeng tangan Putri masuk menuju tempat acara.

Acara pembukaan telah selesai, dan dilanjutkan dengan pesta pada malam harinya yang diadakan di salah satu hotel bintang 7 di kota Jakarta.

Pesta berlangsung meriah dengan kehadiran boyband ternama yang menambah riuhnya suasana pesta itu. Beberapa wanita bahkan histeris ketika melihat boyband itu tampil sebagai pengisi acaranya.

Putri Anastasya Wijaya sahabat Alina berasal dari keluarga kaya, dia adalah anak bungsu dari Haryanto Wijaya salah satu pengusaha sukses di kota Jakarta dan Milani Atmaja aktris yang sukses dijamannya.

Malam ini sangat melahkan bagi Alina karena dia diminta langsung oleh Putri untuk mengawasi pesta tersebut. Sebagai sahabat Alina tidak bisa menolak mengingat semua kebaikan yang sudah Putri lakukan untuknya tanpa pamrih sedikitpun.

"Gimana acaranya Lin, menurut kamu oke nggak nih??" Tanya Putri padanya.

"Luar biasa.. Perfect." Jawabnya sambil tersenyum.

"Hmmm." Sambil mengangguk dan tersenyum bangga.

Saat ini Alina mengenakan gaun yang dipilih oleh Putri berwarna biru tua dengan kerah yang sedikit menonjolkan bagian dadanya dan aksen kancing berlian hingga ke bagian perut.

Bagi Alina sosok Putri adalah segalanya untuknya, Alina adalah anak yatim piatu sejak lahir dia di adobsi oleh keluarga Ardhana saat usianya masih 2 tahun dan kembali menjadi sebatang kara ketika ayah ibu angkatnya mengalami kecelakaan. Kehadiran Putri membuatnya terhibur dan bisa melupakan sejenak beban pikirannya.

Dimasa-masa sulitnya Putri lah yang sama sekali tidak meninggalkannya. Dia selalu ada untuk Alina dalam situasi dan kondisi apapun.

"Nih, minum.. Jangan melamun." Kata Putri menyodorkannya pada Alina. "Cuma jus anggur. Aku masih ingat kok kamu gak bisa minum-minuman beralkohol." Lanjutnya sambil terkekeh.

"Kamu tuh bestfriend aku banget deh. " Mencubit pipi Putri merasa gemas. "Jangan terlalu berpikir keras, kejadian itu tidak akan terulang. " Ucap Alina yang sejak tadi melihat senyum jahat sahabatnya itu. "Aku tau yang ada dipikiranmu! " Sambil meminum jus yg diberikan Putri.

"Ahahaha, aku hanya teringat saja Lin. Nggak ada maksud apa-apa kok. " Berusaha menjelaskan. Alina hanya menatapnya tak percaya.

"Kejadian bersejarah itu susah untuk dilupakan Lin, kau pun pasti seperti itu juga kan?"

Ya kau benar. " Kata Alina yang mulai teringat dengan video yang dulu di nontonnya.

Flash back on

Pesta malam pergantian tahun yang diadakan di halaman sekolah sangat meriah. 2 orang gadis yang sedang berdiri di depan meja yang tersedia berbagai jenis makanan dan minuman.

"Banyak makanan dan minuman Put, kita coba yuk nggak sabar." Sambil menarik tangan Putri manja.

"Ya, " ucap Putri datar.

Dua gadis itu kini menikmati pesta . Putri dan Alina terlihat begitu cantik malam itu, mereka adalah siswi populer bahkan menjadi primadonanya sekolah. Bukan cuma itu mereka adalah siswi unggul disekolah sudah banyak prestasi yang mereka dapat dan telah mengharumkan nama sekolah...

"Alina, aku udah kenyang aku ke toilet bentar ya.. Nanggung nih." Sambil tergesa-gesa pergi menuju toilet..

"Haus banget. " Meminum salah satu minuman yang ada di atas meja. "Aaahkk minuman apa ini agak pahit dilidah!" Langsung menaruh kembali gelas yg masih berisi kembali ke tempatnya.

Tak berselang lama, tiba-tiba penglihatan Alina berubah. Dia melihat kebawah dengan tatapan aneh sambil berjongkok merasa akan terpeleset dan kembali mendongak ke atas terlihat ekspresinya jg berubah.

"Kenapa lantai terlihat dalam seperti di sungai dan langit terlihat bulat seperti bola." Sambil terkekeh.

Sebelumnya Alina telah salah mengambil minuman, bukannya mengambil jus dia malah mengambil wine. Tubuhnya terasa ringan melangkah begitu juga dengan mulutnya saat berbicara.

"Kamu kenapa Lin?" Merasa ada yang aneh dengan Putri.

" Putri sahabat terbaikku." Memeluk erat Putri. Sontak membuat Putri terkejut.

"Kamu ini mabuk? Ya ampun Lin baru juga di tinggal bentar udah salah ambil minum." Ucap Putri menggelengkan kepalanya lucu.

"Hehehehe.." Cengengesan." Put tunggu di sini!" Berjalan sedikit sempoyongan kedepan.

Tidak pernah Putri melihat Alina seperti ini, gadis yang lebih banyak diam dan sedikit menjaga image di sekolah. Dia tahu betul Alina menunjukkan dirinya yang periang dan ceria hanya pada dirinya.

Menatap heran, Putri seakan mendapatkan ide cemerlang. "Ada ide nih." Mengambil smartphone miliknya. "Biar dia tahu klo dia lagi mabuk tuh kayak gini. " Gumam Putri sambil tertawa jahil.

Semua orang melihat Alina dengan tatapan bingung, sebab dia sebelumnya tidak seperti ini menyapa semua orang dan terus melambaikan tangan bak seorang putri menuju panggung.

Beberapa yang melihatnya berteriak mendukung ada juga tertlihat melongo karna bagi mereka ini seperti bukan Alina.

Di atas panggungg Alina mulai menyapa anak-anak pemain band dan di balas dengan senyuman. Alina langsung mengambil mic di tangan Rio si vokalis.

"Boleh nyanyi nggak?"

"Boleh aja sih. " Kata Rio heran. "Ini beneran masih lo kan Alina?" Merasa aneh. Alina membalasnya dengan anggukan.

"Waah nggak nyangka seorang Alina si primadona sekolah mau nyanyi bareng kita." Ucap tak percaya si penabuh dram Alex.

"Bener, langka nih." Sambil memegang mic Bryan yg pegang gitar bass mengumumkan. "Mari kita sambut primadona sekolah kita dengan suara indahnya. " Riuh suara tepuk tangan..

" Mau nyanyi ap Lin? " Tanya Rio...

" Cicak-cicak di dinding, " bisik Alina.

" Apa? " Tanya Rio merasa ada yang salah dengan pendengarannya. Sambil menunjuk pada mic.

"Cicak-cicak didinding Rio." Berkata polos sambil memegang mic..

Sontak semua yang ada di acara tersebut tertawa.. Rio merasa tak percaya tersenyum melihat kepolosan Alina. Membiarkannya bernyanyi hingga selesai.

Flash back of

.

.

.

.

^bersambung_^

Untuk pembaca setia author mulai sekarang latar dan tempat maupun lokasi author udah mulai perjelas ya jadi nggak ngambang lagi dan yang typo author udah berusaha untuk perbaiki. Ini juga saran dari mangatoon waktu ajukan kontrak biar lever karya author naik lagi.

Tolong ya beri like komentar dan votenya agar author makin semangat update episode lanjutannya.

I LOVE U BERTUBI-TUBI PEMBACA SETIAKU 😍😍😍😘😘😘

Terima Kasih sudah membaca... 💖💖💖💖

Malam yang panjang

Hingga tengah malam Alina masih bertahan, meskipun lelah ia tetap tidak bergeming dari acara tersebut.

Kelelahan membuat kepalanya tiba-tiba pusing, ingin mencari keberadaan Putri. Hingga beberapa jam berlalu ia bahkan tidak menemukan keberadaan Putri. Dengan sedikit sempoyongan ia terus berjalan rasa sakitnya seakan membuat kepalanya terasa pecah.

Seorang pelayan mendekatinya memberikan kartu akses kamar hotel dan menunjuk ke arah kerumunan. Tapi Alina tidak melihat keberadaan Putri disana. Perasaan aneh yang membuatnya tidak nyaman menghentikan aktifitasnya tersebut dan pergi ke ke tempat yang sudah disediakan untuknya.

Alina merebahkan tubuhnya yang lelah di tempat tidur yang sangat empuk itu luas ruangan itu bahkan 10x lipat dari kost milik Alina. Benar-benar nikmat menjadi orang kaya pikirnya.

"Ruangan bahkan memiliki ruang tamu dan ruang kerja dan dapur pribadi. " Ucap Alina sembari mengingat kembali sebelum ia masuk ke kamar hotel itu.

"Sepertinya suiteroom ini di sediakan untukku. Putri memang sahabat terbaik." Ucapnya lagi bahagia.

Kembali Alina merasakan hal aneh yang membuatnya berkeringat banyak, nafasnya memburu "Ada apa denganku. " Gumam Alina dia merasa sangat gerah tapi tubuhnya tidak mampu untuk bangun dari tempatnya sekarang.

Sementara di koridor yang tidak jauh dari kamar Alina seorang pria bertubuh tegap memakai setelan lengkap tuksedo berjalan tergesah-gesah, seperti sedang diburu tubuhnya basah penuh peluh dan wajahnya terlihat memerah padam, dengan cepat melangkahkan kakinya memasuki privateroom miliknya.

Dia adalah Revandra Davian Adiguna pengusaha sukses pemilik hotel berkelas tersebut. Dialah yang orang menyebutnya Dewa Bisnis semua bisnis dan usaha di bawah kendalinya. Tidak ada yang bisa menolak perintahnya dialah Sang Penguasa. Banyak yang takut padanya karena sikap kejam dan arogannya. Sifat mendominasi sangat tinggi, dan sikap dingin yang ditunjukkannya membuat orang takut padanya bagaikan gunung es yang bisa membekukan orang-orang yang berhadapan dengannya. Tatapan tajam bagai mata elang membuat orang lain tak berani bergeming.

Tak satupun wanita mampu menggoyahkan hatinya yang sedingin es dan sekeras baja. Beberapa yang nekad menggoda mendekatinya akan di bereskan segera oleh pengawal pribadinya, bagi Revan perempuan seperti itu tidak layak untuknya.

Saat ini Revan dalam keadaan kacau, rasa tidak nyaman dan hampir kehilangan kontrol diri itu yang dirasakannya sekarang tubuhnya terasa panas ada hasrat yang muncul dalam dirinya yang perlu dilakukan dan dituntaskan.

"Sepertinya ada yang sengaja menaruh obat dalam minumanku, shitt!" Hardiknya pada diri sendiri sambil membuka pintu. Ia merasa ada seseorang di dalam kamarnya tapi dia menghiraukannya segera ia menuang air dan meminumnya namun bukannya kondisinya membaik malah semakin buruk.

Sementara Alina meringkuk dan terus berkeringat dia pun merasa ada seseorang dalam kamar, tapi itu segera di tepisnya, perasaan aneh yang semakin menjadi membuatnya tak mampu berkutik. Merasa tidak nyaman karena kepanasan Alina membuka kancing baju hingga ke bagian perut memperlihatkan kedua gunung kembar yang menonjol indah dibalik bra miliknya.

Revan merebahkan tubuhnya di tempat tidur, tangannya berusaha meraih gagang telfon hotel yang berada di seberang tempat tidurnya. Bukannya gagang telfon malah sesuatu yang empuk di sentuhnya. Membuatnya penasaran dan terus meraba dengan lembut dan mencari tahu apa itu. Revan tidak bisa berpikir jernih sekarang sementara Alina mendapat serangan tiba-tiba membuatnya merasakan sesuatu yang aneh yang justru ingin diperlakukan lebih dari itu.

Suasana kamar yang mendukung membuat keduanya larut dalam kegiatan mereka berdua, seakan tahu apa yang ia sentuh, Revan kini tidak membutuhkan telfon lagi, ia sudah mendapatkan apa yang dia inginkan saat ini.

Alina terus menikmati sentuhan Revan saat ini mereka bahkan tidak memiliki jarak sama sekali. Revan meraih wajah Alina dan mencium bibir ranum milik Alina ada rasa manis yang dirasakan Revan dan itu membuatnya ketagihan ingin terus mencium Alina membuat gadis dihadapannya sulit bernapas.

Menyadari itu Revan sesekali berhenti agar Alina bisa sedikit mengambil nafas. Tidak hanya mencium Revan meraba tubuh Alina.

Alina benar-benar lupa diri saat ini, mendapatkan serangan bertubi-tubi dari Revan yang membuatnya menikmati sentuhan dari pria yang ia sendiri tidak tahu itu siapa. Revan pun seakan dibuat mabuk oleh Alina.

"Gadis yang sangat cantik." Pikirnya ia terus mencari bagian-bagian sensitif milik Alina, dan meninggalkan banyak jejak cinta ditubuh Alina kemudian meraba lembut bagian sensitif itu. Mendapat serangan tersebut membuat perasaan Alina tidak karuan Alina kini benar-benar lupa diri begitu juga dengan Revan keduanya sudah berada di puncak keinginan mereka yaitu ingin mendapatkan yang lebih dari sekedar sentuhan.

Dengan segera Revan berada di posisinya, menanggalkan semua yang masih menutupi setengah tubuh mereka berdua, dan di biarkan berserakan di lantai. Revan terus mencumbui Alina, dan tetap memberi sentuhan indah pada gadis itu membuatnya mabuk kepayang dengan segera Revan membungkuk dan berusaha menembus celah sempit milik Alina dengan sekali dorongan membuat Alina memekik kesakitan.

"Aaaakkkhhh sakit.!!" Teriak Alina kesakitan sam bil menangis. Ia merasa ada sesuatu yang memaksa masuk dalam dirinya.

Alina meringis. Mendengar suara Alina yang sedang menangis Revan diam sebentar agar Alina merasa terbiasa, dan kembali mencium bibir Alina dengan lembut agar membuat Alina kembali hanyut dalam suasana cinta satu malam mereka.

Aksi panas tersebut mereka lakukan sepanjang malam. Bahkan ketika Alina mengatakan lelah tak membuat Revan menghentikan aksinya hingga berkali-kali mengeluarkan benihnya untuk Alina. Setelah puas melakukannya Revan terbaring di samping Alina yang sudah lebih dulu terlelap karena kelelahan.

"Kau bisa membuatku hilang kendali gadis kecil." Gumam Revan sambil memeluk tubuh Alina dan tertidur lelap.

Merasa enggan untuk bangun Alina hanya membuka matanya. Entah kenapa ia merasa malas untuk bangun cepat pagi ini seluruh tubuhnya terasa sakit seakan ia di keroyok satu kampung. Ia merasa sakit di bagian selangkangannya membuatnya bingung seraya meraba tubuhnya yang ternyata polos bahkan tanpa busana. Segera ia bangun dan melihat ada banyak jejak cinta di sekujur tubuhnya.

Bagai disambar petir Alina terkejut dan terdiam sesaat menelaah apa yang sebenarnya terjadi. Tak lama dia pun menggeleng kepalanya dan menoleh kesamping betapa terkejutnya dia ada seorang lelaki tampan di sampingnya yg juga sama dengannya tak sehelai kain pun menutupi tubuhnya yang sedang tertidur lelap.

Dia menelisik setiap inci wajah tersebut. Berusaha mengingat seperti apa laki-laki yang telah menghancurkan hidupnya. Rambut hitam yang lurus, rahang yang kokoh menambah ketegasan pada wajah tampannya. Tuhan tidak adil saat ini pikir Alina, laki-laki yang sudah merenggut kesuciannya bahkan ketika tidur terlihat seperti malaikat tak berdosa. Ingin rasanya membunuhnya saat itu juga jika bukan dosa. Tapi ia tahu laki-laki disampingnya saat ini bukanlah orang yang bisa di ia ganggu. Alina menegaskan pada dirinya sendiri bahwa dia harus menghindari laki-laki ini apapun yang terjadi. Dia membenamkan wajahnya di lengannya dengan sedih.

Alina sadar ini adalah kesalahan besar dan kegagalan dirinya yang tidak mampu menjaga kesuciannya. Tampak cairan bening lolos keluar dari sudut matanya. Kesedihannya tak lagi bisa ia bendung, kekecewaan pada dirinya sendiri sangat besar. Ia tak menyangka kesialan seperti ini menimpanya, harus menyalahkan siapa ia pun tak tahu. Menangis dalam diam hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang. Alina tidak mau laki-laki sampingnya terbangun dan melihat wajahnya. Segera ia mengenakan kembali pakaiannya dan dengan hati-hati memaksakan diri melangkah gontai meninggalkan hotel meski seluruh tubuhnya terasa amat sangat sakit.

.

.

.

.

^bersambung_^

Terpuruk

Siangnya Revan baru terbangun kepalanya terasa agak pusing. Kembali ia mencoba mengingat-ingat kejadian panas semalam. Ia tersenyum penuh kemenangan, saat melihat ada bercak darah yang bercampur cair*n cint* miliknya yang sudah mengering.

Meski tidak melihat jelas wajah gadis itu tapi suaranya terdengar indah di telinga Revan, suara yang membuatnya serasa disihir semalaman. Ia tahu betul jika hanya pengaruh obat tidak akan membuat dirinya lepas kendali, bagai kesetanan dirinya ingin terus mencumbui tubuh gadis tersebut.

"Presdir juga manusia." Katanya tersenyum lebar menuju kamar mandi.

William yang sejak pagi sebenarnya tahu apa yang terjadi karena sebelum Alina meningalkan kamar hotel William sedang terburu-buru akan membangunkan bosnya kerena ada metting penting bersama para pemegang saham pagi ini.

Saat membuka pintu Will sangat terkejut melihat pemandangan di pagi hari ini seorang wanita cantik yang sedang tidur lelap di pelukan bosnya itu, dan setelah melihat kekacauan didalamnya ia mengerti kalau sudah terjadi pertempuran semalam. Kembali ia menutup pintu dan menunggu diruang kerja bosnya.

Ia terus memikirkan siapa gadis yang tidak beruntung yang sudah tidur dengan bosnya itu.

"Sudahlah bukan urusanku juga. Jika ikut campur hanya akan menyusahkan diri sendiri." Ucap William. "Kasihan kau akan jadi buruan bos gila itu kedepannya." Menggelengkan kepala membayangkan nasib buruk gadis itu.

Selasai mandi Revan kemudian memakai setelan jas hitam yang sudah di persiapkan oleh William pagi ini.

" Will." Panggil Revan.

"Ya bos."

"Cari informasi lengkap tentang gadis yang semalam bersamaku." Ucapnya dingin

" Baik."

"Dan cari tahu apa hubungannya dengan orang yang sudah menjebakku semalam!" Kata Revan yang sudah mulai emosi mengingat bahwa ia tersiksa selama beberapa jam.

"Baik bos." Ucap William. "Tamatlah riwayat gadis itu." Batinnya.

"Dimana kau semalam saat aku di acara pesta tersebut? " Tanya Revan memicingkan matanya.

"Maaf bos, saat itu saya dipanggil oleh Tuan besar datang ke ruang metting." Jelas Will. Ia tahu ada yang tidak beres.

" Mereka pasti sudah merencanakannya. " Kata Revan. "Cari tahu dalang dari semua kejadian ini jika itu benar mereka kau tau apa yang harus kau lakukan. " Ucap Revan penuh emosi. "Dan mengenai gadis itu, jika sudah menemukan keberadaannya serahkan padaku. Aku sendiri yang akan memberinya pelajaran. " Tersenyum licik. "Aku yakin dia pasti dibayar oleh orang-orang itu untuk datang kekamarku agar aku melakukan itu dengannya." ucap Revan yakin.

"Baik bos." Jawab Will tanpa ekspresi.

" Gadis mur*han, mau melakukan segalanya demi uang. " Kata Revan menghina. " Aku yakin setelah kejadian ini gadis jal*ng itu akan datang padaku untuk meminta pertanggung jawaban agar orang-orang itu menghancurkan nama baikku!" Ucapnya percaya diri. "Aku ingin lihat drama apa yang akan di lakukan gadis itu demi beberapa lembar uang!" Tersenyum menghina.

" Baik, bos." Ucap william.

Will merasa iba pada gadis tidak beruntung itu, ia tahu betul apa yang terjadi tadi pagi. Saat melihat mata gadis malang itu ia tahu betul ada kesedihan dan kekecewaan dari sorot matanya. Ia yakin bahwa gadis itu pasti merasa hancur bahkan saat keluar gadis itu masih terus terisak menangis. Will terus mengawasi wanita itu hingga masuk ke taxi dan menghilang dari pandangannya.

Tapi apa dayanya yang hanya seorang asisten sebagai sahabat pun Will merasa tidak pantas untuk ikut campur dalam urusan pribadi bosnya. Ia cukup menerima dan mengerjakan apa yang di perintahkan oleh bosnya.

Di tempat yang berbeda Alina yang sudah dari pagi pulang terlihat memprihatinkan sekarang, benar-benar kacau. Matanya sembab akibat terlalu lama menangis rambut acak-acakkan dan bibirnya yang bengkak akibat keganasan sang CEO yang mel*mat bibirnya dengan penuh nafsu, bahkan diseluruh tubuhnya ada tanda memerah bekas gigitan Revan membuatnya sangat jijik dia terus berdiam di kamar mandi mengabaikan air yang terus membasahi seluruh tubuhnya dan berharap bisa membasuh tubuh kotornya itu pikir Alina.

Kemudian ia memikirkan awal mula kejadian tersebut. Dia bingung kenapa laki-laki itu bisa masuk ke kamar sementara kartu aksesnya ada padanya. " Dan kenapa aku seperti tidak begitu mengingat kejadian tadi malam.." Ungkapnya." Sebelumnya aku merasa pusing dan sakit kepala, bahkan merasa tidak nyaman setelah itu aku tidak ingat lagi dan paginya ..." Berusaha menganalisa "Pelayan itu sendiri yang memberikan padaku kartu akses kamar itu, dan itu dari Putri. Bagaimana bisa seperti ini?" Alina kembali menangis, dia tidak menyangka ada yang begitu membencinya hingga tega merencanakan hal murahan dan licik seperti ini..

Dia bingung siapa yang telah ia singgung hingga tega membuatnya kehilangan kesuciannya, membuat hidupnya hancur batinnya.

Satu minggu sudah Alina mengurung diri dikostnya. Ini membuat Putri mulai khawatir, ia tidak tahu bagaimna kabar sahabatnya itu hanya sekali Alina mengangkat video call darinya itu bahkan sudah beberapa hari yang lalu.

Dia ingin segera bertemu Alina dan melihat keadaannya, terakhir kali mereka saling komunikasi terlihat kondisi Alina yang sedang kacau Alina hanya mengatakan ingin sendiri dulu tidak ingin keluar bertemu orang-orang.

Merasa cemas akhirnya Putri pergi menemui Alina.

Tok tok tok (suara ketukan pintu) membuyarkan lamunan Alina, namun bukannya membuka pintu Alina malah makin tenggelam dengan kesedihannya. Kembali suara ketukan pintu terdengar.

"Alina buka pintunya? " Teriak Putri yang sudah mulai mati gaya menunggu. Lama Putri berdiri ia kemudian sadar orang dibalik pintu bahkan tidak bergeming. " Buka nggak Lin, aku dobrak nih pintu. Biarin aja rusak ada kamu juga yang bakal ganti rugi sama ibu kostmu. " kata Putri mengancam.

Alina tahu betul apa yang dikatakan Putri itulah yang akan terjadi. Segera Alina membuka pintu dan kembali masuk. Meskipun terkejut dengan penampilan Alina sekarang ia tetap berusaha terlihat santai.

" Jangan menghindar lagi Lin. Kenapa nggak cerita aja sih sama aku? " Ucap Putri meyakinkan.

Alina kemudian teringat kembali kejadian itu, dan pagi itu ketika ia terbangun dia sudah kehilangan kesuciannya. Matanya mulai berkaca kaca mengingat wajah laki-laki brengs*k itu. Ada kekecewaan dimata Alina yang terlihat jelas oleh Putri. Ia merasa tubuhnya sangat kotor membuatnya tak kuasa menahan air matanya Alina kembali menangis pilu terasa sakit dibagian dadanya seakan diremas dan sesak.

Seandainya ia bisa memutar waktu, namun nasi sudah jadi bubur, ia tidak lagi perawan apa yang menjadi kebanggaanya direnggut paksa oleh laki-laki biad*b tak berperasaan itu memanfaatkannya dalam keadaan tidak sadar dan menikmati tubuhnya.

Tangisanya pecah hatinya benar-benar sangat sakit. Lama iya terdiam dalam isak tangisnya yang begitu memilukan hati. Putri mengerti ini bukanlah hal yang mudah untuk di ungkapkan meskipun itu pada sahabatnya sekalipun.

Ia mencoba menenangkan Alina memeluknya dan membelai lembut punggung sahabatnya itu seakan mengatakan kau tidak perlu takut ada aku disini.

Kemudian Alina memberanikan diri mencerikan semuanya pada Putri. Tapi rasa takut juga mendera hatinya takut sahabatnya itu akan menjauhinya dan meninggalkannya.

Putri sangat mengenal Alina sosok yang periang dan penuh semangat, meskipun itu hanya ia tunjukan pada orang-orang yang dekat dengannya. berbanding terbalik dengan sekarang terlihat rapuh dan menyedihkan.

" Aku sudah kotor, tidak pantas lagi menjadi sahabatmu." Ucapnya lirih.

" Dasar bodoh apa aku bersahabat denganmu hanya karena kau masih perawan? "

" Kau dari keluarga baik baik semua orang mengenalmu Put. " Kata Alina terhenti. "Sementara aku, siapa aku yang terlalu berani menjadi sahabat seorang Putri Anastasya Wijaya."

" Jangan bodoh, aku bukan siapa siapa jika bukan karena ayahku. " Menjelaskan.

"Aku tetap tidak pantas, kau memiliki reputasi yang baik jika orang lain tahu maka kau akan hancur juga. " Kata Alina mulai sesenggukan

"Sudah kubilang kita adalah sahabat tidak ada yang berubah."

" Kau bahkan tetap keras kepala. " Ucap Alina mulai tersenyum.

" Ya itulah aku. " Kata Putri bangga. " Dan ingat aku adalah sahabatmu kita saling memgenal dengan baik. Mulai sekarang bangkitlah cukup dengan kesedihanmu masa depan masih panjang jangan biarkan dirimu terpuruk seperti ini."

Meskipun sangat berat Alina akan mencoba yang dikatakan Putri padanya biarkan kejadian ini di kuburnya dalam-dalam walau dia tidak tahu apakah dia bisa menjalani hidupnya seperti sebelumnya.

.

.

.

.

^bersambung_^

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!