NovelToon NovelToon

Obat Jiwa CEO

Pelarian Malika

Malika berjalan mengendap-endap perlahan membawa bayinya yang baru berusia dua minggu menuju garasi mobil rumah mertuanya.

Setelah dirasakan aman, dia mulai menyalakan stater mobil dan menjalankan mobilnya secara perlahan. Dilirik putranya yang masih tidur terlelap dalam gendongannya.

"Sayang, jangan menangis ibu akan membawamu pada ayahmu. Kita akan pergi dari sini karena ini bukan rumah kita."

Mobil itu mulai mengitari jalur keluar menuju gerbang utama mansion mertuanya.

Saat hampir mendekati gerbang, penjaga hanya membukakan pintu tanpa menanyakan tujuan nyonya muda mereka, karena tidak ada yang perlu dicurigai mengingat Malika adalah menantu keluarga tuan Pramudia.

Malika bernafas lega saat mobil nya sudah membelah jalan ditengah kota.

Malika, gadis dengan paras cantik blasteran Jerman, Belanda, Arab dan Indonesia. Perpaduan Ayah Jerman Belanda dan ibu Arab Indonesia melahirkan sosok cantik ini dengan porsi tubuh tinggi 170 cm hidung mancung manik mata hitam, iris tebal tertata rapi, bibir sensual dengan kelopak mata sayu, kulitnya putih bersih dengan rambut coklat kehitaman tergerai indah melewati bahunya.

Dia mencoba mengambil ponselnya untuk menghubungi ayah dari putranya, rupanya panggilan teleponnya tidak terjawab. Malika mencoba beberapa kali lagi melakukan panggilan, tapi nihil panggilannya tetap tak terjawab.

Malika kemudian meningkatkan lagi laju mobilnya menyusuri malam yang sudah mulai sepi dari hilir mudik kendaraan, Malika melirik lagi putranya yang tampak tenang dalam gendongannya.

"Syukurlah sayang kamu tidak rewel, senyum Malika menatap putranya, maafkan mama karena sudah nekat membawamu keluar ditengah malam."

Mobil itu sudah menjauh dari kediaman mertuanya. Rasa syukurnya tak henti-henti yang terucap dari bibirnya.

"Sayang akhirnya kita bebas juga dari nenek sihir itu, sekarang kita akan ketempat papamu."

🌷🌷🌷

Tanpa disadari Malika, ada mobil lain yang mengikutinya. Mobil itu adalah orang suruhan mertuanya untuk mengikuti mobil Malika. Mobil Malika masih tampak tenang melaju dengan kecepatan sedang, saat melewati jalan yang mulai menurun mobilnya sudah tidak bisa lagi dapat direm oleh Malika, berulang kali Malika mencoba menginjak pedal rem tapi tetap saja mobilnya seakan terjun bebas mengikuti jalur yang menurun. Malika mulai panik jantungnya berdebar tak terkendali, sekilas bayangan mengerikan yang akan terjadi pada dia dan putranya.

"Ya Allah, bagaimana ini kenapa dengan mobilnya?, apakah mereka sengaja ingin membunuhku?," tanya Malika dalam ketakutannya.

Wajahnya sudah nampak pucat, Malika terus mencoba menghindari mobil yang berlawanan arah dengan mobilnya, namun naas bagi Malika ketika mobilnya berbelok kearah jalan yang menurun dan banyak tikungan tajam, mobilnya menabrak pembatas jalan dan terperosok masuk diantara pepohonan dan bebatuan yang ada di sekitar bahu jalan, mobil itu berhenti dengan lampu yang masih menyala. Dalam keadaan yang setengah sadar menahan perih pada keningnya yang sudah mengucur darah segar. Malika melihat keadaan bayinya, bayi itu tampak tidak bergerak Malika mulai menangis hatinya sangat pilu melihat keadaan bayinya, dia mencoba membuka pintu mobil tapi pintu itu sulit dibuka karena terganjal dengan pohon disamping mobinya. Malika juga sulit bergerak karena kakinya terjepit oleh badan mobil. Dalam keadaan menahan sakit Malika menurunkan kaca mobil dan berteriak untuk meminta tolong.

"Toloooong.....!! toloooong!!"

"hiks!!..hiks!!"

Malika kembali menangis karena merasa kesakitan pada tubuhnya.

Tidak lama terdengar suara deru mobil, Malika melihat ada tiga mobil yang berhenti di atas badan jalan, Malika merasa lega ada orang yang ingin menolong dirinya dan anaknya.

"Tolong saya dan bayi saya pak," pintanya pada lelaki yang mulai mendekati ke arah mobilnya. Seketika matanya menatap nanar betapa terkejutnya Malika melihat sesosok tubuh orang yang ada dihadapannya.

"Kau ??" Ucap Malika dengan nada gemetar.

Orang itu adalah asisten tuan Pramudia yang tidak lain adalah ayah mertuanya.

Tidak lama keluar lagi dua orang lelaki yang bertubuh besar dan berwajah sangar dari mobil lainnya, lalu menghampiri Malika dengan suara mendesis setengah menggoda.

"Hai cantik apa sekarang kau sedang kesulitan?"goda salah seorang dari mereka kepada Malika.

"Jangan kurang ajar kalian!!," bentak Malika dengan suara gemetar.

"Hai kalian jangan menggodanya!!."

"Ambil anaknya!!," perintah asisten tuan Pramudia.

Tampak lelaki lain menerima telepon dari seberang sana.

"Hallo!!".. nyonya, kami sudah menemukannya."

Rupanya mertua Malika menyewa orang lain untuk mengikuti Malika yang keluar membawa putranya. Malika telah dijebak, mobilnya sudah disabotase remnya dibuat blong supaya kematian Malika dibuat sewajar mungkin.

"Bagaimana nyonya?, apa yang harus kami lakukan kepada nyonya muda?" tanya lelaki itu pada bosnya di sebrang sana.

"Bawa cucuku dan biarkan wanita itu menunggu ajalnya sampai dia mati," jawab bosnya.Teleponpun diputuskan secara sepihak. Lelaki itu kembali mendekati Malika dan mengambil paksa bayinya.

"Tidaaak!! jangaaan.....jangan ambil putraku kembalikan dia padaku," teriak Malika histeris. Satu orang lagi keluar dari mobil itu sambil membawa kertas menghampiri Malika, lagi-lagi Malika dibuat kaget lelaki dihadapannya adalah asisten ayah Malika.

"Paman Rama ??, ada apa ini?," tanya Malika yang mulai menatap pilu orang kepercayaan ayahnya.

"Nona Malika, jika kau ingin putramu kembali padamu beritahu aku kata sandi untuk membuka akunmu, dengan begitu aku bisa belajar apa saja yang sudah kau kembangkan setiap metode dalam komponen ponsel Eye smartphone ciptaanmu."

Kata-kata paman Rama penuh penekanan untuk mengintimidasi Malika supaya menyerahkan kata sandi Akunnya.

Malika dengan cepat menulis apa yang dibutuhkan Asisten Rama dan kembali meminta putranya, namun sayang mereka tetap membawa putra Malika.

"Kembalikan putraku,....jangan bawa dia, jangan!!!," teriak Malika histeris.

"REIII !!! ...Reii!!" hiks!"..hik!"

Teriak Malika ditengah kesunyian tempatnya berada. Malikapun pingsan karena tubuhnya sudah lemah, apalagi dirinya masih dalam masa pemulihan paska melahirkan putranya. Darah mulai mengucur dari rahimnya yang belum kering dengan bagian tubuh lain yang terluka karena benturan mobil yang terperosok telah menyakiti tubuhnya.

Sesaat suasana kembali hening hanya terdengar suara cicit binatang-binatang malam yang nampak berkeliaran mengisi keremangan malam yang nampak mengerikan ditempat itu.

🌷🌷🌷

Komplotan nyonya Andien sudah kembali ke mansion bosnya. Mereka menyerahkan bayi yang masih merah itu ke tangan nyonya Andien. Wanita paruh baya itu menggendong bayi Malika dengan perasaan gembira. Tapi, ketika melihat bayi itu tidak bergerak nyonya Andien mulai panik, dia memanggil asistennya untuk mengantar cucunya ke rumah sakit.

Tidak lama kemudian sampailah Malika di rumah sakit milik almarhum putranya Arie.

"Dokter tolong selamatkan cucu saya, " teriak nyonya Andien dengan sangat panik. Salah satu suster menahan tubuh nona Andien untuk tidak ikut masuk. Dokter memeriksa keadaan yang sangat memprihatikan pada tubuh bayi malang itu.

"Kita harus segera melakukan operasi, tolong siapkan kamar operasinya."

kerinduan Reinaldi

Seketika dada Rei merasa sesak dan dirinya merasa ada suara orang yang memanggilnya.

"Ada apa bos," tanya Raffi asistennya." Sepertinya ada yang memanggilku dan aku merasa dadaku sesak," jelas Rei kepada asistennya.

Raffi yang masih setia mengemudi mobil yang membawa mereka kembali menuju Jakarta terdiam entah apa yang harus dijawabnya. Rei kembali dalam lamunannya, dari tadi pikirannya terus terbayang pada sosok wanita yang telah menyembuhkan jiwanya hampir setahun silam. Bayangan wanita itu setiap saat tak pernah berhenti menganggu pikirannya, seakan setiap tarikan nafasnya, wajah Malika terus menemani pikirannya.

"Dimana kamu sayang?, tahukah kau saat ini aku merindukanmu sangat merindukanmu."

Mobil yang melaju kencang berhenti secara mendadak. Rei begitu terperanjat hampir membentur keningnya di depan jok duduk Raffi asistennya.

"Hei, kamu mau mati yah!!," geram Rei membentak asistennya. "maaf Tuan sepertinya ada kecelakaan di depan."

Rei kemudian mengalihkan perhatiannya pada sebuah mobil yang terperosok di bawah bahu jalan yang ditunjuk asisten Raffi.

"Tuan, apakah kita perlu melihat keadaan pengemudinya?," tanya Raffi kepada tuannya. Rei nampak tertegun dan langsung turun menghampiri seonggok mobil yang nampak dibawah bahu jalan. Rei dan Raffi bergegas turun untuk menolong pengemudi mobil itu. Rei mencoba menyalakan senter ponselnya untuk menyinari pengemudi mobil naas itu, betapa terkejutnya Rei melihat wanita yg ada dihadapannya adalah Malika, gadis yang selama ini dicarinya, yang telah mencuri waktunya untuk selalu merindukan peri tidurnya.

"Malika!!,..Malika!!," Rei mencoba membangunkan Malika, tapi Malika tidak bergeming sedikitpun. Raffi pun begitu terkejut ternyata wanita yang menjadi incaran bosnya ada dihadapan mereka dengan kondisi yang mengenaskan.

"Raffi!!, ayo bantu aku pecahin kaca pintu belakang supaya kita bisa mengangkat tubuhnya.

Rei memeriksa denyut nadi Malika memastikan gadis ini masih hidup atau tidak. Rei makin panik ingin buru-buru menyelamati Malika.

"Sayang, bertahanlah kami akan menolongmu keluar dari mobil ini. Setelah beberapa menit usaha merekapun berhasil mengeluarkan tubuh malika. Rei menggendong tubuh gadisnya membawa naik ke atas jalan menuju mobilnya dan Raffi berusaha menjaga tuannya agar tidak terperosok kebelakang karena keadaan tanah yang curam.

Ketiganya sudah berada didalam mobil, Raffi dengan sigap melajukan mobil membawa Malika ke rumah sakit terdekat.

Dalam perjalanan Rei terus menciumi wajah Malika yang makin pucat sambil menangis dan mengeratkan pelukannya pada tubuh gadis malang itu.

**Flashback**

Tuan Reinaldi seorang CEO muda berperawakan tinggi, tampan, dan dingin. Memiliki manik tajam, iris tebal, bibir seksi berjalan dengan gagahnya menuju rumah sakit di negara "A" untuk memeriksakan kesehatannya di Rumah sakit tersebut. Dengan langkah yang cepat lelaki itu tidak sengaja menabrak seorang wanita muda dihadapannya, bukannya menolong wanita itu bangun untuk berdiri kembali, Rei malah memundurkan langkahnya dan memilih meninggalkan wanita itu dengan sangat kesal.

"Dasar gadis aneh," sungut Rei kesal. Gadis itu adalah Malika, dia kembali ke rumah sakit hanya untuk mengambil barang suaminya yang tertinggal di rumah sakit itu. Malika bangun dan berdiri tanpa ekspresi marah kepada lelaki yang telah menabraknya. Diapun juga tidak meminta maaf pada lelaki tadi lalu kembali berjalan menyusuri koridor rumah sakit dengan pikiran kosong.

Disepanjang jalan menuju gerbang keluar rumah sakit pandangan Malika mulai kabur. Malika mencoba bertahan disalah satu mobil yang terparkir di halaman rumah sakit, Malika terus melangkah dengan gontai mencari tempat diantara parkiran mobil, tepat disalah satu mobil itu Malika jatuh tidak sadarkan diri di samping mobil Rei.

🌷🌷🌷

"Selamat malam Dokter Edward," sapa Rei pada dokter yang sudah membuat janji temu dengannya.

"Selamat malam juga tuan Reinaldi, apa kabar !!"

Dokter Edward sudah mengetahui siapa Rei, lelaki yang sudah wara wiri menemuinya untuk memeriksa penyakit yang diderita oleh tuan Reinaldi.

"Dokter, bagaimana perkembangan keadaanku?," tanya Rei pada dokter Edward.

Dokter menerangkan bahwa tidak ada penyakit apapun setelah pemeriksaan medis beberapa waktu lalu jadi mungkin ini lebih kepada pengaruh mental yang anda derita, pada keadaan tertentu ada yang mengalami trauma fisik ataupun suatu keadaan dimana kelainan ini di akibatkan mental yang sudah sering melihat hal yang belum saatnya dia sudah melakukannya seperti berhubungan **** usia dini, menonton film porno diusia yang tidak lazim sehingga berpengaruh pada mental anda tuan.

Kalau pengaruh alkohol ataupun narkoba akan terlihat jelas pada organ" vital anda, tapi di sini organ anda tidak mengalami perubahan dan semua dalam keadaan aman." Rei menarik nafas berat dan mengusap wajahnya dengan kasar, dia seperti tidak berdaya lagi karena semua rumah sakit sudah didatanginnya hanya permasalahan kejantanannya yang tidak menerima reaksi saat bersama dengan wanita-wanita cantik.

"Ya, Tuhan kutukan apa yang kualami ini?," gumamnya membatin.

"Baiklah dokter, saya permisi," pamit Rei pada dokter Edward.

Rei berjalan menuju tempat parkir di mana mobil sedan Ferarri merah keluaran baru menunggunya di halaman parkir. Belum juga menapaki aspal depan lobby rumah sakit suara petir dan mendung gelap menghampiri kota tersebut, Rei berjalan setengah berlari menyusuri mobil demi mobil yang terparkir luas di halaman Rumah sakit mewah itu, tapi ketika saat dia mau membuka pintu mobilnya, dia melihat sesosok tubuh wanita jatuh telungkup di samping mobilnya.

Baru mau menghampiri wanita yang pingsan di samping mobilnya, tidak lama kemudian hujan mulai turun, Rei mencoba membangunkan wanita itu, dilihatnya wanita itu tidak bergeming. Hujan makin deras dan angin dingin mulai menyeruak menghapiri badan Rei dan tubuh gadis itu.

"Heh!!..hei, nona bangun!!"

"Mengapa tidur disini?, apakah kamu mabuk?, "tanya Rei makin kesal.

"Apakah aku harus membawanya dari sini atau memanggil petugas medis saja?, mumpung masih di Rumah sakit, aduh kalau ke sana lagi dengan hujan deras seperti ini membuatku malas, tapi membiarkan gadis ini di sini nanti akan terjadi apa-apa dengan nya."

Perang batin antara kasihan dan tak perduli memenuhi rongga dadanya.

"Baiklah nona kau akan aku bawa ke apartemenku, nanti kalau kau sudah sadar akan aku suruh kau pergi." Rei mengangkat tubuh gadis itu membawanya kedalam mobil dan meletakkan tubuh gadis itu di bagian belakang mobilnya, diapun langsung menyalakan mobilnya menuju apartemen dengan bajunya yang sudah basah.

"Sial ada apa dengan diriku hari ini?, hasil dokter sangat mengecewakan sekarang ditambah lagi dengan gadis ini." Tidak lama kemudian mobil Rei sudah sampai di ruang parkir apartemen. Diapun menuju lift dan segera masuk sambil membopong tubuh gadis itu. Sesampainya di kamar Rei merebahkan gadis itu di atas sofa, Rei kemudian mengganti bajunya yang tadi basah dengan baju baru, lalu mengambil handuk untuk gadis itu.

Saat wajah gadis itu diusapnya, baru Rei memperhatikan dengan jelas wajah gadis itu, matanya menyipit menatap wajah gadis dihadapannya, baru Rei menyadari betapa cantiknya gadis ini, wajah oval, hidung mancung iris tebal tapi rapi terukir indah bibir sensual dengan bulu mata lentik, kulit putih bersih dengan tubuh tinggi 170 cm.

"Ya Tuhan, bidadari dari mana ini yang sudah aku tolong?," tanyanya sambil tersenyum. Rei terpesona terus memperhatikan wajah cantik di depannya.Sesaat Rei nampak kaget karena baju wanita ini masih basah.

"Bagaimana cara menggantikan baju gadis ini?," tanya Rei yang mulai bingung karena memikirkan baju Malika yang masih basah.

Flashback off

Siuman

Malika sudah berada diruang perawatan VVIP dimana ruangan itu berada dilantai tujuh. Ruangan perawatan yang ditempati Malika seperti kamar hotel mewah begitu Lux. Ruangan yang dilengkapi satu set sofa, televisi layar datar dan bed untuk tamu yang menunggui pasien.

Ada ruang pantry lengkap dengan walk-in closet, kitchen set, lemari pendingin yang didalamnya terdapat beberapa macam buah segar, minuman buah dan air mineral untuk memanjakan keluarga pasien. Warna garlic yang lebih mendominasi ruang tersebut, perlengkapan medis dan kamar mandi yang tidak kalah mewah nya seperti hotel bintang lima.

Reinaldi menyalakan televisi untuk mengusir kejenuhannya yang masih setia menunggui Malika yang masih belum sadar setelah dua hari dirawat di rumah sakit milik Reinaldi.

Pikirannya masih saja kusut dengan sejuta pertanyaan untuk Malika. Ditatapnya lagi wanita yang masih setia dengan tidurnya. Rei menghampiri gadisnya mengamati lagi gadisnya yang wajahnya masih kelihatan pucat, kening gadis itu dibaluri perban dan sudut bibirnya sedikit membiru karena terbentur stir mobil saat kecelakaan yang terjadi dua malam lalu.

Rei bangkit dari duduknya menghampiri Malika dan menggenggam tangan lembut Malika seraya mengecup lembut salah satu tangan Malika karena satu tangan gadis itu masih tertancap jarum infus. Beberapa peralatan medis lainnya yang masih menempel ditubuhnya seperti jepitan alat perekam yang memantau detak jantung, tekanan dara, temperatur naik turun nya suhu tubuh dan selang oksigen yang masih terpasang dihidung gadis itu.

Rei mengecup lagi bibir wanita yang sangat dirindukannya, untuk mengalirkan kekuatan pada gadisnya, sesaat kemudian Malika mengerjap menggerakkan tubuhnya, merasakan bibirnya yang hangat disentuh seseorang, Rei buru-buru melepaskan ciumannya dari bibir Malika dan menatap manik hitam Malika yang perlahan mulai terbuka, ekspresi wajah Rei begitu sumringah melihat wanitanya yang sudah mulai siuman. Malika meringis menahan sakit pada tubuhnya lalu mencoba mengumpulkan kesadarannya kembali. Saat kesadarannya mulai pulih Malika terperanjat melihat sosok yang ada dihadapannya,

Malika merasa bingung dengan keadaan sekitarnya.

"Di mana aku saat ini?, siapa yang membawaku ke rumah sakit?," tanya Malika lalu kembali menatap sosok pria dihadapannya, Malika menatap lelaki yang sudah melengkapi penderitaannya selama ini.

"Kau!, bagaimana bisa kau ada di kamar ini?, apakah kau yang telah menolongku dan membawaku ke sini?,

"Rei!, panggil Malika dengan suara lirih dan sedikit ragu apakah benar lelaki yang ada dihadapannya saat ini adalah lelaki yang telah memberikannya seorang putra."

Rei shock mendengar Malika menyebut namanya, Bagaimana bisa gadis ini mengetahui namanya sedangkan saat berpisah dengannya sepuluh bulan lalu wanita ini masih belum sadar dari komanya.

"Rei, kau Reinaldi bukan?," panggil Malika lagi untuk meyakinkan dirinya bahwa lelaki yang ada dihadapannya adalah Reinaldi yang telah menghamilinya.

Malika berusaha untuk bangun, Rei buru-buru membantu tubuh Malika yang ingin duduk.

"Pelan-pelan sayang bangunnya, apakah kamu ingin duduk sambil menyandarkan tubuhmu?"

Malika hanya mengangguk lemah dan Malika mulai menangis pilu mengingat semua apa yang dialaminya selama ini. Rei langsung mendekap tubuh Malika dan membawa tubuh gadis itu dalam pelukannya.

Rei membiarkan wanitanya menangis menumpahkan segala laranya, perasaan yang terluka yang telah dialami gadisnya yang belum diketahui oleh Rei tentang kejadian yang terjadi pada gadisnya.

"Rei selamatkan anak kita," ucap Malika yang mulai berkata-kata sambil terus menangis dalam dekapan Rei.

Rei menguraikan pelukannya pada Malika lalu menatap Malika yang wajahnya tertunduk sambil terisak.

"Apa yang sedang terjadi padamu?, bagaimana mobilmu bisa jatuh terperosok dibawah bahu jalan yang sangat curam?," tanya Rei dengan kembali merengkuh tubuh lemah Malika, entah mengapa Malika merasakan kenyamanan dalam pelukan lelaki ini, kesakitan yang dialaminya selama mengandung putranya seakan luruh dalam pelukan lelaki tampan ini.

Karena merasakan Malika tenang Rei memencet bel untuk memanggil dokter agar kembali memeriksa keadaan Malika yang sudah siuman. Setelah berapa menit dokter kembali menjelaskan keadaan Malika kepada Rei.

"Tuan Rei keadaan nona Malika sudah lebih baik, pendarahan pada rahimnya sudah mulai normal, hanya saja *********** masih bengkak karena ASI yang tidak tersalurkan pada bayinya, nanti bisa dibantu sama suster jaga yang akan mengompres payudara nona Malika untuk mengurangi bengkaknya. Dan terakhir yang diperlukan nona Malika saat ini adalah harus banyak istirahat, memberikan dukungan dan perhatian kepada nona Malika mengingat keadaannya yang masih terlihat labil.

Dokter Rizal dan berapa perawat yang sibuk memeriksa kembali keadaan Malika, melihat layar monitor yang terpasang di atas meja samping tempat tidur Malika dan perawat menyuntikkan obat penenang ke dalam cairan infus yang terpasang pada tubuh Malika.

Setelah semuanya sudah dipastikan oleh dokter tentang keadaan pasien, dokter Rizal dan dua orang suster pamit, kemudian mereka meninggalkan kembali ruangan itu.

🌷🌷🌷

Rei yang sedang menghubungi asisten Raffi untuk memastikan perkembangan pencarian bayi Malika yang mungkin masih tertinggal di mobil, Raffi menjelaskan keadaan di tempat kejadian perkara pada Rei di seberang telepon.

Malika yang mendengar percakapan Rei dengan seseorang langsung memanggil Rei

"Rei!"

"Rei, bayiku telah diculik oleh mertuaku saat mobilku mengalami kecelakaan kemarin."

"Apakah bayimu adalah putraku tembak Rei mencecar pertanyaannya untuk mendapatkan kebenaran dari mulut Malika.

"Iya Rei," jawab Malika lugas tanpa ragu menceritakan apa yang telah dialami dirinya dan babynya sampai mereka berdua mengalami kecelakaan.

Rei yang mendengar semua penjelasan Malika sangat marah pada gadis yang ada dihadapannya, tapi Rei sekuat mungkin menahan amarahnya karena melihat kondisi Malika yang belum stabil.

"Ceritakan dari awal Malika, tentang kisah hidupmu sampai kau pingsan dekat mobilku saat kita berada di luar negeri setahun yang lalu, dengan begitu rasa sesakku dengan segudang pertanyaan selama ini mulai dari kehilanganmu sampai kamu mengetahui siapa aku," pinta Rei hati-hati takut melukai hati gadis ini dan aku akan menceritakan hal keji yang kulakukan padamu, Tapi, sebelum kamu menceritakannya kamu harus makan dulu ya sayang.

🌷🌷🌷

Rei mengambil minum lalu memberikan kepada Malika.

Rei menyuapi bubur yang telah disajikan para perawat tadi setelah mengetahui Malika siuman.

"kamu makan ya sayang," pinta Rei pada Malika.

Malika merasa heran mengapa orang ini nekad memanggilnya dengan sebutan "sayang"

Aku bukan apa-apamu, tolong jangan memanggilku dengan sebutan itu, tolak Malika dengan sopan.

"Baiklah aku akan memanggil namamu saja, dan makanlah bubur ini mumpung masih hangat, kamu harus cepat pulih jika ingin mendapatkan kembali putra kita."

Raut wajahnya kembali tertunduk lesu mengingat pelariannya dari rumah mertuanya sampai berakhir dengan kecelakaan.

"Bagaimana nasib putraku saat ini," gumamnya membatin, rasanya aku ingin marah dan memaki lelaki yang ada dihadapanku, tapi mengingat kondisinya dengan putranya yang diambil paksa oleh kedua suruhan mertuanya, akhirnya Malika memilih mengalah karena saat ini hanya pria ini yang bisa diandalkannya, bagaimanapun juga Rei adalah ayah dari putraku, serunya membatin."

Setelah beberapa suapan yang diterima oleh Malika, Rei memberikan beberapa obat untuk diminum.

Malika kembali merebahkan tubuhnya, ingatannya kembali merotasi sepuluh bulan yang lalu saat dirinya masih menjadi pengantin.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!