Genap 27 tahun usia Lelaki yang kini sedang menapakkan kakinya menuju sebuah gedung yang menjulang tinggi di pinggiran Kota S. Masih teringat semasa dia berada di kampungnya dulu, suasana yang hangat dan jauh Dari hingar bingar kendaraan serasa mendamaikan hatinya. Namun, semenjak di tinggal oleh satu satunya keluarga, ibu yang menguatkan karakter dirinya, membesarkan dengan penuh cinta kasih, akhirnya Ia memilih meninggalkan kampung kelahirannya dan mengadu nasib di Kota S. Albirri, nama yang begitu Indah yang di berikan oleh kedua orang tuanya dan dia berjanji akan tetap membawa kebaikan dengan nama yang telah di sematkan kepadanya walaupun berada pada kehidupan yang bebas di Kota S ini.
"pagi sekali datangnya, Al!" Sapa Reno, teman sekantor Albirri.
"iya Mas.. Masih Ada pekerjaaan yang belum selese kemarin" jawab Albirri.
Lelaki itu pun membungkuk dan tersenyum melewati Reno yang sedang asyik memainkan handphonenya.
Menikmati perjalanan di sepanjang lorong menuju ruangannya sembari melihat kotak kotak ruang dimana rekan kerjanya bekerja setiap hari disana membuatnya menyunggingkan senyum simpul betapa rasa syukur yg Ia panjatkan bisa di pertemukan dengan orang orang yang luar biasa.
Setibanya di ruangannya, Birri segera membuka nasi bungkus yang dia beli di depan gang kos nya untuk sarapan. Agar bisa segera menyelesaikan beberapa tugas kemarin yang masih terbengkelai.
"selamat pagi Al!" sapa Melissa yang baru saja datang.
"selamat pagi Mel.." balas Albirri dengan senyuman.
Sembari meletakkan tas brandednya, Melissa membuka kotak bekal yang IA Bawa. Melirik ke Albirri sebentar dan menyunggingkan sebuah senyum penuh arti.
"aku Ada bekal Al...yuk makan bareng..!" kata Melissa mendekati Albirri.
"makasih Mel... Tapi ini aku sudah kenyang...Baru saja makan..!" tolak Albirri sopan.
"owh..!" sahut Melissa kecewa. Melissa yang tadi sudah mendekat ke meja Albirri akhirnya kembali ke mejanya sendiri dengan perasaan kesal.
Seharian ini, Birri benar benar disibukkan dengan segala urusan kantor. Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam makan siang. Albirri mengakhiri kegiatannya dan beranjak menuju musholla kantor. Hari ini dia puasa Daud jadi dia tidak perlu bingung mencari Makan siang atau mengantri Makan siang di kantin. Semenjak Sekolah menengah Pertama, Albirri memang di ajarkan oleh Abinya untuk puasa Daud. Jadi dia sudah terbiasa sampai sekarang.
"Mas... Jadi Imam ya..." kata seseorang Dari belakang sambil menepuk bahu Birri.
Birri yang kaget pun hanya menatap seorang bapak yang sudah berumur yang berbicara kepadanya.
"Mas...sampeyan yang jadi imam ya.." ulang bapak bapak tadi.
"maaf pak...bapak saja yang jadi imam... Bacaan Saya masih amburadul..masih tahap belajar soalnya.."tolak Birri sopan. Ia merasa tidak enak Hati harus menjadi imam.
" waah.. Apalagi Saya Nak...malah gak nyampe nyampe nanti sholatnya karena penyakit lupa Saya...hahahhaa" jawab bapak bapak tadi.
Akhirnya mau tidak mau Birri pun mengiyakan untuk menjadi imam. Ia juga tidak mungkin berdebat dengan bapak bapak yang sudah seumuran Abinya itu.
Setelah selese sholat dhuhur, IA menyandarkan tubuhnya di tiang tiang musholla. Meregangkan ototnya sejenak sambil memjamkan Mata.
Sesaat kemudian, Ia mendengar suara langkah kaki mendekat dan menepuk bahunya. Ini kedua kalinya Ia tersentak kaget ketika tiba tiba di tepuk seperti itu.
"bapak mengagetkan ya..." kata bapak bapak itu lagi.
"nggak kok pak..." jawab Birri yang masih kaget.
"hmm.... Nama Mas nya siapa Kalo boleh tau?" lanjut bapak bapak terse but.
"nama Saya Albirri pak... Panggil saja Birri.. Kalo bapak boleh tahu juga namanya siapa? " lanjut Birri.
"Ardan... Panggil saja pak Ardan.."lanjut bapak tersebut.
" sudah lama bekerja disini Mas?"tanya pak Ardan sejurus kemudian.
" belum pak...baru be berapa bulan di sini....ikut perpindahan karyawan..." jawab Birri.
" dulu di Kota mana? "Tanya pak Ardan kembali.
" Dari kota Y pak.. " lanjut Birri.
Pak Ardan hanya mengangguk anggukkan kepalanya. Dari pakaian beliau, Birri menyimpulkan mungkin dia karyawan lama di bagian gudang.
Birri kemudian melihat jam di pergelangan tangannya. Sudah waktunya kembali kerja dan Ia berniat untuk pamit undur diri kepada pak Ardan.
"maaf pak... Saya duluan nggih...ini Sudah masuk jam kerja.." pamit Birri.
"owh Iya Nak... Maaf..maaf.. Bapak juga mau lanjut kerja.." jawab Pak Ardan.
Mereka akhirnya berpamitan dan menuju ke divisi masing masing.
Setelah berjibaku dengan berbagai pekerjaaan di kantor akhirnya Para karyawan segera bergegas meninggalkan kantor. Di luar hujan sangat deras. Birri yang naik sepeda motor melajukan kendaraannya secara perlahan. Karena jalan yang licin dan angin yang bertiup sangat kencang. Di persimpangan jalan dia melihat seseorang sedang melambai lambaikan tangannya menghentikan laju kendaraannya. Dalam Hati Birri seakan akan muncul sisi devil Dan angel yang sailing bersahut sahutan Antara meno long atau tidak. Hatinya bear benar bimbang. Ada rasa iba tapi juga khawatir.
"Bismillah.." ucap nya pelan sambil. Menghentikan kendaraannya.
"Maaf Mas.. Saya boleh ikut nebeng sampai halte depan.. Motor Saya mogok dan hujannya sangat deras sekali... Khawatir kemalaman Kalo nubggi angkot Dari sini.." kata sosok gadis itu.
"naik saja..tapi kita bukan muhrim... Jadi Kalo bisa.." belum sempat Birri melanjutkan omongannya sejurus kemudian di jawab oleh gadis terse but.
"Iya... Saya paham Maaf merepotkan..." kata gadis tersebut dan segera naik ke motor Birri.
Selama perjalanan Mereka hanya terdiam tanpa bicara sepatah katapun karena hujan yang semakin deras.
Sesampainya di halte, Birri memarkirkan motornya Dan segera berteduh juga.
" terimakasih.. "ucap gadis itu.
" hmm... "Tanpa berkata apapun Birri hendak melanjutkan perjalanannya. Namun sejurus kemudian dia kembali sambil melepaskan jaketnya.
" ini ambillah..kalo bisa besok besok lebih baik pakai jacket kalo mau keluar...kita tidak tahu apa yang akan yerjadi nantinya.. "kata Birri sambil memalingkan wajahnya.
Gadis itu nampak bingung namun Setelah melihat penampakan dirinya Ia baru tersadar.
" astaghfirullah.. "ucapnya menahan malu yang teramat sangat karena air hujan Sudah membuat dirinya memperlihatkan bentuk tubuhnya itu.
Sejenak kemudian, Birri duduk di halte tersebut. Entahlah perasaannya mengatakan bahwa tidak baik meninggalkan wanita tersebut sendiriann ditengah hujan seperti itu.
"eh..kok masnya malah duduk? Nggak Jadi pulang Mas? Ini kayaknya hujannya bakal lama" kata gadis itu sambil mengenakan jaket yang di berikan oleh Birri.
"nunggu sampeyan dapet angkot dulu... Udah malam dan hujan lagian di sini sangat sepi.." jawab Birri.
"terimakasih kalo begitu" kata gadis itu tetap berdiri sambil sesekali melihat ke arah kiri menunggu angkot datang menjemput.
Hanya keheningan yang Ada di halte tersebut. Birri yang sibuk memainkan ponselnya Dan si gadis tadi yang masih saja berdiri menunggu angkot.
Waktu Sudah menunjukkan jam 6 petang. Suara ad an Sudah bertalu talu dikumandangkan. Birri melihat ke arah kanan Dan kiri mencari apakah Ada musholla terdekat. Namun sayangnya..tidak terlihat adanya musholla terdekat dari situ. Sejenak kemudian Ia melihat warung kopi di seberang jalan.
"Saya mau numpang sholat di warung seberang..disini kelihatannya tidak Ada musholla terdekat.." kata Birri.
"aku ikut.." jawab si gadis tersebut.
"pake jas hujan ini kalo ke Sana.."lanjut Birri.
"kita sama sama saja.."jawab si gadis itu.
Biri sedang berpikir keraa bagaimana memakai jas hujan itu untuk berdua ke seberang.
" tidak usah.. Aku juga Haris memarkirkan motorku ke sana.. Anda duluan saja...!" kata Birri sembari menuju ke motornya Dan menyalakannya.
Gadis itu masih menatap Laki Laki tersebut dengan penuh kekaguman.
"ah.. Aku harus segera kesana sebelum Waktu sholat maghrib selese.." gumam Gadis tersebut.
Gadis itupun juga berlari ke seberang jalan untuk melaksanakan sholat maghrib.
Sesampainya di warung tersebut nampak Birri sedang bserbincang bincang dengan pemilik warung. Kemudian menoleh ke arah gadis tersebut.
" silahkan neng ke belakang.. Ada mukena Dan sarung bersih insyAllah.. Walaupun jelek.." kata pemilik warung tersebut.
Sepertinya pemilik warung ini suami istri. Mereka bahagia sekali kelihatannya. Pikir Gadis itu.
"neng.. Kok ngelamun?" kata si bapak tersebut.
"eh.. Nggak pak.. Iya.. Ini Saya mau ke belakang lewat mana ya pak?" Tanya gadis itu sembari melempar senyum.
"lewat sini aja neng...bisa jama'ah juga si Mas nya..." lanjut ibu pemilik warung.
Setelah mengambil wudhu dan sholat berjama'ah. Mereka berbincang sebentar dengan pemilik warung tersebut. Dari kejauhan terlihat angkot berjalan mendekat.
"Maaf pak.. Buk.. Saya permisi... Itu sidah Ada angkotnya.." kata gadis itu.
Gadis itu kemudian mencium tangan bapak Dan ibu tersebut dan tersenyum kepada Birri. Kemudian dia berlari keseberang untuk naik angkot.
Birri hanya mengamati Gadis tersebut Dari kejauhan.
"pacarnya ya Mas..?" Tanya bapak pemilik warung tersebut..
"eh.. Bukan pak..." Kat Birri sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"cantik lho Mas.." lanjut bapak tersebut.
"Kalo begitu Saya juga pamit ya pak.." ucap Birri seraya tersenyum.
Ia pun melajukan motor nya menuju tempat kosnya.
Sesampainya di tempat kos, Ia memarkirkan motornya dan menggantung jas hujannya di garasi.
"assalamualaikum..." kata Birri memasuki tempat kos nya tersebut. Tempat kos tersebut berisi 3 kamar dengan bentuk seperti rumah biasa. Dan baru ada dua orang yang menempatinya. Birri dan Angga, namun Angga jarang sekali berada di kos karena lebih banyak menghabiskan waktu di tempat pacarnya. Dan walaupun tidak ada yang menjawab salamnya namun Birri selalu terbiasa mengucapkan salam sebelum dia memasuki rumah.
Birri membuka pintu depan rumah kosnya yang masih terkunci, melangkahkan kakinya ke dalam dan menghidupkan lampu rumah kos tersebut. Setelahnya, Birri pun menuju ke kamarnya. Meletakkan tas punggung di atas lemari kayu dan pergi ke kamar mandi karena badan yang sudah lengket Dan badan yang basah karena hujan.
Setelah selese mandi Birri pun merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Mencoba memejamkan matanya sebentar sebelum Ia makan malam. Tubuhnya seakan akan but uh istirahat. Sangat lelah sekali. Namun, bayangan gadis itu muncul ketika dia Mencoba memejamkan Mata.
Ia pun membuka mata dan menatap langit langit kamarnya.
"gadis yang cantik, siapakah gerangan nama mu??" mungkin itu yang dipikirkan akang Birri ya gengs... Haduuh...Haduuh...akang Birri mah gitu...Lupa nanya namanya neng geulis tadi...aKang...akang...besok Kalo diketemuin Lagi sama otor yang baik ini jangan lupa nanya namanya ya Kang.... Wkwkwkwkwk.
Pagi ini seperti biasanya, Birri berangkat ke kantornya dengan sepeda motor kesayangannya. Ia berhenti ke waring Malan langgananya. Warung tersebut lumayan ramai karena terbilang Warung Makan dengan harga bersahabat. Makanya banyak pengunjung yang mengantri sarapan di situ.
"eh, Mas Birri...seperti biasa ya Mas..?" Tanya ibu warsinah pemilik warung.
"enggih buk..." jawab Birri.
Ibuk warsinah dengan sigap membungkus pesanan Birri dan menyerahkan nasi bungkus tersebut ke Birri.
"ini Mas.." kata bu warsinah.
"berapa bu...?"
"5500 Mas.."
"Niki buk... Suwun nggih..." pamit Birri dengan menyerahkan uang ke buk warsinah.
Ia melajukan motornya dan menuju ke arah kantornya.
"Bismillah.." ucap Birri seraya melangkahkan kakinya ke gedung raksasa itu.
Kantor itu masih lengang... Birri pun menuju lift untuk nail ke lantai 3. Sebelum menutup pintu lift, Birri dikejutkan oleh sesosok perempuan yang kemarin ia tolong.
"tung... Eh.. Mas yang kemarin.." Sapa gadis itu sejenak.
"jadi masuk ato tidak?" Tanya Birri.
"eh, Iya Iya..." jawab gadis itu sambil memasuki lift.
"kemarin trimaksih ya Mas.. Dan itu jaketnya masih belum kering...jadi besok insyAllah Saya bawakan..masnya kerja di sini Kan?? " kata gadis itu lagi.
"o Iya.. Nama Saya Ansha" kata Ansha Sambil menelangkupkan tangan ya di depan dadanya.
"ALbirri.." jawab Birri datar.
"di lantai berapa Mas Birri?" Tanyanya swjurus kemudian.
"lantai 2." Jawab Birri.
"berarti Sama Mas... Kenapa nggak pernah ketemu ya..." jawab gadis itu dengan senyum.
Gadis Ini ke apa selalu teeswnyum seperti itu.batin Birri.
Setelah loft terbuka sampai di Pantai dua, mereka akhirnya berpisah ruang an.
"Al...pagi ini ada rapat jam 8.."kata Reno.
" iya Al.. Sudah siap Kan semuanya?"Tanya Melissa.
" sudah.. Kalian tennah saja... Aamaaan.. "jawab Birri santai.
Mereka bertiga bergegas meninggalkan ruangan menuju ruang rapat.
Direktur mereka Pak Hendrawan datang dengan aura yang tidak menyenangkan.
" selamat pagi semuanya.. "Sapa Pak Hendrawan kepada semua staff.
" Saya sudah memeriksa laporan kemarin.. Ada be berapa laporan yang tidak becus dalam pengerjaanya Dan bisa merugikan perusahaan..!" kata pak Hendrawan mulai di kuasai amarah.
Pak Aryo, bagaimana pertanggung jawaban u.. Hah!! "kta pak Hendrawan sambil menggebrak Meja.
Suasana ruangan semakin tegang.
"siapa yang membuat laporan Semacam itu...!" teriaknya lagi.
Pak aryo benar benar tidak tahu apa yang harus dilakukan. Apa dia akan berkata jujir Kalo Ansha yang mengerjakannya tapi Kalo dia jujur itu pasta Kan membahayakan keselamatan Ansha. Seperti ya pak Hendrawan memang menyukai Ansha dari awal Ansha bekerja disini. Namun Ansha selalu menghindari pak Hendrawan karena beliau sdh beristri Dan mempunyai 3 orang anak. Di tengah kebingungannya tiba tiba sosok gadis lembut itu angkat bicara.
"Saya pak yang mengerjakannya.. Tapi sefau Saya semua data yang Saya isiskan benar Dan tidak ada kesalahan.. Saya sudah cek sampai tiga kali.." kata gadis itu.
Birri yang tidak terlau mrmperhatikan orNg orang di ruang rapat itu akhirnya mulai menatap tajam. Ke aarah gadis itu.
Ternyata gadis itu" baton Birri.
"kalo begitu tunjukkan pada Saya hasil kerjamu..! Kata Pak Hendrawan dengan senyum. Liciknya.
" rapat di bubarkan..! Semua bisa keluar.. Dan ansha kamu tetap tinggal disini Saya peelu pembuktian kalo kamu benar dalam mengerjakannya.. " ucap pak Hendrawan.
Akhirnya semua peserta rapat pun undur diri. Tak terkecuali Birri. Di dalam ruangan itu hanya tinggal Ansha Dan bossnya.
Di liar ruangan para karyawan menuju lift untuk Turin ke Pantai nawah. Di Sela Sela pembocaraan Birri mendengar sesuatu yang mengusik telinganya.
"apa kali ini korban ya Ansha?" bisik wanita sedevisi dengan Ansha.
" entah lah... Dari awal pak hendra memang sudah menyukai Ansha.. Tapi Ansha bukan lah gadis yang matrealistis.. Makanya susah didapatkan Sama PAK hendra..!" timpal. Karyawati selanjutnya.
" pak Aryo, AK kok. Khawatir dengan Ansha ya pak... Kalo pak Hendrawan macam macam Sama Ansha gimana pak... Kayak pegawai yang dulu sampai Jamil. Dan pak hendra tidak mau tanggung jawab.. Padahal dia sendiri yang sudah memperkosa si Meri di jam kantor..!" Tanya Karyawati itu lagi.
Pak Aryo hanya menghela nafas panjang.
" itu juga yang Saya cemaskan.. Tapi Saya tidak bisa berbuat apa apa..! "desah PAK Aryo.
Pintu lift sudah terbuka, karyawan lain ya sudah menuju ruang masking masking. Tapi Birri masih saja kepikiran nasib Ansha. Dia memang baru menegenalnya. Namun, ada rasa iba dalam hatinya.
" kasih an ya gadis itu.. Pasti sekarang sedang di genjot Sama pak Bos.." ucap Melissa.
"sst.. Mel.. Jaga ucapanmu..! Nanti kamu bisa di pecat..!" kata Reno kemudian.
"ish.. Kamu itu Ren.. Kan emang udah tau juga kelakuannya pak hendrawan seperti itu..!" haus genjotan..! "kata Melissa setengah berbisik.
Birri yang dari tadi menjadi pendengar yang baik akhirnya mengeluarkan suaranya.
" memang ya pak Hendrawan kenapa Ren..? " Tanya Birri.
"o Iya.. Kamu orang baru kok ya Al.. Jadi tidak tahu masalah ini..!" desahnya.
"memang ya kenapa Ren?" kata Birri benar benar penasaran.
"Pak hendra sering main wanita di Kantor ini...! Lihat yang being sedikit Dan masih perawan... Langsung saja diincar..!" lanjut Reno.
"eh.. Masak seperti itu.. Jangan bercanda ah.. Gak baik..!" kata Birri mencoba mencari kebenaran dalam kata kata Reno.
"kamu tu Al.. Di bilangin nggak percaya... Banyak kok saksinya..! Yang parah malah sebelum gadis itu masuk..dia itu pengganti mbak Meri..!tau kenapa mbak Meri resign?"
Birri hanya menggelengkan kepala ya. "Mbak Meri itu di perkosa di ruang kantor pak hendrawan..! Gak ada yang bisa ngapa ngapain..! Menempuh ke jalur hukum pun percuma...jalur hukum Sudah di beli...! Akhirnya mbak Meri jadi bahkan cemoohan orang orang.... Dianggap pelacur lah, pelakor lah.. Padahal aslinya tidak seperti itu..! Dan sekarang nggak ada yang tau juga gimana nasibnya kini..! " cerita Reno.
Hati Birri menjadi tidak karuan. Ia benar benar kehilangan akal logisnya. Yang ada hanya lah bagaimana Ia bisa melihat kondisi perempuan tadi.
"sepertinya ada yang tertinggal di ruang rapat tadi...!" kata Birri yang segera berbalik arah menuju lift.
"Al...hati Hati.. Jangan samapi membuat pak hendra Marah bisa di pecat kamu Al...!" kata Reno menarik tangan kanan Birri.
Birri hanya melempar senyumannya. Ia bergegas menuju lift Dan naik ke lantai 5. Entah lah ada rasa yang aneh beedesir di dadanya.
Semoga saja tidak rlterjadi apa apa Sama gadis itu. Batin Birri.
Pintu lift terbuka Dan IA segera berlari ke ruang rapat tadi. Perasaanya semakin tidak karuan. Tanpa mengetuk Pintu teelwbih dahulu, IA secara paksa membuka Pintu tersebut Dan benar yang dia khawatirkan. Betapa kagetnya IA ketika melihat pemandangan yang ada di dalam ruangan tersebut.
Birri tak habis pikir dengan apa yang Dilihatnya sekarang. Ansha gadis itu, Air matanya mengalir sangat deras. Keadaanya sangat menyedihkan. Tangan Dan kakinya sudah diikat ke belakang kursi rapat. Kemeja yang dikenakan sudah terbuka memperlihatkan bra warna putihnya Dan rok yang di pakai ya sudah tersibak ke atas beaerta ****** ******** yang sudah berada di kaki. Sementar itu pak Hendra sudah setengah telanjang memperlihatkan pusakanya yang sudah mengeras. Wajah Ansha sudah hampir di dekatkan ke pusakanya.
Birri yang sangat emosi akhirnya secara marathon memukul pak Hendra tanpa ampun. Sebelum itu Ia mengunci ruang rapat tersebut agar kondisi Ansha tidak dilihat oleh yang lain.
Dengan bertubi tubi Birri memukul pak hendrawan.
"kau jangan kurang ajar! Saya atasanmu do sini..! Kata oak hendrawan menahan sakit.
" anda tidak pants untuk dijadikan atasan..! " ucap Birri yang masih saja melupakan emosinya meninju perut Dan badan pak hendrawan. Setelahnya, Ia membuka ikatan tangan Dan kaki Ansha merapikan bajunya. Ansha begitu menyedihkan. Ia bahkan menangis tanpa suara. Tangisannya benar benar memilukan.
Di saat seperti itu Pak Hendrawan mengenakan kembali celananya. Melangkahkan kakinya ke dekat pintu Dan membuka pintu tersebut.
"to long.. To long ada pasangan mesum disini..!" teriak pak hendrawan yang membuat seisi lantai 5 akhirnya menuju ke ruang rapat tadi.
Birri Dan Ansha terkejut dengan tindakan pak Hendrawan. Para karyawan akhirnya berkumpul di ruang rapat tadi melihat mereka seakan akan pelaku cacat moral sesungguhnya.
Kondisi Ansha Dan Birri yang memang sudah berantakan. Karena Birri tadi memukul pak Hendrawan.
"lihatlah mereka.. Saya sudah baik Hati menasehati malah Pria ini memukul Saya..!"lanjut pak Hendrawan.
Semua karyawan disana sekolah olah menghakimi Birri Dan Ansha. Birri membuka suatanya.
" pak Hendrawan yang terhormat.. Seharusnya anda malu mengatakan kalimat Hina itu..! " kata Birri.
" ya Ampun... Anak Muda Zaman sekarang dibilangin orang Tua malah memutar balikkan fakta..! Ck..!" kata pak hendrawan memancing emosi.
"sudahlah.. Ngaku saja..! Sudah tertangkap basah mau mengelak..!"
"kelakuan kalian itu merusak Citra perusahaan..!" kata karyawan lain sailing bersahutan.
Birri Dan Ansha merasa disudutkan.
"dasar pelaku cacat moral..!" cibir karyawan disana.
Ansha semakin terpuruk Dan seketika membuat Ia limbung dan pingsan. Mau tidak mau Birri menopang tibuh Ansha Dan menggendongnya untuk di Bawa ke rumah sakit. Di tengah kerumunan itu banyak yang bersorak sorai menghujat mereka dengan kata kata menjijikkan. Tapi Birri tidak ambil pushing yang terpenting sekarang adalah keselamatan Ansha.
Brak..!
"Ren..! Loe tau nggak.. Al..Al.."kata Haikal ngos ngosan.
" ada apa Kal.. Bicara yang bener..! "ucap Reno.
"AL.. Al.. Di tuduh berbuat mesum dengan Ansha..!" kata Haikal lolos begitu saja.
"Apa..!!!" teriak Reno Dan Melissa bersamaan.
"tidka mungkin Al melakukan itu... AK tau AL seperti apa..! Sama oerempuan saja IA menjaga jarak..! Jangan ngawur kamu Kal..!" kata Reno mengintimidasi Haikal.
"" itu tadi di lantai 5 rame sekali mereka keoergok berbuat mesum Sama PAK hendra.. Sekarang mereka mau di amuk massa..! "lanjut Haikal lagi.
Reno segera bergegas ke lantai 5 bersama mellisa Dan Haikal. Setibanya di lantai 5 ia melihat Al sedang menggendong Ansha mencoba membawa nya keluar namun di hadang oleh para karyawan yang menghujat mereka.
Dengan sigap Reno Melangkahkan kakinya ke kerumunan tersebut.
"apa apaan kalian.. Berhenti..!" teriak Reno. Ia mencoba menarik Al dan Ansha dari kerumunan tersebut.
"kamu segera ke lift Al.. Bawa Ansha segera ke rumah sakit.. Seperti ya dia shock..!" kata Reno mendorong tubuh Al ke dalam lift. Birri pun segera menekan lift menuju ke lantai bawah diikuti dengan Haikal.
Sesamoainya di lantai bawah, Haikal a segera mencari Mobil yang dipesannya lewat aplikasi.
" pak Haikal ya?" Kata Driver Mobil silver dari dalam.
"Iya pak.. Sebentar.."kata haikal
Haikal melambaikan Tangannya ke Birri. Dan Birri pun menghampiri Haikal.
" cepet masuk Dan Bawa Ansha ke rumah sakit..! " kata Haikal.
" Iya Mas.. Terimakasih..! "ucap Birri.
Birri pun meletakkan Ansha di jok belakang Mobil Dan Ia duduk di depan.
" ke rumah sakit terdekat ya Mas..".kata Birri kemudian.
Mobil pun melaju menuju ke rumah sakit. Di dalam perjalanan Ia menghela nafas panjang. Walaupun dia di hakimi dengan celaan keji namun ternyata masih banyak orang orang baik yang menolongnya. Di tengah kekalutan yang melanda hatinya Ia melirik Ansha yang masih tidak siuman.
"istrinya ya Mas..?" Tanya pak sopir mencoba membuka obrolan.
Birri hanya tersenyum kecut.
"hidup itu penuh kejutan Mas..! Kita hanya bisa oercaya Sama takdir Allah.. Berprasangka baik pada kehendakNya...karena tidak Semua yang buruk dimata orang itu buruk di mata Allah..!" kata pak sopir tadi.
Ada rasa tenang bergelatut di relung Hati Birri. Mendengar petuah pak sopir tadi hatinya sedikit tenang.
" banyak mengucapkan istighfar Mas.. Sebut selalu nama Allah ketika kita sennag Maupin susah.. Jangan oernah melupakannya.. "lanjut pak sopir tadi.
Birri pun tersadar.. Ia mengucap istighfar berkali kali dalam hatinya. Dan kini oerasaanya sudah mulai tenang. Sesamoainya di rumah saki, Ia membopong Ansha menuju ruang oerawatan. Dengan segera Ansha di tanganni oleh dokter.
Di ruang Rawat, Ansha masih belum membuka matanya., selang infus sudah dipasang di oergelangan Tangannya. Namun, belum juga Ia tersadar.
Tidak terasa kantuk menyerang Birri. Birri pun mengambil air wudhu Dan sholat di sebelah Ansha.
Ketika Khusu' berdo'a Ansha mulai tersadar. Di lihat ya sekeliling dan Ia melihat sosok laki laki yang sedang menegadahkan tangannya. Sosok Pria itu yang telah menyelam akan dirinya Dan malah mendapat hinaan dari rekna kantornya. Wajah Ansha berubah sendu. Tiba tiba air matanya menetes lagi mengennag kejadian naas itu.
Selese berdo'a Ia melihat ke tempat tidur pasien. Ansha sudah bangkit Dan duduk bersender di ranjang tersebut. Gadis itu menutup wJahnya kemungkinan sedang mrnNgis lagi. Birri menghampirinya pelan pelan.
"kamu nggak papa?" kata Birri kikuk. Ini baru pertama Kali Ia berinteraksi dengan oerempuan dalam Satu kamar yang Sama.
Di pandangnya Lelaki tersebut dengan sedih.
Padagal seharusnya dia yang khawatir bagaiama pekerjaan nya di Kantor itu... Malah sekarang Ia lebih mencemaskan keadaanku saat ini.. Batin Ansha
"emmm itu.. Apa perlu Saya panggilan dokter??" lanjut Birri.
Namun tiba tiba pintu ruang Rawat di buka dengan keras.
Brak..!
"ayah.. Ibu..!" ucap Ansha kaget.
Terlihat dari sorot mata orang Tua Ansha tidak bersahabat. Ayahnya mengepalkan tangan dengan kuat Dan segera menuju ke Birri. Selanjutnya Ansha juga melihat kedatangan Pak hermawan di belakang orang tuanya.
Jreng... Jreng... Jreng....
Ada yang bisa nebak apa yang terjadi selanjutnya???
😅😅😅😅
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!