Hai Semuanya... Ketemu lagi sama Author di karya terbaru...
Fiuh.. akhirnya ya cerita ini bisa launching juga...
Ini karya keempat Author setelah..
Kisah Cinta Sang Perawan Tua (sudah tamat)
Geng Pelangi (on going, hampir tamat)
Mengejar Cinta Shavira (on going)
Jangan lupa baca novel yang diatas ya...
Jangan hanya baca.. Jadikan favorit, Kasih Like, Komen, Hadiah dan juga Vote.
Semoga kalian suka dan enjoy membacanya..
...*****...
Sebuah keluarga kecil yang terdiri dari Papa Arman, Mama Yesa, Widya (Wiwid), Amira (Rara) dan Raisa (Caca).
Mereka hidup berkecukupan. Papa Arman bekerja sebagai direksi di sebuah perusahaan BUMN kota A.
Mama Yesa bekerja sebagai notaris.
Wiwid berusia 20 tahun dan kuliah di Perguruan tinggi Swasta di kota B.
Rara berusia 17 tahun, bersekolah kelas XII di SMA negeri favorit di kota B.
Caca berusia 15 tahun, bersekolah kelas X di SMA negeri yang sama dengan Rara.
Arman termasuk tipe Ayah yang sibuk bekerja dan jarang berada di rumah. Arman hanya pulang ke rumah di saat weekend atau tanggal merah, selebihnya dia bekerja dan tinggal di kota A. Arman juga sangat cuek dan sedikit pelit pada istrinya. Setiap kebutuhan anak - anaknya selalu harus dicatat dengan rinci.
Yesa memilih kembali bekerja saat si bungsu Caca masuk SMP. Dia ingin mengisi waktu deng kesibukan. Kurangnya perhatian dari sang suami membiatnya memilih bekerja di kantor notaris milik sahabatnya.
Ketiga anak mereka sebenarnya mulai merasakan ketidakharmonisan dari kedua orangtuanya. Bahkan tak jarang keduanya bertengkar di depan anak - anak mereka.
Semakin bertambah umur makin renggang juga hubungan antara Arman dan Yesa.
Beruntung masih ada Oma Sari, yang rumahnya hanya berjarak 3 rumah, selalu menemani dan mengajari mereka tentang agama dan sopan santun. Semenjak ditinggal Opa Permadi 5 tahun yang lalu, Oma Sari tinggal hanya berdua dengan pembantu. Oma Sari memiliki 2 anak yaitu Om Tama dan Mama Yesa.
Om Tama tinggal bersama keluarganya di kota D yang berjarak ± 70 km.
Caca adalah cucu yang paling dekat dengan sang Oma. Wiwid dan Rara selalu menyibukkan diri dengan kegiatan mereka di sekolah dan kampus.
Hingga akhirnya mereka mulai muak dan risih dengan pertengkaram kedua orangtuanya.
Satu persatu mulai meninggalkan rumah. Wiwid memilih kos dekat dengan kampusnya, bahkan setelah lulus dia memilih untuk bekerja di kota C.
Rara juga memilih kuliah di kota F dan kos disana. Dia hanya pulang dua bulan sekali.
Caca pun memilih untuk kuliah di kota D setelah lulus.
Satu persatu dari mereka juga mulai bertemu dengan lelaki yang menyukai mereka. Sedikit harapan mulai muncul agar mereka bisa menciptakan keluarga yang harmonis berbeda dengan orangtua mereka.
Akankah ketiganya bisa menyatukan lagi kedua orangtuanya. Akankah Arman dan Yesa mau menurunkan ego masing - masing demi anak - anak mereka ?
...***...
Bagi vote atau Bunga 🌹 atau secangkir kopi☕ 😁😁
Jangan lupa juga baca karya Author lainnya "Kisah Cinta Sang Perawan Tua" yang menceritakan kisah cinta Sissy dan Rio.
Baca juga "Mengejar Cinta Shavira" yang menceritakan kisah cinta Ical, anak dari Sissy dan Rio. "Geng Pelangi" juga seru loh, menceritakan kisah persahabatan 4 orang gadis. Kalian juga bisa buka di bio saya ya..
Like 👍 Komen dan Vote ✌✌
ajak juga teman lain buat ikut membaca ya..
Makasih 🙏🙏🙏
#Hai reader kesayangan othor.. Insha Allah cerita ini akan update 1/2 hari sekali ya. Smoga aja othor bisa terus menulis dengan lancar.
Jangan lupa bagi bunga 🌹atau kopi ☕ nya biar semakin semangat buat nulis.. #
...Selamat Membaca 📖...
...***...
(penampakan rumah mereka ~ google)
Pagi itu di terlihat kesibukan di sebuah rumah.
"Ma, kaos kaki aku yang panjang dimana ?" teriak Caca.
"Kan di lemari belakang kayak biasa de." jawab Yesa, sang Mama.
"Gak ada Ma. Cariin dong. Kalo gak nanti aku telat nih." kata Caca.
Yesa langsung membantu Caca mencari kaos kakinya. Tak butuh waktu lama, langsung ketemu.
"Kamu mah kebiasaan. Nyari gak teliti." gerutu Yesa.
"Hehehe. Tadi aku cari gak ada kok Ma." Caca coba membela diri.
"Alasan aja itu Ma." ledek Wiwid.
"Iih.. Beneran kok Kak. Aku gak nemu dari tadi." jawab Caca.
"Udah.. Udah.. Ayo cepetan sarapan dulu. Nanti kesiangan." lerai Yesa.
"Iya De. Aku mau berangkat agak pagi. Mau ada Quiz." kata Rara.
"Iya aku makan sekarang." gerutu Caca.
Arman yang sednag menikmati saraoannya habya bisa menggelengkan kepalanya.
"Pa, aku minta uang dong buat bayar seragam ekskul." kata Caca pada Arman.
"Kan harusnya ditulis di buku pengajuan uang." kata Arman.
"Iya aku lupa Pa. Ini hari terakhir bayar." Caca mencoba merayu papanya.
"Lain kali kamu tulis dan ajukan minimal 2 hari sebelumnya. Yang lain denger juga ya." kata Arman pada anaknya.
"Iya Pa." jawab Wiwid dan Rara kompak.
"Ini udah aku tulis Pa." Caca menyodorkan buku ke hadapan Arman.
"Kok mahal sekali ? Untung Papa masih ada uang cash." Arman mengeluarkan dompet dan memberikan uang pada Caca.
"Aku gak dikasih juga Pa ?" tanya Wiwid.
"Buat apa ?" Arman balik bertanya.
"Ya buat jajan aja." jawab Wiwid sambil tersenyum lebar.
"Nih.. Buat kalian. Bagi rata." Arman mengeluarkan 3 lembar uang warna biru.
"Asik. Makasih Pa." Wiwid mencium pipi Arman.
"Iih.. Kamu bau.. Belum mandi ya." protes Arman.
"Emang iya." Wiwid tertawa sambil meninggalkan Arman yang masih mengomel.
Rara dan Caca juga mencium pipi Arman setelah mengambil uangnya.
"Ma, Papa berangkat dulu." pamit Arman pada istrinya.
"Iya Pa. Hati - hati." kata Yesa sambil mengantarkan Arman ke depan rumah.
Rara dan Caca pun berangkat sekolah dengan berboncengan naik sepeda motor. Saat ini Caca duduk kelas X, sedangkan Rara sudah kelas XII di sekolah yang sama.
"Kakak, kamu gak kuliah ?" tanya Yesa pada anak sulungnya.
"Libur Ma. Aku mau di rumah aja. Main sama Moi aja." jawab Wiwid sambil membelai kucing peliharaannya.
"Mama mau siap - siap berangkat ke kantor ya. Hari ini ada janjian sama klien." kata Yesa.
"Iya Ma. Aku isiin saldo aplikasi online dong buat beli makanan." kata Wiwid.
"Kan tadi udah dikasih uang sama Papa." kaat Yesa.
"Ya beda. Ini aku kinta lagi ke Mama." uajr Wiwid sambil tertawa lebar.
"Iya nanti Mama isiin." Yesa keluar dari kamar lengkap dengan pakaian kerja dan tasnya.
"Mobil Mama bawa ya. Nanti kalo mau keluar jangan lupa kunci pintunya." Yesa mengingatkan Wiwid.
"Iya Ma. Lagian aku juga lagi males mau pergi. Mau santai di rumah aja." kata Wiwid.
"Ya udah. Mama berangkat dulu. Kamu hati - hati di rumah ya." Yesa pamit pergi.
Wiwid menunggu kepergian Mamanya. Setelah itu dia mengunci pintu gerbang dan masuk ke dalam rumah.
Wiwid menghabiskan waktunya bermain dengan kucing kesayangannya di kamar.
*trrt.. ttrrt... *
Wiwid mengambil hp nya yang berbunyi tanda ada telepon masuk.
"Hai Wid. Kamu di rumah ? jalan yuk ?" ajak Bagas.
"Aku lagi mager banget nih Gas." tolak Wiwid.
"Aku lagi sumpek juga nih di rumah." keluh Bagas.
"Ajak yang lain aja. Aku lagi pengen diem di rumah." tolak Wiwid.
"Aku main ke rumah kamu aja ya." kata Bagas.
"Gak boleh. Di runah lagi gak ada orang." Wiwid kembali menolak.
"Mumpung lagi sepi kan jadi bisa berduaan." rayu Bagas.
"Enak aja. Emang kamu pikir aku cewek apaan ?" Wiwid mulai kesal dengan Bagas.
"Kamu tuh jual mahal banget sih Wid. Sok cakep." gerutu Bagas.
"Emang cakep. Buktinya kamu ngejar - ngejar aku." balas Wiwid membuat Bagas terdiam.
"Ya udahlah. Dasar sombong." Bagas langsung menutup telponnya.
"Dasar cowok mesum. Dipikir aku bakal mau di apa - apain. Pacar bukan udah sok ganteng banget. Hiuh.. Jauh - jauh deh sama yang kayak gitu." Wiwid mengomel sendiri.
Daripada kesal akhirnya Wiwid memilih masuk ke kamarnya dan tidur.
*ting.. tong.. *
Bel rumah berbunyi entah untuk yang keberapa kalinya membangunkan Wiwid dari tidurnya.
Wiwid berjalan menuju pintu depan dan membukanya.
"Lama amat sih Kak ?" kata Caca kesal.
"Emang udah dari tadi ya ?" tanya Wiwid masih sedikit bingung.
"Udah setengah jam kita nunggu disini. Pasti Kakak lagi tidur ya ?" kata Rara.
"Iya. Aku baru bangun tidur nih. Maaf ya." kata Wiwid sedikit menyesal.
"Lain kali kalo mau tidur, kuncinya dicabut Kak. Biar kita gak susah mau masuk." kata Rara lagi.
"Iya siap adikku. Udah jangan ngomel." Wiwid mengacak rambut Rara.
"Ada makanan gak ? Laper nih." keluh Caca.
"Kita pesen online aja yuk. Kalian mau makan apa ?" tanya Wiwid pada kedua adiknya.
"Sushi.."
"Rice Bowl.. " Rara dan Caca menyebutkan makanan yang diinginkan bersamaan.
Mereka pun berdiskusi dan akhirnya disepakati untuk memesan makanan jepang dari resto favorit mereka.
Rara dan Caca berganti pakaian sembari menunggu makanan datang.
Lalu mereka pun menikmati makanan sambil mengobrol ringan.
...***...
Bagi vote atau Bunga 🌹 atau secangkir kopi☕ 😁😁
Jangan lupa juga baca karya Author lainnya "Kisah Cinta Sang Perawan Tua" yang menceritakan kisah cinta Sissy dan Rio.
Baca juga "Mengejar Cinta Shavira" yang menceritakan kisah cinta Ical, anak dari Sissy dan Rio. "Geng Pelangi" juga seru loh, menceritakan kisah persahabatan 4 orang gadis. Kalian juga bisa buka di bio saya ya..
Like 👍 Komen dan Vote ✌✌
ajak juga teman lain buat ikut membaca ya..
Makasih 🙏🙏🙏
...Bersambung...
#Hai reader kesayangan othor.. Insha Allah cerita ini akan update 1/2 hari sekali ya. Smoga aja othor bisa terus menulis dengan lancar.
Jangan lupa bagi bunga 🌹atau kopi ☕ nya biar semakin semangat buat nulis.. #
...Selamat Membaca 📖...
...***...
Hari itu Wiwid sedang merayu Yesa.
"Ma, boleh ya aku kos ?" pinta Wiwid dengan wajah memelas.
"Ngapain Kak ? Kampus kamu kan gak jauh - jauh amat." kata Wiwid yang sedang memeriksa berkas pekerjaannya.
"Kuliah aku udah mulai banyak tugas Ma. Capek kalo harus bolak - balik." Wiwid memberikan alasan.
"Lagian suruh siapa kamu gak bisa bawa motor. Kan lumayan bisa buat hemat waktu." omel Yesa.
"Kan aku trauma Ma. Ayo dong Ma. Boleh ya." Wiwid masih terus merayu mamanya.
"Kamu harus minta ijin sama Papa." kata Yesa.
"Ya tapi Mama bantu aku ngomong ke Papa ya." kata Wiwid lagi.
"Tunggu Papa aja." kata Yesa dengan tegas.
Wiwid akhirnya keluar dari ruang kerja Mamanya.
"Gimana Kak ? Boleh gak ?" tanya Caca.
"Suruh bilang dulu ke Papa." jawab Wiwid dengan lesu.
"Ya tinggal tunggu Papa aja sih." kata Rara dengan santai.
"Nunggu Papa masih berapa hari lagi. Kelamaan." gerutu Wiwid.
"Tinggal 3 hari lagi Kak. Sabar aja." Rara coba menenangkan.
"Kira - kira boleh gak ya sama Papa." Wiwid meminta pendapat kedua adiknya.
"Boleh lah. Kan alasannya karena banyak tugas." Caca coba menenangkan Kakaknya.
"Iya. Selama Kakak gak macam - macam pasti dibolehkan. Lagian Papa juga gak disini terus kan." Rara ikut memberi pendapat.
"Semoga ya." kata Wiwid.
Sebenarnya tujuan utama Wiwid ingin kost itu agar bisa sedikit bebas. Apalagi saat ini Wiwid sedang dekat dengan seorang cowok kakak tingkatnya. Cowok yang berasal dari luar jawa itu juga kost di dekat kampus.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Akhirnya jumat malam, Arman pulang ke rumah. Wiwid yang paling semangat menyambut sang Papa.
"Tumben kamu siapin teh hangat buat Papa Kak ?" tanya Arman.
"Ada maunya tuh Pa." sindir Rara.
"Emang ada apa ?" tanya Arman lagi.
"Itu Pa... Aku mau.. " ucapan Wiwid terpotong.
"Nanti aja ngobrolnya. Sekarang Papa mandi dulu ya." potong Yesa.
Arman pun masuk ke kamar untuk mbersihkan diri.
"Nanti aja Kak. Biarin Papa mandi trus makan malam dulu." kata Yesa sebelum Wiwid mengucapkan protesnya.
"Aku bantuin siapin makan malam ya Ma." Wiwid menghampiri Yesa di dapur. Rara dan Caca pun menata meja makan. Setiap jumat atau Minggu malam mereka memang selalu menyempatkan untuk makan malam bersama.
"Kamu mau ngomong apa Kak ?" Arman keluar dari kamar dengan memakai pakaian santainya.
"Nanti aja Pa. Kita makan dulu yuk." ajak Yesa.
"Oke." Arman pun duduk di kursi. Yesa mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk suaminya. Mereka semua menikmati makanan dengan hening. Apalagi Wiwid yang makan dengan cepat seakan tak sabar untuk segera meminta ijin pada Papanya.
Selesai makan, Caca dan Rara membersihkan meja dan mencuci piring. Sedangkan Arman, Yesa dan Wiwid berpindah ke ruang tengah untuk mengobrol.
"Ada apa Kak ?" tanya Arman.
"Pa, Aku mau minta ijin buat kost." kata Wiwid.
"Ngapain ?" tanya Arman lagi.
"Aku kan sekarang banyak tugas Pa. Biasanya dikerjain pulang kuliah atau malam hari. Capek kalo harus bolak - balik atau pulang sore terus." Wiwid mengutarakan alasannya.
"Dimana ?" Arman terus bertanya.
"Di deket kampua ada kosan. Temen aku juga kost disitu." jawab Wiwid.
"Menurut kamu gimana Ma ?" Arman bertanya pada Yesa.
"Mama sih terserah Papa aja." jawab Yesa.
"Oke. Papa ijinin." kata Arman.
"Asik. Makasih Pa." Wiwid memeluk Papanya.
"Eits.. tunggu dulu. Ada syaratnya." kata Arman.
"Apa Pa syaratnya ?" tanya Wiwid.
"Papa dan Mama mau lihat dulu kosan kamu." jawab Arman.
"Oke Pa. Besok kita kesana. Aku mau hubungi temen aku dulu." kata Wiwid.
"Masih ada lagi." kata Arman.
"Apalagi sih Pa ?" tanya Wiwid.
"Kamu harus pulang minimal 2 minggu sekali." jawab Arman dengan wajah datar.
"Insha Allah Pa." Wiwid hendak berdiri menuju kamarnya.
"Tunggu dulu. Belum selesai." Arman menarik tangan Wiwid untuk duduk kembali.
"Apalagi Pa ? Sebutin semua lah, jangan satu - satu." Wiwid mulai kesal.
"Sabar. Itu salah satu syarat juga." kata Arman.
"Iya Pa. Apalagi ?" Wiwid bertanya dengan nada suara pelan.
"Kamu gak boleh terlibat dengan s*** bebas, nar**** dan dunia malam." kata Arman.
"Insha Allah Pa. Udah selesai ?" tanya Wiwid.
"Uang saku kamu gak Papa tambahin lagi. Kamu gunakan dengan hemat." kata Arman.
"Oke bos." kata Wiwid.
"Sudah. Kamu boleh ke kamar." kata Arman.
Wiwid pun menuju ke kamarnya. Dia langsung mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Tita, calon teman satu kost nya.
Wiwid
Ta, aku boleh kost. Besok Papa dan Mama aku mau lihat kosannya. Kamu tolong bilangin Ibu kost ya.
Tita
Akhirnya kita bisa kost bareng ya. Nanti aku bilang ke Ibu kost.
Wiwid
Alhamdulilah. Makasih ya.
Tita
Sama - sama cantik.
Wiwid
Sampai ketemu besok ya. Dah.
Tita
Dah.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Keesokan harinya Wiwid menemani kedua orangtuanya untuk melihat kost yang akan ditempatinya.
Setelah mengobrol sebentar dengan Ibu pemilik kost, mereka melihat ke kamar ditemani oleh Tita.
(kamar kost Wiwid ~ google)
"Lumayan juga kamarnya. Ada kamar mandi dalam juga." kata Arman.
"Iya Pa. Kosannya juga bagus. Terutama ada ibu kost nya." Yesa ikut berkomentar.
"Jadi setuju kan Pa ?" tanya Wiwid tak sabar.
"Boleh. Yuk kita ke tempat ibu kost lagi." Arman mengajak Yesa.
"Kamu tunggu disini aja Kak." kata Yesa pada Wiwid.
Arman pun menemui ibu kost untuk membayar kost selama 4 bulan dan menitipkan Wiwid padanya. Setelah itu ketiganya pamit untuk mengambil barang dan besok wiwid akan mulai menempati kamar kost itu.
Dalam perjalanan pulang, Yesa meminta untuk mampir di supermarket terdekat untuk membeli kebutuhan Wiwid di kosan.
"Aku nunggu di mobil aja Ma." kata Arman.
"Takut disuruh bayarin ya ?" ledek Wiwid.
"Eh.. Jangan lama - lama." Arman tak menghiraukan ledekan Wiwid.
Wiwid dan Yesa pun masuk ke supermarket dan membeli sapu, perlengkapan untuk mandi dan yang lainnya meninggalkan Arman yang memilih untuk menunggu di mobil saja.
...***...
Bagi vote atau Bunga 🌹 atau secangkir kopi☕ 😁 😁 😁
Jangan lupa juga baca karya Author lainnya "Kisah Cinta Sang Perawan Tua" yang menceritakan kisah cinta Sissy dan Rio.
Baca juga "Mengejar Cinta Shavira" yang menceritakan kisah cinta Ical, anak dari Sissy dan Rio. "Geng Pelangi" juga seru loh, menceritakan kisah persahabatan 4 orang gadis. Kalian juga bisa buka di bio saya ya..
Like 👍 Komen dan Vote ✌✌
ajak juga teman lain buat ikut membaca ya..
Makasih 🙏🙏🙏
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!