Happy reading 🤗
Jangan lupa tinggalkan jejaknya yah Guys 🙏😘😘
.
.
.
.
.
.
Tepat di usianya yang ke 17 tahun putri seorang raja Mafia bernama Auliani Devano Jonas, Daddynya bernama Devil atau juga di sebut sebagai raja Iblis dalam dunia bawah. Namun jika di dunia bisnis maka orang mengenalnya sebagai Tuan Farhan Wardi Dinata.
Hari ini adalah hari kelulusan princess Mafia di salah satu sekolah ternama milik ayahnya. Sedang kedua abangnya sudah lebih dulu, selesai di umur yang ke 16 tahun dan sekarang mereka kuliah di salah satu universitas ternama di Amerika dan tentunya mereka tinggal di sebuah apartemen walaupun saat itu Daddy Smith ingin sekali kedua cucunya untuk tinggal di Mansionnya namun pada akhirnya ia mengalah dengan catatan setiap minggu untuk menginap di Mansionnya tanpa alasan.
Di sekolah SMA Smart Jakarta, semua anak kelas 12 sudah satu persatu datang ke sekolah karena akan mendengar berita yang akan membuat jantung siapa saja bergetar. Namun tidak untuk Aulia, gadis itu malah mengendarai motor sportnya menuju kawasan yang tidak banyak penduduknya, di salah satu bangunan tua yang sudah tidak di tempati.
Diam-diam Aulia dengan teman-teman cowoknya membuat Markas untuk mereka tempati. Yah, Aulia memiliki empat orang sahabat pria yang selalu ada untuknya, ia tidak memiliki teman wanita karena menurutnya itu akan sangat merepotkan, lagipula tidak ada yang mau dengannya. Itulah sebabnya dirinya tidak mempunyai teman wanita.
Tuan Farhan tidak melarang anaknya untuk bergaul dengan siapa saja yang terpenting putrinya bisa mengontrol diri. Dia juga selalu mengirim mata-matanya untuk menjaga sang putri jika ada yang melakukan hal buruk padanya.
Aulia turun dari motor dengan masih menggunakan pakaian seragam putih abu-abu, masuk ke dalam Markasnya itu.
"Hey! kenapa kamu kesini dan tidak ke sekolah? kamu tidak takut ketahuan sama Daddy kamu hmm...?" tanya seorang pria dengan rambutnya yang sebahu. Namanya Hara, pria baik juga pengertian.
"Lia capek Bang, pengen istirahat" jawab Aulia dengan wajah lesunya. Berjalan menuju ruang tengah, menjatuhkan bokongnya di atas sofa. Markas yang mereka bangun itu terdapat satu kamar, juga memiliki dapur dan ruang tengah sebagai tempat tongkrongan selain itu juga ada peralatan alat rumah tangga seperti halnya pada rumah umumnya.
Hara datang membawa jus mangga kesukaan Aulia meletakan nampan di atas meja kayu. Pria itu lalu duduk di samping Aulia.
"Minum dulu" Hara memberikan segelas jus pada Aulia dengan senang hati gadis itu meraihnya meneguknya hingga tandas. Sepertinya Aulia begitu kehausan.
"Ada apa lagi hmmm? kenapa setiap datang kemari tidak pernah bahagia, selalu saja di tekuk tuh muka. Apa ada masalah lagi?" tanya Hara menatap wajah sendu wanita di depannya.
"Daddy dan Mommy merayakan hari kelulusanku hari ini" menjeda ucapannya. Menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan. "Lia berharap Uncle Tio datang merayakan kelulusan Lia" sambungnya dengan kepala menunduk. Sepertinya gadis itu tengah menangis terlihat bahunya yang bergetar.
Hara yang memang memiliki sisi lembut meraih tubuh Aulia ke dalam pelukannya. "Sudah jangan menangis. Mana gadis kuat, tangguh, ceriah yang abang kenal?" Hara mengelus pundak Aulia lembut. Menenangkan gadis di pelukannya. Ia juga merasakan sakit melihat gadis imut di pelukannya menangis.
"Lia ti-tidak tahu kenapa Lia se-selalu memikirkan Uncle Tio, hiks, hiks. Lia benci perasaan Lia" tutur Aulia sesenggukan.
Hara melerai pelukannya menatap wajah cantik wanita di depannya. Ibu jarinya terangkat menghapus kristal bening di pipi Aulia.
"Lia benar-benar suka pria itu?" tanya Hara menatap dalam wajah Aulia. Gadis itu menganggukkan kepalanya pelan.
"Kalau Lia suka, Lia harus perjuangin, tunjukkan padanya bahwa Lia mencintai Uncle Tio" jelas Hara, tangannya menyelipkan anak rambut Aulia di belakang telinga.
"Tapi Lia malu" cicitnya dengan wajah memerah, menggigit bibirnya pelan. Hara yang melihat itu membuat ritme jantungnya tiba-tiba berdegup kencang.
"Jangan perlihatkan wajah imutmu Lia! aku bisa kehilangan kendaliku!" teriak Hara, namun hanya dalam hatinya.
"Hahahah, kalau malu. Nanti kamu tidak akan mendapatkan pria yang kamu suka Lia" tawa Hara sembari menoyor kepala Aulia. Ia melakukan itu agar membuat suasana tidak menjadi canggung.
"Iiish! selalu menoyor kepala Lia! sakit tahu" gerutu Aulia mencebikkan bibirnya kesal.
"Sorry, sorry".
"Kalau ke sekolah jangan gulung baju kamu seperti itu! pantas saja tidak punya teman wanita. Wong kamu tomboy juga galak" celetuk Hara dan Aulia hanya tersenyum kecil.
"Bodoh!"
"Ekheem" dehem seseorang membuat atensi Hara dan Aulia menatap ke sumber suara.
"Bang Gilang" seru Aulia tersenyum lebar.
"Tidak ke sekolah lagi yah! benar-benar horang kaya" pria yang baru saja bergabung itu geleng-geleng kepala. Dia adalah Gilang, pria berumur 22 tahun sama dengan Hara.
"Ya iyalah, Lia gitu loh. Lagipula Aulia sudah tahu kalau Lia pasti lulus wong aku juara satu" jawab Aulia bersedekap dada. Menunjukan wajah angkuhnya pada Gilang.
"Cih! palingan juara satu terakhir" cemohnya sembari mencubit hidung mancung Aulia membuat gadis cantik itu memekik kesakitan.
"Akkkhhh! sakit tahu!" teriak Aulia kesakitan.
"Abang Hara, abang Gilang sakitin Lia" adu Aulia pada Hara, tidak lupa menampilkan wajah sedihnya. Dan pria itu melotot tajam pada Gilang membuat Gilang mendengus kesal.
"Cih! dasar tukang ngadu!" ujar Gilang membuat Aulia tertawa puas.
"Malam ini di Mansion ada acara, kalian datang yah" ujar Aulia menatap kedua pria di sampingnya.
"Pastinya dong, apalagi kalau ada makanan enak. Bikin aku semangat" seru Gilang dengan senyum merekah.
"Jam berapa acaranya?" tanya Hara.
"Jam 8 bang" jawab Aulia. Matanya melirik ke segala penjuru ruangan Markas seakan mencari sesuatu.
"Bang, di mana bang Yogi sama bang Andre...?" tanya Aulia. Sedari tadi dirinya mencari dua sahabatnya yang tidak terlihat batang hidungnya. Pria bernama Yogi dan Andre lebih mudah dua tahun dari Hara dan Gilang. Dan dari mereka itu hanya Aulia yang masih muda. Yang baru menginjak 16 tahun.
Aulia berteman dengan mereka baru dua tahun yang lalu saat dirinya membantu sahabatnya sekarang, yang tengah di keroyok oleh Geng jalanan. Dan dari situlah Aulia menjalin persahabatan apalagi dirinya yang notabenenya tidak memiliki teman.
Lagipula tidak buruk berteman dengan pria, mereka bahkan lebih baik daripada teman wanita.
"Mereka berdua sepertinya sedang ikut balapan di kota X mungkin akan pulang sore nanti" jawab Gilang. Dan Aulia hanya menganggukkan kepalanya pelan.
"Jangan lupa untuk datang yah, Lia tunggu kalian. Lia harus ke sekolah sekarang takutnya Daddy mengamuk seperti singa kelaparan" tutur Aulia beranjak dari duduknya.
"Yah, aku takut jika Daddymu akan mengamuk dan menghancurkan Markas ini... iiih, ngeri" sahut Gilang merinding dengan wajah di buat-buat takut.
"Daddyku tidak seseram itu tahu" tukas Aulia menatap tajam pada Galang.
"Hahahah, baiklah princess kau memang betul tapi aku benar" celoteh Gilang menggoda Aulia membuat gadis remaja itu menghentak-hentakkan kakinya kesal.
"Sudah, sudah. Lebih baik Lia cepat ke sekolah jangan sampai Daddy Lia tahu kalau Lia baru habis kesini" jelas Hara memperingati Aulia.
Aulia tersenyum mengangguk, sebelum pergi Aulia memberikan finger love pada kedua pria di depannya dan dengan senang hati mereka mengambilnya lalu membenamkannya dalam hati.
"Daaah, jangan rindu yah. Lia pergi dulu love you" celetuk Lia terkikik geli.
"Sudah, sudah. Pergi sana" ujar Hara menggeleng kepalanya pelan.
"Dasar gadis labil" ucap Gilang.
"Hey! Lia mendengarnya"
"Bodoh".
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung
Beri vote dan likenya dong kak 🤗❤️❤️❤️
Happy reading 🤗
Beri vote dan hadiahnya dong Guys ❤️❤️
.
.
.
.
.
.
.
Aulia memasuki gerbang sekolah, yang mana mendengar jelas suara teriakkan teman-temannya tengah bersorak kala kepala sekolah mengumumkan kelulusan mereka yang seratus persen berhasil dengan nilai yang memuaskan.
Aulia yang saat itu hendak turun dari motor sport berwarna biru di kagetkan dengan suara seorang pria memanggil namanya.
"Lia!" Aulia segera menoleh ke sumber suara netranya seketika membulat sempurna mendapati Daddynya tengah memasang wajah datar namun mematikan.
"Benar kan itu suara Daddy" batin Aulia menatap nyengir Tuan Farhan.
"Daddy, kok Daddy tidak masuk?" tanya Aulia tersenyum kaku melihat wajah Tuan Farhan yang begitu seram menurutnya. "Astaga wajah Daddy, makin tua makin seram gini yah" bisik Aulia dalam hati. Menelan ludahnya kasar.
Aduh Aulia, kalau bicara suka benar hmmm... lagian tua begitu kan Daddy kamu dia juga lho yang membuatmu ada di dunia.
"Kenapa baru datang sekarang? bukannya keluar rumah dari satu setengah jam yang lalu!" tanya Tuan Farhan bersedekap dada. Alisnya terangkat tinggi melotot ke arah sang putri yang tengah berdiri kikuk di depannya.
"Daddy, makin tampan saja hehehe" mengalihkan pembicaraan.
"Ayo pulang!" Tuan Farhan menarik tangan putrinya membawanya masuk ke dalam mobil Lamborghini berwarna merah.
"Daddy, aku mau ke sekolah! bagaimana dengan motorku Dad?" tanya Aulia kesal. Wajahnya sudah di tekuk dengan bibir mengerucut seperti bebek.
"Nanti biar Paman Rio yang bawa" jawab Tuan Farhan. Dan sang putri hanya menatap kesal pada Daddy-nya.
"Rio kamu bawa motor Aulia biar aku yang nyetir" titah Tuan Farhan dan sekertaris Rio segera keluar. Setelah keluar Tuan Farhan beralih mendudukkan bokongnya di kursi kemudi sedangkan Aulia duduk di sampingnya. Sekertaris Rio segera melangkah ke salah satu motor berwarna biru memasang helm di kepalanya dan menjalankan motor milik Nona mudanya.
Mobil Lamborghini yang di tumpangi Tuan Farhan sudah melaju keluar meninggalkan halaman sekolah SMA Smart Jakarta. Ia baru saja dari kantor guru juga melihat hasil nilai putrinya yang sebenarnya tidak pernah mengecewakannya.
"Kamu dari Markas kamu itu?" tanya Tuan Farhan menatap jalan di depannya. Namun Aulia hanya diam saja sepertinya gadis itu masih sangat kesal pada pria di sampingnya.
"Lia!" seru Tuan Farhan kedua kalinya.
"Iya Dad, Lia dari sana" jawab Aulia menatap wajah Daddy-nya yang terlihat tenang. "Daddy tidak akan marah kan...?" cicitnya pelan.
"Tidak. Selagi putri Daddy bisa menjaga dirinya dengan baik maka Daddy akan izinkan, Lia harus hati-hati kalau berteman. Daddy tidak bisa selalu menjagamu selama 24 jam jadi Lia harus hati-hati" jelas Tuan Farhan melirik wajah putrinya memberikan senyum hangat seorang ayah pada putri satu-satunya itu.
"Jangan takut Dad, mana mungkin putri Mafia kalah sama preman pasar" sombongnya menepuk pelan dadanya dan Tuan Farhan hanya terkekeh kecil.
"Dua D di mana Dad?" tanya Aulia yang tiba-tiba saja merindukan dua adik kembarannya. Dua D adalah Dafa dan Daffin sesuai dengan namanya. Dafa adalah pembela, selalu membela adiknya Daffin jika di bully oleh teman sekelasnya yang sifatnya seperti anak Mommy. Sekalipun sekolah di sekolah milik orang tuanya tapi tidak memungkiri bahwa kasus bullying akan selalu ada... seperti sudah mendarah daging di kehidupan manusia jika tidak melakukan kegiatan tersebut.
"Mereka lagi keluar sayang, sepertinya membelikanmu hadiah" tutur Tuan Farhan.
"Lia kan tidak ulang tahun, kenapa harus di beliin hadiah?" tanya Aulia dengan dahi mengkerut kecil. Namun tidak ada jawaban yang keluar dari mulut pria di sampingnya. Alhasil Aulia memilih untuk diam mencoba menutup matanya karena terlalu lelah.
Hingga sebuah mobil sedan itu masuk ke dalam halaman yang luas. Mobil berwarna merah itu berhenti di depan Mansion. Tidak berselang lama sekertaris Rio datang membawa motor Nona mudanya.
Tuan Farhan turun berjalan mengitari mobil dan berhenti di pintu jok depan sebelahnya. Membuka pintu mobil dan melihat putrinya yang tertidur pulas akhirnya dirinya pun yang mengendongnya masuk ke dalam.
"Sayang, sudah pulang" ujar Jons saat melihat suaminya masuk. Tuan Farhan mengisyaratkan untuk diam karena tidak ingin mengganggu waktu tidur sang putri. Jons seketika terdiam.
Tuan Farhan membaringkan tubuh putrinya di atas ranjang kamar Aulia, menyelimutinya kemudian dirinya keluar dari kamar tersebut.
Para pekerja sudah sibuk mengurus beberapa dekorasi di luar Mansion, lebih tepatnya di samping kolam renang. Menghiasinya dengan beberapa bunga juga ada lampu kelap-kelip yang menjadi hiasan kolam. Sebagian dari anggota Black Wolf yang bekerja sebagai chef membuat cemilan kue juga minuman yang akan du suguhkan untuk tamu. Cemilan kue yang biasa di pakai untuk perayaan ulang tahun.
Hingga waktu untuk syukuran kelulusan Aulia tiba. Sebenarnya Aulia merasa tidak suka dengan acara di Mansionnya. Untuk apa merayakannya toh orang yang di harapkannya tidak akan datang.
Yang hadir tidaklah banyak, sesuai permintaan Aulia hanya keluarganya yang akan mereka undang. Aulia masih berdiam diri di depan cermin dengan lilitan handuk yang menjadi pelindung asetnya. Menatap wajahnya dari pantulan cermin.
"Apakah Lia cantik? sudah lama Uncle Tio tidak pernah ke sini. Apakah Lia masih ada di hati Uncle, atau sudah tidak lagi... Uncle sepertinya sangat mencintai pacarnya, hiks, hiks. Lia capek" keluh Aulia menjatuhkan kepalanya di atas meja rias. Kalau mau di bilang ulu hatinya sangat sakit sekarang.
"Lia! Lia sayang Mommy masuk yah?" teriak Jons dari balik pintu. Acara sudah akan mau mulai dan putrinya belum kunjung terlihat. Maka dari itu Jons naik ke lantai dua ingin memastikan bahwa putrinya sudah selesai berdandan.
"Iya Mom, masuk saja" jawab Aulia.
CEKLEK
Jons masuk ke dalam, netranya menangkap sosok yang masih memakai handuk itu membuatnya geleng-geleng kepala.
"Lia sayang, ini sudah jam berapa kenapa belum ganti bajunya hmmm...? acaranya sudah mau mulai itu" jelas Jons menghampiri sang putri. Menatap wajah Aulia dari pantulan cermin.
"Lia kenapa sayang? ada masalah apa? cerita sama Mommy". Jons mengalungkan tangannya di leher Aulia punggung tangannya menghapus sisa air mata dari pipi sang putri.
"Lia rindu Uncle" cicitnya dengan kepala menunduk. Seketika membuat Jons terdiam.
"Tio akan menikah dengan Karla beberapa bulan lagi, apa yang harus aku katakan pada Lia" batin Jons memijat keningnya.
"Ayo Mommy bantu ganti pakaiannya" alih Jons dan Aulia hanya menurut.
Jons mengambil gaun berwarna hitam tanpa lengan yang hanya sebatas lutut memperlihatkan kaki jenjangnya yang mulus juga putih itu. Jons kemudian mengaplikasikan makeup pada wajah Aulia walaupun sempat menolak karena dirinya tidak suka berdandan.
"Perfect" tuturnya dengan senyum merekah. Melihat wajah putrinya yang sangat cantik bahkan dirinya merasa pangling.
"Lia sangat cantik" pujinya masih dengan senyuman di wajahnya. Rambut Aulia ia biarkan tergerai menutup leher jenjang sang putri.
"Tapi Lia tidak suka" tutur Aulia dengan wajah di tekuk. "Untuk apa cantik Uncle Tio tidak datang" sambungnya dalam hati. Memang tidak sulit melupakan seseorang yang sudah lama mengisi hatinya walaupun dirinya tahu bahwa Tio sudah tidak muda lagi.
"Ayo kita turun sekarang, jangan di manyun gitu bibirnya sayang, senyum dong." Aulia melebarkan senyumnya. Mereka lalu turun ke lantai dasar dan menuju samping Mansion dekat kolam renang. Benar saja keluarga juga anggota Black Wolf sudah berkumpul di sana. Aulia menghampiri Daddynya juga kakek dan neneknya.
"Kak Lia selamat yah, tapi Daffin masih kangen sama kak Lia kalau kak Lia sudah lulus itu berarti kak Lia akan ke luar negeri... tidak ada yang mau belaian Daffin lagi" pria yang hanya sebatas dada Aulia itu memeluk erat tubuh Aulia. Ia begitu sedih kakak perempuannya sudah tidak bersamanya lagi walaupun Daffa selalu membelanya tapi ia ingin kakak perempuannya juga turut membelanya.
Jons hanya geleng-geleng kepala ia lantas berjalan meninggalkan ketiga anaknya.
Daffin termasuk anak manja yang tidak mempunyai seni beladiri padahal kedua orang tuanya adalah salah satu orang yang di takuti di kalangan bawah.
"Kamu laki lho kenapa manja banget sih" cibir Aulia menatap jengah sikap adik bungsunya. Yang manjanya ngalahin anak TK. Yah wajarlah Daffin kan masih kelas 6 SD.
"Iiish, kak Lia kok gitu sih" seru Daffin memonyongkan bibirnya sedih.
"Iii sayangnya Lia gemas deh" Aulia mencubit pipi Daffin pelan membuat senyum terukir di bibir adiknya.
"Daffin sudah, gue juga mau ngucapin selamat ke kakak" Dafa menarik tangan Daffin menggesernya ke samping.
"Kak Lia selamat yah, akhirnya selesai juga sekolahnya" Dafa memeluk tubuh kakak perempuan satu-satunya itu.
"Makasih dek, kalian juga harus rajin belajar biar cepat namatin SD-nya" jawab Aulia membalas pelukan adiknya. Ia sangat bahagia memiliki keluarga yang baik padanya. Ingin sekali menghentikan waktu agar bisa terus seperti ini.
"Mereka datang gak yah?" batin Aulia melirik ke seluruh penjuru mencari empat sahabatnya. Namun tak kunjung di temukan. Tiba-tiba netranya menangkap sosok yang sangat di rindukan.
DEG
Mata Aulia memanas kala melihat seorang pria berjas hitam menggandeng tangan seorang wanita.
"Tante Karla" gumamnya dengan jantung berdegup kencang. Menahan sesak di dadanya. Ia buru-buru berjalan ke arah Daddy dan Mommynya.
Jangan lemah Lia!" batinnya. Tersenyum palsu.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung
Happy reading 🤗
Beri like dan Votenya dong kak 🤗❤️❤️❤️
.
.
.
.
.
.
.
Aulia yang tidak sengaja melihat kedatangan Tio pun sangat terkejut ia merasa senang melihatnya namun rasa bahagia itu tiba-tiba sirna kala melihat seorang wanita di samping Tio, sungguh dirinya tidak bisa menyaksikan kemesraan itu.
"Dek, kakak ke sana dulu yah" dua D mengangguk tanpa curiga. Aulia menghampiri kedua orang tuanya juga Kakek dan Neneknya.
"Nek, Kek" sapa Aulia tersenyum tipis. Aulia memeluk tubuh Tuan Wijaya juga Nyonya Mita bergantian. Lalu beralih pada Jons dan Tuan Farhan.
"Selamat cucu Nenek, tidak terasa Lia sudah selesai saja" tutur Nyonya Mita memberikan selamat pada Aulia.
"Kamu mau lanjut di mana sayang, kuliahnya?." Kali ini Tuan Wijaya angkat suara.
"Di Meksiko Kek, Lia kangen sama Oppa Zeus. Mungkin Lia akan tinggal bersama Oppo di sana" jawab Aulia tersenyum tipis. Tuan Wijaya dan Nyonya Mita mengangguk mengerti.
Namun tidak dengan Jons, wanita yang di kenal sebagai pembunuh bayaran itu tahu ada tujuan lain yang anak perempuannya rencanakan.
"Lia, putriku. Jangan pergi ke sana atau kau pasti akan sakit hati, Unclemu itu akan menikah sebentar lagi" bisik Jons dalam hati. Tuan Farhan yang tidak sengaja melihat wajah istrinya murung pun angkat bicara.
"Bagaimana jika Lia sekolah di Amerika saja? kan di sana juga ada abang Hamas dan Azhar mereka akan menjaga kamu sayang." Aulia mengepal tangannya kuat ia harus meyakinkan kedua orang tuanya bahwa dirinya akan baik-baik saja. Ia bisa mengatasi masalah hatinya.
"Keputusan Lia sudah bulat Dad, Lia akan tetap ke Meksiko, Lia juga kangen sama Uncle Oskar" jawab Aulia. "Sekalipun sakit hati yang akan Lia dapatkan. Lia hanya ingin tahu bahwa Uncle Tio masih cinta atau sudah tidak lagi." Batin Aulia dengan sungguh-sungguh.
"Selamat malam Boss besar, Tuan muda, Jons, Nona Aulia" seorang pria yang ingin di hindari oleh Aulia kini berdiri di sampingnya bahkan menyapanya dengan senyum tipis di wajahnya.
Aulia menelan ludahnya kasar, tubuhnya tiba-tiba kaku tidak bisa di gerakkan.
"Kapan kamu datang Tio?" tanya mereka menatap Tio dan wanita di sampingnya bergantian.
"Kemarin Boss besar" jawab Tio tersenyum tipis. Pria itu juga melirik sekilas wajah cantik di sampingnya, sungguh ia sangat merindukan gadis itu namun apalah daya ia kini telah memiliki kekasih.
"Kakak" panggil Karla yang langsung menghampiri Jons memeluknya erat. "Aku merindukan kak Tezca" sambungnya lagi. Jons terkekeh kecil.
"Bagaimana keadaanmu? dan keadaan keluarga di sana...?" tanya Jons melerai pelukannya. Menatap wajah Karla lalu berganti menatap Tio.
"Baik kak. Eh kakak ipar apa kabar?" tanya Karla beralih pada Tuan Farhan sedang raja Iblis hanya menatap datar.
"Cih selalu saja datar. Apakah tidak ada sisi lembutnya sedikit!." Ketus Karla mencibir kesal.
"Itu karena kau berani memeluk milikku" jawab Tuan Farhan menarik tubuh Jons hingga merapat pada tubuhnya. Semua di sana terkekeh kecuali Aulia dan Tio. Bahkan pria itu tidak pernah mengalihkan atensinya dari wanita yang selalu ada di hatinya.
"Dia masih sama seperti dulu, masih bisa menggetarkan hatiku" gumam Tio dalam hati. Menghembuskan napas beratnya. Aulia lalu melirik ke arah Tio memberanikan diri untuk menyapanya.
"Uncle" tuturnya dengan wajah menunduk malu. Tio seketika menatap Aulia, ada rasa rindu di hatinya mendengar suara Nona mudanya itu. Ingin sekali menarik tubuh gadis kecilnya dalam pelukannya. Namun itu hanya dalam khayalannya.
"Nona Aulia, selamat yah, semoga kedepannya bisa lebih sukses lagi" jawab Tio tersenyum lembut.
"Uncle..."
"Sayang, apakah ini adalah gadis yang kau ceritakan?" tiba-tiba Karla mendekat ke arah Tio sembari menatap lembut pada Aulia.
"Karla!" tekan Tio menatap tajam pada kekasihnya, ia tidak suka jika apa yang ia ceritakan harus di ketahui oleh Aulia apalagi ada Boss besar juga Tuan mudanya.
"Hi cantik, kau tahu tidak pacarku Tio selalu menceritakanmu, bahkan tidak pernah absen" tanpa peduli Karla malah mendekati Aulia dan memeluknya tanpa permisi. "Kau tahu kekasihku sepertinya sangat mencintaimu tapi jangan harap kau bisa mengambilnya dengan mudah dariku" bisik Karla menepuk pelan pundak Aulia.
"Kamu masih kecil, kuburlah perasaan kamu, kamu tidak pantas untuk Tio karena kamu masih mudah sayang... biarkan aunty yang mengambil alih cintanya" bisiknya lagi membuat Aulia melebarkan matanya.
Entah apa maksud dari perkataan Karla pada Aulia apakah dirinya punya niatan baik atau buruk, tidak ada yang tahu tentang itu.
"Tidak! aku harus katakan pada Uncle kalau Lia sangat mencintai Uncle" batin Aulia tegas.
Aulia mendorong tubuh Karla pelan. Terlihat jelas senyum aneh dari wanita di depannya.
"Apa yang di bisikkan Karla pada Aulia" batin Tio dan Jons bersamaan.
"Mommy, Dad, Kek, Nek. Lia ke belakang dulu, Uncle Tio ikut Lia!" Aulia langsung menarik tangan Tio menjauh dari keluarganya, membawanya ke sebuah taman yang tidak ada orang di sana. Menghentikan langkahnya dan menghadap Tio.
Terlihat wajah datar dari Tio membuat Aulia menarik napas panjang. "Uncle Tio, Uncle masih suka kan sama Lia?" tanya Aulia meraih tangan kekar milik pria yang saat ini singgah di hatinya.
"Maaf Nona, Uncle akan menikah sebentar lagi. Jadi jangan tanyakan pertanyaan yang tidak penting" jawab Tio dingin.
"Heheheh, Uncle pasti bercanda kan? Lia sekarang sudah besar. Dan Lia suka sama Uncle, apakah Uncle akan membatalkan pernikahan Uncle dengan aunty Karla?... pasti jawabannya iya kan." Tutur Aulia menampilkan harapan di matanya. Tio bisa melihat itu.
"Maaf Nona! saya tidak mencintai Nona. Lagipula kekasih saya lebih pantas untuk menikah dengan saya dan kami saling mencintai" jelaa Tio melepas lembut tangan Aulia. Gadis dengan gaun hitam itu memundurkan tubuhnya menatap tak percaya apa yang barusan di katakan oleh Tio.
"Uncle Tio sudah berubah" lirih Aulia dalam hati.
Menahan sesak di dadanya ia kembali berujar. "Uncle pasti bercanda kan?" tanyanya lagi masih menampilkan senyum manisnya namun tersirat kepahitan di dalamnya. Hatinya benar-benar sakit saat ini.
"Rasa suka Nona untuk saya adalah sebuah kekaguman sementara bukanlah sebuah cinta, carilah pria lain yang seumuran dengan Nona, jangan berharap cinta pada pria yang sudah bau tanah ini" ucap Tio berusaha menjelaskan setenang mungkin.
Aulia menggeleng kepalanya, ia tahu rasa sukanya bukanlah satu atau dua hari ini tumbuh tapi dari beberapa tahun lalu.
"Tidak Uncle! Lia cinta sama Uncle" teriak Aulia menangis sesenggukan. Cairan kristal itu keluar dari pelupuk matanya yang indah. Namun tidak ada pergerakan dari pria di depannya untuk memeluknya seakan tidak ada simpati sedikitpun.
"Maaf Nona, itu hanya sebuah ilusi. Saya pergi dulu pacar saya pasti sudah mencari saya" Tio berbalik hendak pergi namun dengan cepat Aulia memeluknya dari belakang.
"Tidak! Uncle bohong kan? Uncle Tio masih cinta sama Lia, Lia bisa lihat dari mata Uncle sendiri." Seru Aulia memeluk erat tubuh Tio. Tio menguatkan hatinya untuk tidak goyah lagi, keputusannya sudah bulat dirinya adalah pria berumur dan tidak mungkin memiliki gadis labil seperti Nona mudanya.
"Lepas Lia!" ujar Tio berusaha melepas tangan Aulia namun tidak bisa.
"Tidak mau! Lia tidak akan melepaskannya sampai Uncle Tio mengatakan yang sebenarnya!" tukas Aulia bersikeras. Membuat Tio tak habis pikir dengan jalan pikiran anak muda sekarang.
"Saya bilang lepas Nona! apa kau tidak tahu caranya bersikap sopan!." Bentak Tio membuat Aulia terkejut dan seketika tangannya terlepas begitu saja. Tio segera meninggalkan tempat itu meninggalkan seorang gadis yang tengah terpukul.
Menjatuhkan tubuhnya di atas tanah yang berumput hijau.
"Hiks, hiks. Uncle Tio jahat! Uncle Tio jahat, hiks, hiks." Lirih Aulia menekuk lututnya menelungkupkan wajahnya di atas lututnya.
"Hiks, hiks. Lia di bentak. Uncle Tio jahatin Lia" lirihnya lagi. Hingga sebuah pelukan besar itu mendarat di tubuhnya. Aulia mendongak melihat empat laki-laki yang menjadi sahabat terbaiknya berada di sampingnya.
"Abang" seru Aulia langsung menghambur ke pelukan mereka. Hara, Gilang, Yogi dan Andre membalas pelukan itu. Mereka menyaksikan semua yang terjadi saat Tio dan Aulia saling berbicara.
"Hey, sudah jangan menangis lagi!" ujar Hara menenangkan.
"Mana gadis tomboy yang kuat. Kenapa sekarang jadi cengeng begini sih" tutur Gilang menghibur Aulia.
"Lia jelek tahu kalau nangis, senyum dong" celetuk Yogi dan Andre. Aulia terkekeh kecil. Ia bersyukur memiliki sahabat yang begitu baik juga sangat mengerti dirinya.
"Jangan nangis lagi, kau tahu abangmu ini sudah sangat lapar" curhat Gilang membuat Aulia mencebik kesal.
"Baiklah, ayo kita ke meja prasmanan" ajak Aulia melebarkan senyumnya. Menghapus air matanya dan menata kembali rambutnya yang sedikit berantakan.
"Begitu dong baru Aulia yang kami kenal" seru empat pria itu. Mereka lalu berjalan menuju meja penyajian kue juga minuman. Hingga sebuah tatapan tajam terus menatap ke arah Aulia juga empat pria yang berada di samping Aulia.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!