NovelToon NovelToon

Istri Kecil Tuan Mafia

Sudah jatuh tertimpa tangga

Namanya Aluna, gadis dengan paras cantik dan kulit putih. gadis ceria yang selalu menebar kebaikan di manapun ia ada, gadis manis yang selalu tersenyum.

Hidupnya sempurna, memiliki ayah yang penyayang dan juga ibu yang baik hati. Harta juga ia punya ayahnya adalah salah seorang pengusaha mebel yang cukup terkenal di kota mereka, hidupnya bahagia.

Namun sayangnya, hal itu tidak berlangsung lama. persaingan bisnis membuat ia harus kehilangan ayahnya, mungkin benar semakin tinggi sebuah pohon semakin kencang angin yang akan meniupkannya.

Ayahnya adalah tipe pembisnis jujur, hal itu membuat lawan bisnisnya geram karena ayah Aluna menolak bekerja sama dengannya. padahal ia sudah mengirim wanita cantik untuk membujuk ayahnya Aluna.

Penolakan itu membuat si lawan bisnis gelap mata dan mengirim orang untuk melukai ayah Aluna, namun sayang meski hanya berniat melukai ayah Aluna nyatanya tidak dapat di selamatkan.

Hal itu tentu membuat Aluna dan ibunya terkejut, ibunya yang memiliki riwayat penyakit jantung langsung terkena serangan.

"Mah..Mamah," jerit Aluna membuat semua orang yang ada di rumah berlari menghampirinya.

"Ya ampun nyonya," ucap salah seorang pembantu lalu dengan gesit membantu Aluna membawa ibunya ke rumah sakit.

....

Di rumah sakit Aluna menangis sambil memeluk wanita paruh baya yang sudah bertahun-tahun mengabdi di rumahnya.

"Bi, bagaimana jika mama juga pergi ninggalin Luna?" tanya Aluna sedih, bahkan jasat ayahnya belum tiba di rumah. sekarang ibunya berada di rumah sakit.

"Nona tenang saja, nyonya adalah wanita kuat." jawab bibi menenangkan.

Cukup lama mereka menunggu, hingga seorang pria berjas putih keluar dari sana.

"Bagaimana keadaan mama saya dok?" tanya Aluna cepat.

"Keadaannya sudah kembali normal, tolong jangan memberikan kabar yang akan membuatnya kembali memburuk," jelas dokter itu sambil menatap iba pada gadis di depannya.

"Untuk sementara pasien akan kami rawat di rumah sakit ini, dan biarkan pasien beristirahat." sambung dokter itu.

"Baik dokter, tapi tolong bantu mama saya untuk sembuh," mohon Aluna dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kami akan melakukan yang terbaik untuk mama anda nona," jawab dokter sembari menepuk bahu Aluna pelan.

"Terimakasih," ucap Aluna yang di balas oleh senyuman dan anggukan oleh dokter.

Setelah dokter pergi Aluna dan bibi duduk kembali di bangku yang memang selalu ada di ruang tunggu.

"Nona pulanglah, saya baru saja mendapatkan telpon bahwa tuan sudah ada di rumah," ucap bibi, sebenarnya ia tidak tega tapi mau bagaimana lagi. satu-satunya keluarga dari ayah Aluna adalah gadis itu.

"Bibi akan menunggu nyonya di sini," sambung bibi. Aluna mengangguk lemah, meski ia ingin di sini tapi tentu ia harus menemui ayahnya untuk yang terakhir kalinya.

...

Tiba di rumah, Aluna melemahkan kakinya lemah. sudah banyak orang di sana, mulai dari tetangga dan juga keluarga ayahnya yang berasal dari panti asuhan

Ayah dan ibunya sama-sama berasal dari panti asuhan, tapi karena kepintarannya dan kerja keras sekarang ayahnya sudah mampu hidup layak.

Setibanya di dalam pertahanan Aluna runtuh saat melihat pria yang paling ia cintai itu terbujur kaku. Aluna berlari sambung menangis.

"papa jahat, papa sudah berjanji tidak akan pernah ninggalin Luna." teriak Aluna sambil terus menggoyangkan tubuh yang sudah tidak bernyawa itu.

salah seorang tetangganya maju, memeluk Aluna "Tenang Aluna, papamu sudah bahagia di surga,"

Aluna menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan wanita tadi, dadanya sesak menerima semua hal yang tidak pernah ia fikiran ini.

Gadis itu terus menangis hingga pandangannya menjadi gelap dan ia pun pingsan.

....

Aluna terbangun, kepalanya sakit. matanya terasa sangat berat, sesaat ia diam mencerna apa yang baru saja terjadi. saat ingatan itu kembali lagi-lagi Aluna menangis, tanpa banyak bicara ia bangun lalu bergegas keluar.

"Di mana papaku?"

Teriakan itu menggema di dalam ruangan yang penuh dengan orang-orang itu.

"Kami sudah memakamkannya, maaf tidak menunggumu bangun tapi kondisinya tidak memungkinkan jika harus menunggu lagi." jelas salah seorang pria, sahabat ayahnya selama masih di panti.

Aluna menunduk, ia ingin marah tapi yang di lakukan paman itu benar.

"Terimakasih," ucap Aluna pelan, meski berat tapi ia memang harus mengucapkan itu. jika tak mereka tentu Aluna tidak akan tau seperti apa dan bagaimana ia memakamkan papanya.

Setelah semuanya selesai mereka akhirnya pulang, para tetangga terus menyemangati Aluna. yah gadis itu harus kuat ia masih punya mamanya, dan dia harus percaya mamanya akan sembuh dan kembali lagi bersamanya.

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, gadis itu menerima telepon dari polisi dan memintanya untuk ke kantor sekarang.

Dengan bantuan supir Aluna pergi ke kantor polisi, di sana para detektif mengatakan ayahnya meninggal karena di keroyok.

"Apakah papamu memiliki musuh?" tapi detektif itu pada Aluna.

Aluna menggeleng ayahnya adalah pria yang baik tidak mungkin memiliki musuh.

"menurut dugaan kami papamu mengalami perampokan, hal itu menjadi kuat saat kami tidak menemukan harta berharga milik ayahmu di dalam mobilnya," jelas detektif, membuat Aluna mengepalkan tangannya kuat. hanya karena uang seseorang yang tidak bertanggung jawab mengambil nyawa ayahnya.

"Tolong tangkap pelakunya," mohon Aluna.

Detektif itu menghela nafas, "Perampok itu sepertinya lihai, mereka tidak me meninggalkan jejak apapun, tapi kami akan terus berusaha lagipula membiarkan seorang pelaku kejahatan terus berkeliaran akan sangat membahayakan banyak orang."

Aluna mengangguk, urusannya di sana telah selesai. ia percaya pada pihak kepolisian, mereka pasti dapat menemukan pelakunya.

"jika tidak bisa menyelamatkan ayah, aku harus bisa memberikan keadilan untuk ayah," gumam Aluna menyemangati dirinya sendiri.

Sekarang yang ia fikiran adalah mamanya dan usaha ayahnya, ia harus melanjutkan usaha itu agar ia bisa membiayai rumah sakit mamanya.

Sekarang ia akan ke rumah sakit dan menjenguk mamanya, lagipula

kasian bibinya jika terus berada di sana tanpa Menganti baju.

Aluna melirik jam tangannya, sudah jam sebelas malam. ia akan ke rumah sakit untuk mengganti bibi.

Setelah sampai di parkiran, Aluna masuk ke dalam mobil yang di dalamnya ada pak ujang supirnya yang dari tadie menunggu.

"maaf pak, saya lama," ucap Aluna saat ia sudah duduk di dalam mobil.

"tidak apa-apa nona," kata supir itu sambil menyalakan mobil dan melanjutkan mobilnya.

"pak, kita ke rumah sakit yah," titah Aluna yang di balas oleh anggukan oleh pak Ujang.

Di perjalanan Aluna merasa aneh dengan mobil hitam di belakang, ia merasa di ikuti. ia menatap pak Ujang yang sepertinya juga merasakan hal yang sama.

"Pak, mobil di belakang sepertinya mengejar kita."

TBC

Hai kakak-kakak, terimakasih sudah membaca tulisanku. jangan lupa tinggalkan jejak yah........

Di Culik!

Pak supir melirik kembali ke belakang, rupanya nonanya juga merasakan ada yang tidak beres dengan mobil yang berada tepat di belakang mereka.

"Tenang nona," ucap pak supir sambil melajukan mobil, Aluna yang merasa laju mobil semakin cepat mengeratkan pegangannya.

Gadis itu melirik ke belakang, mobil itu rupanya masih terus mengejar. Aluna merasa panik, bagaimana jika yang sedang mengejarnya adalah perampok yang me menghilang nyawa ayahnya.

"pak, mereka makin dekat," ucap Aluna takut, ia terus melirik ke belakang mastikan mobil itu masih jauh.

"Hati-hati pak," pekik Aluna saat hampir saja mereka tidak mengambil tikungan di depan.

Aluna bernafas lega saat mereka berhasil melewati tikungan tadi, kepalanya langsung melirik ke belakang dan syukurnya tidak mendapati mobil yang sedari tadi mengejarnya.

Mobil mereka terus melaju, sesekali ia melirik ke belakang takut jika mobil itu lagi-lagi ada. nafasnya ngos-ngosan, bagaimana tidak kecepatan mobilnya tadi membuat jantungnya berdetak tak karuan.

Namun belum sempat ia menetralkan nafasnya, mobil hitam itu kembali muncul kali ini bukan di belakang tapi di depan.

"Awas pak!" pekiknya, pak Ujang yang terkejut otomatis membanting stir membuat keseimbangan mobil mereka hilang dan akhirnya menabrak pohon.

Kepala Aluna terbentur membuat pandangannya berputar-putar, telinganya juga berdengung dan kepalanya yang tiba-tiba sakit, gadis itu memegang kepalanya sambil memejamkan mata.

Aluna yang setengah sadar menatap bangku supir di depannya, syukurnya pak Ujang dapat selamat meski dalam keadaan pingsan ia tau pak Ujang tidak terluka karena balon udara yang mengembang di depannya.

Saat Aluna hendak membuka pintu, samar-samar ia melihat tiga pria besar sedang berdiri di depan sana.

Itu pasti mereka, batin Aluna takut. ia langsung menyandarkan kepalanya di jok mobil, yah jika mereka memang perampok tentu mereka hanya akan mengembil harta saja.

Pintu terbuka samar-samar Aluna dapat mendengar percakapan mereka.

"Apa mereka sudah mati?" tanya salah seorang dari mereka.

"Apa? jika si pak tua itu yang mati tidak mengapa tapi jangan gadis ini," jawab pria ke dua sambil mendorong temannya dan memeriksa denyut nadi Aluna.

Gadis itu menahan nafas, ia ingin melawan namun takut. akhirnya gadis itu memutuskan untuk terus berpura-pura pingsan.

"Dia masih hidup, aku tidak tau akan jadi apa kita jika ia benar-benar mati!" ucap pria yang tadi memeriksa denyut denyut nadi Aluna sembari menatap tajam pada pria ke tiga.

Pria ketiga itu menunduk, "tapi setidaknya, hal ini berhasil kan?"

"Untung berhasil, jika tidak kita semua akan mati! kau tau sendiri berapa uang yang telah di keluarkan boss untuk membeli wanita ini."

Deg!

Jantung Aluna berhenti, membeli? bukankah itu artinya ada seseorang yang telah menjualnya.

"Sekarang bawa dia ke mobil, dan pastikan tidak ada yang mengetahui bahwa ia di culik termasuk orang itu," jelas pria ke dua sambil menunjuk pak Ujang.

seolah mengerti si pria pertama berjalan ke depan sedangkan pria ke tiga mengambil posisi untuk menggendong Aluna.

Tangan Aluna yang sedari tadi bergerak akhirnya menemukan apa yang ia cari, saat ia merasa si pria ke tiga mendekat dengan cepat ia menyemprotkan cairan lada yang ada di tangannya.

Tanpa menunggu apapun lagi ia mendorong pria itu lalu bergegas lari dari sana, meski tempat ini asing tapi setidaknya ia berhasil lolos dari mereka. lagipula selama ia masih mengikuti jalannan beraspal itu ia pasti akan menemukan mobil lain dan bisa meminta tolong.

Pria ke tiga memekik kesakitan membuat si ke dua pria yang lain mendekat ke arahnya.

"Dia kabur!" ucap pria yang tadi terkena semprotan lada, kedua pria itu mengumpat lalu berlari mengejar Aluna.

Aluna yang panik, memutar arah jalannya menuju ke jalan setapak di samping jalan karena jika ia masih berjalan di jalan raya tentu ia akan mudah tertangkap.

"Hey, mau kemana kamu?" teriak pria tadi membuat Aluna semakin mempercepat langkahnya.

Dua pria tadi terus mengejar Aluna masuk ke dalam hutan, sebenarnya Aluna takut pada kegelapan tapi Tuhan masih menyangi dirinya hingga membuat bulan lebih terang.

Aluna terus berlari berharap dua pria tadi tersesat dan tidak menemukannya namun sayangnya mereka masih tetap berada di belakang Aluna.

Semakin dalam ke hutan suasana semakin mencekam, suara serangga malam dan burung hantu bersahutan membuat Aluna bergidik namun tidak menghentikan langkahnya.

Tiba di ujung jalan setapak Aluna berhenti, jika ia terus masuk tentu saja ia akan tersesat.

"Hey gadis bo**h."

Suara dua orang tadi membuat Aluna panik satu-satunya cara agar ia bisa selamat adalah bersembunyi.

Aluna mencari tempat untuk bersembunyi, matanya menangkap semak yang berada di sebelahnya dan langsung berlari ke sana.

Gadis itu duduk di sana, ia berharap tempat ini bisa melindungi dari dua orang jahat tadi.

"Kemana kau gadis keci!" lagi-lagi suara preman itu membuatnya takut, matanya melihat ke sember suara dari celah-celah dedaunan.

Namun matanya membulat saat tidak sengaja menangkap sosok kecil berbulu yang sedang berjalan santai di atas daun itu, refleks ia menutup mulutnya dengan kedua tangan takut suaranya terdengar.

tolong pergilah, batinnya. namun bukannya pergi makhluk kecil itu malah semakin mendekat ke arahnya, Aluna bergeser sedikit menjauh.

Dan tindakannya itu tentu membuat semak yang menghalanginya bergerak, kedua pria dari saling pandang seolah memberi kode.

Dengan perlahan mereka mendekat, sang satu ke arah kiri dan satunya lagi ke kanan.

"Hah mau kemana kau," ucap salah seorang pria sambil memegang bahu Aluna, gadis itu memekik.

Pria pertama mengeluarkan sapu tangan dari sakunya sedangkan yang satunya lagi tetap memegang Aluna.

"Lepas!" pekik Aluna sambil terus memberontak dari pegangan si pria, tapi apalah tanaga seorang gadis berusia delapan belas tahun itu terhadap pria berbadan besar yang terus memegangi kedua tangannya.

Pria pertama tadi meneteskan cairan dari dalam wadah kecil ke sapu tangan tadi, lalu meletakkannya di depan wajah Aluna.

Gadis itu memberontak, tapi sayang pengaruh obat bius membuatnya perlahan-lahan melemah dan akhirnya jatuh ke dalam pelukan pria pertama.

"Heh.....menyusahkan!" ucap si pria lalu mengangkat tubuh Aluna ke dalam gendongannya sambil memikirkan bayaran yang akan ia terima jika gadis itu telah sampai ke tangan bosnya

Mereka berhasil keluar dari hutan dengan Aluna yang berada di gendongan salah satu pria, pria yang tadi terkena semprotan lada sudah nampak kembali membaik setelah mencuci wajahnya.

Dua pria tadi menghampiri rekannya itu, "Bagaiman si pria tua itu?" tanya si pria yang sedang menggendong Aluna sembari memasukan gadis itu ke dalam mobil.

"Tenang saja semuanya beres," Jawabnya lalu ikut masuk ke dalam mobil.

Di dalam mobil Aluna masih terus pingsan, pria yang duduk di sampingnya sedang sibuk mengikat tali di tangan dan kakinya.

"Aku tidak sabar, berapa banyak uang yang akan kita dapatkan!" ucap salah seorang yang duduk di samping kursi supir.

"Tentunya banyak, apalagi gadis ini sudah ia beli dengan harga mahal."

Mereka bertiga tertawa bahagia di atas penderitaan gadis baik yang sedang dalam keadaan pingsan itu.

TBC

Hello guys, cerita ini akan aku up tiga kali sehari jadi jangan lupa buat tinggalin jejak okee.....

Mahkluk paling kotor

Mata Aluna perlahan terbuka, tubuhnya terasa sakit tenggorokannya kering dan perutnya juga lapar.

Aluna berusaha untuk duduk, setelah duduk ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.

Matanya berhenti pada sosok wanita yang sedang tersenyum ke arahnya, wanita itu mendekat membuat Aluna beringsut mundur.

"Siapa kamu? kenapa aku bisa berada di sini?" tanya Aluna takut, terakhir kali ia ingat ia sedang di kejar oleh tiga pria jahat.

"Tenang saja sayang, namaku mawar Aku tidak akan melakukan apapun padamu," ucap wanita itu sembari mengelus pundak aku pelan.

Aluna terkejut, yah tangan itu langsung menembus kulitnya membuatnya langsung memperhatikan pakaiannya.

Gadis itu semakin terkejut, tubuhnya mengenakan pakaian seksi berwarna merah tanpa lengan dan juga mengekspose pundaknya di tambah dengan celana jeans yang sangat-sangat pendek berwarna biru langit.

"Kemana pakaianku?" tanya Aluna marah, pakaiannya terlihat seperti wanita malam.

"Pakaian itu sudah kotor, jadi aku menggantinya, lagipula pakaian itu cocok untukmu," jawab wanita tadi tanpa rasa bersalah.

"Kembalikan pakaianku, lebih baik aku menggunakan pakaian kotor karena lumpur dari pada pakaian kekurangan bahan seperti ini," tegas Aluna sembari menarik selimut untuk membungkus tubuhnya.

Wanita itu menatap Aluna tajam, "rupanya kamu tidak bisa di ajak berbicara baik-baik yah,"

"Cepat kembalikan pakaian yang tadi ku kenakan," bentak Aluna sambil menatap tajam wanita di sampingnya itu.

"Kau membentakku?," tanya wanita itu bernama mawar itu marah, ia mencengkram rahang Aluna kuat membuat gadis itu meringis sakit.

"Dengar, aku sudah membelimu dengan harga mahal, seharusnya kau tunduk padaku!" bentak Mawar lalu melepas cengkramannya dengan kasar.

"Sekarang kau bekerja padaku, di meja ada makanan dan minuman kau harus mengisi tenaga," ucap wanita itu saat melihat Aluna menunduk.

"Apa yang akan kau lakukan padaku?" tanya Aluna lemah.

"Dengan pakaian seperti itu tentu kau tau perkerjaan yang akan kau kerjakan," ucap wanita itu santai lalu berlalu dari ruangan tersebut.

Tubuh Aluna menegang, lagi-lagi ia menatap pakain yang ia kenakan. kepalanya menggeleng, ia tidak mau. Gadis itu masih suci, berpegang tangan dengan seorang pria selain ayahnya saja ia tidak pernah.

Aluna berlari mengejar mawar lalu bersujut di kakinya, "Ku mohon jangan, aku masih suci."

Mawar mengehentikan langkahnya, sebuah senyum terbit di bibirnya. ia menatap Aluna membantunya berdiri setelah itu mengusap pipi gadis itu yang sudah penuh dengan air mata.

"Aku akan meminta mereka untuk pelan-pelan, jadi tenang saja."

Deg!

Jantung Aluna berdetak cepat, mereka? bukannya mereka itu artinya lebih dari satu orang.

lagi-lagi gadis itu menggeleng cepat, "tolong lepaskan aku, aku akan melakukan apapun untukmu! kau mau uang aku bisa membayarmu, tapi ku mohon bebaskan aku." iba gadis itu pada wanita bernama mawar.

"Sayangnya uang yang akan aku peroleh dari pria-pria itu jauh lebih banyak dari uang yang bisa kau berikan," ujar wanita itu.

"Tenang saja, ayahku memiliki sebuah usaha aku bisa memberikan itu padamu," ucap Aluna lagi dengan wajah memohon.

Wanita itu tertawa, "usaha apa? mebel? bahkan pria yang menjualnya sudah mengambil semua itu nona,"

Wajah Aluna berubah terkejut, bagaimana bisa. ayahnya membangun meubel itu dari nol, lalu siapa yang bisa mengambilnya?

"Tidak mungkin!" teriak Aluna di depan wajah mawar membuat wanita itu terkejut dan langsung menampar pipi Aluna keras.

"beraninya kau berteriak di wajahku," bentak mawar marah, ia menarik Aluna ke kasur lalu mengikatnya dengan tali yang sama saat ia di bawa.

"lepaskan, lepaskan aku," teriak Aluna ia memberontak hingga mawar kesulitan mengikatnya.

Brak!

Aluna berhasil mendorong tubuh mawar hingga terbentur di sisi tempat tidur, tanpa membuang waktu gadis itu berlari keluar.

"Dasar kau gadis b***h." mawar berteriak sambil memegang kepalanya ia berhasil menarik kembali Aluna ke kasur.

"Bantu aku!" teriak mawar membuat dua pria bertubuh besar berlari masuk.

"ikat dia," perintah mawar sembari memberikan tali yang ada di tangannya.

wanita itu berjalan ke arah kaca yang terletak di sebelah tempat tidur, keningnya membiru akibat terbentur.

"Dasar gadis b***h," ucapnya lagi kembali ke arah Aluna di mana gadis itu masih terus memberontak meski telah terikat.

"lepaskan aku," teriak Aluna, " ku mohon lepaskan aku," kali ini ia mengiba.

"Melepaskanmu? lihat ini wajahku jadi seperti ini karena mu, sekarang kamu yang harus menggantikan ku," ucap wanita itu berlalu pergi dari sana, di susul dua pria tadi.

Aluna terus memberontak tapi sayang kaki dan tangannya tidak bisa lepas dari tali, hingga akhirnya ia menyerah dan hanya bisa menangis.

Satu jam berlalu, Aluna yang tadi kelelahan akhirnya tertidur. Di dalam tidurnya samar-samar ia mendengar suara seorang wanita dan juga pria.

"Bagaimana, cantik kan?" tanya wanita itu dan siapa lagi jika bukan mawar.

Aluna yang mendengar suara wanita jahat itu terbangun, tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

"Yah dia cantik, jadi tidak sabar," jawab pria itu sembari menatap Aluna dengan tatapan yang sangat menjijikan.

"Lepaskan aku," ucap Aluna, yang membuat dua manusia tak berhati itu berbalik menatapnya.

"Sudah sadar kau gadis manis?" tanya pria itu mendekat ke arahnya, ia mengusap pipi Aluna membuat gadis itu menggelengkan kepalanya.

"Nikmati harimu sayang, aku akan menunggu di luar," bisik mawar di telinga pria itu sambil meniupnya pelan.

Setalah itu wanita itu berjalan keluar, tak lupa ia menutup pintu. membiarkan pria tadi melakukan hal yang ia inginkan.

"Kamu cantik sekali," bisik si pria di tengah Aluna, gadis itu memberontak mencoba melepaskan tali yang mengikat dirinya.

"Kita mulai saja, kamu terlihat sudah tidak sabar." sambung pria itu sembari mendekat ke arah Aluna.

Melihat tatapan menjijikan pria itu Aluna memberanikan diri menatapnya tajam, "Jangan sentuh aku ba*****n" teriak Aluna.

Gadis itu kembali memberontak hingga tali di kakinya terlepas dengan cepat gadis itu menendang bagian penting si pria membuat pria itu memekik kesakitan.

Mendengar teriakan si pria, mawar dan dua anggotanya masuk mendapati si pria tadi tertidur di lantai sambil memegang pusakanya.

"Kenapa hanya melihat saja, bantu dia," tegas wanita bernama mawar itu, dan tentu saja dua pria bertubuh besar itu membantu si pria membawanya keluar dari sana.

"Benar-benar kau yah!" bentak mawar yang di balas oleh senyuman dari Aluna.

Bisa-bisa aku kehilangan pelanggan karenanya, sepertinya jalan satu-satunya agar mendapat uang darinya adalah menjualnya kembali batin wanita itu sambil menatap gadis yang sedang tersenyum meremehkan di depannya

"Tersenyumlah saat ini, karena besok adalah hari yang sangat penting untukmu."

TBC

akhirnya bisa up lagi, jangan lupa meninggalkan jejak yah guys.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!