NovelToon NovelToon

Mahalnya Sebuah Kepercayaan

Sibuknya bekerja membuat ku terlupakan

"Besok pagi mas berangkat ke Semarang dek. Ada tugas ke memantau lokasi proyek bersama teman satu tim mas!"

"Berapa lama mas?"

"Dua atau tiga hari. Tergantung kondisinya disana seperti apa", katanya datar.

"Tolong siapin baju mas ya, antisipasi ya siapkan saja untuk 3 hari kedepan."

"Ya mas!"

Kusiapkan pakaian beberapa pasang. Tak lupa perlengkapan mandi dan solat. Ini bukan pertama kalinya Mas Aziz keluar kota untuk bekerja. Tapi sejak 6 bulan terakhir ini, aku merasa kesibukan mas Aziz sangat mengurangi intensitas pertemuan kami. Aku sudah menikah dengan mas Aziz selama 3 tahun. Dan sampai saat ini, kami belum juga diberi keturunan. Awalnya, mungkin karena saat itu aku masih bekerja. Sampai akhirnya aku berhenti bekerja, mengabdikan diriku pada suami. Hanya menjadi ibu rumah tangga. Soal keuangan,mungkin mas Aziz tak pernah kurang memberikannya untukku. Gaji bulanan, uang jajan sampai keperluan rumah tak ada kendala apa pun.Bahkan tabungan ku selama aku bekerja dulu pun masih ada.Aku hanya kadang merasa kesepian. Untuk apa kunikmati segala fasilitas sendirian? Aku punya suami, tapi jarang sekali bertemu apa lagi untuk melakukan hal lebih....

"Dek..!",panggilnya.

Aku menengok ke mas Aziz. Menghentikan aktivitas mengemas pakaiannya di koper.

Aku menghampiri nya setelah menutup koper.

Mas Aziz merengkuh ku dalam pelukannya.

"Maafkan mas ya, jika mas terlalu sibuk dengan pekerjaan mas selama ini",ucapnya sembari mengelus puncak kepalaku. Aku mengangguk . Ini bukan kali pertama dia melakukannya. Tapi setelah itu, dia hanya membiarkan ku tertidur pulas dalam pelukannya. Apakah dia tak membutuhkan aku menuntaskan hasratnya lagi? Dalam seminggu belum tentu kami melakukan itu. Jika aku tak memulai, mas Aziz bahkan tak ada inisiatif. Aku lelah. Lelah berpura-pura tak ada apa-apa. Aku berusaha untuk menginstropeksi diriku sendiri. Ada yang salahkah dengan diriku? Sudah tak menarikkah aku didepan mata suamiku?

Aku melepaskan diri dari pelukan nya.Mencoba berdiri dari dipan tempat dimana kami berbaring melepas penat selama ini.

Tapi mas Aziz meraih tanganku lagi.

"Dek, kamu keberatan mas keluar kota lagi?"

Aku menggeleng. Kucoba melanjutkan langkah ku untuk keluar kamar. Tapi lagi dan lagi mas Aziz merengkuh ku.

Memeluk tubuhku dari belakang. Mengecup mesra leherku yang sudah tak memakai jilbab. Hal yang sudah lupa, kapan dia melakukan nya.

Aku mendongakkan kepalaku. Menahan air mata agar tak jatuh ke pipiku. Aku tak meresponnya. Entah, ada perasaan yang sangat menggangu dihatiku. Mas Aziz membalikkan badanku menghadapnya.

Mengusap lembut pipiku.

"Mas minta maaf dek, jika akhir-akhir ini mas tak bisa memenuhi kebutuhan batinmu.Tapi mas janji, setelah proyek Semarang selesai kita liburan.Mas ambil cuti tahunan, kita habiskan waktu berdua.Membayar semua waktu mas yang tersita."Dia meyakinkanku.Tapi, ini pun untuk kesekian kalinya dia memberi janji. Aku sudah terbiasa dengan janjinya yang tak tertepati.

"Dek, bicaralah! Mas tak suka kalau kamu diam seperti ini?!", suara mas Aziz mulai meninggi. Apakah aku takut?Tidak. Kubiarkan saja dia meninggikan suaranya padaku. Mas Aziz pria yang lemah lembut, jarang sekali bicara. Sedangkan aku? Aku Diandra Saputri, perempuan yang bawel yang suka protes yang suka mengkritik banyak hal tapi kini, aku memilih diam. Memilih menyimpan suaraku untuk hal yang penting saja. Aku bukanlah aku yang dulu.

Aku berdiri mematung dihadapan suamiku.Apakah dia akan menyadari kesalahannya?

Mungkin mas Aziz lelah, lelah dengan "kediaman"ku.

Akhirnya mas Aziz meraihku , mendorong ku ke dipan.Dan kami melakukan hal yang sebenarnya aku butuhkan selama ini.Tapi, semua terasa hambar bagiku.

Aktifitas itu sudah selesai, kami sudah menuntaskannya berdua. Aku bangkit dari pembaringan, memunguti pakaianku yang berserakan disekitar dipan. Kulihat mas Aziz masih tertidur, mungkin kelelahan setelah pertempuran tadi.

Aku beranjak ke kamar mandi.Membersihkan seluruh badanku.Dinginnya air tak lagi kurasakan.Hanya ada rasa sesak yang menggema dalam dadaku.

Segera kuhadapkan diri pada Illahi setelah azan subuh berkumandang.Selang beberapa waktu, mas Aziz bangun. Melihat ke arahku yang masih bersimpuh di atas sajadah.

Aku melipat sajadah dan mukena ku, setelah itu aku keluar kamar menuju dapur.

Kusiapkan sarapan untuk mas Aziz.Lalu ku buatkan secangkir kopi panas.

Mas Aziz keluar kamar saat aku akan menuju teras belakang untuk mencuci pakaian.

"Dek, temani mas sarapan!", titahnya.

Aku pun berbalik, kuurungkan niatku untuk mencuci pakaian.Kami duduk berhadapan.Ku tuangkan nasi ke atas piringnya.Mengambil sepotong ayam dan tumis sawi tahu kesukaan mas Aziz.Dia makan dengan lahap apapun yang aku masak.

"kamu ga makan sekalian dek?"

Aku menggeleng. Aku masih diam, aku duduk didepannya hanya untuk menemani nya makan.

Pukul 7 mas Aziz berpamitan, kuserahkan koper dan ransel nya.

"Kamu tak ingin mengantar kan mas dek?", tanya mas Aziz padaku. Aku menggeleng.

"Bicaralah sayang. Tolong jangan seperti ini. Mas mohon?!", pintanya sambil memegang kedua pipiku.Aku tak ingin menatap matanya, kualihkan pandangan ku ke arah lain.Lalu mas Aziz mengecup mesra kening ku.

"Ya sudah,mas berangakat ya.Kamu hati-hati dirumah!"

Aku mengangguk perlahan.Mas Aziz menaiki taksi online yang sudah menunggunya dari tadi.Tak lama kemudian, mobil pun menjauh dari pekarangan rumah kami.

Aziz

Sejak aku pulang kerja kemarin sore,kenapa sikap Dian berubah.Dia diam saja tak seperti biasanya.Apakah dia mulai bosan?Mulai keberatan jika aku sering keluar kota?Tapi kenapa?Aku memang salah.Tak bisa selalu memenuhi kebutuhan batinnya.Tapi,aku memang merasa lelah.Aktifitasku yang padat, membuat badanku selalu merasa lelah.Apalagi jika aku harus melakukan 'hal' itu.Jujur,aku merasa bersalah pada Diandra.Mamah selalu menyalahkan Dian karena dia tak kunjung hamil.Padahal kesalahan ada padaku,yang jarang punya waktu untuk istriku.

Kubuka ponselku.Memeriksa apakah ada yang terlewat kan oleh penglihatan ku.

Aku mengecek satu persatu.Sampai akhirnya mataku fokus pada chat antara aku dan mama ku serta Lili.

\[Aziz, sebaiknya kamu tinggalkan saja istrimu yang mandul itu.Bukankah sekarang kamu sekantor sama Lili?\]

\[Kenapa mama punya pikiran seperti itu?\]

\[Ya, mama rasa Lili perempuan yang tepat buat kamu.Kalo kamu tak mau ceraikan istri mu, paling tidak dia harus terima di madu\]

\[Ya Allah ma,sesama wanita kenapa mama tega bicara begitu?\]

\[ apa salah kalau mama ingin punya cucu? mama sudah tua Aziz.Mengertilah! Mama ingin bicara langsung sama kamu,tapi kau sibuk terus.Kalau mama telpon pasti istri mandulmu mendengar nya.\]

Ya Allah, apakah karena ini Diandra mendiamkan ku.Tega sekali mama.Aku juga tak menyangka jika istriku membalas pesan mamaku.Meskipun aku tak pernah melarang Dian membuka-buka ponselku.

Kulanjutkan chat kedua.Lili.

\[ Mas,besok kamar kita sebelahan kan ya?Kaya biasa!\]

\[Harus?\]

\[ Iya lah mas,kan kalo ada apa-apa aku gampang manggil kamu!\]

\[Oh iya, tadi mama mu telpon aku. kapan-kapan aku boleh kan ketemu lagi sama mantan calon mertua ku heheheh(emoticon tersenyum)\]

Setelah itu tak ada balasan.Aku menarik nafas, dadaku terasa sesak sekali.Ya Allah....semoga Diandra tak salah paham.Aku tetaplah suaminya yang Insyaallah akan selalu setia padanya.Ingin rasanya kubatalkan perjalanku ke Semarang.Berbicara dari hati ke hati bersama Diandra, istri ku tersayang.

#Harus dengan apa?

Sepeninggal mas Aziz,aku lanjutkan aktivitas harian ku.Dari mencuci baju,piring bekas sarapan dan bebersih rumah.Aku tipikal orang yang jarang keluar rumah.Untuk belanja sayur, sudah biasa ku siapkan untuk 3-4 hari ke depan.Dan mas Aziz sedang ke luar kota,aku bisa masak seperlunya saja.Atau kalau malas,ku pesan via online.

Saat sedang menjemur pakaian,dering ponsel terdengar nyaring.Ternyata ada telpon dari Desi, sahabat dekatku.

'Hey Di, sibuk ga?'

'Biasalah tugas negara, jemurin baju.'

'kenapa? tumben telpon gue?'

'jalan yuk, kemana gitu.oh iya,ke apartemen Karin aja yuk.Sekalian nengokin bayinya.Lo belom ketemu sama Karin kan sejak dia lahiran?'

'iya sih....tapi sori kalo sekarang-sekarang gue lagi ga bisa.Laki gue keluar kota.Ntar nunggu dia balik,gue ijin dulu.'

'Justru itu,ga ada laki lo mendingan nongki-nongki syantik.Bete kan Lo dirumah?'

'emmm....bete sih.Tapi,beneran gue lagi males ke mana-mana.Soriiii....eh...atau kalau nggak, Lo aja yang kesini.'

'Ahhh Lo Di,ga seru lo mentang-mentang udah jadi IRt udah kagak mau gabung kita orang'

'ga gitu juga kali Des!'

'Iya...iya...ya udah lain kali,gue ke situ deh ya.'

'oke, ditunggu y Des.Makasih lho sebelum nya."

'oke cin...bay....'

Sambungan telepon pun terputus.Baru kuletakkan gagang sapu,ada suara langkah kaki memasuki ruang tamu.Aku bergegas keluar. Ternyata sudah ada mama mertua duduk disofa ruang tamu.

"Mamah, kapan datang?",tanyaku.

Aku hendak menyalaminya, tapi tanganku di tepis. Ya Allah.....

"Sudah kamu pikirkan tawaran mamah kemarin? Ijinkan Aziz menikah lagi, atau lebih baik kamu berpisah."

"Astagfirullahaladzim....", desisku.

"Sudah setahun ini kamu resign dari pekerjaan mu,tapi tak kunjung hamil juga kan?Jadi sepertinya kesempatan yang mamah berikan sia-sia."

"Mah, anak itu kan pemberian Allah.Kita tidak bisa memaksa kehendak kita....",ucapan ku langsung dipotong mamah.

"Justru karena itu,Allah yang berkehendak.Apa salahnya kita berusaha dengan cara lain. Biarkan Aziz punya keturunan.Jadi perempuan jangan egois.Nantinya anaknya Aziz kan jadi anakmu juga!"

Ya Allah, sakit hatiku mendengar ucapan mamah.Beberapa bulan lalu mamah memang memintaku berpikir,agar aku mengijinkan mas Aziz menikah lagi.Aku pikir,setelah sekian lama mamah tak akan membahasnya lagi.Tapi ternyata aku salah,kembalinya Lili di kehidupan mas Aziz mengusik kehidupan rumah tanggaku.

"Lili itu mantan nya Aziz.Mama rasa dia pantas bersanding dengan Aziz.Mamah baru tau kalo dia sekarang sekantor sama Aziz.Kalau tau dari dulu,sudah mamah jodohkan mereka."

"Mamah bicara seperti itu,apakah tidak memikirkan perasaan Dian mah?"

"Justru kamu yang tak memikirkan masa depan suamimu Di!"

Aku tak sanggup menahan air mataku yang tiba-tiba meluncur begitu saja.Disetiap kesempatan, jika aku dan mas Aziz berkunjung kerumah mamah,beliau selalu bersikap manis.Tapi tidak demikian jika aku tengah sendiri.Aku berusaha tetap menghormati mama mertuaku.

"Dengan atau ijin dari kamu,mamah akan tetap menikahkan Aziz."Mamah pun bangkit dari duduknya.Tak lama,kudengar deru mobil menjauh dari pekarangan rumahku.Aku menutup pintu ruang tamu.

Air mataku masih tumpah meskipun mamah sudah tak ada di sini.Sakit...sakit...sekali perasaan ku ini.Beliau tidak pernah mau berusaha tau apa yang sebenarnya terjadi dalam rumah tangga ku dan mas Aziz.

Aku terduduk di tembok tak jauh dari pintu ruang tamu.Ku tangkupkan kedua kakiku,lalu kubenamkan wajahku didalamnya.Ku tumpahkan tangisku sepuasnya.Tak ada yang tau seperti apa perasaanku.Aku hanyalah yatim piatu.Hanya mas Aziz yang ku punya.Tapi,mas Aziz semakin hari semakin jauh dan tak peduli denganku.

Aku tergugu,ucapan istighfar senantiasa keluar dari mulutku saat air mataku jatuh.Tiba-tiba ada sentuhan di kepalaku.Sentuhan lembut, sentuhan tangan yang dulu sering kurasakan. Aku mendongak kepalaku.

Mas Aziz,dia disini.....

Kuusap air mataku yang membasahi wajahku. Tapi tanganku diraihnya.Lalu mas Aziz mengelapnya dengan tisu.

Aku pandangi lelaki halalku yang sudah 3 tahun ini bersamaku.Kenapa dia disini?Sejak kapan? Bukankah dia ada tugas keluar kota?

Mas Aziz merengkuhku dalam pelukannya. Detak jantungnya kurasakan begitu dekat.Iya, detak jantung yang selalu ku rindukan.Aku terharu,kembali menangis dalam pelukan suamiku.Mas Aziz mengeratkan pelukannya dan seskali mengecup puncak kepalaku.

"Menangislah sepuasmu dek.Mas disini. Maafkan mas yang tak pernah tahu apa yang kamu rasakan."

Entah berapa lama adegan nangis-nangisan berlangsung.Aku coba melepas pelukan mas Aziz.

Lelaki tampanku mengusap lembut pipiku.

"Dek,mas cuma cinta sama kamu.Ga ada perempuan manapun yang bisa gantiin kamu. Percayalah dek, istri mas cuma kamu.Cuma Diandra Saputri!", ucapnya sambil menowel hidung mungilku.

"Tapi mamah....", ucapkan ku terhenti saat mas Aziz meletakan telunjuknya didepan bibirku.

"Kita yang menjalani, bukan mamah.Mas akan berusaha lebih baik lagi agar kita punya banyak waktu berdua."

"Tapi salah satu tujuan menikah memang untuk memiliki keturunan bukan..."

"Sssttt.....kesalahan ada pada mas mu ini. Bagaiamana ladang akan menghasilkan jika tidak ditanami?"

"Maksudnya???"

Bukannya dijawab, dia malah tersenyum. Eh...tapi kenapa dia ada disini?

"Kenapa kamu dirumah mas? Bukannya berangkat ke Semarang sama....Lili?"

"Tadinya iya, tapi perasaan mas ga enak.Apalagi dari semalam,istriku yang cantik mendiamkanku.Memang sih....ngasih jatah, tapi kaya ga ikhlas gitu." Kata-kata nya jelas sekali sindiran untukku.Iya lah,aku hanya menjalankan kewajibanku .

"Kenapa kamu nggak pernah bilang tentang sikap mamah yang sebenarnya ke kamu?"

"Maksudmu mas?"

"Mas dengar apa yang tadi kalian bicarakan!"

Suaranya mulai serius.Menarik nafas perlahan.

"Andai saja mas tak terlalu sibuk mengejar karir dan uang. Mungkin, perlakuan buruk mamah tak perlu kamu dapatkan!Maafkan mamah ya dek!"

"Sudah lah mas....tak perlu bicara seperti itu. Mungkin maksud mamah baik..."

"Baik buat siapa?"

"Buat masa depan mu!"

Mas Aziz tersenyum kecil.Perempuan mana yang tak terpesona dengan ketampanan suamiku.Wajahnya yang nampak alim,sopan dan teduh.

"Masa depan mas kan kamu dek!" mencubit hidungku pelan.Kami memang bukan ABG lagi, tapi kali ini kami seperti abg yang kasmaran .

"Mas batalkan kunjungan ke Semarang. Mungkin juga mas akan segera mengundurkan diri dari perusahaan."

"Apa mas?Jangan gegabah begitu."

"Kenapa?Mas terlalu sibuk,sampai melupakan teman hidup mas hanya karena mengejar urusan duniawi."

"Tapi,duniawi pun penting bukan mas?"

"Kamu prioritas mas.Mas pikir,dengan memberikan kamu kekayaan kamu akan bahagia.Tapi nyatanya mas salah.Kamu juga butuh mas!"

"Lalu?Apa yang akan mas lakukan setelah resign?"

"Buka usaha,sepertinya uang tabungan kita cukup bukan?"

"Usaha apa mas?"

"Jual beli handphone dek.Dulu mas pernah bekerja seperti itu.Kita coba saja dulu di depan rumah.Di komplek kita tak ada gerai ponsel kan?"

"Iya mas."

"Nah gitu donk ngomng.Jangan mendiamkan mas,mas bingung kalo kamu ga mau bicara. Nanti mas ngobrol sama siapa?"

Kepercayaan hatiku mulai pulih,semoga ini langkah awal untuk kebahagiaan rumah tangga kami.

Kami sampai lupa,sudah berapa lama terduduk dilantai belakang pintu ruang tamu.Sampai akhirnya ada seseorang yang mengetuk pintu.

#Lili bertamu

Tok...rok....

Aku dan mas Aziz bangkit bersamaan.Lalu mas Aziz membukakan pintu.

"Lili?" tanya mas Aziz kaget.

"Aku tunggu kamu dikantor ga dateng-dateng sih mas.Ternyata malah masih dirumah."jawab Lili santai dengan suara manja dibuat-buat.

"Saya batal ikut kunjungan ke sana!"

"Lho...kenapa mas?Kamu sakit?" katanya cemas sambil meraba-raba dahi mas Aziz.Ya Allah.... perempuan cantik itu ga liat ada aku disini ,istri sahnya mas Aziz?

Mas Aziz menepis tangan Lili dari dahinya.

"Tolong,jaga kelakuan kamu Lili!",kata mas Aziz tegas.

"Ohhh iya aku lupa,ada istrimu ya mas hihihi...", ucapnya sambil tertawa dan menutup mulut dengan telapak tangannya.

"Kenalin,aku Lili.Mantan pacarnya mas Aziz.Sekarang kami sekantor.Sudah tahu kan ya?",katanya memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya.Kusambut uluran tangannya.

"Diandra!",Kataku.

"Hem...cantik sih,sayangnya....", gumam Lili tapi aku masih bisa mendengarnya.

"Kalian tak mempersilahkan aku duduk?"

"Silahkan duduk!",pinta suamiku.

Aku dan mas Aziz pun duduk berdampingan.

"Ada apa kamu kemari?",tanya Aziz pada Lili.

"Kan tadi aku bilang,kamu ga dateng-dateng ke kantor makanya aku samperin aja!"

Aku diam,menyaksikan sejauh apa perbincangan mereka.

"Ada tamu koq ga dibuatin minum sih Di?", tiba-tiba suara mama mengagetkan kami.

"Hey Tante....apa kabar?"sambut Lili sok akrab.

"Baik,seperti yang kamu liat!"jawab mama.

"Kamu ga denger ya Di,sana buatin minum buat tamu spesial.Malah diam aja begitu!", bentak mama.

"Mamah....",seru mas Aziz.

Kuraih tangan mas Aziz,aku harap dia bisa menahan emosinya.

"Iya, maaf mah.Saya permisi ke belakang dulu ya!", ucapku beranjak dari sofa di samping suamiku.

"Mamah ngapain balik lagi kesini?"tanya Aziz pada mamanya.

"Balik lagi gimana? Mama dari rumah kok.Kamu yang ngapain dirumah,bukannya kamu ada kunjungan ke Semarang?Jangan-jangan istrimu melarang mu pergi ya?!"

Aku bawakan 3 gelas minuman dingin dan setoples biskuit buatan ku beberapa hari yang lalu.

"Silahkan....", kataku.

"Aziz sudah dari tadi dirumah mah!Waktu mamah memaksa Dian agar mengijinkan Aziz menikah lagi!"

Mama terkejut, wajah nya mendadak pias seketika.Tapi.... secepatnya beliau bisa menguasai diri.

"Halah,dari tadi mamah ga liat kamu.Paling bisa-bisaan istrimu.Iya kan?"

"Cukup mah....",sergah mas Aziz.

"Aziz, sudah berani kamu bentak-bentak mamah?Kamu lupa siapa yang membesarkan kamu hah?"

Mas Aziz menarik nafas panjang.

"Mamah,jangan pernah memaksa istriku mah. Sampai kapanpun istri ku cuma Dian!"

"Mas,kamu jangan kasar sama mamah kamu donk."Lili mengusap lengan mamah mertuaku.

Aku pun sama,memegang erat lengan suamiku yang nampak lebih kurus dari sebelumnya.

"Aziz,kamu sudah 3 tahun menikah sama Dian. Tapi sampai sekarang belum ada hasilnya kan? Mamah juga pengen punya cucu...."

"Kalau mamah mau punya cucu,tidak harus dari aku.Mbak Imas juga bisa memberikan cucu buat mamah.Kenapa tidak mamah nikahkan dia saja.Daripada mengusikku yang jelas-jelas sudah beristri. Malah menjodohkan ku dengan perempuan lain!"

"Perempuan lain apa maksud mu?Lili kan mantan pacar kamu dulu.Mudah bukan untuk saling jatuh cinta lagi?"

Aku menggeleng kan kepalaku.Tak habis pikir dengan cara mama mertua ku menilai sisi pernikahan kami.Biarlah mereka berargumen dengan cara mereka sendiri.Mungkin belum saatnya aku bicara saat ini.

Lili tersenyum, merasa ada yang mendukungnya.

"Kamu tuh ya mas,dikantor aja mau deket-deket terus sama aku.Giliran ada istrimu aja,udah kaya kebo dicocok hidungnya!"

"Maksud kamu apa bicara seperti itu didepan istri saya?"

"Udahlah mas,jujur saja sama istrimu.Kita memang punya hubungan spesial lagi.Dikantor kita selalu bermesraan kan.Apalgi kalo kita lagi keluar kota bareng.Toh mamah mu sudah merestui."

Benarkah ucapan Lili?Suamiku begitu?Apakah ini alasan nya juga jarang menggauli ku? Secara,penampilan lili memang mengundang mata lelaki untuk melihat kemolekan tubuh rampingnya.Kutatap wajah suamiku,mencari kejujuran disana.

"Tolong jaga ucapan kamu Lili!"

Tapi Lili juga tersenyum sinis.Lalu mengeluarkan ponselnya.Mengutak-atik sebentar lalu menunjukkan ke mamah mertua.

Seketika tangan mama menutup mulutnya.

"Astagfirullah hal adzim....Aziz....!",kata mama.

Aku penasaran,apa yang Lili tunjukan ke mamah?

Lalu lili pun mendekat padaku.Menunjukan ponselnya padaku dan mas Aziz.

Astagfirullah hal azim.....desisku.Kutekan dadaku kuat-kuat.Ya Allah....adegan menjijikan itu?Mas Aziz pun terkejut dibuatnya.

"Dek!",tangan mas Aziz berusaha meraihku.

Segera kutepiskan.Seketika aku merasa jijik pada suamiku sendiri.Apalgi jika teringat persetubuhan semalam.

"Kamu lihat kan Di?Betapa perkasanya suamimu saat bersama ku?Dan kamu mas, jangan pura-pura lagi dihadapan istri shalihah mu ini.Jangan munafik,kamu juga ingin punya anak.Kamu juga butuh sesuatu yang beda. Tidak seperti istrimu yang ....", ucapannya terhenti seketika.

"Aziz...mamah ga nyangka kamu begitu!Dan kamu Lili, Tante menyesal mendukung mu untuk bersama Aziz!"

"Lho...koq Tante bicara begitu?Bukannya Tante pengen mas Aziz punya isteri lagi?Aku perempuan yang tepat.Seperti yang Tante bilang!"

Mama mertua menggeleng.

"Gak.Tante ga mau punya mantu kaya kamu. Kalau dengan suami orang saja kamu bisa begitu,apalagi sebelum-sebelumnya?Tante pikir,kamu perempuan baik-baik.Yang bersedia menjadi madu buat anakku.Tapi ternyata kelakuan kamu...."

"Dan kamu Aziz, mamah ga nyangka kamu bisa seperti itu!Muak mama liat kalian!"mamah keluar dengan menangis.Tak lama mobilnya pun terdengar keluar dari pekarangan.

Sedangkan aku?Aku terdiam tanpa kata.Masih tak percaya dengan semua adegan didepan mataku barusan.

"Silahkan kamu pulang Lili.Biarkan kami bicara berdua!"ucapku pelan pada Lili.

Lili pun beranjak dari duduknya.Tapi sebelum nya,dia melempar kan sebuah amplop.

"Aku hamil anak kamu mas!"kata Lili berlalu pergi.Membanting pintu dengan kencang.

"Dek....mas ga seperti itu dek.Percayalah.Mas khilaf dek.Mas tidak sadar saat melakukannya. Yang mas tau tiba-tiba Lili menujukan video itu. Mas pikir lili sudah menghapus nya!"

"Apa?Jadi,mas mengakuinya bukan?Kalau mas menikmati kekhilafan mas itu?Menyadari perbuatan kalian?Kalau Lili tak menunjukkan nya padaku,aku seterusnya tertipu sama kamu?" teriakku.Aku meraung, menangis sejadinya.

Laki-laki satu-satunya yang ku punya.Tega mengkhianatiku.Mas Aziz merengkuh tubuhku.

"Maafkan mas dek...maafkan....", ktanya sambil menangis tersedu di pundakku.Seketika aku merasa jijik padanya.Aku teringat adegan dimana mas Aziz beradu keringat dengan perempuan yang bernama Lili tadi.

"Jangan sentuh aku mas,jijik aku sama kamu mas!"

"Dek,sumpah demi Allah saat itu mas dijebak dek.Lili memasukan obat perangsang ke minuman mas.Sampai akhirnya hal itu terjadi dek.Sumpah dek,tak pernah sedikitpun mas ingin mengkhianati kamu.Percayalah dek! "mas Aziz menangis bersujud di kaki ku.

Lalu,bagaimana dengan anak yang lili kandung? Ya Allah....sakit sekali melihat kenyataan ini.

"Tolong jangan dekati aku lagi.Besok juga,akan kuurus surat perceraian kita!"ucapku lantang.

"Dek! Sampai kapanpun mas ga mau pisah sama kamu!Percayalah dek,kita bisa melewati ini semua.Aku cuma cinta sama kamu dek. Percayalah sama mas dek!",tak henti-hentinya mas Aziz memohon.

Dadaku terasa sesak,mataku berkunang-kunang dan tiba-tiba badanku limbung.Setelah itu,aku tak ingat apa-apa lagi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!